Anda di halaman 1dari 14

Studi Kinetika Reaksi Metanolisis Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES)

Menggunakan Reaktor Batch Berpengaduk


Abdul Chalim*, Agung Ari Wibowo, Ade Sonya Suryandari, Muhammad Muhajjir
Syarifuddin, Moh. Tohir

Penelitian ini mempelajari pengaruh rasio mol reaktan, waktu reaksi dan suhu reaksi terhadap
yield MES pada reaksi metanolisis. Dengan diperoleh yield MES tertinggi yaitu 49,71%
dicapai pada suhu reaksi 120°C, waktu reaksi 120 menit dan rasio mol MES terhadap
metanol 1:3. Konstanta laju reaksi metanolisis ditentukan dengan mereaksikan reaktan di
dalam reaktor batch berpengaduk pada kondisi operasi tersebut.

Bahan
Biodiesel dari minyak kelapa sawit, natrium bisulfit (NaHSO3), kalsium oksida (CaO),
metanol (CH3OH) 90%, natrium hidroksida (NaOH) dan aquadest. Semua bahan digunakan
tanpa dilakukan pemurnian terlebih dahulu.

Tahap Sulfonasi
Reaksi sulfonasi dilakukan dalam reaktor batch berpengaduk dengan mereaksikan biodiesel
dan NaHSO3 pada rasio mol 1:2.16. Massa katalis CaO yang digunakan adalah 6% dari
massa biodiesel yang diumpankan. Reaksi dilakukan pada suhu 105°C dan waktu reaksi 4
jam. Kadar fatty acid methyl ester setelah reaksi dianalisa dengan Gas Chromatography (GC).

Tahap Metanolisis
Tahap metanolisis dilakukan dalam reaktor batch berpengaduk dengan sistem refluks.
Reaktor diisi dengan campuran MES hasil reaksi sulfonasi dan metanol dengan rasio mol
tertentu. Reaksi dilakukan pada suhu reaksi yang bervariasi yaitu 50°C, 55°C dan 60°C
dengan waktu reaksi 60, 90 dan 120 menit. Fatty acid methyl ester yang dihasilkan dalam
reaksi dianalisa menggunakan Gas Chromatography (GC). Analisa kadar fatty acid methyl
ester dapat digunakan untuk menentukan yield reaksi metanolisis.

Tahap Netralisasi
Reaksi netralisasi dilakukan dengan penambahan NaOH 40% ke dalam larutan hingga pH
larutan mencapai 8-9. Reaksi netralisasi dilakukan dengan pemanasan pada suhu 40°C dan
disertai pengadukan.
Kesimpulan Hasil
Metil ester sulfonat (MES) dihasilkan melalui 3 tahapan proses yaitu reaksi sulfonasi,reaksi
metanolisis, dan netralisasi. Penelitian ini mempelari pengaruh suhu reaksi, waktu reaksi, dan
rasio mol MES terhadap metanol. Yield MES tertinggi dicapai pada suhu 55°C. Yield MES
menurun pada suhu reaksi 60°C berkaitan dengan suhu operasi mendekati titik didih dari
metanol. Yield MES meningkat dengan kenaikan waktu reaksi pada berbagai rasio mol. Yield
MES meningkat dengan kenaikan rasio mol pada berbagai waktu reaksi. Hasil perhitungan
kinetika reaksi menunjukkan bahwa reaksi mengikuti kinetika reaksi pseudo-orde pertama
dengan konstanta laju reaksi yaitu 0,0054 min-1.
Detergent (skripsi 2014)

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan MES adalah biodiesel berbasis minyak sawit
yang sudah jadi sebanyak 3L. Dan dianalisa kandungan asam palmitatnya dengan
menggunakan GC-MS

1. Sulfonasi
● Menyiapkan biodiesel (minyak sawit), katalis TiO2 dan larutan reaktan NaHSO3
● Memasukan semua bahan tersebut kedalam labu bundar
● Menutup setiap lubang dan saluran pada rangkaian alat menggunakan alumnuium foil
● Mengeset suhu 110°C pada temperature regulator dengan waktu pemanasan selama 4
jam
● Menghidupkan pemanas
● Menjalankan proses dengan mengatur waktu menggunakan stopwatch
● Setelah proses selesai, seluruh operasi alat dihentikan dan hasil proses sulfonasi
didinginkan hingga mencapai suhu ruang

2. Metanolisis
● Hasil pereaksi tahap sulfonasi diproses kembali dengan penambahan reaktan
methanol ke dalam bahan dengan perbandingan
● Mengeset suhu pada temperature regulator dengan suhu ±55°C dan mengatur
kecepatan pengadukan
● Menghidupkan pemanas
● Menjalankan proses dengan waktu proses 1,5 jam dengan bantuan stopwatch
● Setelah proses selesai, seluruh operasi alat dihentikan dan hasil proses metanolisis
didinginkan hingga mencapai suhu ruang

3. Penetralan
● Hasil pereaksi tahap metanolisis diproses kembali dengan penambahan reaktan NaOH
45% ke dalam proses
● Mengeset suhu pada temperature regulator 45°C dan mengatur kecepatan pengadukan
● Menghidupkan pemanas
● Menjalankan proses dengan waktu reaksi 0,5 jam
● Reaktan NaOh ditambahkan setetes demi tetes menggunakan pipet tetes. Penambahan
dilakukan hingga pH terukur mencapai pH berkisar dari delapan atau sembilan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pH universal. Setelah proses selesai,
seluruh operasi alat dihentikan dan hasilnya didinginkan hingga mencapai suhu ruang.
● Melakukan pengadukan tiap hari hingga berbentuk lapisan tengah yang merupakan
indikasi terbentuknya produk

4. Uji
Uji yang dilakukan meliputi uji tegangan permukaan dan efisiensi MES

Kesimpulan Hasil
1. Nilai yield yang didapat pada pembuatan MES sebesar 31,765%
2. Nilai yield terbesar pada pembuatan detergent adalah 93,7687% pada zeolit Na 35%
dengan suhu 70 derajat celcius dan 78,4680% merupakan nilai yield terkecil pada
zeolit Na 25% dengan suhu 100 derajat celcius
3. Daya bersih dipengaruhi oleh sedikit banyaknya Zeolite Na yang digunakan, semakin
banyak Zeolite Na yang digunakan maka semakin besar pula daya bersihnya
4. Dari data Jar Test dapat dilihat jika detergent yang mempunyai daya bersih paling
baik adalah detergen yang menggunakan Zeolite Na 35% berat reaktan dengan suhu
100 derajat celcius
5. Dari hasil pengujian turbidity dapat diasumsikan bahwa semakin besar selisih
turbidity sebelum pencucian dan sesudah pencucian maka semakin besar pula tingkat
pengangkatan kotoran dan tingkat kebersihan kain
Studi Kinetika Reaksi Metanolisis Detergent
Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES)
Menggunakan Reaktor Batch
Berpengaduk

Bahan : Bahan :
Biodiesel dari minyak kelapa sawit, natrium Bahan baku yang digunakan dalam
bisulfit (NaHSO3), kalsium oksida (CaO), pembuatan MES adalah biodiesel berbasis
metanol (CH3OH) 90%, natrium hidroksida minyak sawit yang sudah jadi sebanyak 3L.
(NaOH) dan aquadest. katalis TiO2, larutan reaktan NaHSO3 (untuk
proses sulfonasi), reaktan NaOH 45% (untuk
proses penetralan)

Tahap : Tahap :
- Sulfonasi - Sulfonasi
- Metanolisis - Metanolisis
- Netralisis - Penteralan
Hasil: Hasil :
Yield MES tertinggi dicapai pada suhu 55°C Nilai yield yang didapat pada pembuatan
sebesar 49,71% . Yield MES menurun pada MES sebesar 31,765% dengan suhu pada
suhu reaksi 60°C. (Pada tahap metanolisis) proses metanolisis sebesar ±55°C
Studi Literatur Pembuatan Biosurfaktan dari Minyak Jelantah dengan Bakteri
Pseudomonas aeruginosa
Safitri Ekawati

Prosedur Penelitian

Pembuatan Biosurfaktan
1. Persiapan alat dan bahan
2. Pretreatment 250 ml minyak jelantah dalam vacum filter
3. 2 gram NA + 1000 ml aquades dihomogenkan dan didihkan
4. 13 gram NB + 1000 ml 1000 ml aquades dihomogenkan dan didihkan
5. 1 g KH2PO4, 1 g K2HPO4, 0,3 G MgSO4.7H2O, 5 g NaCl, 0,3 g FeSO4.7H2O, 0,1
g CaCl2, 20 g WCO dan 2 g NH4NO3 + 1000 ml akuades, dihomogenkan dan
didihkan
6. Dilakukan sterilisasi alat dan media pada suhu 121 derajat celcius selama 30 menit
dengan autoclave
7. Dilakukan sterilisasi substrat pada suhu 160 derajat celcius selama 2 jam dengan oven
8. Penyiapan kultur murni di agar miring
9. Pengembangbiakan bakteri
10. Pembuatan kurva kalibrasi dan kurva pertumbuhan bakteri
11. Pembuatan starter bakteri
12. Pencampuran substrat media tumbuh dan strarter pseudomonas aeruginosa
13. Inkubasi 150 rpm selama waktu optimal yang didapat dari kurva pertumbuhan dengan
variabel : % substrat, pH
14. Kemudian larutan produksi biosurfaktan di sentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm
selama 15 menit
15. Supernatan yang diperoleh kemudian diuji tegangan permukaan nya dan diuji
emulsifikasinya
16. Sedangkan padatan nya di oven dan diukur massa kering (biomassa)nya

Uji Aktivasi Emulsifikasi


1. Memasukkan 1 ml supernatan ke dalam tabung reaksi 1
2. Menambahkan 1 ml minyak uji ke dalam tabung reaksi 1
3. Memvortex tabung reaksi 1 selama 2 menit
4. Mengamati aktivasi emulsifikasi setelah 1jam dan 24 jam

Uji Tegangan Permukaan


1. Letakkan cincin bersih pada lengan pengungkit
2. Letakkan cairan yang diukur pada cawan petri atau beker glass yang berdiameter tidak
kurang dari 4,5 cm
3. Letakkan wadah pada meja sampel, dengan cincin berada 5 mm dari permukaan
cairan
4. Atur jarum penyeimbang hingga tepat berada pada angka nol
5. Putar skrup sambil jarum dijaga tetap pada posisi nol
6. Teruskan pemutaran skrup sampai film pecah dan cincin terlepas, skala yang terbaca
adalah hasilnya

Kesimpulan
1. Substrat yg paling baik untuk produksi biosurfaktan adalah media dengan sumber
karbon minyak nabati (minyak jelanyah, minyak kelapa sawit) dan sumber nitrogen
sodium nitrat (NaNO3)
2. Hasil uji aktivitas emulsifikasi diperoleh data pada semua variasi pH media dapat
memperngaruhi produksi biosurfaktan dengan kondisi optimumnya tercapai pada
kondisi pH proses pembuatan biosurfaktan dengan pH 6,8
3. Suhu inkubasi proses pembuatan biosurfaktan juga sangat berpengaruh pada produk
yang dihasilkan. Suhu optimum pembuatan biosurfaktan adalah 35 C
Telaah Pustaka Pembuatan Biosurfaktan Menggunakan Molases dengan Bakteri
Bacillus subtilis
Bunga Rajhana Ragil Gayatri

Pembuatan Biosurfaktan
● Persiapan alat dan bahan
● Pretreatment molases
● 2 gram NA + 1000 ml aquades dihomogenkan dan didihkan
● 13 gram NB + 1000 ml 1000 ml aquades dihomogenkan dan didihkan
● 1 g KH2PO4, 1 g K2HPO4, 0,3 G MgSO4.7H2O, 5 g NaCl, 0,3 g FeSO4.7H2O, 0,1
g CaCl2, 20 g WCO dan 2 g NH4NO3 + 1000 ml akuades, dihomogenkan dan
didihkan
● Dilakukan sterilisasi alat dan media pada suhu 121 derajat celcius selama 30 menit
dengan autoclave
● Dilakukan sterilisasi substrat pada suhu 160 derajat celcius selama 2 jam dengan oven
● Penyiapan kultur murni di agar miring
● Pengembangbiakan bakteri
● Pembuatan kurva kalibrasi dan kurva pertumbuhan bakteri
● Pembuatan starter bakteri
● Pencampuran substrat media tumbuh dan strarter pseudomonas aeruginosa
● Inkubasi 150 rpm selama waktu optimal yang didapat dari kurva pertumbuhan dengan
variabel : % substrat, pH
● Kemudian larutan produksi biosurfaktan di sentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm
selama 15 menit
● Supernatan yang diperoleh kemudian diuji tegangan permukaan nya dan diuji
emulsifikasinya
● Sedangkan padatan nya di oven dan diukur massa kering (biomassa)nya

Kesimpulan
1. Konsentrasi molases terbaik diperoleh sebesar 3% - 4% sebagai kadar gula yang
merupakan sumber karbon utama untuk pertumbuhan bakteri Bacillus Subtilis sangat
berpengaru terhadap produktivitas biosurfaktan yang dihasilkan.
2. Kondisi pH optimum dalam produksi biosurfaktan oleh Bacillus Subtilis yaitu 6,7 dan 8
3. Kisaran suhu terbaik dalam memproduksi biosurfaktan yaitu 30 C – 45 C
Studi Literatur Pembuatan Biosurfaktan Telaah Pustaka Pembuatan Biosurfaktan Telaah Pustaka Pembuatan Biosurfaktan
dari Minyak Jelantah dengan Bakteri Menggunakan Minyak Jelantah oleh Menggunakan Molases dengan Bakteri
Pseudomonas aeruginosa Bakteri Bacillus subtilis Bacillus subtilis

Bahan : Bahan : Bahan :


Biodiesel dari minyak kelapa sawit, natrium Nutrient broth (NB) Nutrient broth (NB)
bisulfit (NaHSO3), kalsium oksida (CaO), Nutrient agar (NA) Nutrient agar (NA)
metanol (CH3OH) 90%, natrium hidroksida Minyak jelantah Molases
(NaOH) dan aquadest. Bacillus subtilis Bacillus subtilis
Aquades Aquades
Air mineral sintetik NaOH
HCl

Tahap : Tahap : Tahap :


- Pretreatment minyak jelantah - Pretreatment minyak tanah - Sterilisasi
- Pembuatan media - Pembuatan media - Persiapan substrat
- Sterilisasi - Pembuatan kurva standard - Peremajaan isolat dan pembuatan
- Persiapan mikroba - Pembuatan kurva pertumbuhan starter
- Pembuatan Biosurfaktan - Pembuatan starter - Produksi biosurfaktan
- Pengukuran kualitas biosurfaktan - Produksi biosurfaktan - Uji tegangan permukaan
- Uji Aktivasi Emulsifikasi - Analisa biosurfaktan - Uji aktivasi emulsifikasi
- Uji Tegangan Permukaan - Uji aktivasi enzim lipase
- Uji aktivasi enzim protease

Hasil: Hasil : Hasil :


- Substrat yg paling baik untuk - pH terbaik untuk pembuatan - Konsentrasi molases terbaik diperoleh
sebesar 3% - 4% sebagai kadar gula
produksi biosurfaktan adalah media biosurfaktan terdapat pada pH antara
yang merupakan sumber karbon
dengan sumber karbon minyak nabati 7 – 12 utama untuk pertumbuhan bakteri
Bacillus Subtilis sangat berpengaru
(minyak jelanyah, minyak kelapa - Memproduksi biosurfaktan dari
terhadap produktivitas biosurfaktan
sawit) dan sumber nitrogen sodium bakteri B. subtilis menggunakan yang dihasilkan.
- Kondisi pH optimum dalam produksi
nitrat (NaNO3) substrat crude oil dapat menunjukkan
biosurfaktan oleh Bacillus Subtilis
- kondisi optimumnya tercapai pada pengurangan tegangan permukaan yaitu 6,7 dan 8
- Kisaran suhu terbaik dalam
kondisi pH proses pembuatan maksimum pada 20 N/m dengan
memproduksi biosurfaktan yaitu 30 C
biosurfaktan dengan pH 6,8 menggunakan suhu 37,5°C. – 45 C
- Suhu optimum pembuatan - Suhu optimum yang digunakan untuk
biosurfaktan adalah 35 C inkubasi adalah antara suhu 37 ‐
45°C.
Studi Literatur Pembuatan Biosurfaktan Rhamnolipid oleh Bakteri Pseudomonas
aeruginosa

Kesimpulan Hasil
1. Media yang baik untuk produksi biosurfaktan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa
mengandung mikro elemen diantaranya besi, mangan, seng, kobalt dan iodium.
Peningkatan konsentrasi substrat dalam produksi biosurfaktan berbanding lurus
terhadap biomassa yang dihasilkan. Hasil terbaik dalam produksi biosurfaktan
menggunakan substrat minyak kedelai 6% (v/v) pada penelitian yang dilakukan oleh
Partovi, dkk (2013). Hasil produk biosurfaktan sebesar 21,33 g/L, nilai tegangan
permukaan 29,9 mN/M dan aktivitas emulsifikasi mencapai 63,33% pada kondisi
suhu 30 derajat celcius, pH 7, kecepatan incubator shaker 200 rpm selama 240 jam.
2. Peningkatan suhu dalam produksi biosurfaktan berbanding lurus terhadap produk
biosurfaktan yang dihasilkan. Suhu yang rendah menyebabkan nilai tegangan
permukaan yang tinggi karena pada suhu rendah terjadi penurunan energi kinektik
molekul. Suhu terbaik untuk produksi biosurfaktan rhamnolipid yang dihasilkan oleh
bakteri pseudomonas aeruginosa adalah 35 derajat celcius pada penelitian Lan, dkk
(2015) menggunakan substrat minyak jelantah 4%. Hasil produk biosurfaktan sebesar
13,93 g/L, nilai tegangan permukaan 24,1 mN/m dan aktivitas emulsifikasi mencapai
59% pada pH 7, kecepatan incubator shaker 150 rpm selama 7 hari.
3. Kondisi pH yang tinggi dalam produksi biosurfaktan menyebabkan nilai tegangan
permukaan dan aktivitas emulsifikasi semakin besar. Hal ini dikarenakan dalam
produksi biosurfaktan dipengaruhi oleh kondisi alkali yang kuat dan muatan negatif
pada kepala kutub meningkat yang menyebabkan kelarutan dalam air semakin tinggi.
pH terbaik untuk produksi biosurfaktan rhamnolipid yang dihasilkan oleh
Pseudomonas aeruginosa adalah 6,8 pada penelitian Silva, dkk (2010) menggunakan
substrat gliserol 3%. Hasil produk biosurfaktan sebesar 5,5 g/L, nilai tegangan
permukaan 27,4 mN/m dan aktivitas emulsifikasi mencapai 75% pada pH 6,8;
kecepatan incubator shaker 150 rpm selama 120 jam.

Anda mungkin juga menyukai