Tentang
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERSASTRA SISWA DI SD
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu:
Debi Febianto, S.Pd., M.Pd.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan kesehatan yang telah
diberikan kepada kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pengembangan Kemampuan Bersastra Siswa Di SD”. Dengan dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia Lanjutan Mi/SD bapak Debi Febianto, S.Pd., M.Pd. Shalawat beserta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita baginda nabi besar Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik disegi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan
kita semuanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses
belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa,
karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,menyimak dan berbicara saja,
namun belajar juga tentang sastra. Secara umum Akhadiyah (1991: 1) menjelaskan
beberapa tujuan pengajaran Bahasa Indonesia, diantaranya agar siswa: 1) Mampu
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. (2) Mampu menghayati bahasa
dan sastra Indonesia.(3) Mampu menggunakan bahasa sesuai situasi dan tujuan
berbahasa. (4) Mampu mengembangkan pengalaman belajar bahasa sastra. Dari tujuan
tersebut jelas tergambar bahwa dalam belajar bahasa Indonesia siswa tidak hanya
belajar bahasa tetapi juga sastra.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pengajaran sastra masih
menjadi bagian dari pengajaran bahasa Indonesia . Pengajaran sastra ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya
sastra. Namun demikian fakta di lapangan menunjukkan bahwa pengetahuan tentang
sastra masih sebatas digunakan penunjang dalam mengapresiasi. Padahal Huck dkk.
(1987) berpendapat bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada
murid yang akan berkontribusi pada empat tujuan (1) menumbuhkan kesenangan pada
buku, (2) menginterpretasi bacaan sastra (3) mengembangkan kesadaran bersastra, dan
(4) mengembangkan apresiasi. Pengajaran sastra di SD menjadi penting karena
bertujuan membina apresiasi anak SD terhadap karya-karya sastra. sehingga anak dapat
mengembangkan kearifan, kejelian, dan ketelitian untuk menangkap isyarat-isyarat
dalam kehidupan yang tercermin dalam karya sastra. Jika apresiasi telah tumbuh pada
diri anak, maka akan memberikan dampak positif terhadap anak. Pembelajaran sastra
di SD dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu pembelajaran fiksi,
pembelajaran puisi dan pembelajaran drama. Ketiga bentuk ini harus disajikan guru
secara apresiasi. Oleh karena itu guru harus mampu mencari materi yang tepat,
menyusun, menyajikan kegiatan yang bersifat kreatif dan positif dengan materi sastra
yang telah dipilih.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menjelaskan kemampuan bersastra di SD?
2. Bagaimana menganalisis jurnal dialog?
3. Bagaimana menerapkan baca puisi dan pantun? 4. Bagaimana menerapkan dalam
bermain drama?
2
BAB II PEMBAHASAN
3
puisi, realisme dan fantasi, fiksi historis dan kontemporer, tradisional
dan modern.
2. Menginterpretasikan Literatur
Ketika siswa, mulai membahas penyebab perilaku tertentu pada
cerita, mereka bisa mengembangkawawasan lebih banyak kepada orang
lain. Ketika siswa menghubungkan apa yang mereka baca itu dengan
latar belakang pengalamannya, mereka menginternalisasikan makna
cerita itu. Louis Rosenblatt merupakan salah seorang yang pertama-tama
mengingatkan kita bahwa pembaca itu sama-sama berartinya dengan
karya yang sedang dibacanya. Pengalaman literer katanya, harus dibuat
bertahap seperti transaksi antara pembaca dan teks (Rosenblatt, 1983).
4. Mengembangkan Apresiasi
Sasaran jangka panjang pengajaran sastra di SD ialah
mengembangkan kesukaan membaca karya sastra yang
bermutu.Margaret Early (dalam Huck, 1987) menyatakan bahwa
terdapat tiga tahap urutan dan perkembangan yang ada dalam
pertumbuhan apresiasi (1) tahap kenikmatan yang tidak sadar, (2) tahap
apresiasi yang masih ragu-ragu atau berada antara tahap kesatu dan
ketiga, dan (3) tahap kegembiraan secara sadar. Pengajaran sastra untuk
4
sekolah dasar menurut Huck (1987), terutama kelas-kelas awal,
difokuskan pada tahap pertama yaitu kesenangan yang tidak disadari
(unconscious enjoyment). Jika semua siswa bisa diberi kesempatan
menemukan kesenangan terhadap bacaan, mereka akan bisa
membangun dasar yang kokoh bagi apresiasi sastra.
b) Latar Cerita
Dalam bacaan cerita, waktu dan tempat ini disebut latar. Hal itu dapat
dicari dengan bertanya kapan dan di mana kejadian itu berlangsung?
Menurut Wellek dan Werren (1989: 290), latar adalah lingkungan yang
dapat dianggap berfungsi sebagai metonimia, atau metafora, ekspresi
dari tokohnya. Dalam karya fiksi, latar bukan hanya berfungsi sebagai
latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis.
Latar ada tiga macam, yaitu
- latar waktu,
- latar tempat,
- dan latar suasana.
5
c) Tema Cerita
Betapapun pentingnya tema, jangan sampai suatu buku cerita
anak-anak hanya didominasi oleh semacam khotbah, nasihat, atau
petuah-petuah verbal yang membosankan. Tema harus larut dalam alur,
latar dan karakteristik tokoh. Kecen-derungan didaktisisme yang harus
segera dihilangkan, karena tidak memberi peran kepada siswa untuk
menemukan sendiri moral dan isi hasil jerih payahnya membaca.
d) Tokoh Cerita
Anak-anak biasanya menyukai tokoh-tokoh yang berani, cerdik
dan perkasa. Kreatifitas pengarang buku sastra anak-anak selalu diuji
untuk menciptakan tokoh-tokoh fantasi yang unik tapi terpercaya.
Menurut Charlotte Huck (1987), kepercayaan kepada tokoh tergantung
kepada kemampuan pengarang mengungkapkan sifat, kekuatan dan
kelemahan tokoh itu. Ia menyatakan bahwa hal ini dapat dilakukan
melalui (1) menceritakan tokoh melalui narasi, (2) mencatat percakapan
tokoh dengan tokoh lainnya, (3) mendes-kripsikan pikiranpikiran tokoh,
dan (4) menyajikan tokoh dalam suatu lakon.
6
g) Ilustrasi dan Format Buku
Ilustrasi adalah gambar-gambar yang menyertai cerita dalam
buku sastra anak (Nurgiantoro, 2005:90).Kebanyakan dan buku sastr
anak-anak menggunakan ilustrasi untuk daya tariknya. Buku-buku
yang tidak ada ilustrasinya, itu kurang cocok untuk dijadikan buku
bacaan anak-anak. Kehadiran ilustrasi untuk buku anak-anak menjadi
keharusan apalagi untuk anak-anak prasekolah.1
7
sastra. Untuk tanggapan pada bagian cerita yang menarik, umumnya murid sudah dapat
menunjukkan dan memilih bagian cerita yang menarik beserta alasannya. Murid
memilih bagian cerita yang memperlihatkan konflik atau puncak cerita atau pada waktu
tokoh utama mendapat cobaan berat sampai berakhir bahagia.Begitu pula untuk
memilih pelaku/tokoh yang paling disukainya, murid memilih tokoh dengan sangat
ekspresif dan menampakkan keterlibatan atau internalisasi dengan cerita. Apa yang
mereka pilih merupakan hasil penghayatannya atas keberpihakan pada tokoh cerita.2
8
a) Ciri-Ciri Puisi
Puisi memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1. Bahasa yang digunakan dalam puisi lebih padat dibandingkan prosa dan
drama.
2. Memiliki rima atau sajak yang teratur.
3. Puisi lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun, khususnya pada
puisi lama.
4. Puisi bersifat simetris.
5. Puisi memiliki makna konotatif.
6. Puisi terdiri dari sintaksis (gatra).
b) Unsur-Unsur Puisi
Pada materi puisi Bahasa Indonesia ini, kamu juga perlu mengetahui
tentang apa saja yang menjadi tak urung pada puisi, sebagai berikut:
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik merupakan unsur dari puisi yang dapat dilihat dan
diamati secara langsung dengan mata. Struktur fisik puisi terdiri dari:
a) Tipografi atau bentuk format puisi
Dalam tipografi ini kamu dapat melihat pengaturan baris, batas
tepi kertas kanan, kiri, atas, dan bawah, serta pemilihan jenis huruf
yang digunakan oleh puisinya. Tipografi ini berpengaruh terhadap
pemaknaan dari isi puisi.
b) Diksi
Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan oleh penyair
dalam puisinya, yang berhak mendapatkan efek sesuai dengan
keinginan penyair tersebut. Diksi ini sangat berpengaruh dengan
makna yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya.
c) Imaji atau Citraan
Imaji atau citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang
mengungkapkan dalam menggambar pembaca saat membaca puisi,
sehingga pembaca dapat seolah-olah melihat, mendengar,
merasakan, atau mengalami hal-hal yang terdapat dalam sebuah
9
puisi. Imaji dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu imaji
penglihatan (visual), imaji penglihatan atau suara (auditif), dan imaji
sentuh atau perabaan (taktil).
d) Majas
Utamakan penggunaan bahasa dengan khususkan sesuatu
dengan konotasi sehingga arti sebuah kata dapat memiliki banyak
makna.
e) Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata yang mengacu atau merujuk pada
suatu benda atau hal yang berwujud, dapat diraba, dilihat, didengar,
dan dicium. Kata konkret dalam puisi biasanya membangkitkan
imaji pembaca dan berkaitan dengan lambang atau kiasan. Contoh
kata konkret adalah laut, sawah, pantai, meja, uang, rumah, mobil,
dan lain sebagainya.
f) Rima atau Irama
Rima atau irama merupakan persamaan bunyi yang digunakan
oleh puisi dalam puisinya dari awal hingga akhir puisi. Rima atau
irama terdiri dari:
• Pengulangan kata Atau ekspresi
Yang menentukan tinggi dan rendah, panjang dan pendek,
keras dan lemahnya bunyi yang sangat berpengaruh dan
menonjol dalam membaca puisi.
• Onomatop atau bunyi-bunyi
Contoh dari onomatope ini adalah dor! yang merupakan
tiruan suara tembakan. Bentuk intern pola bunyi seperti
asonansi, aliterasi, persamaan awal, persamaan akhir, sajak
berparuh, sajak penuh, sajak pembatasan, pengulangan bunyi
(kata), dan sebagainya.
10
Tema atau makna merupakan salah satu unsur puisi yang pentas,
berupa makna yang ingin disampaikan oleh penyair kepada para
pembaca. Tema atau makna dalam puisi berkaitan dengan
hubungan tanda dengan makna. Oleh karena itu baik kata, baris,
umpan, maupun bentuk memiliki makna tertentu yang ingin
disampaikan oleh puisinya.
2) Nada ( Nada )
Nada merupakan sikap penyair kepada para pembacanya,
yang berkaitan dengan tema dan rasa. Dalam sebuah puisi, puisi
dapat menyampaikan makna yang ingin disampaikan dengan nada
menggurui, mendikte, memuji, memuji, atau sebagainya.
3) Rasa ( Perasaan )
Rasa merupakan sikap sikap terhadap pokok permasalahan
dalam puisinya. Rasa biasanya dipengaruhi oleh latar belakang
sosial dan psikologi penyair. Misalnya, latar belakang pendidikan,
jenis kelamin, kelas sosial, agama, kedudukan dalam masyarakat,
usia, pengetahuan, serta pengalaman sosiologis dan psikologis
seorang penyair akan mempengaruhi rasa dalam puisi yang ia tulis.
Jenis-Jenis Puisi
Jenis puisi berdasarkan bentuknya:
1. Puisi yang terkait aturan bait dan baris. Diantaranya: pantun, syair,
dan soneta. Dikenal juga puisi yang lain berbentuk distikon, terzina,
kuatren, kuint, sektet, septima, dan oktaf.
2. Puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan bait,
baris, maupun rima. Contoh: puisi karangan Chairil Anwar, Taufik
Ismail, W.S. Rendra.
11
2. Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal
dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal
sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai
paparikan.Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila
dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-bb,
atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang
dijumpai juga pantun yang tertulis.
Pantun merupakan salah satu jenis karya sastra yang berupa hiburan atau
sindiran. Pantun berasal dari bahasa Jawa kuno yang merupakan puisi lama
melayu Indonesia. Pantun berasal dari kata “tuntun” yang artinya menyusun
atau menuntun (dalam bahasa jawa). Sedangkan dari bahsa minangkabau
berasal dari kata “patuntun”. sedangkan dari sunda dikenal dengan kata
parikan, dan di batak disebut dengan umpasan. Ada beberapa pengertian
pantun menurut para ahli yang antara lain yaitu:
• MenurutKBBI
Pengertian pantun menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya
terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri
atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan
(sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
• MenurutWikipedia
Menurut Wikipedia Indonesia, definisi pantun adalah salah satu jenis
puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara.
Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang
berarti “petuntun”. Dalam bahasa Jawa, pantun dikenal sebagai parikan,
dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan sedangkan dalam bahasa
Batak dikenal sebagai umpasa.
• MenurutHermanJWaluyo“2005:32”
Pantun merupakan puisi melayu asli yang sudah mengakar lama di
budaya masyarakat.
12
1. Ciri-Ciri Pantun
Berikut adalah beberapa ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut
1) Terdiri dari 4 baris/larik
2) Satu baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata
3) Baris pertama dan kedua pantun adalah sampiran
4) Baris ketiga dan keempat pantun adalah isi
5) Memiliki sajak/rima dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a
4. Jenis Pantun
• Pantun Kepahlawanan
3 Wahab. Metode dan Model- Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). (Bandung : Alfabeta,
2009), h. 109
14
sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa
menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema
dengan bantuan kelompok. 4 Sejalan dengan dua tokoh diatas, Aunurrahman
menuturkan mengenai metode bermain peran bahwa metode bermain peran
dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai- nilai sosial dan
moral dan pencerminannya dalam perilaku, membantu para siswa
mengumpulkan dan mengorganisasikan isu- isu moral dan sosial,
mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki
keterampilan sosial.5
Dari berbagai pandangan para tokoh di atas yang masing-masing
mengungkapkan pengertian mengenai bermain peran, pada dasarnya metode
bermain peran ini dapat digunakan dalam mempraktekkan suatu kejadian yang
pernah dialami seseorang sehingga hikmahnya dapat diambil oleh siswa
lain. Siswa diberikan kesempatan untuk terlibat secara secara aktif baik
dalam bertindak, berlaku, maupun berbahasa seperti orang yang diperankannya
sehingga siswa akan lebih memahami dan mengingat konsep, siswa akan
memperoleh pengetahuan tentang orang dan motivasi yang menandai
perilakunya, dan siswa dapat mempelajari nilai- nilai sosial yang ada di
masyarakat lewat peran yang dilakukannya. Metode bermain peran menuntut
guru untuk mencari kekurangan peran yang diperagakan siswa, yang lebih
ditekankan pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu
situasi masalah yang secara nyata dihadapi.
4 Uno, H.B. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011) ,h. 26
5 Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta. 2011), h 115
15
5) memainkan peran (manggung)
6 Ibid, h. 214
16
b. Pembelajaran Pemeranan Drama
Dalam proses pendidikan terdapat suatu kegiatan belajar dan mengajar.
Kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai suatu pembelajaran. Sagala
Mengungkapkan bahwa pembelajaran ialah mengajarkan siswa menggunakan
6
Op.Cit, h.26
7 Sagala, S.H. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung : Alfabeta.2009),h. 213
asas pendidikan maupun teori belajar teori belajar yang merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran bisa dikatakan suatu proses
komunikasi dua arah, karena dalam proses pembelajaran terdapat interaksi
antara guru sebagai pihak pendidik dan siswa sebagai peserta didik. 7 Arifin
menyatakan bahwa pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru dengan
peserta didik di kelas secara formal, akan tetapi meliputi kegiatan- kegiatan
belajar peserta didik di luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru
secara fisik.8
Berdasarkan beberapa uraian diatas mengenai pembelajaran, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran itu merupakan suatu kegiatan yang bertahap
yang terjadi antara dua orang atau lebih, baik di dalam lingkungan secara
formal maupun nonformal.
7 9 Ibid, h. 61
8 Arifin. Evaluasi Pembelajaran. ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 10
17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak-anak yang masih berada di sekolah dasar harus diajak mulai
mengembangkan kesadaran pada sastra. Karena Pengajaran sastra ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami
karya sastra, sehingga anak dapat mengembangkan kearifan, kejelian, dan ketelitian
untuk menangkap isyarat-isyarat dalam kehidupan yang tercermin dalam karya sastra.
Dalam pembelajaran apresiasi sastra guru dapat menerapkan jurnal dialog untuk
mengungkapkan tanggapan hasil membaca cerita secara ekspresif dan personal.
Pembelajaran sastra di SD dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu
pembelajaran fiksi, pembelajaran puisi dan pembelajaran drama. Puisi merupakan
Bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat
serta indah Dalam pembelajaran puisi terdapat pantun, tetapi pantun ini termasuk
kedalam puisi lama. Pantun ini terikat oleh aturan bait dan baris. Kemudian
pembelajaran sastra dalam drama, Drama merupakan bentuk sastra yang dilukiskan
dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan
dialog atau monolog. Pembelajaran drama dapat diakukan dengan penerapan metode
bermain peran dalam pembelajaran drama dapat dicapai aspek perasaan, sikap, nilai,
persepsi, keterampilan pemecahan masalah, pemahaman terhadap pokok
permasalahan, dan diharapkan siswa dapat langsung memerankan naskah drama.
Dari pembelajaran sastra tersebut dapat menjadi media pendidikan dan hiburan
bagi anak, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. pada
waktu pembelajaran sastra, siswa diberi kesempatan memahami, menikmati dan
sekaligus merespon apa yang telah mereka baca dan cara-cara yang menarik minat
mereka. siswa juga memperoleh wawasan pada pemecahan masalah yang berkaitan
dengan dunia mereka sendiri.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya makalah ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan melalui kritikan
18
dan masukan bermanfaat dari para pembaca sekalian. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
19