Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BAHASA INDONESIA LANJUTAN MI/SD

Tentang
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERSASTRA SISWA DI SD

Disusun Oleh :

Ade Okta Saputra (2014070114)

Dosen Pengampu:
Debi Febianto, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG 1442H/2021M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan kesehatan yang telah
diberikan kepada kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pengembangan Kemampuan Bersastra Siswa Di SD”. Dengan dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia Lanjutan Mi/SD bapak Debi Febianto, S.Pd., M.Pd. Shalawat beserta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita baginda nabi besar Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik disegi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan
kita semuanya.

Padang, 09 Oktober 2021

Penyusun
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
A. Kemampuan bersastra di SD .......................................................................................... 3
B. Menganalisis jurnal dialog .............................................................................................. 7
C. Menerapkan baca puisi dan pantun ................................................................................. 8
D. Menerapkan dalam bermain drama .............................................................................. 14
BAB III PENUTUP................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 19
ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses
belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa,
karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,menyimak dan berbicara saja,
namun belajar juga tentang sastra. Secara umum Akhadiyah (1991: 1) menjelaskan
beberapa tujuan pengajaran Bahasa Indonesia, diantaranya agar siswa: 1) Mampu
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. (2) Mampu menghayati bahasa
dan sastra Indonesia.(3) Mampu menggunakan bahasa sesuai situasi dan tujuan
berbahasa. (4) Mampu mengembangkan pengalaman belajar bahasa sastra. Dari tujuan
tersebut jelas tergambar bahwa dalam belajar bahasa Indonesia siswa tidak hanya
belajar bahasa tetapi juga sastra.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pengajaran sastra masih
menjadi bagian dari pengajaran bahasa Indonesia . Pengajaran sastra ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya
sastra. Namun demikian fakta di lapangan menunjukkan bahwa pengetahuan tentang
sastra masih sebatas digunakan penunjang dalam mengapresiasi. Padahal Huck dkk.
(1987) berpendapat bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada
murid yang akan berkontribusi pada empat tujuan (1) menumbuhkan kesenangan pada
buku, (2) menginterpretasi bacaan sastra (3) mengembangkan kesadaran bersastra, dan
(4) mengembangkan apresiasi. Pengajaran sastra di SD menjadi penting karena
bertujuan membina apresiasi anak SD terhadap karya-karya sastra. sehingga anak dapat
mengembangkan kearifan, kejelian, dan ketelitian untuk menangkap isyarat-isyarat
dalam kehidupan yang tercermin dalam karya sastra. Jika apresiasi telah tumbuh pada
diri anak, maka akan memberikan dampak positif terhadap anak. Pembelajaran sastra
di SD dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu pembelajaran fiksi,
pembelajaran puisi dan pembelajaran drama. Ketiga bentuk ini harus disajikan guru
secara apresiasi. Oleh karena itu guru harus mampu mencari materi yang tepat,
menyusun, menyajikan kegiatan yang bersifat kreatif dan positif dengan materi sastra
yang telah dipilih.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menjelaskan kemampuan bersastra di SD?
2. Bagaimana menganalisis jurnal dialog?
3. Bagaimana menerapkan baca puisi dan pantun? 4. Bagaimana menerapkan dalam
bermain drama?

A. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan bersastra di SD.
2. Untuk mengetahui bagaimana menganalisis jurnal dialog.
3. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan baca puisi dan pantun.
5. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan dalam bermain drama.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Menjelaskan kemampuan bersastra di SD


a. Hakikat Pembelajaran Sastra
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman,
dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti instruksi atau ajaran dan ‘Tra’ yang berarti
alat atau sarana. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk
merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu. Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan
mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan,
penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan
lingkungan hidup.

b. Tujuan Pembelajaran Sastra di SD


Di sekolah dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih
diarahkan pada kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra.
Pelaksanaannya, pembelajaran sastra dan bahasa dilaksanakan secara
terintegrasi. Sedangkan pengajaran sastra, ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra.
Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi.
Berikut merupakan tujuan pembelajaran sastra di SD:
1. Menumbuhkan Kesenangan Terhadap Buku
Salah satu tujuan utama pembelajaran sastra di SD ialah memberi
kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman dari bacaan,
serta masuk dan terlibat di dalam suatubuku. Pembelajaran sastra harus
membuat anak merasa senang membaca, membolakbalik buku, dan
gemar mencari bacaan. Salah satu cara terbaik untuk membuat siswa
tertarik kepada buku menumt Huck (1987) ialah memberi siswa
lingkungan yang kaya dengan buku-buku yang baik. Beri mereka waktu
untuk membaca atau secara teratur gum membacakan buku untuk
mereka. Perkenalkan mereka pada berbagai ragam bacaan prosa dan

3
puisi, realisme dan fantasi, fiksi historis dan kontemporer, tradisional
dan modern.

2. Menginterpretasikan Literatur
Ketika siswa, mulai membahas penyebab perilaku tertentu pada
cerita, mereka bisa mengembangkawawasan lebih banyak kepada orang
lain. Ketika siswa menghubungkan apa yang mereka baca itu dengan
latar belakang pengalamannya, mereka menginternalisasikan makna
cerita itu. Louis Rosenblatt merupakan salah seorang yang pertama-tama
mengingatkan kita bahwa pembaca itu sama-sama berartinya dengan
karya yang sedang dibacanya. Pengalaman literer katanya, harus dibuat
bertahap seperti transaksi antara pembaca dan teks (Rosenblatt, 1983).

3. Mengembangkan Kesadaran Bersastra


Anak-anak yang masih berada di sekolah dasar juga harus diajak
mulai mengembangkan kesadaran pada sastra. Tak dapat dipungkiri
bahwa pemahaman literer meningkatkan kenikmatan anak terhadap
bacaan (Huck, 1987). Anak-anak harus pula diarahkan menemukan
elemen-elemen sastra secara berangsurangsur, karena elemen-elemen itu
memberikan bekal bagi siswa dalam pemahaman makna cerita atau
puisi. Selama siswa berada di sekolah dasar mereka mengembangkan
pemahaman mengenai bentuk sastra yang berasal dari berbagai aliran
sedikit demi sedikit. Mereka sudah dapat membedakan bentuk prosa dan
puisi, fiksi dan nonfiksi, antara realisme dan fantasi, tetapi tidak dengan
istilah-istilah tersebut.

4. Mengembangkan Apresiasi
Sasaran jangka panjang pengajaran sastra di SD ialah
mengembangkan kesukaan membaca karya sastra yang
bermutu.Margaret Early (dalam Huck, 1987) menyatakan bahwa
terdapat tiga tahap urutan dan perkembangan yang ada dalam
pertumbuhan apresiasi (1) tahap kenikmatan yang tidak sadar, (2) tahap
apresiasi yang masih ragu-ragu atau berada antara tahap kesatu dan
ketiga, dan (3) tahap kegembiraan secara sadar. Pengajaran sastra untuk

4
sekolah dasar menurut Huck (1987), terutama kelas-kelas awal,
difokuskan pada tahap pertama yaitu kesenangan yang tidak disadari
(unconscious enjoyment). Jika semua siswa bisa diberi kesempatan
menemukan kesenangan terhadap bacaan, mereka akan bisa
membangun dasar yang kokoh bagi apresiasi sastra.

c. Pemilihan Bahan Sastra untuk siswa SD


Tugas guru dan orang tua dalam memilih buku sastra anak-anak adalah
melakukan penelitian lebih rinci terhadap unsur-unsur yang lazim ada dalam
setiap bacaan cerita (fiksi). Unsur-unsur itu meliputi (1) alur, (2) latar,
(3)tema, (4) tokoh, (5) gaya, (6) sudut pandang, dan (6) format buku cerita.
a) Alur
Unsur penting yang tidak dapat diabaikan dalam setiap karya fiksi bagi
anak-anak adalah alur atau plot (Huck, 1987). Biasanya pertanyaan
pertama yang diajukan anakanak ketika membaca bacaan cerita
“Mengapa saya harus membaca buku ini, apakah buku ini menarik,
mengandung cerita yang seru? Jawaban atas pertanyaanpertanyaan itu
adalah alur atau plot, karena alur biasanya menceritakan apa yang
dilakukan oleh para tokoh cerita dan apa yang terjadi pada mereka. Alur
merupakan benang merah yang menjalin serta merangkaikan susunan
cerita menjadi terpadu sate sama lain dan membuat pembaca penasaran
ingin terus membacanya hingga selesai.

b) Latar Cerita
Dalam bacaan cerita, waktu dan tempat ini disebut latar. Hal itu dapat
dicari dengan bertanya kapan dan di mana kejadian itu berlangsung?
Menurut Wellek dan Werren (1989: 290), latar adalah lingkungan yang
dapat dianggap berfungsi sebagai metonimia, atau metafora, ekspresi
dari tokohnya. Dalam karya fiksi, latar bukan hanya berfungsi sebagai
latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis.
Latar ada tiga macam, yaitu
- latar waktu,
- latar tempat,
- dan latar suasana.
5
c) Tema Cerita
Betapapun pentingnya tema, jangan sampai suatu buku cerita
anak-anak hanya didominasi oleh semacam khotbah, nasihat, atau
petuah-petuah verbal yang membosankan. Tema harus larut dalam alur,
latar dan karakteristik tokoh. Kecen-derungan didaktisisme yang harus
segera dihilangkan, karena tidak memberi peran kepada siswa untuk
menemukan sendiri moral dan isi hasil jerih payahnya membaca.

d) Tokoh Cerita
Anak-anak biasanya menyukai tokoh-tokoh yang berani, cerdik
dan perkasa. Kreatifitas pengarang buku sastra anak-anak selalu diuji
untuk menciptakan tokoh-tokoh fantasi yang unik tapi terpercaya.
Menurut Charlotte Huck (1987), kepercayaan kepada tokoh tergantung
kepada kemampuan pengarang mengungkapkan sifat, kekuatan dan
kelemahan tokoh itu. Ia menyatakan bahwa hal ini dapat dilakukan
melalui (1) menceritakan tokoh melalui narasi, (2) mencatat percakapan
tokoh dengan tokoh lainnya, (3) mendes-kripsikan pikiranpikiran tokoh,
dan (4) menyajikan tokoh dalam suatu lakon.

e) Gaya (Style) Cerita


Dalam karya fiksi, gaya adalah cara seorang pengarang
menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang
indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana
yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca
(Aminuddin, 2001: 72).

f) Sudut Pandang Cerita (Point of view)


Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku
dalam cerita yang dipaparkannya (Aminuddin, 2001: 90) atau menurut
istilah Huck (1987) sudut pandang (point of view) lazim diartikan dari
arah mana atau dalam posisi apa pengarang menempatkan dirinya
dalam bercerita. Sebuah kejadian dapat diuraikan dalam istilah yang
berbeda oleh beberapa orang yang memiliki pengalaman yang sama.

6
g) Ilustrasi dan Format Buku
Ilustrasi adalah gambar-gambar yang menyertai cerita dalam
buku sastra anak (Nurgiantoro, 2005:90).Kebanyakan dan buku sastr
anak-anak menggunakan ilustrasi untuk daya tariknya. Buku-buku
yang tidak ada ilustrasinya, itu kurang cocok untuk dijadikan buku
bacaan anak-anak. Kehadiran ilustrasi untuk buku anak-anak menjadi
keharusan apalagi untuk anak-anak prasekolah.1

B. Menganalisis jurnal dialog


Jurnal dialog merupakan percakapan tertulis yang berlangsung antara siswa
dengan guru (Eanes,1997; Tompkins,1995). Jurnal dialog merupakan penerapan teori
yang mengungkapkan bahwa membaca dan menulis adalah proses komplementer
(Bode,1989). Pelaksanaannya mula-mula siswa membaca cerita, setelah itu mereka
menulis jurnal yang berisi refleksi atau curahan pengalaman (emosi, pendapat) atas
materi cerita yang dibacanya.
Jurnal dialog membaca, digunakan untuk mengungkapkan tanggapan hasil
membaca cerita secara ekspresif dan personal. Dengan demikian, lewat jurnal dialog
siswa dapat dibiasakan menanggapi secara ekspresif dan dapat mengeksplorasi
gagasan, ide, pengetahuan hasil membacanya untuk dibagi dengan orang lain. Siswa
dengan guru maupun dengan karya sastra akan terjalin interaksi apresiatif. Jurnal ini
dapat mendorong anak menginternalisasikan peran aktifnya di kelas, mereka tidak
cenderung pasif karena diberi kesempatan mengungkapkan rasa hatinya (Bode,1989).
Bahkan tidak hanya itu, Eanes (1997) dan Cullinan (1987) percaya bahwa jurnal
dialog membaca dapat mendorong kebiasaan membaca buku. dilaksanakannya
pembelajaran melalui jurnal dialog berdampak pada peningkatan interaksi apresiatif
murid dengan karya prosa fiksi. Murid sudah berinteraksi dengan intens dengan

1 Edu. Brata. 2009. Hakikat Pembelajaran Sastra Anak di SD,


http://mbahbrataedu.blogspot.com/2009/12/hakikat-pembelajaran-sastra-anak-di-sd.html,

7
sastra. Untuk tanggapan pada bagian cerita yang menarik, umumnya murid sudah dapat
menunjukkan dan memilih bagian cerita yang menarik beserta alasannya. Murid
memilih bagian cerita yang memperlihatkan konflik atau puncak cerita atau pada waktu
tokoh utama mendapat cobaan berat sampai berakhir bahagia.Begitu pula untuk
memilih pelaku/tokoh yang paling disukainya, murid memilih tokoh dengan sangat
ekspresif dan menampakkan keterlibatan atau internalisasi dengan cerita. Apa yang
mereka pilih merupakan hasil penghayatannya atas keberpihakan pada tokoh cerita.2

C. Menerapkan baca puisi dan pantun


Puisi dan pantun merupakan bentuk dari karya sastra. Berikut pembahasan
mengenai puisi dan pantun.
1. Puisi
Berdasarkan pengertiannya, puisi dapat dikatakan sebagai salah satu
genre sastra yang menggunakan kata-kata yang estetis dan berirama.
Penggunaan kata-kata indah ini bertujuan untuk membangun makna yang
berbeda atau mengganti makna asli sebuah kata.Pada materi puisi Bahasa
Indonesia kelas 10, disebutkan bahwa puisi merupakan ungkapan hati atau puisi
puisi mengenai berbagai hal dalam kehidupan ke dalam susunan katakata yang
padat dan penuh makna. Berikut adalah beberapa pengertian puisi menurut ahli
yang bisa membantu kamu lebih memahami puisi:
• HB Jassin menjelaskan bahwa puisi karya sastra yang diucapkan dengan
sebuah perasaan yang di dalamnya mengandung suatu pikiranpikiran
dan sebuah tanggapan-tanggapan.
• Herman Waluyo menjelaskan bahwa puisi merupakan karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan berfokus pada semua kekuatan bahasa dalam sebuah
struktur fisik dan struktur batinnya.
• Sumardi menjelaskan bahwa puisi merupakan karya sastra dengan
bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi
yang padu dan kata-kata bermakna kiasan (imajinatif).

2Penerapan Jurnal Dialog Untuk Meningkatkan


Kemampuan Apresiasi Sastra Prosa Fiksi Di Kelas V
Sdn Sukamaju Kabupaten Sumedang

8
a) Ciri-Ciri Puisi
Puisi memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1. Bahasa yang digunakan dalam puisi lebih padat dibandingkan prosa dan
drama.
2. Memiliki rima atau sajak yang teratur.
3. Puisi lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun, khususnya pada
puisi lama.
4. Puisi bersifat simetris.
5. Puisi memiliki makna konotatif.
6. Puisi terdiri dari sintaksis (gatra).

b) Unsur-Unsur Puisi
Pada materi puisi Bahasa Indonesia ini, kamu juga perlu mengetahui
tentang apa saja yang menjadi tak urung pada puisi, sebagai berikut:
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik merupakan unsur dari puisi yang dapat dilihat dan
diamati secara langsung dengan mata. Struktur fisik puisi terdiri dari:
a) Tipografi atau bentuk format puisi
Dalam tipografi ini kamu dapat melihat pengaturan baris, batas
tepi kertas kanan, kiri, atas, dan bawah, serta pemilihan jenis huruf
yang digunakan oleh puisinya. Tipografi ini berpengaruh terhadap
pemaknaan dari isi puisi.
b) Diksi
Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan oleh penyair
dalam puisinya, yang berhak mendapatkan efek sesuai dengan
keinginan penyair tersebut. Diksi ini sangat berpengaruh dengan
makna yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya.
c) Imaji atau Citraan
Imaji atau citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang
mengungkapkan dalam menggambar pembaca saat membaca puisi,
sehingga pembaca dapat seolah-olah melihat, mendengar,
merasakan, atau mengalami hal-hal yang terdapat dalam sebuah
9
puisi. Imaji dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu imaji
penglihatan (visual), imaji penglihatan atau suara (auditif), dan imaji
sentuh atau perabaan (taktil).
d) Majas
Utamakan penggunaan bahasa dengan khususkan sesuatu
dengan konotasi sehingga arti sebuah kata dapat memiliki banyak
makna.
e) Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata yang mengacu atau merujuk pada
suatu benda atau hal yang berwujud, dapat diraba, dilihat, didengar,
dan dicium. Kata konkret dalam puisi biasanya membangkitkan
imaji pembaca dan berkaitan dengan lambang atau kiasan. Contoh
kata konkret adalah laut, sawah, pantai, meja, uang, rumah, mobil,
dan lain sebagainya.
f) Rima atau Irama
Rima atau irama merupakan persamaan bunyi yang digunakan
oleh puisi dalam puisinya dari awal hingga akhir puisi. Rima atau
irama terdiri dari:
• Pengulangan kata Atau ekspresi
Yang menentukan tinggi dan rendah, panjang dan pendek,
keras dan lemahnya bunyi yang sangat berpengaruh dan
menonjol dalam membaca puisi.
• Onomatop atau bunyi-bunyi
Contoh dari onomatope ini adalah dor! yang merupakan
tiruan suara tembakan. Bentuk intern pola bunyi seperti
asonansi, aliterasi, persamaan awal, persamaan akhir, sajak
berparuh, sajak penuh, sajak pembatasan, pengulangan bunyi
(kata), dan sebagainya.

Struktur Batin Puisi


Struktur batin puisi merupakan unsur pembangun puisi yang tidak terlihat
mata. Struktur batin puisi terdiri dari:
1) Tema atau Makna ( Sense )

10
Tema atau makna merupakan salah satu unsur puisi yang pentas,
berupa makna yang ingin disampaikan oleh penyair kepada para
pembaca. Tema atau makna dalam puisi berkaitan dengan
hubungan tanda dengan makna. Oleh karena itu baik kata, baris,
umpan, maupun bentuk memiliki makna tertentu yang ingin
disampaikan oleh puisinya.

2) Nada ( Nada )
Nada merupakan sikap penyair kepada para pembacanya,
yang berkaitan dengan tema dan rasa. Dalam sebuah puisi, puisi
dapat menyampaikan makna yang ingin disampaikan dengan nada
menggurui, mendikte, memuji, memuji, atau sebagainya.

3) Rasa ( Perasaan )
Rasa merupakan sikap sikap terhadap pokok permasalahan
dalam puisinya. Rasa biasanya dipengaruhi oleh latar belakang
sosial dan psikologi penyair. Misalnya, latar belakang pendidikan,
jenis kelamin, kelas sosial, agama, kedudukan dalam masyarakat,
usia, pengetahuan, serta pengalaman sosiologis dan psikologis
seorang penyair akan mempengaruhi rasa dalam puisi yang ia tulis.

4) Amanat atau Tujuan ( Niat )


Amanat atau tujuan merupakan pesan yang ingin disampaikan
oleh penyair dalam puisinya kepada para pembaca.

Jenis-Jenis Puisi
Jenis puisi berdasarkan bentuknya:
1. Puisi yang terkait aturan bait dan baris. Diantaranya: pantun, syair,
dan soneta. Dikenal juga puisi yang lain berbentuk distikon, terzina,
kuatren, kuint, sektet, septima, dan oktaf.
2. Puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan bait,
baris, maupun rima. Contoh: puisi karangan Chairil Anwar, Taufik
Ismail, W.S. Rendra.

11
2. Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal
dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal
sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai
paparikan.Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila
dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-bb,
atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang
dijumpai juga pantun yang tertulis.
Pantun merupakan salah satu jenis karya sastra yang berupa hiburan atau
sindiran. Pantun berasal dari bahasa Jawa kuno yang merupakan puisi lama
melayu Indonesia. Pantun berasal dari kata “tuntun” yang artinya menyusun
atau menuntun (dalam bahasa jawa). Sedangkan dari bahsa minangkabau
berasal dari kata “patuntun”. sedangkan dari sunda dikenal dengan kata
parikan, dan di batak disebut dengan umpasan. Ada beberapa pengertian
pantun menurut para ahli yang antara lain yaitu:
• MenurutKBBI
Pengertian pantun menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya
terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri
atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan
(sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
• MenurutWikipedia
Menurut Wikipedia Indonesia, definisi pantun adalah salah satu jenis
puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara.
Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang
berarti “petuntun”. Dalam bahasa Jawa, pantun dikenal sebagai parikan,
dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan sedangkan dalam bahasa
Batak dikenal sebagai umpasa.
• MenurutHermanJWaluyo“2005:32”
Pantun merupakan puisi melayu asli yang sudah mengakar lama di
budaya masyarakat.

12
1. Ciri-Ciri Pantun
Berikut adalah beberapa ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut
1) Terdiri dari 4 baris/larik
2) Satu baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata
3) Baris pertama dan kedua pantun adalah sampiran
4) Baris ketiga dan keempat pantun adalah isi
5) Memiliki sajak/rima dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a

2. Unsur dalam Pantun


Sebagaimana yang dijelaskan dalam perenggan terdahulu, unsur alam
ialah segala-gala yang boleh (berupaya) dilihat, didengar, dan dirasai
(dengan deria sentuh dan perasaan) oleh insan dan makhluk yang lain.
Maksud boleh pula ialah, manusia boleh membuat sesuatu berdasarkan
kuderat dan kerelevanan pancaindera yang dimiliki oleh manusia. Mereka
yang cacat, mungkin tidak boleh mendengar, melihat, dan merasai seperti
mereka yang normal. Namun, kita jangan lupa, bahawa mereka yang cacat
[penglihatan] mungkin lebih tajam daya imiginasi mereka berbanding
dengan kita yang normal.
Hal inilah yang dikatakan bahawa mata hati mereka (yang cacat
penglihatan) lebih tajam derianya (perasaan) daripada manusia yang normal.
Mereka dapat bermonolog dan bermeditasi dengan daya imiginasi yang
lebih ampuh jika dibandingkan dengan mereka yang normal penglihatannya.
Begitu juga yang cacat pendengaran, mungkin daya agakan mereka lebih
tajam, iaitu seumpama lintah di dalam air yang tajam pendengaran lalu
hanya dengan melalui riak dan getaran air, si lintah akan datang kepada
objek yang menyebabkan kocakan atau riakan air itu. Demikian juga rasa
sentuhan, deria sentuh dan rasa (perasaan). Yang cacat pendengaran dan
penglihatan mungkin lebih tajam daya rasa dan perasaan berbanding dengan
insan yang normal.

3. Struktur dalam Pantun


Pantun memiliki dua pokok struktur utama, yaitu sampiran dan isi.
Sampiran adalah 2 larik (baris ketika dituliskan) yang berisikan hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Jantung pantun berada pada dua
13
larik terakhir yang dikenal sebagai isi. Pesan-pesan pada pantun melekat
pada dua larik terakhir itu.
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, fungsi sampiran adalah menyiapkan
rima dan irama agar pendengar dapat memahami isi pantun dengan mudah.
Ini dapat dipahami karena pada dasarnya, pantun merupakan sastra lisan.
Pola rima dan irama pada pantun secara eksplisit menegaskan sifat kelisanan
pantun pada budaya Melayu dulu. Berikut struktur dari teks pantun :
• Sampiran merupakan bagian yang terletak pada baris pertama dan
kedua. Biasanya bagian sampiran ini tidak memiliki hubungan
dengan isi pantun.
• Isi merupakan bagian isi dari pantun yang terletak pada baris ketiga
dan keempat. Bagian isi ini sendiri merupakan tujuan dari pantun itu
sendiri yang bisa untuk menghibur bahkan mengkritik.

4. Jenis Pantun

• Pantun Adat • Pantun Kias

• Pantun Agama • Pantun Percintaan

• Pantun Budi Pekerti • Pantun Peribahasa


• Pantun Jenaka • Pantun Perpisahan

• Pantun Kepahlawanan

D. Menerapkan dalam bermain drama


a. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran merupakan suatu metode pembelajaran
dengan seolah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman
tentang suatu konsep. Wahab mengatakan bahwa: Bermain peran adalah
berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk
tujuan- tujuan tertentu.3 Uno menuturkan bahwa metode bermain peran

3 Wahab. Metode dan Model- Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). (Bandung : Alfabeta,
2009), h. 109

14
sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa
menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema
dengan bantuan kelompok. 4 Sejalan dengan dua tokoh diatas, Aunurrahman
menuturkan mengenai metode bermain peran bahwa metode bermain peran
dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai- nilai sosial dan
moral dan pencerminannya dalam perilaku, membantu para siswa
mengumpulkan dan mengorganisasikan isu- isu moral dan sosial,
mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki
keterampilan sosial.5
Dari berbagai pandangan para tokoh di atas yang masing-masing
mengungkapkan pengertian mengenai bermain peran, pada dasarnya metode
bermain peran ini dapat digunakan dalam mempraktekkan suatu kejadian yang
pernah dialami seseorang sehingga hikmahnya dapat diambil oleh siswa
lain. Siswa diberikan kesempatan untuk terlibat secara secara aktif baik
dalam bertindak, berlaku, maupun berbahasa seperti orang yang diperankannya
sehingga siswa akan lebih memahami dan mengingat konsep, siswa akan
memperoleh pengetahuan tentang orang dan motivasi yang menandai
perilakunya, dan siswa dapat mempelajari nilai- nilai sosial yang ada di
masyarakat lewat peran yang dilakukannya. Metode bermain peran menuntut
guru untuk mencari kekurangan peran yang diperagakan siswa, yang lebih
ditekankan pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu
situasi masalah yang secara nyata dihadapi.

a) Langkah-langkah Metode Bermain Peran


Uno menuturkan bahwa prosedur bermain peran terdiri atas
sembilan langkahyaitu:
1) pemanasan (warmingup)
2) memilih partisipan
3) menyiapkan pengamat (observer)
4) menata panggung

4 Uno, H.B. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011) ,h. 26
5 Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta. 2011), h 115

15
5) memainkan peran (manggung)

6) diskusi dan evaluasi


7) memainkan peran ulang
8) diskusi dan evaluasi kedua
9) berbagi pengalaman dan kesimpulan.6

b) Kelebihan dan kelemahan Metode Bermain Peran


1) Kelebihan Metode Bermain Peran
Metode bermain peran memiliki beberapa kelebihan. Seperti
yang dituturkan oleh Mansyur bahwa: murid melatih dirinya untuk
melatih, memahami, dan mengingat bahan yang akan didramakan,
murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif, bakat yang
terpendam dalam murid akan dipupuk sehingga dimungkinkan akan
muncul atau timbul bibit seni dari sekolah, kerjasama antar pemain
pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik- baiknya, murid
memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya, dan bahasa lisan murid dapat dibina
menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.7
2) Kelemahan Metode Bermain Peran
Selain kelebihan di atas, metode ini juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu bahwa sebagian besar anak yang tidak ikut bermain
drama mereka menjadi kurang aktif, banyak memakan waktu, baik
waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bacaan pelajaran
maupun pada pelaksanaan pertunjukan, memerlukan tempat yang
cukup luas agar tidak membatasi ruang gerak pemain, kelas lain
sering terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-
kadang bertepuk tangan penonton dan sebagainya. 6

6 Ibid, h. 214

16
b. Pembelajaran Pemeranan Drama
Dalam proses pendidikan terdapat suatu kegiatan belajar dan mengajar.
Kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai suatu pembelajaran. Sagala
Mengungkapkan bahwa pembelajaran ialah mengajarkan siswa menggunakan
6

Op.Cit, h.26
7 Sagala, S.H. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung : Alfabeta.2009),h. 213
asas pendidikan maupun teori belajar teori belajar yang merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran bisa dikatakan suatu proses
komunikasi dua arah, karena dalam proses pembelajaran terdapat interaksi
antara guru sebagai pihak pendidik dan siswa sebagai peserta didik. 7 Arifin
menyatakan bahwa pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru dengan
peserta didik di kelas secara formal, akan tetapi meliputi kegiatan- kegiatan
belajar peserta didik di luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru
secara fisik.8
Berdasarkan beberapa uraian diatas mengenai pembelajaran, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran itu merupakan suatu kegiatan yang bertahap
yang terjadi antara dua orang atau lebih, baik di dalam lingkungan secara
formal maupun nonformal.

7 9 Ibid, h. 61
8 Arifin. Evaluasi Pembelajaran. ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 10
17
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak-anak yang masih berada di sekolah dasar harus diajak mulai
mengembangkan kesadaran pada sastra. Karena Pengajaran sastra ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami
karya sastra, sehingga anak dapat mengembangkan kearifan, kejelian, dan ketelitian
untuk menangkap isyarat-isyarat dalam kehidupan yang tercermin dalam karya sastra.
Dalam pembelajaran apresiasi sastra guru dapat menerapkan jurnal dialog untuk
mengungkapkan tanggapan hasil membaca cerita secara ekspresif dan personal.
Pembelajaran sastra di SD dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu
pembelajaran fiksi, pembelajaran puisi dan pembelajaran drama. Puisi merupakan
Bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat
serta indah Dalam pembelajaran puisi terdapat pantun, tetapi pantun ini termasuk
kedalam puisi lama. Pantun ini terikat oleh aturan bait dan baris. Kemudian
pembelajaran sastra dalam drama, Drama merupakan bentuk sastra yang dilukiskan
dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan
dialog atau monolog. Pembelajaran drama dapat diakukan dengan penerapan metode
bermain peran dalam pembelajaran drama dapat dicapai aspek perasaan, sikap, nilai,
persepsi, keterampilan pemecahan masalah, pemahaman terhadap pokok
permasalahan, dan diharapkan siswa dapat langsung memerankan naskah drama.
Dari pembelajaran sastra tersebut dapat menjadi media pendidikan dan hiburan
bagi anak, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. pada
waktu pembelajaran sastra, siswa diberi kesempatan memahami, menikmati dan
sekaligus merespon apa yang telah mereka baca dan cara-cara yang menarik minat
mereka. siswa juga memperoleh wawasan pada pemecahan masalah yang berkaitan
dengan dunia mereka sendiri.

B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya makalah ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan melalui kritikan

18
dan masukan bermanfaat dari para pembaca sekalian. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Aunurrahman.


2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Edu. Brata. 2009. Hakikat Pembelajaran Sastra Anak di SD, http://mbahbrata-
edu.blogspot.com/2009/12/hakikat-pembelajaran-sastra-anak-di-sd.html, Sagala, S.H.
2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sunarya, Dede Tatang. Penerapan Jurnal Dialog Untuk Meningkatkan Kemampuan
Apresiasi Sastra Prosa Fiksi Di Kelas V SDN Sukamaju Kabupaten Sumedang
TribunNews Network. 2021
Uchyarunna. 2017. Sastra Anak
https://bagibagiwebblog.wordpress.com/2017/03/22/sastra-anak/
Uno, H.B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Wahab. 2009. Metode dan Model- Model Mengajar ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.
Bandung : Alfabeta

19

Anda mungkin juga menyukai