Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK4

KIMIA DASAR

TENTANG REAKSI FASA


AIR
DAN
STOIKIOMETRI
LARUTAN
DOSEN:
Dr.Nana,M.PD

ANGGOTA:
GILANG MAULANA M
FAISAL SANJAYA

Kata pengantar
Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah “KIMIA DASAR” . Kemudian , solawat beserta salam terlimpah kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW.
Dalam penyelesaian tugas ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.Bapak
Dr.Nana,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah kimia dasar 2.Rekan-rekan yang ikut
dalam pengerjaan tugas ini , dan 3.Doa orang tua yang selalu menyertai setiap langkah kami
Berkat beliau kami dapat menyelesaikan tugas ini .
Penulis meyadari sepenuh hati bahwa dalam pembuatan tugas yang penulis buat jauh dari
katasempura , yang diharapkan oleh semua pihak , khusus nya pembaca . Untuk itu penulis
membutuhhkan kritik dan saran dari pembaca , agar tugas yang dibuat oleh penulis menjadi
sempurna dan bermanfaat bagi semua
CIAMIS,Oktober2021

Kelompok 4
REAKSI FASA AIR
Seperti Anda ketahui, air dapat berada dalam fasa gas, cair, dan padat
bergantung pada suhu dan tekanan.  Ketiga fasa tersebut dapat diungkapkan
dalam bentuk diagram P – T (Gambar 1).

Gambar 1. Diagram fasa air Titik tripel A (0,01 °C; 0,006 atm), titik leleh
(atau titik beku) normal B (0 °C; 1 atm); titik didih normal C (100 °C; 1
atm), dan titik kritis D (374,4 °C; 217,7 atm).
Pada diagram fasa tersebut terdapat tiga kurva yang membagi diagram ke
dalam daerah padat, cair, dan gas. Pada setiap daerah, menunjukkan
keadaan wujud zat yang stabil. Setiap titik pada kurva menunjukkan
hubungan tekanan dan suhu. Kurva AB yang membagi wilayah padat dan
cair, menyatakan keadaan padat dan cair berada dalam keadaan setimbang:

Padat D Cair

Kurva tersebut memberikan informasi tentang titik leleh padatan atau titik
beku cairan pada suhu dan tekanan tertentu. Umumnya peleburan (padat →
cair) atau pembekuan (cair → padat) tidak dipengaruhi oleh tekanan
sehingga kurva AB cenderung membentuk garis lurus.

Kurva AB untuk air agak miring ke kiri karena pembentukan es pada tekanan
tinggi suhunya turun sebesar 1 °C dari keadaan normal (1 atm). Hal ini
disebabkan pada keadaan cair kurang rapat dibandingkan pada keadaan
padat.
Kurva AC yang membagi wilayah cair dan gas memberikan informasi tentang
tekanan uap air pada berbagai suhu. Kurva tersebut menunjukkan garis
kesetimbangan fasa antara cair dan gas. Titik leleh dan titik didih air pada
tekanan 1 atm ditunjukkan dengan garis putus-putus, berada pada suhu 0
°C dan 100 °C.

Kurva AD yang membagi wilayah padat dan gas memberikan informasi


tentang tekanan uap padatan pada berbagai suhu. Kurva tersebut
menunjukkan garis kesetimbangan fasa antara padat dan gas. Kurva ini
berpotongan dengan kurva yang lain pada titik A. Titik A dinamakan titik
tripel, yaitu titik di mana pada suhu dan tekanan tersebut terjadi
kesetimbangan fasa antara gas, cair, dan padat secara bersama-sama. Titik
tripel untuk air terjadi pada suhu 0,01 °C dan tekanan 0,006 atm (4,58
mmHg).
Dengan diagram fasa, Anda dapat memperkirakan wujud suatu zat pada
suhu dan tekanan tertentu. Pada tekanan 1 atm dan suhu 25 °C, air akan
berwujud cair, sedangkan pada suhu 0 °C air berwujud padat (es). Diagram
fasa yang lain misalnya diagram fasa CO2, seperti ditunjukkan pada Gambar
2.

Gambar 2. Diagram fasa karbon dioksida Titik tripel X (–56,4 °C; 5,11 atm),
titik sublimasi Y (–78,5 °C; 1 atm), dan titik kritis Z (31,1 °C; 73,0 atm).
Titik tripel CO2 berada pada –56,4 °C dan 5,11 atm. Oleh sebab
itu, CO2 padat (dry ice) akan menyublim jika dipanaskan di bawah tekanan
5,11 atm. Di atas 5,11 atm, dry ice akan mencair jika dipanaskan. Pada suhu
kamar dan tekanan udara normal dry ice menyublim sehingga sifat ini sering
dimanfaatkan untuk pertunjukan panggung terbuka, agar di panggung
tampak seperti berkabut. Dengan sedikit pemanasan, dry ice langsung
menguap seperti asap.
Beberapa istilah fasa transisi:
Penguapan : H2O(l) → H2O(g)

Pengembunan : H2O(g) → H2O(l)

Peleburan : H2O(s) → H2O(l)

Pembekuan : H2O(l) →H2O(s)

Sublimasi : H2O(s) → H2O(g)

Deposisi : H2O(g) → H2O(s)


Contoh-contoh soal : 1. Berapa persen kadar kalsium (Ca) dalam kalsium karbonat ? (Ar: C =
12 ; O= 16 ; Ca=40)
Jawab : 1 mol CaCO3, mengandung 1 mol Ca + 1 mol C + 3 mol O Mr CaCO3 = 40 + 12 + 48 =
100 Jadi kadar kalsium dalam CaCO3 = 40/100 x 100% = 40%
2. Sebanyak 5.4 gram logam alumunium (Ar = 13) direaksikan dengan asam klorida encer
berlebih sesuai reaksi : 2 Al (s) + 6 HCl (aq) 2 AlCl3 (aq) + 3 H2 (g) Berapa gram aluminium
klorida dan berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan pada kondisi standar ?

Jawab:Dari persamaan reaksi dapat dinyatakan 2 mol Al x 2 mol AlCl3 3 mol H2 5.4 gram Al =
5.4/13 = 0.4 mol Jadi: AlCl3 yang terbentuk = 0.2 x Mr AlCl3 = 0.4 x 64 = 25,6 gram Volume
gas H2 yang dihasilkan (0o C, 1 atm) = 3/2 x 0.4 x 2 = 1,2 liter
3. Suatu bijih besi mengandung 80% Fe2O3 (Ar: Fe=56; O=16). Oksida ini direduksi dengan
gas CO sehingga dihasilkan besi. Berapa ton bijih besi diperlukan untuk membuat 224 ton
besi ? Jawab: 1 mol Fe2O3 mengandung 2 mol Fe maka : massa Fe2O3 = ( Mr Fe2O3/2 Ar
Fe ) x massa Fe = (160/112) x 224 = 320 ton Jadi bijih besi yang diperlukan = (100 / 80) x 320
ton = 400 ton.

Untuk menentukan air kristal tembaga sulfat 24.95 gram garam tersebut dipanaskan
sampai semua air kristalnya menguap. Setelah pemanasan massa garam tersebut menjadi
15.95 gram. Berapa banyak air kristal yang terkandung dalam garam tersebut ?
Jawab : misalkan rumus garamnya adalah CuSO4 . xH2O
CuSO4 . xH2O CuSO4 + xH2O 24.95 gram CuSO4 . xH2O = 15.95 + x mol 15.95 gram CuSO4 =
15.95 mol = 1 mol menurut persamaan reaksi di atas dapat dinyatakan bahwa: banyaknya
mol CuS04 . xH2O = mol CuSO4; sehingga persamaannya 24.95/ (15.95 + x) = 1 x = 9 Jadi
rumus garamnya adalah CuS04 . 9H2O
Contoh : Untuk mengoksidasi 20 ml suatu hidrokarbon (CxHy) dalam keadaan gas diperlukan
oksigen sebanyak 100 ml dan dihasilkan CO2 sebanyak 60 ml. Tentukan rumus molekul
hidrokarbon tersebut !
Jawab: Persamaan reaksi pembakaran hidrokarbon secara umum CxHy (g) + (x + 1/4 y) O2
(g) x CO2 (g) + 1/2 y H2O (l) Koefisien reaksi menunjukkan perbandingan mol zat-zat yang
terlibat dalam reaksi. Menurut Gay Lussac gas-gas pada p, t yang sama, jumlah mol
berbanding lurus dengan volumenya
Maka :

Mol Mol 02 :mol =1 (x+1/4y) :x


CxHy CO2
20 100 60 =1 (x+1/4y) :x
1 5 3 =1 (x+1/4y) :x

atau:1 : 3 = 1 : x x = 3
1 : 5 = 1 : (x + 1/4y) y = 8 Jadi rumus hidrokarbon tersebut adalah : C3H8

STOIKIOMETRI LARUTAN
Stoikiometri Larutan adalah perhitungan kimia untuk reaksi yang berlangsung dalam
larutan.

A. Konsep Kemolaran Dalam Larutan

Kemolaran zat dalam larutan menyatakan jumlah zat(mol) dalam larutann yang
ditempatinya(1L). Satuan kemolaran adalah mol/L atau M.

* Membuat Larutan Kemolaran dengan Kemolaran Tertentu ada dua macam, yaitu:
1. Melarutkan zat padat

Massa zat terlarut   yang harus di tambahkan untuk memperoleh larutan


dengan kemolaran M, dapat ditentukan dengan rumus berikut:
dimana
Keterangan:
M = kemolaran(mol/L)
n = mol yang di hasilkan (mol)
V = volum labu ukur(L)
w = massa zat yang di larutkan(g)
= massa molar zat, yakni dalam satuan g/mol.

2. Mengencerkan larutan pekat


Pada proses engenceran, jumlah zat terlarut dalam larutan
tidak berubah.Volum larutan pekat yang dibutuhkan untuk membuat larutan dengan
kemolaran M dapat di hitung sebagai berikut:
Mol zat sebelum pengenceran = mol zat sesudah massa pengenceran
Oleh karena atau n = M x V maka diperoleh
Keterangan:
= kemolaran larutan sebelum dan sesudah pengenceran
= volum larutan sebelum dan sesudah pengenceran
B. Reaksi Kimia Dalam Larutan Elektrolit

Reaksi Kimia Dalam Larutan Elektrolit melibatkan zat elektrolit,yakni asam, basa,dan
garam. Reaksi dapat berlangsung apabila setidaknya salah satu produknya berupa
air, endapan, gas atau elektrolit lemah. Reaksi kimia dalam larutan elektrolit
selalumempunyai reaksi ion bersih.

* Ada tiga jenis reaksi kimia dalam larutan elektrolit, yaitu:


1. Reaksi penetralan asam dan basa
Reaksi penetralan dalam larutan adalah reaksi antara asam dan basa membentuk
yang bersifat netral.

* Jenis reaksi:
– ASAM + BASA GARAM + AIR
– ASAM + OKSIDA BASA GARAM + AIR
– ASAM + AMONIA GARAM
– OKSIDA ASAM + BASA GARAM + AIR

2. Reaksi pendesakan logam


Reaksi pendesakan logam adalah reaksi di mana logam lain atau hidrogen dalam
suatu senyawa.
A + BC AC + B: A di kiri B Deret Volta

Reaksi terjadi jika logam di kiri/H yang di desak pada deret volta
Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au

* Jenis reaksi:
– LOGAM 1 + GARAM 1 GARAM 2 + LOGAM 2
– LOGAM + ASAM GARAM + GAS HIDROGEN
– LOGAM + ASAM GARAM + AIR + GAS

3. reaksi metatesis(pertukaran pasangan)


Reaksi metatesis(pertukaran pasangan) adalah reaksi pertukaran pasangan ion dari
dua elektrolit.
Melibatkan pertukaran pasangan ion dari dua elektrolit.
AB + CD AD + CB

* Jenis reaksi:
– GARAM 1 + ASAM 1 GARAM 2 + ASAM 2
– GARAM 1 + BASA 1 GARAM 2 + BASA 2
– GARAM 1 + GARAM 2 GARAM 3 + GARAM 4
* Aturan Penulisan Reaksi Ion Bersih
1. Tulis reaksi ionnya
a. Zat berupa elektrolit kuat dinyatakan oleh ion-ionnya
b. Zat berupa elektrolit lemah dinyatakan oleh rumus kimianya.
c. Zat berupa gas dan padatan (logam, endapan) dinyatakan oleh rumus kimianya

2. reaksi ion bersih diperoleh dengan menghilangkan ion-ion penonton.

C. Menggunakan Konsep Kemolaran Untuk Reaksi Kimia Dalam Larutan

Konsep kwmolaran dan berbagai jenis reaksio kimia dalam larutan elektrolit, dapat
digunakan pada perhitungan reaksi kimia dalam larutan.

D. Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa merupakan prosedur penting dalam analisis kimia untuk
menentukan konsentrasi/kemolaran larutan asam/basa. Hal ini dilakukan demgan
meneteskan larutan standar asam/basa yang kemolarannya sudah diketahui
kedalam larutan asam/basa yang ke,olarannya akan ditentukan, menggunakan
buret. Penambahan larutan standar dilakukan sampai mencapai titik ekovalen, yakni
titik di mana asam dan basa habis bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan
menggunakan indikator yang harus berubah warna di sekitar titik tersebut. Titik di
mana perubahan warnaindikator terjadi disebut titik akhir titrasi. Indiktor yang
digunakan dalam titrasi adalah metil merah, bromotimol biru, dan fenolftalein.

* Perhitungan Konsentrasi:
– Tulis persamaan reaksi antara larutan asam A dan larutan basa B
aA + Bb cC + dD + …
– Nyatakan rumus untuk menghitung mol A dan mol B yang bereaksi

– Dari persamaan reaksi A dan B, perbandingan mol A dan mol B agar habis
bereaksi = a : b. Jadi diperoleh:

Keterangan:
= kemolaran asam A dan basa B
= volum asam A dan basa B
A , b = koefisien reaksi asam A dan basa B

Perhatikan, rumus ini juga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan basa dengan menggunakan suaru larutan standar asam.

* Jenis titrasi ada 4 macam, yaitu:


1. Titrasi asam kuat dan basa kuat
2. Titrasi asam lemah dan basa kuat
3. Titrasi basa lemah dan asam kuat
4. Tirasi asam lemah dan basa lemah
Contoh Soal : Berapa molaritas larutan yang terjadi jika 4 gram NaOH dilarutkan ke dalam air
sampai volumenya menjadi 500 mL?
Jawab : Massa zat terlarut (NaOH) = 4 gram Mr NaOH = 23 +16+1 = 40 Volume = 500 mL M
= n x 1000 mL = 4 x 1000 = 0,2 M 40 500
Contoh Soal : Berapa jumlah mol HCl yang terdapat dalam 100 mL larutan HCl 0,2 M?
Jawab : M = n V n = M . V = 0,2 M x 0,1 L = 0,02 mol Contoh Soal : Berapa gram H2SO4 yang
terlarut dalam 200 mL larutan H2SO4 0,1 M? Jawab : Mr H2SO4 = 98 Konsentrasi larutan
H2SO4 = 0,1 M Volume= 200 mL n = M . V = 0,1 x o,2 =0,02 mol n = gram Mr 0,02 = gram 98
gram = 98 x 0,02 = 1,96 gram
Contoh Soal : Diketahui 25 mL HCl 1 M direaksikan dengan 25 mL NaOH 2 M, menghasilkan
NaCl dan air. Pada reaksi tersebut mana yang bertindak sebagai pereaksi pembatas dan
berapa mol zat yang bersisa?

Penyelesaian HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl (aq) + H2O(l) Mulamula 25 mL x 1 M = 25 mmol


=0,025 mol 25 mL x 2 M = 50 mmol = 0,05 mol - - Bereaksi0,025 mol 0,025 mol 0,025 mol
0,025 mol Sisa Mula2 – Bereaksi 0,025 – 0,025 = 0 0,5 – 0,025 = 0,025 mol 0,025 mol 0,025
mol
Contoh Soal : Direaksikan 25 mL NaCL 2 M dengan 25 mL H2SO4 2 M. Tentukan : a. Zat
perekasi pembatas. b. Berapa gram zat yang tersisa. c. Berapa gram garam yang terbentuk.

Penyelesaian 2NaCl(aq) + H2SO4(aq)  Na2SO4 (aq) + 2HCl(l) Mulamula 25 mL x 2 M = 50


mmol =0,05 mol 25 mL x 2 M = 50 mmol = 0,05 mol - - Bereaksi 0,05 mol Zat pereaksi
pembatas ½ x 0,05 mol =0,025 mol ½ x 0,05 mol =0,025 mol 2/2 x 0,05 mol = 0,05 mol Sisa
0,05 – 0,05 = 0 0,05 – 0,025 = 0,025 mol 0,025 mol 0,05mol Massa zat sisa = 0,025 x Mr =
0,025 x98 = 2,45 gram Garam yg terbentuk = 0,025 x Mr = 0,025 x142 = 3,55 gram .

Anda mungkin juga menyukai