Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWAT DARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL


Dosen Pengampu : Diah Andriani ,S.SiT.,M.Keb

Disusun oleh:

1. Fatha Nasyiatul Imama (162019020001)


2. Aqnesia Nofianti (162019020002)
3. Irfana Ishlaha (162019020003)
4. Lina Rahmawati (162019020004)
5. Risa Risdiana (162019020005)
6. Widiyawati Rahayu (162019020006)
7. Via Linda Sari (162019020008)
8. Fitri NurAini (162019020009)
9. Esti Wulandari (162019020010)
10. Ela Arliya (162019020011)
11. Ria Alviani (162019020012)
12. Ismi Dwi Saputri (162019020013)
13. Arneta Martadia Safitri (162019020014)
14. Muafiatul Anisnaini (162019020015)
15. Nur Amifa (162019020016)

PRODI D3 KEBIDANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah asuhan kebidanan
kegawat daruratan maternal dan neonatal ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jepara, 14 Juni 2021

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................4
C. TUJUAN........................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
1. BAYI KUNING...............................................................................................................................5
2. BAYI DENGAN BERAT BADAN RENDAH...............................................................................7
3. BAYI DENGAN KESULITAN MENYUSU................................................................................10
BAB III........................................................................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................................................11
KESIMPULAN.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami ikterik, susah
menyusui dan gangguan pertumbuhan sering terjadi. Kejadian ikterus pada bayi baru
lahir (BBL) sekitar 50% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan
(BBLR).

Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam pengelolaan BBL yang pada akhir-akhir ini
mengalami banyak kemajuan. BBLR menjadi ikterus disebabkan karena sistem enzim
hatinya tidak matur dan bilirubin tak terkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien 4-5
hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisitemia, memar,infeksi. BBLR ini
merupakan faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan di
masa depan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari berat badan lahir rendah, ikterik dan bayi susah menuyusu?
2. Apa penyebab dari berat badan lahir rendah, iketrik dan bayi susah menyusu?
3. Apa tanda dan gejala berat badan lahir rendah, ikterik dan bayi susah menuyu?
4. Bagaimana penangan dari berat badan lahir rendah, ikterik dan bayi susah menyusu?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahi pengertian dari berat badan lahir rendah, ikterik dan bayi susah
menyusu
2. Untuk mengetahui penyebab dari berat badan lahir rendah, ikterik dan bayi susah
menyusu
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala berat badan lahir rendah, ikterik dan bayi susah
menyusu
4. Untuk mengetahui cara penanganan berat badan.lahir rendah, ikterik dan bayi susah
menyusu

BAB II

4
PEMBAHASAN
1. BAYI KUNING
 PENGERTIAN

Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan umumnya tidak
berbahaya. Tanda-tanda bayi kuning mudah terlihat karena ciri khas pewarnaan kuning pada
kulit dan juga pada bagian putih mata. Istilah medis untuk kondisi ini adalah ikterik
neonatorum.

 PENYEBAB

Penyebab bayi kuning adalah kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Bilirubin ini
adalah pigmen kuning dalam sel darah merah.

Kelebihan bilirubin terjadi karena organ hati bayi belum cukup matang untuk menyingkirkan
bilirubin dalam aliran darah. Seiring dengan berkembangnya fungsi organ hati bayi dan
mulai meningkatnya asupan bayi, penyakit kuning akan berangsur hilang dengan sendirinya.

Pada kebanyakan bayi, penyakit kuning ini tidak memerlukan perawatan khusus dan akan
hilang dengan sendirinya sekitar 2-3 minggu setelah lahir.

Penyebab lain adalah berat bayi lahir rendah (kurang dari 2500 gram), bayi lahir
premature (usia kehamilan <37 minggu), kurangnya pemberian ASI, infeksi, gangguan
fungsi hati dan ketidakcocokan golongan darah ibu dan bayi.

 GEJALA

Gejala pada bayi yang mengalami ikterik neonatorum yaitu warna kulit pada bayi menjadi
warna kuning atau yang sering disebut dengan bayi kuning.

Warna kadang-kadang dimulai pada wajah dan kemudian menyebar ke dada, perut, kaki, dan
telapak kaki. Terkadang, bayi dengan ikterus parah bertubuh lemah dan tidak mau menyusu.

 JENIS JENIS BAYI KUNING

KUNING NORMAL yaitu timbul pada hari ke 2 atau ke 3 dan tampak jelas pada hari ke 5
sampai dengan ke 6 dan akan menghilang pada hari ke 7 atau hari ke 10 dan akan
menghilang pada hari ke 14. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik.

KUNING TIDAK NORMAL yaitu kuning terjadi sebelum umur 24 jam dan bertahan
setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan. Biasanya
disertai tanda-tanda adanya penyakit seperti suhu yang tidak stabil, malas menetek, muntah,
penurunan berat badan yang cepat, sesak nafas, gagal nafas, dan penurunan kesadaran.

5
 PENCEGAHAN

Apabila bayi kuning, yang dapat dilakukan adalah :

 pemberian ASI yang cukup kepada bayi.


 Pemberian makanan dilakukan dengan pemberian ASI 8 hingga 12 kali sehari.
Dengan mencukupi asupan bayi, maka bilirubin dapat dikeluarkan lebih cepat dari
tubuh melalui kencing dan tinja.
 Selain itu jemur bayi di pagi hari antara jam 7-8 pagi selama 30 menit dengan badan
terbuka dan gunakan penutup mata serta popok (untuk bayi laki-laki).

 PENANGANAN

Pada banyak kasus, kondisi bayi kuning tidaklah berbahaya dan bisa membaik dengan
sendirinya dalam kurun waktu 1-2 minggu. Dalam waktu tersebut, Bunda hanya perlu
memberikan ASI atau susu formula lebih sering dari biasanya (8-12 kali sehari).

Namun, jika bayi kuning tak kunjung membaik setelah 2 minggu atau disebabkan oleh
kondisi medis tertentu yang berbahaya, maka bayi akan membutuhkan penanganan dari
dokter dan menjalani rawat inap.

Untuk menangani kondisi bayi kuning, dokter dapat melakukan beberapa metode perawatan
berupa:

a. Fototerapi

Fototerapi adalah metode perawatan bayi kuning yang memanfaatkan paparan cahaya
khusus untuk menghancurkan bilirubin dalam tubuh bayi agar mudah dikeluarkan melalui
urine atau tinja. Fototerapi sangat efektif untuk mengobati bayi kuning dengan efek samping
yang relatif ringan, seperti ruam atau diare. Saat menjalani fototerapi, bayi akan diberikan
pelindung mata agar sinar fototerapi tidak merusak mata bayi.

b. Pemberian suntikan imunoglobulin (IVIG)

Pengobatan ini diberikan jika penyakit kuning yang diderita bayi disebabkan oleh
golongan darah yang berbeda antara bayi dan ibu. Bayi yang memiliki golongan darah
berbeda dapat membawa antibodi tertentu dari ibu dan membuat produksi bilirubin
meningkat. Pemberian suntikan imunoglobulin bertujuan untuk mengurangi antibodi
penyebab tingginya kadar bilirubin tersebut.

c. Transfusi darah

Apabila kedua metode di atas tidak efektif untuk mengatasi kondisi bayi kuning, maka
transfusi darah mungkin akan dilakukan, Cara ini dilakukan dengan mengambil darah bayi,

6
kemudian menggantinya dengan darah yang cocok dari donor atau bank darah. Prosedur ini
biasanya berlangsung selama beberapa jam dan selama itu pula, kondisi bayi akan terus
diawasi oleh dokter dan perawat di rumah sakit.

Apabila bayi kuning tidak berbahaya dan bisa dirawat di rumah, dokter mungkin akan
menyarankan bayi agar lebih sering disusui dan dijemur di bawah sinar matahari pagi.

Meski kebanyakan kasus bayi kuning tidak berbahaya, Bunda tetap dianjurkan untuk
membawa Si Kecil ke dokter anak apabila ia menunjukkan gejala penyakit kuning. Hal ini
karena penanganan bayi kuning yang terlambat dapat menyebabkan bayi mengalami
komplikasi serius, seperti kerusakan otak akibat penumpukan bilirubin (kernikterus), cerebral
palsy, dan gangguan pendengaran.

2. BAYI DENGAN BERAT BADAN RENDAH


Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih rendah
dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami BBLR jika beratnya kurang dari
2,5 kilogram, sedangkan berat badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3 kilogram.
Sementara pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1,5 kilogram, dinyatakan memiliki
berat badan lahir sangat rendah.

BBLR dapat terjadi ketika bayi lahir secara prematur dengan masa kehamilan kurang dari
37 minggu (belum cukup bulan), atau bayi mengalami gangguan perkembangan dalam
kandungan. Berdasarkan data Badan Litbang Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun
2014, sekitar 10 persen bayi lahir dengan berat badan rendah, dan jumlah paling banyak
terjadi di Sulawesi Tengah, yaitu 17 persen.

Bayi dengan berat badan lahir rendah ini rentan sakit atau mengalami infeksi, Sedangkan
dalam jangka panjang, bayi tersebut berisiko mengalami keterlambatan perkembangan
motorik atau kemampuan dalam belajar. Semakin rendah berat badan lahir bayi, maka
semakin banyak masalah medis yang akan dihadapi, apalagi jika bayi tersebut terlahir
prematur.

 Ciri dan Gejala Berat Badan Lahir Rendah

7
Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal, bayi BBLR juga akan
tampak:

 Lebih kurus.
 Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
 Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.
 Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur.

Masalah yang umum ditemui pada bayi seperti ini adalah:

 Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia).


 Memiliki masalah dalam menyusu.
 Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan.
 Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada temperatur yang
normal.
 Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu kental
(polisitemia).
 Penyebab Berat Badan Lahir Rendah

Banyak kondisi yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Penyebab
utama dan yang paling banyak terjadi adalah kelahiran prematur, yaitu persalinan yang
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi prematur tidak sempat mengalami
pertumbuhan pesat yang terjadi pada trimester akhir kehamilan. Maka dari itu, bayi tersebut
cenderung memiliki berat badan rendah dan bertubuh kecil.

Di samping kelahiran prematur, kondisi lain yang dapat membuat bayi berisiko lahir
dengan barat badan rendah adalah:

 Intrauterine growth restriction. Pada kondisi ini, bayi tidak tumbuh dengan baik
saat berada dalam kandungan. Masalah ini dapat dipicu oleh gangguan pada plasenta
yang menghambat pertumbuhan bayi akibat tidak mendapat pasokan oksigen dan
nutrisi yang cukup.
 Komplikasi selama kehamilan, misalnya ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi.
 Janin menderita kondisi medis bawaan.
 Bayi kembar. Bayi kembar sering lahir dengan berat badan rendah dan prematur,
karena tidak banyak ruang dalam rahim untuk kedua janin.
 Usia ibu hamil masih muda. Ibu hamil dengan usia kurang dari 15 tahun berisiko
tinggi memiliki bayi
 Ibu hamil mengalami malnutrisi. Misalnya kekurangan asam folat, protein, dan
karbohidrat.
 Ibu hamil menggunakan NAPZA atau minum minuman beralkohol.
 Ibu hamil memiliki masalah emosi selama kehamilan.

8
 Diagnosis Berat Badan Lahir Rendah

Diagnosis berat badan lahir rendah (BBLR) dapat diperkirakan oleh dokter kandungan
sejak masa kehamilan. Saat pemeriksaan kehamilan rutin, dokter akan mengamati
perkembangan ukuran dan berat badan janin dalam rahim, dan membandingkannya dengan
usia kehamilan. Metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan adalah USG kehamilan.

Diagnosis BBLR dapat ditetapkan pada saat bayi lahir, jika berat badannya kurang dari
2,5 kg.

 Penanganan Berat Badan Lahir Rendah

Hampir seluruh bayi BBLR memerlukan perawatan di rumah sakit setelah lahir.
Penanganan dapat dilakukan sesuai dengan usia kehamilan, kondisi kesehatan, serta respons
bayi terhadap pengobatan atau prosedur tertentu.

Untuk bayi BBLR dengan komplikasi tertentu, seperti paru-paru yang belum matang atau
masalah pada usus, maka bayi tersebut perlu dirawat di ruang perawatan intensif neonatal
(NICU). Di ruang ini, petugas medis akan membaringkan bayi di tempat tidur yang suhunya
telah diatur, serta memberikan susu dengan teknik dan alat khusus. Bayi baru diperbolehkan
pulang setelah komplikasi dapat diatasi dan ibunya dapat memberikan ASI secara normal.
Untuk merawat bayi prematur atau bayi yang berat badan lahirnya rendah, dokter juga
biasanya akan menyarankan metode kangguru.

Untuk bayi BBLR, dokter sangat menganjurkan pemberian ASI, karena dapat
mendukung pertumbuhan dan kenaikan berat badan. Jika ibunya tidak bisa memberikan ASI,
bayi dapat diberikan ASI dari donor.

Bayi BBLR yang lahir tanpa komplikasi dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya
seiring waktu. Namun pada saat dewasa, kebanyakan bayi BBLR berisiko mengalami berat
badan berlebih atau obesitas, serta berisiko menderita diabetes, tekanan darah tinggi, dan
penyakit jantung. Beberapa bayi BBLR juga dapat mengalami keterlambatan perkembangan
mental.

 Komplikasi Berat Badan Lahir Rendah

Komplikasi yang dapat timbul akibat berat badan lahir rendah (BLBR), antara lain adalah:

 Gangguan perkembangan paru-paru atau organ lainnya.


 Masalah pernapasan, seperti sindrom gangguan pernapasan bayi.
 Masalah neurologis, seperti perdarahan di dalam otak.
 Masalah gastrointestinal, seperti necrotizing enterocolitis.
 Kematian mendadak.

9
3. BAYI DENGAN KESULITAN MENYUSU
Bayi Susah Menyusu Bisa Jadi Disebabkan Tongue-tie,

Tongue-tie adalah kondisi bawaan lahir pada bayi yang membuat lidah tidak dapat
bergerak dengan bebas karena frenulum lidah pendek, tebal, atau terikat dengan dasar mulut.
Frenulum lidah merupakan jaringan tipis yang menghubungkan antara lidah dengan dasar
mulut.

Penyebab kondisi ini belum diketahui dengan pasti, namun sebagian kasus tongue-tie
diketahui berkaitan dengan faktor genetik atau keturunan. Tongue-tie dialami sekitar 5% bayi
baru lahir, dan lebih sering dialami bayi laki-laki.

 Ciri-Ciri Tongue-tie

Bayi yang mengalami tongue-tie biasanya sulit menjulurkan lidah dan menyusu. Kondisi
ini juga bisa membuat kemampuan bayi untuk makan, bicara, dan menelan terganggu. Meski
demikian, ada juga bayi dengan tongue-tie yang tidak mengalami gangguan apa pun.

Untuk mengetahui apakah bayi mengalami tongue-tie atau tidak, ada beberapa tanda yang
perlu dikenali, yaitu:

 Bentuk lidah bayi menyerupai hati ketika dijulurkan.


 Bayi sulit menggerakkan lidah dari satu sisi ke sisi lain, atau dari bawah ke atas.
 Bayi sulit mengisap ASI saat menyusu.
 Penambahan berat badan bayi tidak memadai.
 Bayi sulit menjulurkan lidahnya melewati gigi depan bawah.
 Ibu terus menerus merasa kesakitan saat menyusui.

Pada sebagian kasus, tongue-tie dapat membaik dengan sendirinya. Meski begitu, ada juga
yang memerlukan penanganan medis karena menyebabkan gangguan pada kemampuan dasar
bayi. Bayi dengan tongue-tie dan mengalami gangguan menyusu misalnya, mungkin perlu
mendapatkan penanganan medis karena dikhawatirkan tumbuh kembangnya ikut terganggu.

 Cara Mengatasi Tongue-tie

Jika tongue-tie yang dialami bayi menyebabkan sulit untuk menyusu atau menyebabkan
tumbuh kembangnya terganggu, dokter dapat merekomendasi tindakan medis, di antaranya:

a. Frenotomi

10
Prosedur ini dilakukan pada bayi dengan indikasi tongue-tie sesaat setelah lahir. Setelah
diperiksa, dokter dapat segera menggunting frenulum dengan gunting steril untuk membebaskan
gerakan lidah.

Prosesnya sangat cepat, sehingga Bunda tidak perlu khawatir Si Kecil mengalami kesakitan.
Lagi pula, frenulum hanya mengandung sedikit ujung saraf dan pembuluh darah, sehingga jarang
sekali menyebabkan perdarahan. Walaupun terjadi perdarahan, darah yang keluar hanya sedikit,
yaitu setetes atau dua tetes.

Setelah prosedur ini dilakukan, bayi dapat menyusu. ASI yang keluar dari payudara Bunda
dapat menjadi antiseptik dan pereda nyeri alami.

b. Frenuloplasti

Prosedur yang dilakukan dengan operasi dan obat bius ini dilakukan jika frenulum terlalu
tebal. Saat ini, proses frenuloplasti dapat dilakukan dengan laser, sehingga tidak memerlukan
jahitan, meminimalkan rasa sakit, serta mengurangi risiko komplikasi.

Setelah prosedur ini dilakukan dan kondisi bayi telah pulih, ajak ia untuk melakukan
senam lidah. Ini dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi pada bekas luka dan
mengembalikan gerak lidah. Dokter yang menangani akan menjelaskan caranya.

Prosedur untuk mengatasi tongue-tie masih sering menjadi perdebatan di antara para
dokter dan konselor laktasi. Sebagian dokter menyarankan untuk dilakukan segera setelah
bayi lahir, tetapi ada juga yang memilih untuk membiarkannya dan menunggu kondisi ini
hilang dengan sendirinya.

Untuk memastikan kondisi tongue-tie pada bayi, orangtua sebaiknya berkonsultasi


dengan dokter anak atau dokter THT, untuk mengambil tindakan yang tepat.

BAB III
PENUTUP

11
KESIMPULAN
Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan umumnya tidak
berbahaya. Tanda-tanda bayi kuning mudah terlihat karena ciri khas pewarnaan kuning pada
kulit dan juga pada bagian putih mata. Penyebab bayi kuning adalah kadar bilirubin yang
tinggi dalam darah. Pemberian makanan dilakukan dengan pemberian ASI 8 hingga 12 kali
sehari. Dengan mencukupi asupan bayi, maka bilirubin dapat dikeluarkan lebih cepat dari
tubuh melalui kencing dan tinja.

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih rendah
dari berat badan bayi rata-rata. Penyebab utama dan yang paling banyak terjadi adalah
kelahiran prematur. Bayi prematur tidak sempat mengalami pertumbuhan pesat yang terjadi
pada trimester akhir kehamilan. Maka dari itu, bayi tersebut cenderung memiliki berat badan
rendah dan bertubuh kecil. Penanganan dapat dilakukan sesuai dengan usia kehamilan,
kondisi kesehatan, serta respons bayi terhadap pengobatan atau prosedur tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
https://rsud-kelet.jatengprov.go.id/mengenal-bayi-kuning-atau-ikterik-neonatorum/

12
Diakses 14 juni 2021

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015). Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2014.

https://www.alodokter.com/berat-badan-lahir-rendah#:~:text=Berat%20badan%20lahir
%20rendah%20(BBLR,2%2C5%20atau%203%20kilogram.

Diakses 14 juni 2021

https://www.alodokter.com/bayi-susah-menyusu-bisa-jadi-disebabkan-tounge-tie

Diakses 14 juni 2021

13

Anda mungkin juga menyukai