Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Menteng


1.1.1 Geografis dan Topografis
Kecamatan Menteng adalah sebuah kecamatan yang terletak di Jakarta Pusat
dan merupakan Pusat Pemerintahan dari Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gambir di sebelah utara,
Kecamatan Tanah Abang di sebelah barat, Kecamatan Matraman di sebelah
timur, dan Kecamatan Setiabudi di sebelah selatan. Kecamatan Menteng
mempunyai luas wilayah 653,46 Ha. mempunyai 5 Kelurahan, yaitu Kelurahan
Kebon Sirih, Kelurahan Gondangdia, Kelurahan Cikini, Kelurahan Menteng
dan Kelurahan Pegangsaan.

Skala 1:15.000
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Menteng
Sumber : Google Maps

1
a. Letak Wilayah
Kecamatan Menteng adalah salah satu Kecamatan yang berada di
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat. Luas Wilayah. Kecamatan
Menteng mempunyai luas wilayah 653,46 Ha. mempunyai 5 Kelurahan,
yaitu Kelurahan Kebon Sirih, Kelurahan Gondangdia, Kelurahan Cikini,
Kelurahan Menteng dan Kelurahan Pegangsaan. Luas wilayah, jumlah
Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tentangga di wilayah Kecamatan
Menteng dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun
Tetangga Tahun 2018
Luas Wilayah Jumlah Jumlah
Kelurahan
(Ha) RW RT
Kebon Sirih 83,40 Ha 10 77
Gondangdia 145,82 Ha 5 40
Cikini 82,09 Ha 5 66
Menteng 243,90 Ha 10 137
Pegangsaan 98,25 Ha 8 104
Jumlah 653,46 Ha 38 77

Sumber: Profil Puskesmas Menteng 2018

b. Batas Wilayah
Utara : Jl. Kebon Sirih Raya (Kec. Gambir)
Barat : Jl. Kali Cideng (Kec. Tanah Abang)
Selatan : Jl. Kali Malang (Kec. Setia Budi)
Timur : Jl. Kali Ciliwung (Kec. Menteng)

2
1.1.2 Kependudukan
Jumlah Penduduk Kecamatan Menteng pada Tahun 2018 sebanyak
80.633 orang.

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Menteng Tahun 2018

∑ Penduduk
No. KELURAHAN
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Menteng 14.087 13.514 27.601
2 Pegangsaan 12.492 12.754 25.246
3 Cikini 3.916 3.856 7.772
4 Gondangdia 3.234 2.673 5.907
5 Kebon Sirih 6.966 7.141 14.107
KEC. MENTENG 40.695 39.938 80.633

Sumber: Profil Puskesmas Menteng 2018

Keadaan Pendidikan dan Pengajaran di Wilayah Kecamatan Menteng,


Adapun jumlah Taman Kanak- Kanak (TK) 31 Sekolah, Sekolah Dasar (SD)
yang sederajat baik negeri maupun swasta sebanyak 29 Sekolah, SLTP
sebanyak 13 Sekolah, SMU Sebanyak 7 Sekolah, SMK sebanyak 6 Sekolah
dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 1.3 Keadaan Pendidikan dan Pengajaran di Wiliyah Kecamatan


Menteng
No Kelurahan TK SD SMP SMA SMK
1 Kebon Sirih 4 4 2 1 -
2 Gondangdia 5 7 4 3 -
3 Cikini 4 5 3 - 1
4 Menteng 12 7 3 2 4
5 Pegangsaan 6 6 1 1 1
JUMLAH

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017

1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas


1.1.3.1 Gambaran Umum Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu
sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

3
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya (Permenkes No. 75 tahun 2014).
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh
puskesmas kepada masyarakat mencakup perencanaan,
pelaksanaaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan
dalam suatu sistem (Permenkes No.75 tahun 2014). Pelayanan
tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan-bedakan.
Di Indonesia, puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun
1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas) I di Jakarta, dimana dibicarakan upaya
pengorganisasian system pelayanan kesehatan di tanah air, karena
pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasakan
kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA,
BP, dan P4M dan sebagiannya masih berjalan sendiri-sendiri dan
tidak berhubungan. Melalui Rekerkesnas tersebut timbul gagasan
untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu
organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep
yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :

1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada


upaya kuratif dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya
preventif dan promotif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif

4
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-
pilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu
(integrated).
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak
dari masyarakat.
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang
semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan
komsutif menjadi investasi.
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh
pemerintah akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh
masyarakat sebagai mitra pemerintah (partnership).
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat
(centralization) menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up
seiring dengan era desentralisasi.

Menurut Permenkes no 75 tahun 2014 Pembangunan kesehatan


yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu Hidup dalam
lingkungan sehat
3. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

5
1.1.3.1 Wilayah Kerja Puskesmas
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan
pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat

dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan


kemampuan penyelenggaraan. Puskesmas dikategorikan menjadi
(Permenkes No.75 tahun 2014) :

A. Puskesmas Kawasan Perkotaan


Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang
memenuhi paling sedikit 3(tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan
perkotaan sebagai berikut:
- Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada
sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa
- Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km,
pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km,
bioskop, atau hotel
- Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki
listrik
- Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas
perkotaan

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan


perkotaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Memprioritaskan pelayanan UKM
- Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat
- Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
masyarakat
- Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
- Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan
permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat
perkotaan.

6
B. Puskesmas Kawasan Pedesaan
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang
memenuhi paling sedikit 3(tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan
pedesaan sebagai berikut:
- Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada
sektor agraris
- Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km,
pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius
lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel
- Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (sembilan puluh
persen)
- Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan
pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat
- Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
- Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
- Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola
kehidupan masyarakat perdesaan.

C. Puskesmas Kawasan Terpencil Dan Sangat Terpencil


Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan
karakteristik sebagai berikut:
- Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau
kecil, gugus pulau, atau pesisir
- Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak
tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu

7
lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat
terhalang iklim atau cuaca; dan
- Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang
tidak stabil.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan


terpencil dan sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan
kompetensi tenaga kesehatan
- Dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi
dan kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan
- Pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan
kearifan lokal
- Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola
kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil
- Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan dan
- Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus
pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk
meningkatkan aksesibilitas.

Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi


tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)
Puskesmas. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk
dan aksebilitas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah
tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan
oleh bupati setelah mendengar saran tekhnis dari kantor wilayah
departemen kesehatan provinsi.

8
1.1.3.2 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas
meliputi :
- Promotif (peningkatan kesehatan)
- Preventif (upaya pencegahan)
- Kuratif (pengobatan)
- Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

1.1.3.3 Visi Puskesmas


Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju
terwujudnya Indonesia sehat.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan di
masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan,
yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku
sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat


indikator utama, yaitu:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk Kecamatan.

Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu


pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni,
terwujudnya Kecamatan sehat yang harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi masyarakat serta wilayah Kecamatan setempat.

9
1.1.3.4 Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain
yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap
lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin
berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan
dan kemampuan, menuju kemandirian hidup.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan
masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan
serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat
dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya,
tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai.

10
1.1.3.5 Stategi Puskesmas
Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan
kesehatan (Mubarak, 2014) antara lain:
1. Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (comprehensive
health care service).
2. Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang
menyeluruh (holistic approach).

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas


bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang (Permenkes No.75
tahun 2014):
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

1.1.3.6 Fungsi Puskesmas


Menurut Permenkes No.75 tahun 2014. Puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Masyarakat/UKM tingkat
pertama di wilayah kerjanya. Dalam menjalankan fungsinya
Puskesmas berwewenang:
a) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan
b) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan

11
d) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor
lain terkait
e) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat
f) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
g) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan
h) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan
i) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan
dini dan respon penanggulangan penyakit.

2. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Perorangan/UKP tingkat


pertama di wilayah kerjanya. Dalam menjalankan fungsinya
Puskesmas berwewenang:
a) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu
b) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif
c) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
d) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
e) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi
f) Melaksanakan rekam medis

12
g) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan
h) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan
i) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
j) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi
medis dan Sistem Rujukan.

3. Wahana pendidikan tenaga kesehatan


Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara :
a) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
b) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien.
c) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat
dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
d) Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e) Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanankan program puskesmas.

1.1.3.7 Upaya Kesehatan Puskesmas


Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama dan kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya
kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan (Permenkes No. 75 tahun 2014).

13
1. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. Pelayanan gizi
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

2. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya


kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya
yang sifatnya inovatif dan / atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya
yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan
dalam bentuk:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan satu hari (one daycare)
d. Home care
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan.

1.1.3.8 Peran Puskesmas


Konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran
yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas
dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke
depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dengan ikut serta menentukan kebijakan daerah
melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tatalaksana
kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan

14
yang akurat. Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan
teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan
secara komperhensif dan terpadu (Permenkes No.75 tahun 2014).

Gambar 1.2 Sistem Rujukan Puskesmas

1.1.4 Gambaran Umum Puskesmas Menteng


1.1.4.1. Visi Puskesmas Menteng
Menjadi pusat pelayanan kesehatan primer yang professional,
komprehensif, berstandar Internasional dan menjadi pilihan utama
bagi seluruh lapisan masyarakat tahun 2020.

1.1.4.2. Misi Puskesmas Menteng


Menyiapkan SDM yang professional, menyediakan sarana dan
prasarana yang berstandar nasional dan internasional. Meningkatkan
akses layanan kesehatan untuk seluruh lapisan masyarakat,
menyelenggarakan UKP dan UKM secara bersamaan dan
berkesinambungan.

15
1.1.4.3. Tujuan Puskesmas Menteng
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat di Wilayah
Kecamatan Menteng serta peningkatan potensi masyarakat untuk
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Tujuan Khusus
1. Memperluas Jangkauan Pelayanan
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Pengembangan Fungsi Puskesmas
4. Meningkatkan Promosi
5. Meningkatkan Sistem Informasi
6. Pengembangan Asuransi Kesehatan

1.1.4.4. Unit Layanan Kesehatan Puskesma Menteng


1. Layanan Kesehatan Lansia
2. Layanan Kesehatan IGD 24 Jam
3. Layanan Medis Tindakan
4. Layanan Kesehatan Umum
5. Layanan Kesehatan TB Paru
6. Layanan Harm Reduction
7. Layanan Rumah Bersalin
8. Layanan Kesehatan Ibu dan Anak
9. Layanan Kesehatan MTBS
10. Layanan Kesehatan Imuniasai
11. Layanan Kesehatan PTM
12. Layanan Kesehatan Jiwa
13. Layanan Kesehatan VCT
14. Layanan Kesehatan Gigi
15. Layanan Kesehatan PKPR
16. Layanan laboratorium
17. Layanan Radiologi

16
1.1.4.5. Sejarah Puskesmas Menteng

Sebelum tahun 2017 di daerah Menteng terdapat 1 puskesmas


kecamatan (Puskesmas Kecamatan Menteng) dan 2 puskesmas
kelurahan (Puskesmas Kelurahan Gondangdia dan Puskemas
Kelurahan Pegangsaan). Sejak awal tahun 2017, Puskesmas
Kelurahan Gondangdia tidak beroperasi karena ada masalah
perizinan dengan pemerintah setempat sehingga semua pegawai
dipindahkan ke Puskesmas Kecamatan Menteng. Pada Waktu
bersamaan, dibangun Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih yang mulai
beroperasi sejak 1 Juli 2018. Dikarenakan adanya perpindahan
puskesmas, maka laporan yang ada tidak lengkap.

Saat ini, kecamatan Menteng memiliki 3 puskesmas yaitu:

1. Puskesmas Kecamatan Menteng


Puskesmas ini membawahi kelurahan Menteng dan kelurahan
Cikini
2. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
Puskesmas ini membawahi kelurahan Pegangsaan
3. Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih
4. Puskesmas ini membawahi kelurahan Kebon Sirih dan
Gondangdia

1.1.4.6. UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) Puskesmas Menteng


Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor
334 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Pusat Kesehatan Masyarakat. Upaya Kesehatan Masyarakat adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai tugas
sebagai berikut:

17
1. Menyusun bahan rencana strategis, rencana kerja anggaran
dan rencana bisnis anggaran puskesmas Kecamatan sesuai
dengan lingkup tugasnya.
2. Melaksanakan rencana strategis, rencana kerja anggaran dan
rencana bisnis anggaran Puskesmas Kecamatan sesuai dengan
lingkup tugasnya.
3. Menyusun bahan pedoman, standard an prosedur teknis
pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat
4. Menyelenggarakan pelayanan promosi kesehatan termasuk
UKS
5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan
6. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan
keluarga berencana yang bersifat UKM
7. Menyelenggarakan pelayanan Gizi yang bersifat UKM
8. Menyelenggarakan pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit.
9. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat
10. Menyelenggarakan upaya pengembangan pelayanan
kesehatan jiwa, kesehatan gigi masyarakat, kesehatan
tradisional komplementer, kesehatan olah raga, kesehatan
indera, kesehatan lansia, kesehatan kerja dan kesehatan
lainnya
11. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugas Satuan Pelaksana UKM.

1.2.4.7 Sarana dan Prasarana Puskesmas Menteng


Sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang terdiri dari
Puskesmas pemerintah dan sarana kesehatan swasta. Puskesmas
Non Rawat Inap tahun 2016 berjumlah 2 unit. Sarana kesehatan
lainnya di wilayah Kecamatan Menteng seperti klinik, dokter

18
praktek perorangan, praktik dokter bersama, apotik dan pengobatan
tradional berjumlah 53 sarana, dari jumlah tersebut sudah memiliki
izin praktek lengkap.

Pelayanan kesehatan masyarakat di BLUD Puskesmas


Kecamatan Menteng terdiri dari 3 wilayah pelayanan:

1. Puskesmas Kecamatan Menteng


Jl. Pegangsaan Barat No.14 Menteng Jakarta Pusat
2. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
Jl. Tambak No. 28 Pegangsaan Jakarta Pusat
3. Puskesmas Kelurahan Gondangdia
Jl. Agus Salim No. 19A Kebon Sirih Jakarta Pusat

Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas Kecamatan


Menteng, yaitu:
1. Transportasi
a. 1 buah Mobil Kijang Ambulans Puskesmas Keliling Inpres
tahun 1989/1990
b. 8 buah Sepeda Motor, 4 buah di Puskesmas Kecamatan
dan 2 buah masing – masing di Puskesmas Kelurahan
c. 1 Unit Mobil Ambulans untuk Operasional Puskesmas
(Mitsubishi L 300)
d. 1 Unit Mobil Dinas Suzuku APV untuk Operasional
Puskesmas diterima tahun 2005
e. 1 unit mobil puskesmas keliling (berupa suzuki APV yang
diadakan oleh puskesmas pada tahun 2010)

2. Alat komuniksi Telepon ada 6, yaitu :


a. Puskesmas Kecamatan Menteng dengan nomor :
31935836, 3157164, 3103439, Fax 31904965
b. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan dengan nomor : 31934355

19
3. Alat medis dan non medis
a. Alat Rontgen di ruangan khusus, untuk ini dipasang dengan
PB dan 1 petugas Radiographer.
b. Alat pemeriksaan 1 unit EKG
c. 1 unit alat USG dan 2 unit nebilizer (bantuan APBN dan
bantuan APBD)
d. 3 Dental unit di Puskesmas Kecamatan Menteng dan masing
– masing 1 unit di Puskesmas Kelurahan.
e. Peralatan laboratorium lengkap.
f. Alat Perlengkapan, Kartu Diagnosis, Kartu Pasien, Formulir
laporan sebagian dianggarkan dari Swadana dan yang lainnya
dari Dana Subsidi Pemda DKI Jakarta.
g. Obat – obatan. Perencanaan obat – obatan disesuaikan
dengan kebutuhan masing – masing Puskesmas dengan
melihat jumlah kunjungan pada tahun sebelumnya.

Tabel 1.4 Prasarana Gedung Puskesmas di Kecamatan Menteng


Uraian Kec. Menteng
Luas Tanah (m2) 1300
Luas Bangunan (m2) 1500
Pembangunan 5 lantai
Gedung 1988
Atap Genteng
Plafon Eternit
Dinding Tembok
Lantai Keramik
Pagar Besi
WC 7
Listrik (watt) 53.000
Telepon Ada
Nomor : 31935836
Air PAM

Sumber : Profil Puskesmas Menteng 2017

20
1.2.4.8 Sumber Daya Manusia Puskesmas Menteng
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan, untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan praktek.
Gambaran tenaga kesehatan yang mendukung penyediaan
pelayanan yang berkualitas di wilayah Kecamatan Menteng
Tahun 2018.

Tabel 1.5 Jumlah Pegawai Puskesmas Menteng

No. Jenis Tenaga Pendidikan PNS Non PNS


1 Kepala S1 1 -
Puskesmas
2 Kepala Sub S1 1 -
Bagian Tata
Usaha
3 Dokter Umum S1 5 3
4 Dokter Gigi S1 2 1
5 Apoteker S1 2 -
6 Asisten SLTA / D3 - 2
Apoteker
7 Perawat S1 3 -
8 Perawat SLTA / D3 6 17
9 Perawat Gigi D3 1 -
10 Bidan D3 3 2
11 Analis D3 1 3
Laboratorium
12 Radiografer D3 - 1
13 Kesehatan S1 2 -
Lingkungan
14 Kesehatan S1 2 -
Masyarakat
15 Kesehatan D3 2 -
Lingkungan
16 Perekam medik D3 1 -
17 Administrasi S1 2 3
18 Administrasi D3 1 3
19 Administrasi SLTA 3 5
20 Pengemudi SLTA - 4
Jumlah 39 44

21
Tabel 1.6 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Se-Kecamatan
Menteng
Tenaga
No Puskesmas
Kesehatan
1 Puskesmas Kecamatan Menteng 59
2 Puskesmas Kelurahan Cikini 16
3 Puskesmas Kelurahan Gondangdia 14
4 Puskesmas Kelurahan Pegangsaan 18
5 Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih 14

Sumber: Profil Puskesmas Menteng 2018

1.1.4.9 Struktur Organisasi Menteng


Puskesmas Kecamatan Menteng dipimpin oleh drg. I.G.A.
Rusmala Dewi, MPH dan membawahi 79 karyawannya.

Diagram 1.1 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan


Menteng

Sumber : Profil Puskesmas Menteng 2017

22
1.1.4.10 Sepuluh Penyakit Terbanyak Tahun 2018

Tabel 1.7 Sepuluh Penyakit Terbanyak Tahun 2018 di


Puskesmas Menteng

No Nama Penyakit Jumlah


1 Infeksi Akut Lain Pernafasan Atas 17422
2 Hipertensi 14074
3 Dispepsia 6448
4 Mialgia 5505
5 Nekrosis 4347
6 Batuk 3720
7 DM tipe I 2168
8 Diare dan Gasteroenteritis 2133
9 Pharyngitis Akut 1573
10 Hiperlipidemia 1457

Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Menteng 2018

1.2 Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang di


Puskesmas Kecamatan Menteng
Penyakit bersumber binatang (zoonosis) adalah penyakit atau
infeksi yang ditularkan secara alamiah di antara hewan vertebrata dan
manusia. Peternakan di Indonesia rentan terhadap berbagai penyakit,
termasuk zoonosis. Dengan demikian, zoonosis merupakan ancaman
baru bagi kesehatan manusia.

Berkembangnya zoonosis dalam beberapa tahun terakhir menjadi


tanda bertambahnya ancaman penyakit yang mematikan bagi manusia
yang ditularkan oleh hewan. Berdasarkan hewan penularnya,
zoonosis dibedakan menjadi zoonosis yang berasal dari satwa liar,
zoonosis dari hewan yang tidak dipelihara tetapi ada di sekitar rumah,
seperti tikus yang dapat menularkan leptospirosis, dan zoonosis dari
hewan yang dipelihara manusia.

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan


program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB,
DBD, Kusta dll). Tujuan dari program P2M ini yaitu untuk
menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat 23
penyakit menular.

Salah satu bagian dari program P2M adalah penyakit yang


penularan nya melalui perantara serangga atau gigitan binatang. Oleh
karena itu dibentuk suatu program khusus untuk masalah tersebut
yaitu program pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2)
untuk mengurangi insisden penyakit menular yang meliputi demam
berdarah dengue (DBD), filariasis, malaria, leptospirosis, rabies, dan
flu burung.

1.2.1 Program P2B2 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang


disebabkan oleh virus. Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus,
genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan
perilaku masyarakat.

Pada banyak daerah tropis dan subtropis, penyakit DBD adalah endemic
yang muncul sepanjang tahun, terutama saat musim hujan ketika kondisi
optimal untuk nyamuk berkembang biak. Biasanya sejumlah besar orang
akn terinfeksi dalam waktu yang singkat.
Pemberantasan Penyakit DBD (P2 DBD) tertuang dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Strategis (RENSTRA) Kementrian Kesehatan RI 2015-2019. Program P2
DBD adalah semua upaya untuk mencegah dan menangani kejadian DBD
termasuk tindakan untuk membatas penyebaran penyakit DBD.
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi DKI Jakarta
masih belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini terlihat pada
jumlah kasus DBD di Provinsi DKI yang terus mengalami kenaikan tiap
tahunnya. DKI Jakarta menempati posisi ke-13 secara nasional dalam
Incidence Rate (IR) DBD tahun 2017 yaitu sebesar 32,29 per 100.000
penduduk dengan jumlah penderita yang meninggal 1 orang.

24
Untuk mengevaluasi Program P2B2 DBD dapat dilakukan analisa terhadap
indikator-indikator sebagai berikut :
A. Angka Kesakitan DBD
Angka kesakitan/Insiden Rate (IR) DBD adalah angka yang menunjukkan
kasus/kejadian DBD (baru) penyakit dalam suatu populasi. Angka
Kesakitan/Insiden rate (IR) merupakan proporsi antara jumlah orang yang
menderita penyakit dan jumlah orang dalam resiko dikali lamanya dalam
resiko. Target di Puskesmas Kecamatan Cempaka Besar yaitu 0%.

Angka Kesakitan / Insidence Rate (IR) DBD =

Tabel 1.8 Angka Kesakitan (Incidence Rate) DBD di Puskesmas Kecematan


Menteng Januari – April Tahun 2019
Jumlah Angka
Jumlah Penemuan Kesakitan
No Kelurahan Penduduk Kasus (IR) DBD Target
(A) DBD B/A x
(B) 100%
1 Cikini 7.772 1 0.0001% 0%
2 Gondangdia 5.907 3 0.0005% 0%
3 Kebon Sirih 14.107 9 0.0006% 0%
4 Menteng 27.601 19 0.0006% 0%
5 Pegangsaan 25.246 14 0.0005% 0%
Jumlah 80.633 46 0.0023% 0%
Sumber: Laporan Bulanan Data Kasus DBD Kecamatan Menteng Januari
– April 2019

Di Kecamatan Menteng ditemukan kasus penyakit DBD sebanyak 46 angka


kesakitan pada periode Januari – April 2019.

B. Angka Kematian DBD


Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD adalah perbandingan
antara jumlah kematian yang diakibatkan oleh DBD dengan jumlah total
25
penduduk yang terkena DBD. Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika
CFR >1%.
Angka Kematian / Case Fatality Rate (CFR) DBD =

Tabel 1.9 Angka Kematian / Case Fatality Rate Kasus DBD di Puskemas
Menteng Januari – April Tahun 2019
Jumlah
Jumlah
Kematian CFR Kasus
Penderita
No Kelurahan karena DBD Target
DBD
DBD B/A x 100%
(B) (A)
1 Cikini 1 0 0% 0%
2 Gondangdia 3 0 0% 0%
3 Kebon Sirih 9 0 0% 0%
4 Menteng 19 0 0% 0%
5 Pegangsaan 14 0 0% 0%
Jumlah 46 0 0% 0%
Sumber: Laporan Hasil Kegiatan Penanggulangan Kasus DBD Wilayah

26
Kecamatan Menteng Januari – April 2019

Di Kecamatan Menteng tidak ditemukan angka kematian akibat penyakit


DBD pada periode Januari-April 2019.

C. Penyelidikan Epidemiologi dan Fogging Focus

Penyelidikan Epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian penderita


DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penularan
DBD di tempat tinggal penderita dan rumah atau bangunan sekitarnya,
termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100m.

Sedangkan jika hasil PE positif maka dilakukan fogging focus. Kegiatan


dilakukan per 2x24 jam setelah hasil PE dinyatakan positif, Radius
pengasapan adalah sejauh 200 m dengan jumlah pengasapan 2 siklus (dua
kali) dengan interval 7 hari.

Tabel 1.10 Kegiatan PE di Puskesmas Sekecamatan Menteng Januari-


April 2019
NO BULAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE)
JML
DBD
KASUS
(PE+ PE PE BUKAN TIDAK Cakupan Target
YANG
dan POSITIF NEGATIF DBD DITEMUKAN
DIDUGA
PE -)
DBD
1 Cikini 13 9 7 2 1 3 100% 100%
2 Kebon Sirih 31 12 5 7 3 16 100% 100%
3 Pegangsaan 20 11 6 5 2 7 100% 100%
4 Menteng 16 6 3 3 1 9 100% 100%
5 Gondangdia 21 9 5 4 2 10 100% 100%
JUMLAH 101 47 26 21 9 45 100% 100%

27
Tabel 1.11 Kegiatan Fogging Fokus di Puskesmas Se-Kecamatan
Menteng Bulan Januari – April 2019

D. Pemberantasan Sarang Nyamuk

No Bulan Jumlah Fogging


Fokus Cakupan Target
Siklus 1 Siklus 2
1 Menteng 3 3 100 % 100 %
2 Cikini 7 7 100 % 100 %
3 Gondangdia 5 5 100 % 100 %
4 Kebon Sirih 5 5 100 % 100 %
5 Pegangsaan 6 6 100 % 100 %
Jumlah 26 26 100 % 100 %
Obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum tersedia,
maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan
pengendalian vektor penular (Aedes aegypti). Pengendalian vektor ini dapat
dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan 3M Plus.
Melaksanakan kegiatan PSN 3M Plus (menguras, menutup tempat
penampungan air dan mendaur-ulang/ memanfaat kembali barang-barang
bekas) serta ditambah (Plus) seperti: menaburkan larvasida pembasmi jentik,
memelihara ikan pemakan jentik, mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-
lain. Upaya ini melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait melalui
wadah Kelompok Kerja Operasional Demam Berdarah Dengue (Pokjanal
DBD) dan kegiatan Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Oleh karena itu untuk
meningkatkan keberhasilan pengendalian DBD dan mencegah terjadinya
peningkatan kasus atau KLB, maka diperlukan adanya Juru Pemantau Jentik
(Jumantik) dalam melakukan pengawasan dan penyuluhan kepada masyarakat
agar melakukan PSN.

28
Tabel 1.12 Kegiatan PSN di Puskesmas se-Kecamatan Menteng
Januari-April 2019

Jumlah Jumlah Jumlah Target ABJ


Negatif (%)
No Kelurahan Total Positif Jentik ABJ (%)
Diperiksa Jentik (C)

(A) (B)
1 Cikini 11044 96,25 10947 99,1 ≥95%
2 Gondangdia 11018 119,25 10898 98,9 ≥95%
3 Kebon Sirih 15221 344,25 14876 97,7 ≥95%

4 Menteng 15792 156 15636 99,0 ≥95%

5 Pegangsaan 21489 706,5 20782 96,7 ≥95%


Jumlah 74564 1422,25 73139 98,1 ≥95%

1.2.2 Program P2B2 Leptospirosis


Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan
oleh patogen spirochaeta, genus Leptospira. Leptospira yang termasuk
dalam ordo Spirochaeta, dapat menyebabkan penyakit infeksius yang
disebut leptospirosis. Leptospirosis merupakan penyakit bakterial yang
masih menjadi masalah penyakit infeksi di negara-negara tropis dan
subtropis. Kasus ini dapat menyebabkan penyakit Weil atau
leptospirosis berat yang memberikan klinis ikterus dan bila tidak
diberikan terapi dengan cepat dan tepat maka akan berakibat kematian.
Pada iklim sedang infeksi leptospira didapatkan terutama
melalui paparan rekreasional (mengendarai kano, berlayar, ski air) atau
pekerjaan, atau hidup di daerah kumuh. Di daerah tropik, paparan
terutama melalui aktivitas pekerjaan seperti bersawah.

Kejadian Luar Biasa (KLB) di Jakarta atau Epidermi


Leptospirosis pernah terjadi pasca banjir besar yang melanda wilayah
DKI Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2002. Satkorlak Penanggulangan
Bencana DKI Jakarta dan mencatat, selama musim hujan antara

29
Februari s.d April 2002, tingkat Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis
mencapai 19,4 %. CFR merupakan angka fatal kasus penyakit tertentu
yang terjadi dalam 1 tahun. Dalam 3 tahun terakhir, kasus leptospirosis
cenderung fluktuatif. Pada 2014 tercatat ada 96 kasus. angka tersebut
kemudian turun menjadi 25 kasus pada 2015. Namun angkanya kembali
naik di 2016 menjadi 40 kasus dengan kasus tertinggi diwilayah
Cengkareng, Jakarta Barat. Sementara pada tahun 2017 belum ada
kejadian kasus leptospirosis di Jakarta.

A. Angka Kesakitan Leptospirosis


Angka kesakitan / Insiden Rate (IR) Leptospirosis adalah angka
yang menunjukkan kasus / kejadian Leptospirosis (baru) penyakit
dalam suatu populasi. Angka Kesakitan / Insiden rate (IR)
merupakan proporsi antara jumlah orang yang menderita penyakit
dan jumlah orang dalam resiko dikali lamanya dalam resiko. Di
Kecamatan Menteng tidak ditemukan kasus penyakit Leptospirosis
pada periode Januari – April 2019.

B. Angka Kematian Leptospirosis


Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis
adalah perbandingan antara jumlah kematian yang diakibatkan oleh
Leptospirosis dengan jumlah total penduduk yang terkena
Leptospirosis. Kematian akibat Leptospirosis dikategorikan tinggi
jika CFR >1%.

Di Kecamatan Menteng tidak ditemukan angka kematian


akibat penyakit Leptospirosis pada periode Januari-April 2019.

1.2.3 Program P2B2 Filariasis


Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah

30
merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi
cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini
dapat menimbulkan cacat seumur hidup berupa pembesaran tangan,
kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing filaria hidup di saluran dan
kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala
klinis akut dan atau kronik.
Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di
saluran dan kelenjar getah bening. Anak cacing yang disebut
mikrofilaria, hidup dalam darah. Mikrofilaria ditemukan dalam darah
tepi pada malam hari.
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria
yaitu:
1.2.3.1 Wuchereria bancrofti
1.2.3.2 Brugia malayi

1.2.3.3 Brugia timori


Penanggulangan Filariasis merupakan upaya-upaya yang
dilakukan untuk mencapai eliminasi Filariasis di Indonesia tahun 2020,
dan untuk mendukung hal tersebut perlu ditetapkan kebijakan, strategi
teknis serta beberapa pokok kegiatan dalam pelaksanaan
Penanggulangan Filariasis.
Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis
tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun
2020. Sedangkan tujuan khusus program adalah (a) menurunnya angka
mikrofilaria (microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di setiap
Kabupaten/Kota, (b) mencegah dan membatasi kecacatan karena
filariasis.
Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi
Global Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini
mencakup pemutusan rantai penularan filariasis melalui POMP
filariasis di daerah endemis filariasis dengan menggunakan DEC yang
dikombinasikan dengan albendazole sekali setahun minimal 5 tahun,

31
dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan
kasus klinis filariasis, baik kasus akut maupun kasus kronis.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama
program eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai
tugas dan kewenangan sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
Menetapkan tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat
kabupaten/kota.
b. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen,
mobilisasi sumber daya kabupaten/kota.
c. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta
kerjasama lembaga mitra kerja lainnya di kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi
filariasis di puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.
e. Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan
penatalaksanaan kasus klinis kronis filariasis di daerahnya.

g. Membentuk KOMDA POMP filariasis.

h. Mengalokasikan anggaran biaya operasional dan melaksanakan


POMP filariasis.
i. Mengalokasikan anggaran dan melaksanakan pengobatan selektif,
penatalaksanaan kasus reaksi pengobatan, dan penatalaksanaan
kasus klinis filariasis.
j. Mengkoordinir dan memastikan pelaskanaan tugas puskesmas
sebagai pelaksana operasional program eliminasi filariasis
kabupaten/kota.

A. Angka Kesakitan Filariasis


Angka kesakitan / Insiden Rate (IR) Filariasis adalah angka yang

32
menunjukkan kasus / kejadian Filariasis (baru) penyakit dalam suatu
populasi. Angka Kesakitan / Insiden rate (IR) merupakan proporsi antara
jumlah orang yang menderita penyakit dan jumlah orang dalam resiko
dikali lamanya dalam resiko.

Di Kecamatan Menteng tidak ditemukan kasus penyakit filariasis


pada periode Januari – April 2018.

B. Angka Kematian Filariasis


Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) Filariasis
adalah perbandingan antara jumlah kematian yang diakibatkan oleh
Filariasis dengan jumlah total penduduk yang terkena Filariasis.
Kematian akibat Filariasis dikategorikan tinggi jika CFR >1%.
Di Kecamatan Menteng tidak ditemukan angka kematian
akibat penyakit Filariasis pada periode Januari-April 2019.

1.5. Identifikasi Masalah

Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program


P2B2 DBD dan Leptospirosis di Puskesmas Kecamatan
Menteng maka dengan cara menghitung dan
membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang
diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi
(observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas
utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan
perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang
baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.

Dari berbagai hasil pencapaian P2B2 DBD dan


Leptospirosis yang dievaluasi di Puskesmas Kecamatan
Menteng periode Januari – April 2019 maka didapatkan
identifikasi masalah sebagai berikut:

Januari – April 2019

33
1. Angka Kesakitan DBD di wilayah Puskesmas
Kecamatan Menteng periode Januari – April 2019 sebesar
0,0023%

1.6 Rumusan Masalah

Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program


P2B2 DBD, Leptospirosis, dan Filariasis di Puskesmas
Kecamatan Menteng maka dengan cara menghitung dan
membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang
diharapkan (expected) dengan apa yang terjadi (observed)
akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas utama
untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan
masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga
masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah
meliputi 4 W 1 H (What, Where, When, Whose, How
much). Rumusan masalah dari program P2B2 DBD,
Leptospirosis, dan Filariasis di Puskesmas adalah sebagai
berikut:

Januari – April 2019

1. Angka Kesakitan DBD di wilayah Puskesmas


Kecamatan Menteng periode Januari – April
2018 sebesar 0,0023%, lebih dari target sebesar
0%.

34

Anda mungkin juga menyukai