Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
Skala 1:15.000
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Menteng
Sumber : Google Maps
1
a. Letak Wilayah
Kecamatan Menteng adalah salah satu Kecamatan yang berada di
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat. Luas Wilayah. Kecamatan
Menteng mempunyai luas wilayah 653,46 Ha. mempunyai 5 Kelurahan,
yaitu Kelurahan Kebon Sirih, Kelurahan Gondangdia, Kelurahan Cikini,
Kelurahan Menteng dan Kelurahan Pegangsaan. Luas wilayah, jumlah
Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tentangga di wilayah Kecamatan
Menteng dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun
Tetangga Tahun 2018
Luas Wilayah Jumlah Jumlah
Kelurahan
(Ha) RW RT
Kebon Sirih 83,40 Ha 10 77
Gondangdia 145,82 Ha 5 40
Cikini 82,09 Ha 5 66
Menteng 243,90 Ha 10 137
Pegangsaan 98,25 Ha 8 104
Jumlah 653,46 Ha 38 77
b. Batas Wilayah
Utara : Jl. Kebon Sirih Raya (Kec. Gambir)
Barat : Jl. Kali Cideng (Kec. Tanah Abang)
Selatan : Jl. Kali Malang (Kec. Setia Budi)
Timur : Jl. Kali Ciliwung (Kec. Menteng)
2
1.1.2 Kependudukan
Jumlah Penduduk Kecamatan Menteng pada Tahun 2018 sebanyak
80.633 orang.
∑ Penduduk
No. KELURAHAN
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Menteng 14.087 13.514 27.601
2 Pegangsaan 12.492 12.754 25.246
3 Cikini 3.916 3.856 7.772
4 Gondangdia 3.234 2.673 5.907
5 Kebon Sirih 6.966 7.141 14.107
KEC. MENTENG 40.695 39.938 80.633
3
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya (Permenkes No. 75 tahun 2014).
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh
puskesmas kepada masyarakat mencakup perencanaan,
pelaksanaaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan
dalam suatu sistem (Permenkes No.75 tahun 2014). Pelayanan
tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan-bedakan.
Di Indonesia, puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun
1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas) I di Jakarta, dimana dibicarakan upaya
pengorganisasian system pelayanan kesehatan di tanah air, karena
pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasakan
kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA,
BP, dan P4M dan sebagiannya masih berjalan sendiri-sendiri dan
tidak berhubungan. Melalui Rekerkesnas tersebut timbul gagasan
untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu
organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep
yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
4
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-
pilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu
(integrated).
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak
dari masyarakat.
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang
semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan
komsutif menjadi investasi.
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh
pemerintah akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh
masyarakat sebagai mitra pemerintah (partnership).
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat
(centralization) menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up
seiring dengan era desentralisasi.
5
1.1.3.1 Wilayah Kerja Puskesmas
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan
pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat
6
B. Puskesmas Kawasan Pedesaan
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang
memenuhi paling sedikit 3(tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan
pedesaan sebagai berikut:
- Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada
sektor agraris
- Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km,
pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius
lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel
- Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (sembilan puluh
persen)
- Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan
pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat
- Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
- Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
- Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola
kehidupan masyarakat perdesaan.
7
lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat
terhalang iklim atau cuaca; dan
- Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang
tidak stabil.
8
1.1.3.2 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas
meliputi :
- Promotif (peningkatan kesehatan)
- Preventif (upaya pencegahan)
- Kuratif (pengobatan)
- Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
9
1.1.3.4 Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain
yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap
lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin
berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan
dan kemampuan, menuju kemandirian hidup.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan
masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan
serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat
dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya,
tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai.
10
1.1.3.5 Stategi Puskesmas
Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan
kesehatan (Mubarak, 2014) antara lain:
1. Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (comprehensive
health care service).
2. Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang
menyeluruh (holistic approach).
11
d) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor
lain terkait
e) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat
f) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
g) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan
h) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan
i) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan
dini dan respon penanggulangan penyakit.
12
g) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan
h) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan
i) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
j) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi
medis dan Sistem Rujukan.
13
1. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. Pelayanan gizi
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
14
yang akurat. Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan
teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan
secara komperhensif dan terpadu (Permenkes No.75 tahun 2014).
15
1.1.4.3. Tujuan Puskesmas Menteng
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat di Wilayah
Kecamatan Menteng serta peningkatan potensi masyarakat untuk
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Tujuan Khusus
1. Memperluas Jangkauan Pelayanan
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Pengembangan Fungsi Puskesmas
4. Meningkatkan Promosi
5. Meningkatkan Sistem Informasi
6. Pengembangan Asuransi Kesehatan
16
1.1.4.5. Sejarah Puskesmas Menteng
17
1. Menyusun bahan rencana strategis, rencana kerja anggaran
dan rencana bisnis anggaran puskesmas Kecamatan sesuai
dengan lingkup tugasnya.
2. Melaksanakan rencana strategis, rencana kerja anggaran dan
rencana bisnis anggaran Puskesmas Kecamatan sesuai dengan
lingkup tugasnya.
3. Menyusun bahan pedoman, standard an prosedur teknis
pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat
4. Menyelenggarakan pelayanan promosi kesehatan termasuk
UKS
5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan
6. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan
keluarga berencana yang bersifat UKM
7. Menyelenggarakan pelayanan Gizi yang bersifat UKM
8. Menyelenggarakan pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit.
9. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat
10. Menyelenggarakan upaya pengembangan pelayanan
kesehatan jiwa, kesehatan gigi masyarakat, kesehatan
tradisional komplementer, kesehatan olah raga, kesehatan
indera, kesehatan lansia, kesehatan kerja dan kesehatan
lainnya
11. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugas Satuan Pelaksana UKM.
18
praktek perorangan, praktik dokter bersama, apotik dan pengobatan
tradional berjumlah 53 sarana, dari jumlah tersebut sudah memiliki
izin praktek lengkap.
19
3. Alat medis dan non medis
a. Alat Rontgen di ruangan khusus, untuk ini dipasang dengan
PB dan 1 petugas Radiographer.
b. Alat pemeriksaan 1 unit EKG
c. 1 unit alat USG dan 2 unit nebilizer (bantuan APBN dan
bantuan APBD)
d. 3 Dental unit di Puskesmas Kecamatan Menteng dan masing
– masing 1 unit di Puskesmas Kelurahan.
e. Peralatan laboratorium lengkap.
f. Alat Perlengkapan, Kartu Diagnosis, Kartu Pasien, Formulir
laporan sebagian dianggarkan dari Swadana dan yang lainnya
dari Dana Subsidi Pemda DKI Jakarta.
g. Obat – obatan. Perencanaan obat – obatan disesuaikan
dengan kebutuhan masing – masing Puskesmas dengan
melihat jumlah kunjungan pada tahun sebelumnya.
20
1.2.4.8 Sumber Daya Manusia Puskesmas Menteng
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan, untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan praktek.
Gambaran tenaga kesehatan yang mendukung penyediaan
pelayanan yang berkualitas di wilayah Kecamatan Menteng
Tahun 2018.
21
Tabel 1.6 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Se-Kecamatan
Menteng
Tenaga
No Puskesmas
Kesehatan
1 Puskesmas Kecamatan Menteng 59
2 Puskesmas Kelurahan Cikini 16
3 Puskesmas Kelurahan Gondangdia 14
4 Puskesmas Kelurahan Pegangsaan 18
5 Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih 14
22
1.1.4.10 Sepuluh Penyakit Terbanyak Tahun 2018
Pada banyak daerah tropis dan subtropis, penyakit DBD adalah endemic
yang muncul sepanjang tahun, terutama saat musim hujan ketika kondisi
optimal untuk nyamuk berkembang biak. Biasanya sejumlah besar orang
akn terinfeksi dalam waktu yang singkat.
Pemberantasan Penyakit DBD (P2 DBD) tertuang dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Strategis (RENSTRA) Kementrian Kesehatan RI 2015-2019. Program P2
DBD adalah semua upaya untuk mencegah dan menangani kejadian DBD
termasuk tindakan untuk membatas penyebaran penyakit DBD.
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi DKI Jakarta
masih belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini terlihat pada
jumlah kasus DBD di Provinsi DKI yang terus mengalami kenaikan tiap
tahunnya. DKI Jakarta menempati posisi ke-13 secara nasional dalam
Incidence Rate (IR) DBD tahun 2017 yaitu sebesar 32,29 per 100.000
penduduk dengan jumlah penderita yang meninggal 1 orang.
24
Untuk mengevaluasi Program P2B2 DBD dapat dilakukan analisa terhadap
indikator-indikator sebagai berikut :
A. Angka Kesakitan DBD
Angka kesakitan/Insiden Rate (IR) DBD adalah angka yang menunjukkan
kasus/kejadian DBD (baru) penyakit dalam suatu populasi. Angka
Kesakitan/Insiden rate (IR) merupakan proporsi antara jumlah orang yang
menderita penyakit dan jumlah orang dalam resiko dikali lamanya dalam
resiko. Target di Puskesmas Kecamatan Cempaka Besar yaitu 0%.
Tabel 1.9 Angka Kematian / Case Fatality Rate Kasus DBD di Puskemas
Menteng Januari – April Tahun 2019
Jumlah
Jumlah
Kematian CFR Kasus
Penderita
No Kelurahan karena DBD Target
DBD
DBD B/A x 100%
(B) (A)
1 Cikini 1 0 0% 0%
2 Gondangdia 3 0 0% 0%
3 Kebon Sirih 9 0 0% 0%
4 Menteng 19 0 0% 0%
5 Pegangsaan 14 0 0% 0%
Jumlah 46 0 0% 0%
Sumber: Laporan Hasil Kegiatan Penanggulangan Kasus DBD Wilayah
26
Kecamatan Menteng Januari – April 2019
27
Tabel 1.11 Kegiatan Fogging Fokus di Puskesmas Se-Kecamatan
Menteng Bulan Januari – April 2019
28
Tabel 1.12 Kegiatan PSN di Puskesmas se-Kecamatan Menteng
Januari-April 2019
(A) (B)
1 Cikini 11044 96,25 10947 99,1 ≥95%
2 Gondangdia 11018 119,25 10898 98,9 ≥95%
3 Kebon Sirih 15221 344,25 14876 97,7 ≥95%
29
Februari s.d April 2002, tingkat Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis
mencapai 19,4 %. CFR merupakan angka fatal kasus penyakit tertentu
yang terjadi dalam 1 tahun. Dalam 3 tahun terakhir, kasus leptospirosis
cenderung fluktuatif. Pada 2014 tercatat ada 96 kasus. angka tersebut
kemudian turun menjadi 25 kasus pada 2015. Namun angkanya kembali
naik di 2016 menjadi 40 kasus dengan kasus tertinggi diwilayah
Cengkareng, Jakarta Barat. Sementara pada tahun 2017 belum ada
kejadian kasus leptospirosis di Jakarta.
30
merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi
cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini
dapat menimbulkan cacat seumur hidup berupa pembesaran tangan,
kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing filaria hidup di saluran dan
kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala
klinis akut dan atau kronik.
Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di
saluran dan kelenjar getah bening. Anak cacing yang disebut
mikrofilaria, hidup dalam darah. Mikrofilaria ditemukan dalam darah
tepi pada malam hari.
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria
yaitu:
1.2.3.1 Wuchereria bancrofti
1.2.3.2 Brugia malayi
31
dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan
kasus klinis filariasis, baik kasus akut maupun kasus kronis.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama
program eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai
tugas dan kewenangan sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
Menetapkan tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat
kabupaten/kota.
b. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen,
mobilisasi sumber daya kabupaten/kota.
c. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta
kerjasama lembaga mitra kerja lainnya di kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi
filariasis di puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.
e. Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan
penatalaksanaan kasus klinis kronis filariasis di daerahnya.
32
menunjukkan kasus / kejadian Filariasis (baru) penyakit dalam suatu
populasi. Angka Kesakitan / Insiden rate (IR) merupakan proporsi antara
jumlah orang yang menderita penyakit dan jumlah orang dalam resiko
dikali lamanya dalam resiko.
33
1. Angka Kesakitan DBD di wilayah Puskesmas
Kecamatan Menteng periode Januari – April 2019 sebesar
0,0023%
34