Bab 2
Bab 2
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini, masalah
35
dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut “Nominal Group
Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :
A. Metode Delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan melalui diskusi
dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga
untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk
memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta
diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
B. Metode Delphi
1. Prevalence
2. Seriousness
4. Community Concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut.
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate
3. Vulnerability
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan
mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria untuk
penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih
objektif. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas
masalah. Kriteria yang dipakai terdiri dari :
1. Emergency
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa
mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah
ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah 35 kegiatan,
fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta
ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
4. Bobot 2 : Penting
a. Magnitude
Kecamatan Menteng
periode Januari –
sebesar 0 %.
Skor Magnitude terbesar di Puskesmas Kecamatan Menteng Periode
Januari – April 2019 dengan jumlah skor 5 yaitu Persentase Angka Incidence
Rate (IR) DBD sebesar 0.0023% lebih dari target sebesar 0%.
b. Severity
Kriteria ini menggambarkan besarnya permasalahan yang disebabkan oleh
masalah kesehatan, sehingga menimbulkan angka kesakitan dan angka kematian.
Hal ini dapat ditentukan melalui angka Case Fatality Rate apabila permasalahan
yang diukur merupakan suatu masalah penyakit. Apabila masalah lain yang
berhubungan penyakit yang akan dinilai dapat digunakan angka proxy CFR dimana
merupakan masalah masalah yang tidak berhubungan dengan penyakit. Nilai proxy
dapat didapatkan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, dan justifikasi.
Tabel 2.3 Case Fatality Rate Di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan
Menteng Januari – April 2019
No. Interval Selisih (%) Skor
1. 0,0020 – 0,0030 1
2. 0,0031 – 0,0040 2
3. 0,0041 – 0,0050 3
4. 0,0051 – 0,0060 4
5. 0,0061 – 0,0070 5
3 2 3 8
1. Angka Kesakitan DBD
di wilayah Puskesmas
Kecamatan Menteng
periode Januari –
April 2019 sebesar
0.0023%, lebih dari
target sebesar 0 %.
a. Community and Political Concern
Tabel 2.9 Penentuan Nilai Community and political concern Terhadap Puskesmas se-
Kecamatan Menteng Januari – April 2019
Parameter Score
Kebijakan Puskesmas 5
Tabel 2.10 Penentuan Score Community and Political Concern Terhadap Kegiatan
Puskesmas se-Kecamatan Menteng Januari – April 2019
No. Daftar Masalah Jumlah
a. Affordability
Affordability menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia. Hal ini dapat
di nilai dengan cara menggunakan Scoring tentang ketersediaan dana terhadap
setiap kegiatan Puskesmas Se-Kecamatan Menteng, dimana system
penilaiannya dibagi menjadi dua yaitu “cukup” dan “kurang’. Penilaian tersebut
didapatkan berdasarkan wawancara langsung dengan pemegang program
promosi kesehatan dan Puskesmas terkait.
c. Material
d. Method
Proses adalah suatu kegiatan yang melalui proses maka suatu input
akan diubah menjadi output. Proses tersebut terdiri dari:
a. Planning
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang paling dominan.
Dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode ishikawa atau
lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan
data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari akar
penyebab masalah tersebut dapat dicari akar penyebab masalah yang paling dominan.
Penyebab masalah yang paling dominan adalah penyebab masalah yang apabila
diselesaikan maka secara otomatis sebagian besar masalah-masalah yang lainnya dapat
dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan dengan cara
diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup.
Dari akar penyebab masalah diatas maka ditetapkan tiga akar penyebab masalah
yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga
pemahaman yang cukup. Tiga akar permasalahan yang paling dominan tersebut
adalah:
1. Kurangnya pelatihan penyuluhan kepada petugas kesehatan dalam penyampaian
materi (Method)
2. Keterlambatan pencairan dana yang telah diajukan (Money)
3. Jumantik belum memberikan kinerja yang maksimal (Actuating)