Anda di halaman 1dari 31

EVALUASI PROGRAM KESEHATAN JIWA

PUSKESMAS KECAMATAN MENTENG


Januari – September 2021

Oleh :
dr. Ayu Hanura Florentia Kaparang

Dokter Pembimbing :
dr. Rr Dewi Suci Rukmini

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


ANGKATAN III PERIODE KHUSUS II
DKI JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan berkat dan rahmat Nya, penyusunan Evaluasi Program Kesehatan Jiwa
Puskesmas Menteng bulan Januari – September 2021 telah selesai.
Tujuan penyusunan evaluasi program ini adalah untuk melihat dan menilai
sejauh mana pencapaian program kesehatan jiwa yang telah dijalankan selama bulan
Januari – September 2021.
Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam penyusunan evaluasi ini, terima kasih kepada :
1. drg. I. G. A. Rusmala Dewi, MPH, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan
Menteng
2. dr. Rr. Dewi Suci Rukmini, selaku dokter pembimbing internsip di
Puskesmas Kecamatan Menteng
3. dr. Ani Handayani, selaku penanggungjawab program kesehatan jiwa di
Puskesmas Kecamatan Menteng
4. Ibu Maria Ulfa, Amd.Keb selaku tim program kesehatan jiwa di
Puskesmas Kecamatan Menteng
5. Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Menteng
6. Teman teman sejawat dokter internsip periode III angkatan khusus II Juli –
Oktober 2021 di Puskesmas Kecamatan Menteng.
Harapan saya semoga laporan evaluasi program ini dapat membantu dalam
pelaksanaan maupun penyusunan program kedepannya dalam rangka pencapaian
target indikator program.
Saya mohon maaf apabila dalam penyusunan evaluasi program ini ada
ketidaksesuaian kata/kalimat dan kesalahan dalam penulisan.

Jakarta, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
produktif. (UU No.39 tahun 2009 tentang kesehatan). Sehat adalah keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental maupun sosial tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat (WHO).
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup
serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu akan menimbulkan gangguan
jiwa (UU No.18 tahun 2014).
Penyelenggaraan program kesehatan jiwa merupakan salah satu amanah Undang-
Undang yang tertuang dalam UU No.18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Dimana
disebutkan bahwa upaya kesehatan jiwa diselenggarakan melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan bersama sama dengan lintas program dan lintas
sektor terkait.
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, berbagai upaya tengah diwujudkan agar dapat merealisasikan makna yang
terkandung dalam Undang-undang tentang Kesehatan Jiwa tersebut. Namun demikian
WHO telah lama mengidentifikasikan kesenjangan pengobatan masalah kesehatan
jiwa di negara-negara dengan penghasilan rendah menengah termasuk Indonesia yang
mencakup angka >85% yang berarti kurang dari 15% penderita gangguan jiwa yang
mendapatkan layanan kesehatan jiwa yang dibutuhkan. Demikian juga dengan tingkat
kekambuhan yang masih cukup tinggi pasca perawatan di Rumah Sakit.

2. Rumusan Masalah
Masih terdapatnya kesenjangan antara target capaian dan hasil capaian program
kesehatan jiwa di puskesmas.

3. Tujuan

3.1 Tujuan Umum


Mengevaluasi capaian program kesehatan jiwa di puskesmas kecamatan
menteng
3.2 Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi program kesehatan jiwa yang tidak tercapai pada bulan
Januari – September 2021.
b. Menata kembali strategi untuk pencapaian program kesehatan jiwa
selanjutnya.

4. Manfaat Evaluasi

4.1 Untuk penulis


a. Menjadi bekal pengetahuan untuk hari esok.
b. Mengetahui lebih banyak tentang pelaksanaan program puskesmas di
suatu wilayah.
c. Melatih menganalisa dan membantu memecahkan masalah dalam
program puskesmas.
4.2 Untuk puskesmas
a. Sebagai bahan evaluasi untuk memecahkan target capaian program
bulan/tahun berikutnya.
b. Menjadi bahan acuan dalam pemantapan strategi untuk pencapaian
program kedepan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan
secara keseluruhan. Meskipun tidak tercatat sebagai penyebab kematian maupun
kesakitan utama di Indonesia, bukan berarti kesehatan jiwa tidak ada atau kecil
masalahnya. Kurang terdatanya masalah kesehatan jiwa disebabkan kesehatan jiwa
belum mendapat perhatian penuh. Laporan dari Asssociation of Southeast Asian
Nations Mental Health Systems (ASEAN Mental Health Systems) mengakui bahwa
Indonesia masih belum memprioritaskan kesehatan jiwa dalam pelayanan kesehatan
kecuali untuk penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya
(NAPZA) suntik yang tentunya berkaitan erat dengan masalah transmisi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
ODMK dan ODGJ mempunyai hak yang sama seperti pasien penyakit lainnya
dalam hal memperoleh pelayanan kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup
menjadi baik dan mempertahankannya. Indonesia berkewajiban menjamin
kesejahteraan masyarakatnya, maka dari itu dibentuklah peraturan perundang-
undangan mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dan jaminan hak
ODMK dan ODGJ secara optimal yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa (UU No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa) yang menyebutkan upaya kesehatan jiwa diselenggarakan melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan bersama sama dengan lintas program dan lintas
sektor terkait, dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 406/Menkes/SK/VI/2009
tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas yang berbunyi Program
pelayanan kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas
hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan,
tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.
WHO mencanangkan visi dari rencana aksi kesehatan mental 2013–2020 yaitu
kesehatan mental dihargai, dipromosikan dan dilindungi, gangguan mental dicegah
dan orang yang terkena gangguan ini dapat melakukan berbagai hak asasi manusia
dan mendapat akses kualitas tinggi, kesehatan sesuai budaya dan pelayanan sosial
pada waktu yang tepat untuk mendorong pemulihan, yang memungkinkan untuk
mencapai kesehatan pada level tertinggi dan berpartisipasi sepenuhnya dalam
masyarakat dan di tempat kerja, bebas dari stigmatisasi dan diskriminasi.
Masalah kesehatan jiwa semakin mendapat perhatian masyarakat dunia. Satu atau
lebih gangguan jiwa dan perilaku dialami oleh 25% dari seluruh penduduk pada suatu
masa dari hidupnya. World Health Organization (WHO) menemukan bahwa 24%
pasien yang berobat ke pelayanan kesehatan primer memiliki diagnosis gangguan
jiwa. Gangguan jiwa yang sering ditemukan di pelayanan kesehatan primer antara
lain adalah depresi dan cemas, baik sebagai diagnosis tersendiri maupun komorbid
dengan diagnosis fisiknya (World Health Report 2001).
Di samping itu masalah kesehatan jiwa tersebut dapat menimbulkan dampak sosial
antara lain meningkatnya angka kekerasan baik di rumah tangga maupun di
masyarakat umum, bunuh diri, penyalahgunaan napza (narkotika psikotropika dan zat
adiktif lainnya), masalah dalam perkawinan dan pekerjaan, masalah di pendidikan,
dan semua dampak tersebut akan mengurangi produktivitas. Hal ini perlu diantisipasi,
mengingat WHO mengestimasikan depresi akan menjadi peringkat ke-2 penyebab
beban akibat penyakit di dunia (global) setelah jantung pada tahun 2020, dan menjadi
peringkat pertama pada tahun 2030.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dan Riskesdas tahun 2018, ditemukan
bahwa semakin lanjut usia, semakin tinggi gangguan mental emosional yang
dideteksi. Maka upaya-upaya dalam peningkatan kesehatan jiwa masyarakat,
pencegahan terhadap masalah kesehatan jiwa dan intervensi dini gangguan jiwa
seyogyanya menjadi prioritas dalam mengurangi gangguan jiwa berat di masa yang
akan datang. Beban yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan jiwa cukup besar.
Salah satu ukuran beban penyakit adalah Disability Adjusted Life Years (DALYs).
DALYs dihitung dari penjumlahan kematian premature (Years of Life lost due to
premature death/YLLs ) dan tahun hidup dengan kondisi disabilitas (Years Lived with
disability/YLDs). Secara global maupun di Asia Tenggara, kontributor terbesar beban
penyakit dan penyebab kematian adalah penyakit kardiovaskular , namun dari segi
YLDs (tahun hidup dengan kesakitan/kecacatan) gangguan mental memiliki
persentase yang paling besar dintara semuanya. Di Indonesia saat ini gangguan jiwa
menduduki nomor 1 penyebab beban disabilitas/ kecacatan (YLDs).

Gambar 1. Beban Penyakit di Dunia dan Asia Tenggara

Gambar 2. Beban Penyakit di Indonesia


Prevalensi jumlah Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di seluruh dunia pada tahun 2017 diperkirakan
mencapai 970 juta orang. Sedangkan angka total ODMK dan ODGJ di Indonesia
adalah sebesar 2.463,29/ 100.000 populasi, yang berarti kurang lebih 6,5 juta
penduduk Indonesia memiliki masalah dan atau gangguan kesehatan jiwa.
Data Riskesdas 2018 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) dilakukan pada 300.000 sampel rumah tangga (1.2 juta jiwa)
di 34 provinsi, 416 kabupaten, dan 98 kota. Dari sejumlah data dan informasi
kesehatan, poin tentang gangguan jiwa mengungkap peningkatan proporsi cukup
signifikan. Sebab jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013 naik dari 1.7 persen
menjadi 7 persen. Artinya per 1.000 rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang ada
ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar 450 ribu ODGJ berat.
Sementara itu data nasional untuk gangguan mental emosional (gejala depresi
dan cemas) yang dideteksi pada penduduk usia ≥15 tahun atau lebih, dialami oleh 6%
penduduk atau lebih dari 14 juta jiwa; sedangkan gangguan jiwa berat (psikotik)
dialami oleh 1.7/1000 atau lebih dari 400.000 jiwa. Sebesar 14,3% dari gangguan
psikotik tersebut atau sekitar 57 ribu kasus mengatakan pernah dipasung. Tidak
sedikit masalah kesehatan jiwa tersebut dialami oleh usia produktif, bahkan sejak usia
remaja. Depresi juga dapat terjadi pada masa kehamilan dan pasca persalinan, yang
dapat mempengaruhi pola asuh serta tumbuh kembang anak.

Kesenjangan pengobatan (treatment gap) antara masyarakat yang membutuhkan


layanan dan yang mendapatkan layanan kesehatan jiwa di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia sangat besar yaitu lebih dari 90%. Hal ini berarti bahwa hanya
kurang dari 10% pasien gangguan jiwa mendapatkan pengobatan. Kesenjangan
pengobatan tersebut antara lain disebabkan adanya hambatan dalam akses layanan
kesehatan jiwa. Dalam program Indonesia Sehat terdapat indikator untuk kesehatan
jiwa yaitu penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan.
Gambar 3. Cakupan indikator penderita gangguan jiwa mendapatkan
pengobatan dan tidak ditelantarkan
BAB III
PROFIL PUSKESMAS

1. Data Umum
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja tertentu dan merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan.
Fungsi dari Puskesmas itu sendiri adalah sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat dan sebagai
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dalam melaksanakan ketiga fungsi
tersebut, Puskesmas mempunyai berbagai macam program kegiatan, yang diperlukan
untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan.

Gambar 4. Puskesmas Kecamatan Menteng

Puskesmas Kecamatan Menteng terletak di Jln. Pegangsaaan Barat, Menteng,


Jakarta Pusat. Puskesmas ini berada disamping kantor kecamatan Menteng.
Kecamatan Menteng mempunyai luas wilayah 653,46 Ha kecamatan ini mempunyai 5
kelurahan, yaitu Kelurahan Kebon Sirih, Kelurahan Gondangdia, Kelurahan Cikini,
Kelurahan Menteng dan Kelurahan Pegangsaan. Puskesmas Kecamatan Menteng
memiliki 2 anak puskesmas, yaitu Puskesmas Kelurahan Pegangsaan dan Puskesmas
Kelurahan Kebon Sirih, dengan masing masing dipimpin oleh 1 kepala puskesmas.

Puskesmas ini mempunyai 5 lantai dengan dilengkapi lift di setiap lantainya.


Lantai 1,2 dan 4 digunakan sebagai tempat pelayanan pasien rawat inap maupun
rawat jalan (POLI/IGD/RB), sedangkan lantai 3 dan 5 biasa digunakan untuk ruangan
dokter, pegawai, dan manajemen puskesmas.

Keberadaan suatu puskesmas didukung juga karena adanya tenaga tenaga


penunjang puskesmas (SDM) yang terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi dan tenaga teknis
lainnya. Berikut data jumlah tenaga di Puskesmas Kecamatan Menteng tahun 2020.

Tabel 1. Data SDM Puskesmas Kecamatan Menteng

JENIS KELAMIN
JENIS PROFESI TOTAL
LAKI-LAKI PEREMPUAN
DOKTER UMUM 4 25 29

DOKTER GIGI 1 7 8
PERAWAT 8 28 36

BIDAN 0 22 22
KESEHATAN MASYARAKAT 0 2 2

KESEHATAN LINGKUNGAN 0 5 5
GIZI 0 7 7

AHLI LABORATORIUM MEDIK 2 5 7


TENAGA KEFARMASIAN 2 5 7

APOTEKER 3 2 5
PEJABAT STRUKTURAL 1 1 2

TENAGA DUKUNGAN MANAJEMEN 24 13 37


TOTAL 45 122 167

Selain SDM, keberhasilan suatu puskesmas juga dilihat dari bagaimana upaya
pelayanan kesehatannya. Di Puskesmas Menteng terdapat 2 bentuk Upaya yang
dilakukan dalam pelayanan kesehatan, yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). UKM dibagi 2 jenis yaitu UKM Esensial
dan UKM pengembangan. UKM esensial berjumlah 11 dan UKM pengembangan
berjumlah 6. Sedangkan untuk UKP berjumlah 24.

UKM Esensial antara lain PROMKES, Kesling, KIA/KB, Gizi, Imunisasi, Diare,
ISPA, PTM, TB, HIV dan Survailens. UKM Pengembangan terdiri atas, Lansia,
Kesehatan Jiwa, UKS, UKGS, Perkesmas, KPLDH. UKP terdiri atas Loket dan
Rekam Medis, Apotek, IGD, TB, KIA, KB, MTBS, RB, Imunisasi, PKPR, BPU,
Tindakan, Laboratorium, VCT, PTM, Lansia, Jiwa, HR, Haji, Puskel, Gizi, IMS,
Kesling.

2. Data Khusus
Program kesehatan jiwa atau KESWA merupakan salah satu program UKM
Pengembangan Puskesmas Kecamatan Menteng. Program ini dijalankan sebagai
bagian dari program Indonesia Sehat yang digalakkan Kemenkes. Dalam program
tersebut terdapat indikator untuk kesehatan jiwa yaitu penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan.

Struktur Unit Kesehatan Jiwa


Penanggungjawab Program : dr. Ani Handayani
Tim pelaksana program : - Ibu Maria Ulfa, Amd. Keb
-Ibu Lira (psikolog)
Unit kesehatan jiwa memiliki poliklinik khusus jiwa (poli Anggrek) di lt. 4
Puskesmas Kecamatan Menteng. Berdasarkan laporan tahunan Poli Anggrek
( Pelayanan Jiwa ) Puskesmas Kecamatan Menteng jumlah kunjungan gangguan jiwa
pada tahun 2020 di Puskesmas Kecamatan Menteng sebanyak 799 kunjungan.
Angka tersebut hanya mencakup sekitar 1,1 persen dari total kunjungan.

Terdapat 2 indikator capaian untuk UKM Kesehatan Jiwa, yaitu :


1. Cakupan kepatuhan pasien jiwa dalam pengambilan obat (kontrol) di
poli jiwa.
Target capaian 50 %
Tabel 2. Cakupan kepatuhan pasien jiwa dalam pengambilan obat (kontrol)
di poli jiwa.

80

60

40

20 Capaian (%)

0
Jan Feb Ma Apr Agu Sep
Mei Juni Juli
uari rua ret il stus tem

Capaian (%) 72 69 67 56 56 74 56 46 63

Status : Indikator kerja tercapai

2. Cakupan kunjungan / home visit pasien yang DO di wilayah Menteng


Target capaian 50 %
Tabel 3. Cakupan kunjungan / home visit pasien yang DO di wilayah
Menteng

40

30

20

10

0
Septemb
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
er

Capaian (%) 29.41 25.8 0 13.79 21.7 31.2 27 26 26

Status : Indikator belum tercapai


Indikator kinerja belum tercapai karena belum di lakukan kunjungan/home visit
pada pasien jiwa yang DO mengingat situasi pandemi COVID 19. Sudah dilakukan
tindak lanjut dengan melakukan follow up pasien melalui telepon dan juga dengan
bantuan kader.
Terdata sampai September 2021, jumlah pasien yang memerlukan obat dan ada
di daerah Menteng 98 orang dan jumlah pasien DO yang terdaftar 58 orang.
BAB IV
EVALUASI PROGRAM

4.1 Alur Pemecahan Masalah


Adapun alur kerangka pemikiran pendekatan sistem dapat diselesaikan dengan
menggunakan algoritma problem solving cycle dibawah ini:

Gambar 5. Alur pemecahan masalah

Studi ini dilakukan dengan panduan alur pemecahan masalah seperti gambar di
atas, dimulai dari identifikasi masalah. Kemudian penyebab masalah diidentifikasi
melalui metode pendekatan sistem. Konfirmasi penyebab masalah yang paling
mungkin dilakukan dengan observasi dan analisa data puskesmas. Setelah itu masalah
dikaji untuk dicari alternatif pemecahannya. Rencana penerapan pemecahan masalah
dituangkan dalam tabel plan of action. Setelah itu dilakukan intervensi terhadap
masalah tersebut dan hasil kegiatan, monitoring dan evaluasi diserahkan kepada pihak
puskesmas.

4.2 Identifikasi Cakupan Program


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis Program Kesehatan Jiwa
Puskesmas Kecamatan Menteng di bulan Januari – September 2021, didapatkan :

Tabel 3. Cakupan kunjungan / home visit pasien yang DO di wilayah


Menteng

40

30

20

10

0
Septemb
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
er

Capaian (%) 29.41 25.8 0 13.79 21.7 31.2 27 26 26

Target capaian 50%


Status : Indikator belum tercapai

Indikator kinerja belum tercapai karena belum di lakukan kunjungan/home visit


pada pasien jiwa yang DO mengingat situasi pandemi COVID 19. Sudah dilakukan
tindak lanjut dengan melakukan follow up pasien melalui telepon dan juga dengan
bantuan kader.
4.3 Kerangka Pikir Masalah

LINGKUNGAN

Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi,


Kebijakan

Gambar 6. Kerangka Pendekatan Sistem

Pada evaluasi ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program
kesehatan jiwa di Puskesmas Menteng. Masalahnya tampak dalam kesenjangan antara
target capaian dan capaian yang diperoleh dalam tiap bulannya.
Untuk memecahkan masalah tersebut digunakan kerangka pendekatan sistem
yang terdiri dari input, proses, output dan lingkungan yang mempengaruhi input dan
proses. Input terdiri dari Man (Tenaga Kerja), Money (Pembiayaan), Material
(Perlengkapan), Method (Metode), Machine (Mesin) dan Market (Pasaran).
Sedangkan dari proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan &
Pelaksanaan.), P3 (Penilaian, Pengawasan Pengendalian). Setelah mendapatkan
penyebab masalah, maka selanjutnya menentukan alternatif pemecahan masalah dan
menentukan prioritas pemecahan masalah yang terbaik melalui rumus M x I x V/C.
Kemudian membuat rencana penerapan pemecahan masalah yang dibuat dalam
bentuk POA (plan of action). Kegiatan tersebut dipantau apakah penerapannya sudah
baik dan apakah masalah tersebut sudah dapat dipecahkan.

4.4 Penentuan Penyebab Masalah

Terdapat banyak faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target


yang telah ditetapkan dengan hasil nyata yang dicapai. Salah satu metode yang
digunakan untuk menentukan penyebab masalah adalah dengan membuat diagram
fish bone yang menggunakan data yang telah diolah. Cara menganalisis penyebab
masalah digunakan pendekatan sistem yang meliputi input, proses, output, outcome,
serta faktor lingkungan, sehingga dapat ditemukan dan disimpulkan hal-hal yang
menyebabkan munculnya permasalahan.

Tabel 4. Analisis Penyebab Masalah Dari Faktor Input

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN - - kurangnya jumlah petugas


pelaksana program.
- petugas pelaksana program
keswa juga memegang
program lainnya, sehingga
kelelahan dan sulit untuk
fokus dalam bekerja.
- respon kerjasama kader
dengan petugas puskesmas
belum maksimal.
MONEY Berdasarkan PERMENKES No 75 -tidak ada anggaran khusus
Tahun 2014, tersedia pendanaan di puskesmas untuk
puskesmas yang bersumber dari menangani pasien DO
APBD dan APBN
MATERIA - -kurangnya pengetahuan
L pasien dan keluarga pasien
terhadap kepatuhan minum
obat
-pandemi covid membuat
petugas kesehatan tidak bisa
melakukan kunjungan home
visit pada pasien DO
METHOD - - tidak semua
pasien/keluarga pasien
memiliki telepon/handphone.

- follow up via telepon


kadang tidak direspon dan
ada juga yang nomornya
tidak aktif.

Tabel 5. Analisis Penyebab Masalah Dari Faktor Proses dan Lingkungan


PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

P1 Program kunjungan/home -
(Perencanaan) visit pasien DO sudah
direncanakan setiap bulan
P2 - Pelaksanaan program tidak
(Penggerakan & berjalan dengan baik
Pelaksanaan) karena masa pandemi.
P3 Pencatatan dan pelaporan -
(Penilaian, dilakukan rutin ke puskesmas
Pengawasan dan sudin tiap triwulan.
Pengendalian)
Lingkungan - - kurangnya respon
kerjasama yang baik
RT/RW dan kader di
lapangan.
Gambar 7.Fishbone capaian program

MAN MONEY MATERIA METHO


L D

- tidak semua pasien/keluarga pasien


- kurangnya jumlah petugas -kurangnya pengetahuan pasien dan memiliki telepon/handphone.
pelaksana program keluarga pasien terhadap kepatuhan
Tidak ada anggaran khusus di - follow up via telepon kadang tidak
-petugas pelaksana program keswa minum obat
puskesmas untuk menangani direspon dan ada juga yang nomornya
juga memegang program lainnya
pasien DO -pandemi covid membuat petugas tidak aktif.
- respon kerjasama kader belum
maksimal. kesehatan tidak bisa melakukan
kunjungan home visit pada pasien DO
Cakupan
kunjungan/home
visit pasien DO
Tidak ada masalah Tidak ada masalah
belum tercapai

Pelaksanaan program tidak - kurangnya respon


berjalan dengan baik karena kerjasama yang baik RT/RW,
sikon pandemi. kader dan keluarga pasien

P1
P1 P2
P2 P3
P3 Lingkungan
Lingkungan
4.8 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 6. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Proses No. Penyebab Masalah Alternatif pemecahan
masalah
Man 1 - kurangnya jumlah petugas - merekrut kader khusus
pelaksana program keswa
-petugas pelaksana program
keswa juga memegang - fokuskan petugas pelaksana
program lainnya hanya pada 1 program
- respon kerjasama kader
belum maksimal.
Money 2 Tidak ada anggaran khusus - buat rencana anggaran
di puskesmas untuk dengan pihak puskesmas.
menangani pasien DO
-berkoordinasi dengan dinas
terkait untuk kerjasama.
Method 3 -tidak semua pasien/keluarga -Bekerjasama dengan kader di
pasien memiliki wilayah setempat.
telepon/handphone
-melakukan kunjungan home
-follow up via telepon kadang visit dengan tetap menerapkan
tidak direspon, ada juga yang protokol kesehatan.
tidak aktif
Material 4 - kurangnya pengetahuan -memberikan edukasi secara
pasien/keluarga pasien virtual melalui media sosial
tentang kepatuhan minum atau bisa mengirimkan
obat. langsung ke whatsapp
pasien/keluarga pasien dan
-masih dalam situasi pandemi juga kader.
P1 5 - -
P2 6 Pelaksanaan program tidak -Membuat time table
berjalan sesuai perencanaan
karena sikon pandemi. -membuat rencana
cadangan

-Meningkatkan komitmen
dan pengawasan

24
P3 7 - -

Lingkungan 8 - kurangnya respon kerjasama - mengadakan


yang baik dari RT/RW dan pertemuan terbatas
kader di lapangan. bersama para kader.

- meminta bantuan pihak


kecamatan agar bisa
membantu mengedukasi
RT/RW dan kader.

4.9 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Kriteria Matriks


Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks dengan
rumus (M x I x V)/C.
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
1. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
2. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
3. Vulnerability: Sensitivitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah
maka nilainya mendekati angka 5.
4. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.

25
Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah
sebagai berikut:

Tabel 7. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Nilai Kriteria Hasil akhir


Penyelesaian
(MxIxV) Urutan
Masalah M I V C
/C
- menjalin kerjasama yang baik dengan 5 5 4 3 33.3 VI
kader di lapangan dan atau mengadakan
perekrutan kader khusus keswa.
3 4 4 1 48 IV
- memfokuskan petugas pelaksana
puskesmas hanya pada 1 program.
- membuat rencana anggaran dengan 4 5 4 1 80 II
pihak puskesmas.
5 5 4 1 100 I
-berkoordinasi dengan pemerintah/dinas
terkait untuk kerjasama.

-melakukan kunjungan home visit 5 5 5 5 25 VII


dengan tetap menerapkan protokol
kesehatan. 5 4 4 5 16 IX
-memberikan edukasi secara virtual
melalui media sosial atau bisa
mengirimkan langsung ke whatsapp 4 4 4 1 64 III
pasien/keluarga pasien dan juga kader.
-membuat time table dan rencana V
5 3 3 1 45
cadangan program.
5 5 4 4 20 VIII
-meningkatkan komitmen dan
pengawasan
- mengadakan pertemuan terbatas
bersama para kader.

26
Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan
menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan
penyebab masalah program kesehatan jiwa di Puskesmas Kecamatan Menteng adalah
sebagai berikut.
1. Berkoordinasi dengan pemerintah/dinas terkait untuk kerjasama.
2. Membuat anggaran khusus pasien DO
3. Membuat time table dan rencana cadangan
4. Memfokuskan petugas pelaksana puskesmas hanya pada 1 program
5. Meningkatkan komitmen dan pengawasan
6. Menjalin kerjasama yang baik dengan kader dan atau merekrut kader khusus
keswa
7. Melakukan kunjungan home visit dengan tetap menerapkan protokol
kesehatan.
8. Mengadakan pertemuan terbatas dengan para kader
9. Memberikan edukasi secara virtual melalui media sosial atau bisa dengan
mengirimkan langsung ke whatsapp pasien/keluarga pasien dan kader.

27
Tabel 8.. Plan of Action
No. Upaya Indikator Kegiatan Tujuan Anggaran & Target Penanggung Mitra Waktu Lokasi
kerja sumber sasaran jawab kerja pelaksanaan pelaksanaan
pembiayaan
1 Koordinasi Menjalin diskusi Meningkatk - Pemerinta Puskesmas - November- Kantor
dengan relasi an peran h dan Desember camat/kantor
pemerintah/di dalam serta semua kota/keca penanggungj 2021 dinas terkait
nas terkait menangani pihak dalam matan, awab
pasien DO penanganan dinas program
kesehatan sosial
jiwa ataupun
masyarakat. dinas
terkait
lainnya.
2. Membuat Menyisihk Diskusi Mempermu puskesmas puskesmas Penanggungj - November- puskesmas
anggaran an dan buat dah awab Desember
untuk pasien sebagian laporan menjangkau program dan 2021
DO dana dan tim keswa
khusus menangani
untuk pasien DO
menangani
pasien DO
3. Membuat Menganali Diskusi Mempermu - Pasien Penanggungj - November- puskesmas
time table sa dan dan buat dah DO/ awab Desember
dan rencana menyusun laporan memfokusk keluarga program dan 2021
cadangan langkah an kegiatan pasien dan tim keswa
apa yang program kader
harus keswa
diambil

28
untuk
menanggu
langi
masalah
yang ada
4. Memfokuska Memberik diskusi Memfokusk - puskesmas puskesmas - November – puskesmas
n petugas an an tim Desember
pelaksana tanggungj dalam 2021
puskesmas awab menangani
hanya pada 1 untuk 1 suatu
program program program
saja
5. Meningkatka Meningkat diskusi Menciptaka - Semua tim Puskesmas - November- puskesmas
n komitmen kan n rasa cinta pelaksana dan Desember
dan komitmen terhadap program penanggungj 2021
pengawasan semua tim pekerjaan. keswa awab
dalam program
pelaksanaa
n program
serta
saling
mengawas
i tugas
masing
masing.
6. Membuat Menjalin diskusi Memudahka puskesmas Kader Puskesmas RT/RW November- puskesmas
grup komunikas n dan Desember
whatsapp i dan komunikasi penanggungj 2021
dengan para kerjasama antara tim awab
kader yang baik

29
dan intens dan kader program
7. Melakukan Mengunju Home visit Follow up puskesmas Pasien DO Penanggungj Kader, November- Rumah pasien
kunjungan ngi pasien langsung dan awab RT/RW Desember DO di wilayah
home visit DO secara pasien DO keluarga program dan 2021 kecamatan
dengan tetap langsung pasien tim keswa Menteng
menerapkan
protokol
kesehatan
8. Mengadakan Memperer diskusi Menambah puskesmas Kader atau penanggungj Puskesmas November- puskesmas
pertemuan at personil siapa saja awab Desember
RT/RW
langsung kerjasama petugas di yang program 2021
secara antara lapangan bersedia
terbatas kader dan membantu
dengan para tim pelaksanaa
kader dan program n program
atau
melakukan
perekrutan
kader khusus
keswa
9. Memberikan Meningkat Promosi Agar puskesmas Pasien dan Penanggung Kader November- Media sosial
edukasi kan kesehatan masyarakat keluarga jawab Desember
RT/RW
secara virtual pemahama dan lebih pasien DO program dan 2021
lewat media n semua khusus tim
sosial atau pihak pasien/kelua
mengirmkan tentang rga pasien
langsung ke kesehatan lebih sadar
whatsapp jiwa tentang
pasien/keluar pentingnya
ga pasien dan follow up

30
juga kader kesehatan
jiwa

31

Anda mungkin juga menyukai