Anda di halaman 1dari 40

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

1.1. Kepemimpinan

Begitu banyak definisi yang disampaikan oleh peneliti maupun ahli

mengenai kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan bagian utama dan penting

dari organisasi dan manajemen. Kepemimpinan mempunyai peran untuk tercapai

atau tidaknya tujuan organisasi (Ali, 2012:66). Stoner dan Freeman (dalam

Pasolong, 2015:35) mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu

perilaku seseorang untuk sampai pada titik tertentu melalui orang lain secara

individu maupun orang banyak dan terarah mau diatur, didorong dan dipengaruhi,

untuk melaksanakan tujuan yang diinginkan dengan rasa sukarela.

Andang (2014:39) bependapat kepemimpinan adalah suatu rangkaian

kegiatan yang dikerjakan dalam upaya mempengaruhi seseorang atau orang

banyak agar mau bekerjasama dengan ikhlas untuk mencapai tujuan dari suatu

organisasi. Sutrisno (dalam Ariyani, 2017:111) menyatakan kepemimpinan adalah

serangkaian aktivitas individu untuk individu lain agar melakukan pekerjaan

dengan mengatur, mengarahkan, menggerakkan orang lain sehingga tercapai

tujuan yang diharapkan. Sedangkan Permadi (dalam Firmawati, dkk 2017:168)

menyatakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas atau keahlian untuk dapat

mempengaruhi perilaku manusia secara perorangan maupun kelompok.

Kepemimpinan adalah kemampuan pribadi yang memiliki keterampilan

khusus yang mampu menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu secara

bersama-sama agar dapat sampai pada tujuan yang dicita-citakan (Kartono,

8
9

2011:38). Kepemimpinan merupakan rangkaian kegiatan yang mempengaruhi dan

mendorong aktivitas dan kebiasaan pengikut kelompok untuk meraih tujuan

organisasi yang diinginkan (Hasanah, 2017:26). Badeni (2013:2) menambahkan

bahwa pemimpin dipilih karena mempunyai kemampuan untuk menggerakkan

banyak orang untuk mendapatkan tujuan organisasi. Kesuksesan sebuah

organisasi ditentukan oleh kepemimpinan (Thoha, 2012:1).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

kepemimpinan adalah hal yang penting di suatu organisasi untuk tercapainya

tujuan, dengan cara meyakinkan pihak lain untuk bertindak sehingga tercapai apa

yang diinginkan.

1.2. Fungsi Kepemimpinan

Nawawi (2014:87) serta Kurniadin dan Machali (2012:309) menyebutkan

secara lebih rinci tentang fungsi kepemimpinan yaitu : (a) fungsi Instruktif yaitu

fungsi yang berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah, pemimpin sebagai

pengambil kebijakan memerintahkan proses pengerjaannya pada orang-orang

yang dipimpin. Pemimpin sebaga komunikator sebagai pihak penentu apa (isi

perintah), bagaimana (proses mengerjakan perintah), bilamana (waktu dimulai,

dilaksanakan dan dilaporkan hasilnya), dan dimana (tempat melaksanakan

perintah) hal ini bertujuan agar keputusan dapat terwujud dengan efektif. Inisiatif

semua proses kegiatan yang berkaitan dengan perintah itu, sepenuhnya

merupakan fungsi pemimpin dan fungsi orang yang dipimpin hanya

melaksanakan perintah.; (b) fungsi konsultatif yaitu fungsi yang berlangsung dan

bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap awal dalam proses menetapkan

kebijakan, fungsi pemimpin sebagai konsultan untuk menghimpun pendapat,


10

saran serta pertanyaan dari orang yang dipimpin, mengenai kebijakan yang akan

dilaksanakan merupakan wewenang pemimpin; (c) fungsi partisipasi yaitu

pemimpin melibatkan dan bersama-sama dengan orang-orang yang dipimpinnya,

baik dalam mengambil kebijakan maupun proses pelaksanakannya. Setiap

bawahannya diberikan kesempatan yang sama untuk terlibat dan berperan dalam

pelaksanaan proses yang diuraikan dalam tugas-tugas pokok, berdasarkan

tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Pemimpin berperan aktif dalam

rangkaian pembuatan keputusan dan rangkaian penerapannya. Fungsi partisipasi

tidak memberikan kebebasan sepenuhnya, tetapi tetap dalam kendali dan arah

pimpinan yang merupakan sebuah kerja sama dengan tidak ikut campur atau

mengerjakan tugas pokok orang lain; (d) fungsi delegasi yaitu fungsi yang

pemimpin sebagai pemegang wewenang tertinggi harus bersedia dan percaya

dengan kemampuan bawahannya untuk menyelesaikan tugas, sesuai dengan

fungsi dan tanggung jawab, apabila dipercaya atau mendapatkan limpahan

wewenang; (e) fungsi pengendalian yaitu kepemimpinan yang sukses dan efektif

dapat mengendalikan proses pelaksanaan tugas anggotanya dengan arahan dan

dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tujuan yang akan dicapai

bersama dapat terwujud dengan maksimal. Sehubungan dengan itu bahwa fungsi

pengendalian dapat terwujudkan dengan proses bimbingan, arahan, koordinasi

dan pengawasan. Pemimpin berupaya mengantisipasi adanya kekeliruan atau

kesalahan setiap devisi atau perseorangan dalam melaksanakan fungsi dan

tanggung jawabnya atau perintah dari pimpinannya melalui bimbingan, arahan,

koordiansi dan pengawasan,. Pengendalian untuk mencegah terjadinya suatu

yang di luar rencana seperti anggota berfikir dan berbuat sesuatu kesalahan yang

membuat kerugian untuk kelompok..


11

Menurut Siagian (2016:47) fungsi-fungsi kepemimpinan adalah:

(1) Upaya yang diusahakan dalam pencapaian tujuan ditentukan oleh pemimpin;

(2) wakil dan juru bicara organisasi, menjalin komunikasi dengan pihak-pihak di

luar organisasi; (3) pemimpin memiliki kemampuan komunikasi yang efektif; (4)

mediator yang hebat, terutama hubungan dengan anggota organisasi , tdan dapat

mendamaikan perbedaan pendapat; (5) pemimpin selaku integrator yang efektif,

rasional, obyektif dan netral.

Fungsi utama kepemimpinan yaitu melaksanakan kewenangan

kepemimpinan, dengan cara menyiapkan arah komunikasi yang baik, menjaga

kekompakan dan bekerja sama tim dan memastikan segala sesuatu dalam

organisasi berjalan lancer serta menjaga keutuhan organisasi. (Chairil dkk,

2016:3). Sedangkan Effendi (2011: 188) menambahkan bahwa fungsi

kepemimpinan ialah: mengarahkan, menuntun, menunjukkan, membangun,

medorong semangat kerja organisasi, menjaga komunikasi terbuka dan baik,

melakukan pengawasan rutin dan efektif, dan bersama-sama anggota

organisasinya ke tujuan yang akan diraih serta sesuai dengan sasaran dan

perencanaan. Agar kelompok berjalan dengan efektif, pemimpin harus

melaksanakan fungsi utama, yaitu; (a). fungsi yang berkaitan dengan tugas atau

penyelesaian masalah yaitu mengenai pemberian pendapat, saran untuk

penyelesaian masalah, informasi dan pendapat: (b) fungsi-fungsi pemeliharaan

kelompok atau sosial yaitu untuk membantu kelompok untuk dapat berjalan lebih

lancar dilakukan semua usaha, misalnya kompromi dengan kelompok lain,

pencarian solusi pada perbedaan kelompok dan konflik lainnya

Naim dan Asma (2019:89) berpendapat bahwa pemimpin berfungsi sangat

sentral pada sebuah organisasi, baik untuk keberadaan dan juga kesuksesan
12

organisasi tersebut. Pada dasarnya, fungsi kepemimpinan memiliki dua aspek

yaitu: (1) fungsi administratif adalah penyediaan semua fasilitasnya serta

pengadaan rumusan kebijakan administrasi di dalam suatu organisasi dan; (2)

fungsi sebagai top manajemen, yaitu fungsi pemimpin dalam segala kegiatan

pembuatan planning, organizing, staffing, directing, commanding, dan controlling.

Dari beberapa pendapat ahli mengenai fungsi kepemimpinan dapat

disimpulkan fungsi kepemimpinan adalah: (1) Pemimpin sebagai pemandu,

pengarah dan pengawas untuk pencapaian tujuan; (2) duta organisasi umtuk

menjalin kerjasama dengan pihak-pihak di luar organisasi; (3) penghubung

komunikasi yang efektif; (4) jika terjadi konflik sebagai penengah; (5) pemimpin

selaku pemersatu yang efektif, rasional, obyektif dan netral.

1.3. Kepala Sekolah

Poerwadarminta (dalam Kristiawan, 2017:14) mengemukakan guru yang

memimpin sekolah disebut kepala sekolah. Kepala sekolah berasal dari dua kata

yaitu kepala dan sekolah, kata kepala diartikan sebagai ketua, pemimpin atau

koordinator yang bertugas mengatur dan mengarahkan. Sekolah merupakan

sebuah organisasi dimana menjadi wadah dalam rangkaian kegiatan untuk

mentrasfer ilmu (Kristiawan, dkk 2017:14)

Sedangkan menurut Ariyani (2017:113) kepala sekolah adalah tenaga

fungsional guru yang mendapatkan tugas tambahan untuk memimpin suatu

sekolah yang merupakan tempat terjadinya transfer pengetahuan antara pemberi

pelajaran yaitu guru dan yang sebagai penerima pelajaran yaitu murid.

Wahjosumidjo (2005:90) menambahkan peranan kepala sekolah sebagai

pemimpin pendidikan direfleksikan dengan cara bertanggung jawab untuk


13

memanfaatkan secara optimal seluruh potensi yang ada di sekolah, hingga

terciptalah kinerja yang tinggi untuk tercapainya tujuan pendidikan. Fungsi

kepemimpinan ini menentukan, karena selain sebagai penggerak juga berperan

untuk mengevaluasi dan mengawasi aktifitas guru (untuk peningkatan

profesionalitas mengajar), karyawan dan siswa. Kepala sekolah harus tanggap

ketika ada masalah di lingkungan sekolah dan dapat menyelesaikan setiap

permasalahan yang ada di sekolah dengan baik.

Djafri (2017:3) menambahkan bahwa kepala sekolah adalah bagian dari

pendidikan yang mempunyai peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan.

Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor

28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar menyatakan bahwa: Kepala Sekolah

bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi

sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta

pemeliharaan sarana dan prasarana. Kepala sekolah merupakan penggagas

untuk menentukan arah kebijakan bagi kemajuan sekolah dan pendidikan secara

luas.

Daryanto (2010:80) mengemukakan bahwa kepala sekolah adalah

personel sekolah yang mempunyai tanggung jawab secara keseluruhan terhadap

semua aktivitas di sekolah, juga untuk terlaksananya rangkaian kegiatan

pendidikan di lingkungan sekolah dengan dasar pancasila dengan tujuan untuk:

(a) meninggikan rasa taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (b) memajukan

kecerdasan dan ketrampilan; (c) meningkatkan budi pekerti; (d) menjadikan pribadi

yang tangguh dan (e) mencintai tanah air dan bangsa.

Peran kepala sekolah sangat penting untuk melaksanakan manajemen

mutu pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Widodo (2011:4) bahwa kepala


14

sekolah sebagai motor penggerak untuk peningkatan mutu pendidikan, sehingga

sekolah diharapkan mampu membangun perubahan yang lebih baik dan penting.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan kepala sekolah dalam

menjalankan tugasnya, salah satunya adalah kecerdasan kepala sekolah

menganalisis situasi dan kondisi yang ada dalam mengelola sekolah.

Farah (2013:1) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa dalam

pelaksanan manajemen sekolah seperti manajemen negara. Jadi kepala sekolah

harus menjadi seorang politisi, ekonom, psikolog dan sosiolog. Karena budaya,

etnis, jenis kelamin dan agama dari warga sekolah baik guru maupun anak didik

mungkin beragam, maka diperlukan kemampuan dan kecakapan kepala sekolah

untuk memimpin sekolah. Priansa (dalam Kristiawaan, dkk 2017: 115)

mengemukakan tentang kepemimpinan kepala sekolah yang efektif yaitu yang

dapat menggerakkan semua sumberdaya yang ada serta melibatkan guru, staf

dan pegawai dalam target dan sasaran yang akan dicapai.

Dari beberapa pendapat ahli tentang kepala sekolah dapat disimpulkan

bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan

sebagai pemimpin dan diberikan wewenang dan tugas tambahan untuk memimpin

dan mengatur sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan agar tercapai tujuan

pendidikan nasional.

1.4. Fungsi dan Peran Kepala Sekolah

Sekolah dalam upaya untuk mencapai visi misi harus didukung oleh

kecakapan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin. Pengangkatan kepala

sekolah melalui proses baik dan profesional, diangkat dari guru yang
15

berpengalaman atau dari guru yang pernah mendapat tugas tambahan sebagai

wakil kepala sekolah (Mulyasa, 2019:98).

Sejalan dengan pendapat Munir (2008:6) bahwa fungsi kepemimpinan

kepala sekolah di dunia pendidikan berperan sebagai pimpinan dan pendidik untuk

memajukan mutu pendidikan. Mutu pendidikan akan terwujud ketika seluruh

elemen pendidikan diatur dengan baik. Elemen yang dimaksud yaitu input, proses,

dan output, dan kepala sekolah sebagai personil yang mempunyai peran sentral

dalam lembaga pendidikan perlu mendukungan sepenuhnya sebab kepala

sekolah sebagai penanggung jawab penuh untuk melaksanakan rencana

pendidikan di sekolah. Kepala sekolah sebagai penetap kebijakan di sekolah harus

berperan secara optimal dan cakap menjadi pemimpin bijak cerdas serta

berinovasi, agar dapat mencapaian tujuan yang optimal, untuk peningkatan mutu

pendidikan yang maksimal.

Sedangkan Lazaruth (dalam Kristiawan, dkk 2017:21) menjelaskan tiga

fungsi kepala sekolah yaitu: (1) administrator pendidikan, sebagai administrator

kepala sekolah bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu sekolah, kepala

sekolah dapat memperbaiki dan menambah fasilitas sekolah, misalnya sarana

prasarana yang ada di sekolah; (2) supervisor pendidikan, meningkatkan mutu

pendidikan dengan cara, mengadakan rapat, obeservasi kelas, perpustakaan dan

lain-lain; (3) pemimpin pendidikan, peningkatan mutu akan terlaksana apabila ada

keterbukaan sikap dari guru dan staf, kreatif dan memiliki motivasi kerja yang

tinggi, suasana demikian dapat tergantung pada bentuk dan sifat kepemimpinan

kepala sekolah.

Fungsi kepala sekolah sangat penting bagi kemajuan sekolah. Beberapa

fungsi kepala sekolah dikemukakan oleh Mulyasa, (2019:98-120) yaitu: pendidik


16

(educator), manajer (manager), administrator, supervisor, pemimpin (leader),

inovator (inovator) dan motivator; (1) pendidik merupakan pekerjaan yang mulia.

Kepala sekolah harus mempunyai trik untuk dapat meningkatkan profesionalitas

guru, kondisi yang kondusif harus dapat terlaksana di sekolah, menjadi penasehat

untuk semua warga sekolah, dapat memberikan motivasi kepada guru, Empat hal

yang perlu ditanamkan seorang kepala sekolah dalam fungsinya sebagai pendidik,

yakni: (a) mental, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sikap batin dan

watak manusia; (b) moral, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan

konsep baik dan buruk, tentang perilaku dan kewajiban. Juga moral yang diartikan

sebagai kesopanan, etika dan kepantasan; (c) fisik, yakni segala sesuatu yang

berhubungan dengan jasmani, kesehatan dan tampilan manusia secara kasat

mata; (d) artistik, yakni segala sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan

manusia menikmati keindahan .Hal yang paling utama fungsi kepala sekolah

sebagai pendidik adalah contoh yang baik. Perilaku yang baik dapat menjadi

panutan, termasuk penampilan kerja dan penampilan fisik; (2) manajer

(pengelola), kepala sekolah hendaknya mampu merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan agar lembaga dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga mutu pendidikan sekolah

meningkat; (3) administrator, kepala sekolah sebagai administrator merupakan

penanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran; (4)

supervisor, kepala sekolah sebagai supervisor dituntut untuk mampu secara teliti,

mencari, dan menentukan hal-hal mana saja yang diperlukan untuk kemajuan

lembaga; (5) pemimpin,kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) berupaya

memberikan bimbingan, arahan dan pengawasan, memotivasi tenaga

kependidikan, menjalin komunikasi yang baik dan mempercayakan pelimpahan


17

tugas; (6) inovator, kepala sekolah sebagai inovator dituntut untuk memiliki banyak

ide dan dapat memilih serta menerapkan banyak inovasi di sekolah atau

madrasah; dan (7) motivator, kepala sekolah, diharuskan menggunakan

pendekatan yang cocok untuk memberikan dorongan semangat kepada tenaga

kependidikan dalam menyelesaikan tanggungjawabnya.

Sedangkan Priansa (2017:83-84) berpendapat bahwa penyempurnaan

tugas kepala sekolah dari sebelumnya yaitu EMASLIM seperti yang disampaikan

Mulyasa berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162 Tahun

2003 adalah EMASLEC yaitu educator (pendidik), manager (manajer),

administrator (pelaku administrasi) , supervisor (pengawas), leader (pemimpin) ,

entrepreneur (pengusaha) dan climator maker (pencipta iklim).

Dijelaskan lebih rinci bahwa sebagi leader (pendidik) artinya dalam

melaksanakan tugasnya strategi yang tepat, harus dimiliki oleh kepala sekolah

agar dapat meningkatkan profesionalitas tenaga pendidik di sekolahnya:

menciptakan suasana yang kondusif; memberikan motivasi, saran serta didalam

pembelajaran harus dapat melaksanakan model pembelajaran yang bervariasi

dan tidak monoton, dan menyediakan program bagi anak yang cerdas di atas

normal seperti program akselerasi. Dijelaskan lebih lanjut kemampuan sebagai

manager (manajer) artinya kepala sekolah dalam menjalankan fungsi manajerial

yang efektif dan efisien harus memiliki strategi yang tepat. Sebagai pelaku

adminitrasi kepala sekolah harus menguasai administrasi sekolah secara

keseluruhan, dan sebagai supervisor (pengawas) melaksanakan kegiatan

supervisi. Supervisi merupakan suatu proses yang didesain untuk sekolah melalui

guru sehingga sekolah dapat memberikan pelayanan yang baik. Sebagai seorang

leader (pemimpin) harus mendelegasikan tugas, memberikan arahan dan


18

pengawasan, menjaga komunikasi yang baik dengan warga sekolah maupun

diluar sekolah serta dapat memberikan motivasi agar tenaga pendidik

melaksanakan tugas secara profesional. Sedangkan kemampuan entrepreneur

(pengusaha) artinya kepala sekolah harus mempunyai berbagai keahlian dan

keahlian tersebut merupakan inovasi dari permasalahan di zaman sekarang dan

keahliannya tersebut dapat diteruskan dengan orang yang dipimpin. Dan yang

terakhir climator maker (pencipta iklim) yang dimaksudkan sebgai pencipta iklim

adalah kemampuan untuk membuat perencanaan, kemudian dilaksanakan dalam

suasana yang menyenangkan, kompak dan bertanggung jawab karena setelah

tercipta iklim yang kondusif maka pekerjaan akan dilaksanakan dengan efektif dan

efisien.

Kristiawan, dkk (2017:22) menyatakan kepala sekolah mempunyai sepuluh

peran yaitu: peran pribadi, kepala, pemimpin, mediator, supervisor, penyebar

pengetahuan, juru bicara, pengambil kebijakan, pelaku usaha, pemecah waktu,

pengelola sumberdaya, dan juru runding. Secara garis besar pemimpin pendidikan

memiliki tiga peran utama yakni; (1) peran kepemimpinan kepala sekolah yaitu (a)

kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan pembentukan budaya

sekolah. Kepala sekolah harus mampu menciptakan budaya yang positif dan baik

di lingkungan sekolah: (b) kepala sekolah dituntut dapat bekerjasama dengan

harmonis dengan warga di dalam maupun di luar sekolah; (2) peran manajerial

kepala sekolah (a) manajer merupakan elemen penting. Sedangkan keterampilan

manajerial adalah (1) teknis proses manajemen yakni perencanaan, pengaturan,

koordinasi, pengawasan, dan pengendalian (2) keterampilan menjaga hubungan

antar manusia; (3) pengetahuan mengenai jasa maupun produk di dalam

organisasi. (b) kepala sekolah harus berada di tengah organisasi. Kepala sekolah
19

memimpin, bermusyawarah, membagi tugas, melimpahkan kuasa kepada orang-

orang kepercayaan untuk pengambilan keputusan, dan mengembangkan

pendekatan yang baik supaya dapat menjalin hubungan antara siswa, guru dan

orang tua; (c) kepemimpinan untuk kepala sekolah terdiri dari (1) kepemimpinan

organisasi; (2) kepemimpinan penyedia layanan; (3) kepemimpinan yang

mendukung; (4) kepemimpinan keterlibatan atau partisifasif. Semua faktor

kepemimpinan tersebut menitikberatkan pada keterampilan manajerial dan

administrasi. Dengan kecakapan kepala sekolah untuk memodifikasi dan

menyesuaikan keempat faktor kepemimpinan maka keberhasilan sekolah dapat

tercapai; (3) peran kurikulum pengajaran kepala sekolah merupakan peran utama

kepala sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan. Enam peran kepala sekolah

di bidang kurikulum dan merupakan ciri kepala sekolah efektif yaitu (a) penjamin

mutu pengajaran; (b) pengawas dan mengevaluasi pengajaran; (c)

mengalokasikan dan mengatur waktu pengajaran; (d) koordinator kurikulum; (e)

mengawasi penyampaian isi pembelajaran; (f) memonitor prestasi dan kemajuan

siswa.

Danim (dalam Djafar, 2017:192) menyatakan kemampuan kepemimpinan

kepala sekolah adalah hal yang penting yang harus selalu ditingkatkan. Karena

saat ini data menunjukkan bahwa kemampuan kepala sekolah masih relatif

rendah. Kepala sekolah belum menunjukkan peranan sebagai pemimpin yang

professional dan cenderung hanya sebatas menyelesaikan masalah administrasi,

mengecek dan mengawasi kehadiran guru, atau membuat laporan untuk

pengawas.

Sebagai pimpinan, kepala sekolah harus dapat menjalankan perannya

sebagai sosok yang mempunyai wewenang dan diharapkan dapat melakukan


20

perubahan dengan kelebihan ada padanya. Serta melakukan penanganan

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian (Kristiawan dkk, 2017:14).

Mulyasa (2015:17) menambahkan manajemen sekolah harus dapat dilaksanakan

dengan baik agar tujuan pendidikan yang efektif, efisien, dan dapat dipercaya

terlaksana, hal ini merupakan upaya kinerja yang harus dilakukan dalam

kepemimpinan kepala sekolah.

Kepala sekolah selaku pimpinan di lembaga pendidikan bertanggung

jawab penuh atas mutu pendidikan di sekolahnya serta mempunyai fungsi dan

peran yang sangat penting bagi kemajuan sekolah. Selain sebagai tenaga

edukatif, kepala sekolah juga berfungsi sebagai manager, administrator dan

supervisor. Kepala sekolah memiliki peran sebagai pemimpin di sekolahnya

dan bertanggung jawab dan memimpin proses pendidikan di sekolah juga

harus mempunyai kemampuan sebagai inovator dan motivator bagi lingkungan

kerjanya untuk peningkatan mutu sumber daya manusia.

1.5. Manajemen Kepala Sekolah

1.5.1. Pengertian Manajemen

Thoha (2012:9) berpendapat bahwa jika kepemimpinan diatur dalam aturan

birokrasi atau berkaitan dengan organisasi dinamakan manajemen. Manajemen

adalah proses pengelolaan organisasi untuk tercapainya satu tujuan bersama

sekelompok orang dan pengetahuan manajemen kepala sekolah mencakup

pengetahuan berupa rangkaian kegiatan tentang fungsi-fungsi yang bertujuan

untuk mengukur pekerjaan kepala sekolah (Djafri, 2017:26).

Kristiawan, dkk (2017:20) menjelaskan fungsi kepala sekolah sebagai

manajer berdasarkan pendapat dari Stoner yaitu: (1) bekerja melalui orang lain;
21

(2) menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi dengan memanfaatkan segala

sumberdaya yang ada; (3) penanggung jawab penuh dalam organisasi; (4) berfikir

dan bertindak berdasarkan teori dan aturan yang berlaku sesuai dengan situasi;

(5) bertindak sebagai penengah; (6) mampu bersikap sebagai seorang politisi; (7)

sebagai pengambil keputusan yang bijaksana dan menggunakan strategi (8)

penentu kebijakan yang tepat. Pendapat ini didukung oleh Priansa (2017:68-69)

yang menyatakan bahwa sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung

jawabnya diharapkan kepala sekolah sebagai seorang manajer dan pemimpin

yang efektif dapat menjalankan perannya dengan baik.

Manajemen adalah seni mengelola sebuah organisasi agar fungsi-fungsi

manajemen berjalan dengan optimal dalam rangka mencapai tujuan yang telah di

tentukan. Sedangkan menurut Trewathn dan Newport (dalam Winardi, 2010:4)

manajemen adalah serangkaian kegiatan bekerjasama antara individu dan

kelompok serta sumberdaya lainnya dengan merencanakan, mengorganisasikan,

menggerakan, mengawasi dan segala upaya di dalam mengatur serta

mendayagunakan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi yang

efektif dan efisien. Sedangkan Terry dan Rue (2012:1) menyatakan manajemen

adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan pengarahan atau bimbingan

untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen adalah ilmu dan seni untuk

mengelola proses pemanfaaatan semua sumberdaya secara efektif dan berdaya

guna demi tercapainya tujuan tertentu (Rivai, 2010:2). Sejalan dengan itu Luther

Gulick mengemukakan (dalam Handoko, 2012:11) manajemen adalah bidang ilmu

pengetahuan, yang secara sistematis mempelajari tentang rangkaian aktivitas

manusia dan bekerjasama untuk mencapai target dan membuat rangkaian

kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.


22

Manajemen sangat penting bagi setiap kegiatan individu maupun kelompok

dalam sebuah organisasi dalam usaha mencapai target yang diinginkan.

Manajemen berfokus pada proses yang berarti bahwa manajemen melibatkan

sumberdaya manusia, pengetahuan, dan keterampilan agar kegiatan menjadi

efektif atau menghasilkan tindakan yang dapat mencapai keberhasilan. Karena itu

organisasi tidak akan mencapai keberhasilan apabila tidak menggunakan

manajemen yang baik (Torang, 2013:165)

Pengelolaan pekerjaan terdiri dari bermacam ragam memerlukan

manajemen misalnya berupa pengelolaan bidang pemerintahan, kesehatan,

keilmuan, seni, olahraga, industri dan lain-lain. Bahkan dalam pendidikan di

dalamnya terdapat penggunaan manajemen seperti, manajemen kearsipan,

manajemen organisasi, manajemen sarana dan prasarana, manajemen

keuangan, manajemen kesiswaan dan lain-lain.

Mulyasa (2019:103) menyatakan pendapat bahwa pada hakekatnya

membuat rencana, kemudian diorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan

mengatur anggota dan segala potensi dimanfaatkan secara optimal dalam suatu

organisasi merupakan proses dari manajemen.

Berdasarkan teori yang dibuat para ahli tersebut dapat disimpulan bahwa

manajemen adalah ilmu mengatur proses pengelolaan suatu pekerjaan dengan

cara mendorong orang lain atau bersama-sama bergerak untuk mendapatkan

suatu capaian yang telah ditargetkan yang telah direncanakan sebelumnya.

Manajemen merupakan proses yang selalu menuju ke target capaian organisasi

yang diinginkan dan ditentukan dengan memberdayakan segala sumberdaya yang

ada. Hal ini berarti, kegiatan manajemen ada kaitannya dengan fungsi suatu

organisasi, yang sering disebut fungsi manajerial.


23

1.5.2. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen menurut Louis A. Allen dalam buku Jahari dan syarbani

(2013:2) rangkaian dari leading (memimpin), planing (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), controling (pengawasan). Sebagaimana disebutkan oleh Daft,

manajemen mempunyai empat fungsi, yaitu perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian

(controling). Dari fungsi dasar manajemen tersebut, kemudian dilakukan langkah

selanjutnya setelah data yang didapat menunjukkan pencapaian target atau target

yang belum tercapai (dalam Choliq, 2014:36).

George R Terry (dalam Winardi, 2010:4) berpendapat ada empat fungsi

dasar manajemen, yaitu: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),

actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan). Keempat fungsi

manajemen ini disingkat dengan POAC. Para tokoh manajemen mempunyai

pendapat yang berbeda tentang penentuan fungsi atau hal yang penting di

manajemen, dan istilah yang dipergunakan juga berbeda. Fatah (dalam

Kristiawan, dkk 2017:24) menjelaskan perbedaan tersebut didapatkan titik terang

untuk istilah fungsi manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan. Ditegaskan kembali oleh Winardi (2010:7)

meskipun pengertian dan arti manajemen ada perbedaan, tetapi ada persamaan

definisi fungsi menajemen yaitu sebagai berikut: (1) perencanaan (planning),

perencanaan adalah pendekatan yang melihat ke “depan” secara rasional dan

mencari tindakan alternatif, dan menganalisa hasil keberhasilan langkah yang

mungkin didapat dan kemudian dipilih arah rencana atau tindakan terbaik.

Rencana-rencana yang dibuat sebagai acuan untuk mengambil keputusan-

keputusan dan melaksanakan kegiatan. Dengan demikian rencana-rencana yang


24

dimaksud harus dapat mengantisipasi kejadian-kejadian yang mungkin dihadapi,

problem-problem dan hubungan kasual, maka para manajer perlu siap

menghadapi keadaan diluar prediksi dengan jalan mengambil rencana cadangan

sebagai alternatif pilihan keputusan; (2) pengorganisasian (organizing)

memadukan semua sumberdaya yang tersedia menjadi suatu kesatuan, dengan

cara mengelompokkan aktiitas-aktivitas serupa (departementasi), bidang-bidang

spesialis, mengidentifikasi hubungan-hubungan otoritas yang dikehendaki antara

perorangan dan orang banyak, mendelegasikan kewenangan dan konsekuensi-

konsekuensi ekonomi harus dipertimbangkan serta permasalahan sosial yang

kemungkinan ada. Untuk mencapai tujuan lebih efektif melalui tindakan

mengkoordinasi bawahan, pekerjaan yang telah ditugaskan serta fakto-faktor

lainnya ke dalam satu kesatuan. Disamping itu selain hubungan yang formal juga

mengakibatkan terbentuknya kelompok- kelompok informal pada kelompok

karyawan. Hubungan pekerjaan yang formal tersebut mempengaruhi perilaku di

dalam sebuah organisasi seperti halnya posisi-posisi kewenangan yang ditetapkan

secara formal: (3) tindakan menggerakkan (actuating) kegiatan yang harus

berkaitan dan saling mempengaruhi fungsi-fungsi lainnya seperti: perencanaan,

pengorganisasian dan pengawasan agar tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai

seperti yang diinginkan mencakup motivasi, kepemimpinan, komunikasi, pelatihan

dan bentuk-bentuk pengaruh pribadi lainnya. Fungsi tersebut juga dianggap

sebagai keputusan dan pengarahkan tugas yang perlu diselesaikan di dalam

sebuah organisasi: (4) pengawasan (controlling) mencakup tindakan

membandingkan dan mengecek apakah sesuai dengan target. Tindakan-tindakan

korektif perlu dilakukan untuk perbaikan jika tugas dilaksanakan belum

menghasilkan pekerjaan sesuai target.


25

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa fungsi

manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan saling berkaitan untuk tercapainya tujuan organisasi.

1.6. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Idawati sebagaimana mengutip pendapat Goleman (2013:154) kepala

sekolah sebagai pemimpin pendidikan, banyak memdapatkan tugas dan

tanggung jawab yang berat yang harus diembannya. Untuk dapat melaksanakan

perannya dengan maksimal, kepala sekolah harus menerapkan gaya

kepemimpinan yang tepat. Bertindak dengan pendekatan kepemimpinan sesuai

dengan keadaan yang ada menjadikan seorang pemimpinan menjadi seorang

pemimpin yang hebat dan dapat membaca situasi sehingga dapat mengganti gaya

kepemimpinannya jika tidak sesuai dengan gaya kepemimpinan yang sesuai

dengan kebutuhan situasi.

Danim (2010:75) menyatakan beberapa gaya kepemimpinan, yaitu: (1)

gaya kepemimpinan otokratik bertindak berdasarkan kemauan sendiri, setiap

pemikirannya dipandang benar, tidak mudah menerima pendapat orang lain,

keras kepala, sikapnya menang sendiri, serta jarang untuk berterima kasih ke

orang lain. Kepemimpinan otokratik disebut juga kepemimpinan otoriter. Pemimpin

otokratik dengan ciri sebagai berikut: a) beban pekerjaan di organisasi pada

sebagian besar ditanggung oleh pemimpin; b) bawahan, oleh pemimpin dianggap

tidak penting hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak diberi

kesempatan untuk menyampaikan perubahan ataupun ide maupun saran-saran;

c) bekerja harus dengan sungguh-sungguh, sangat disiplin dan tidak boleh

menyerah, tidak boleh asal-asalan; d) kebijakan diambil dengan pemikiran sendiri


26

jika diadakan musyawarah yang melibatkan bawahan hanya sebagai formalitas

saja; e) sangat tidak percaya dengan bawahan dan kalaupun ada pekerjaan yang

harus dikerjakan oleh bawahan, diawasi dengan perasaan tidak percaya terhadap

kemampuan bawahan; f) komunikasi dilakukan secara satu arah tidak ada timbal

balik, dan g) korektif dan tugas harus dapat diselesaikan dengan tenggat waktu

yang singkat; (2) gaya kepemimpinan demokratis, berasumsi semua pekerjaan

harus dilaksankaan dengan kerjasama kelompok, agar tujuan organisasi akan

tercapai dengan maksimal. Pemimpin demokratis memiliki ciri-ciri antara lain: a)

secara bersama menanggung beban tanggung jawab organisasi; b) pemimpin

mementingkan peran bawahan dalam pelaksana secara integral dan harus dibagi

tugas dan tanggung jawab; c) tetap menegakkan disiplin dengan cara lebih

fleksibel dan ketika muncul permasalahan diselesaikan secara musyawarah; d)

memberikan kepercayaan kepada bawahan dengan cara tetap melakukan

pengawasan; e) membuka komunikasi yang baik dengan bawahan.; (3) gaya

kepemimpinan permisif, merupakan pemimpin yang lemah, tidak berpendirian

teguh, teralu membebaskan bawahan, sehingga seringkali bawahan dalam

menghadapi suatu permasalahan tidak memiliki acuan atau pedoman yang kuat

untuk menyelesaikannya. Pemimpin yang permisif cenderung berubah-rubah

terhadap apa yang dilakukan. Pemimpin permisif dengan ciriantara lain: (a) tidak

teguh pendirian dan memiliki rasa percaya diri yang rendah; (b) setiap saran yang

diajukan diterima, tanpa mempertimbangakn terlebih dahulu; (c) ragu dalam

pengambilan keputusan; (d) terlalu takut dengan bawahan; (e) baik dan berusaha

tidak memberi sanksi terhadap karyawan.


27

1.7. Kompetensi Kepala Sekolah

Salah satu faktor penentu kesuksesan dan berjalannya organisasi adalah

berhasil atau tidaknya kepemimpinan, hal ini karena pemimpin berfungsi untuk

mengendalikan dan menentukan cara yang dipakai untuk tercapainya tujuan

organisasi. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut untuk memiliki kompetensi.

Adapun kompetensi kepala sekolah tersebut dijelaskan dalam tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1
Kompetensi Kepala Sekolah

Dimensi
No Kompetensi
Kompetensi
1. Kepribadian 1.1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan
tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan
akhlak mulia bagi komunitas sekolah/
madrasah
1.2. Memiliki integritas kepribadian sebagai
pemimpin
1.3. Memiliki keinginan yang kuat dalam
pengembangan diri sebagai kepala sekolah/
madrasah
1.4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi
1.5. Mengendalikan diri dalam menghadapi
masalah dalam pekerjaan sebagai kepala
sekolah/ madrasah
1.6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai
pemimpin pendidikan

2. Manajerial 2.1. Menyusun perencanaan sekolah untuk


berbagai tingkatan perencanaan
2.2. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai
kebutuhan
2.3. Memimpin sekolah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah/
madrasah secara optimal
2.4. Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah / madrasah menuju organisasi
pembelajaran efektif
2.5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/
madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik
28

2.6. Mengelola guru dan staf dalam rangka


pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal
2.7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/
madrasah dalam rangka pemberdayaan secara
optimal
2.8. Mengelola hubungan sekolah/ madrasah dan
masyarakat dalam rangka pencarian dukungan,
ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah
2.9. Mengelola peserta didik dalam rangka
penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas
peserta didik.
2.10. Mengelola pengembangan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan arahan
dan yujuan pendidikan nasional
2.11. Pengelolaan keuangan sekolah/ madrasah
sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan danefisien
2.12. Mengelola ketata usahaan sekolah/ madrasah
dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah.
2.13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/
madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik di
sekolah
2.14. Mengelola sistem informasi sekolah/ madrasah
dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan
2.15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah/ madrasah
2.16. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan sekolah/
madrasah dengan prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak lanjutnya.

3. Kewirausahaan3.1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi


pengembangan sekolah/madrasah
3.2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah/ madrasah sebagai organisasi
pembelajaran efektif
3.3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah/
madrasah
3.4. Pantang menyerah dn selalu mencari solusi
terbaik dalam menghadapi kenda;a yang
dihadapi sekolah/ madrasah
29

3.5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam


mengelola kegiatan produksi/ jasa sekolah/
madrasah sebagai sumber belajar peserta didik

4. Supervisi 4.1. Merencanakan program supervisi dalam rangka


peningkatan profesionalisme guru
4.2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap
guru dengan menggunakan pendekatan dan
teknik suoervisi yang tepat.
4.3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik
terhada[ guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru

5. Sosial 5.1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk


kepentingan sekolah / madrasah
5.2. Berpasrtisipasi dlam kegiatan sosial
kemasyarakatan
5.3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau
kelompok lain.

(Sumber: Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang


Standar Kepala Sekolah)

Komponen yang dapat mempengaruhi kepemimpinan kepala sekolah

menurut Depdiknas (1999) antara lain yaitu (1) karakter kepribadian yang kokoh,

yakin dengan kemampuan diri, tidak takut dengan rintangan, penuh semangat,

penolong dan mempunyai kepedulian sosial: (2) memahami tujuan pendiidkan

agar dapat mengarahkan guru, staf, peserta didik dan pihak-pihak yang terkait

untuk mencapai tujuan sekolah: (3) menguasai pengetahuan tentang peran dan

fungsi menjadi seorang pemimpin di sekolah: (4) memiliki keterampilan

professional, seperti ketrampilan teknis, keterampilan sebagai motivator, dan

keterampilan konseptual.

Dari beberapa pendapat ahli dapat ditarik sebuah kesimpulan definisi

kepemimpinan kepala sekolah adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin dan mengendalikan yang dilaksanakan oleh seorang guru yang

mendapat tugas tambahan untuk memimpin, mengatur sebuah sekolah agar


30

seluruh aktivitas pendidikan di lingkungan sekolah terlaksana sehingga tercapai

tujuan pendidikan nasional.

2. Peningkatan Profesionalitas Guru

2.1. Profesionalitas Guru

Profesional adalah kata benda yang berasal dari kata profesi artinya

seseorang yang memiliki kecakapan dan keterampilan, seperti guru, koki, pilot

dan profesi sejenisnya. Definisi lain kata profesional dalam Undang Undang Guru

dan Dosen adalah pekerjaan atau aktivitas yang dikerjakan oleh seseorang dan

membutuhkan keahlian, penguasaan, atau keterampilan yang sesuai standar mutu

atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi dan dapat menjadi

sumber penghasilan kehidupan.

Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat

dilakukan oleh mereka yang memiiki keterampilan khusus dan bukan pekerjaan

yang asal-asalan dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh

pekerjaan lain (Kunandar, 2009:45). Profesionalitas merupakan keadaan, arah,

nilai, tujuan, tingkat kemampuan serta wewenang yang berkaitan dengan usaha

seseorang untuk mendapatkan imbalan uang (Mulyasa, 2011:56). Jadi

profesionalitas mengacu pada sikap profesional para anggota profesi terhadap

profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam

rangka melakukan pekerjaannya.

Sedangkan yang dimaksud dengan guru dalam pasal 1 Undang Undang

Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah seorang pendidik

profesional yang mendapatkan tugas utama sebagai pendidik, pengajar,

pembimbing yang mengarahkan, pelatih, penilai, dan mengerjakan evaluasi siswa

/mahasiswa pada lembaga pendidikan yang diakui pemerintah. Menjadi seorang


31

guru dituntut untuk menguasai keterampilan dan kecakapan khusus, apalagi

sebagai guru pofesional perlu dilakukan pembinaan dan peningkatan dengan

pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan sehingga menguasai secara

keseluruhan tentang pendidikan dan pengajaran serta berbagai pengetahuan

lainnya.

Kreteria yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional menurut Usman

(2017:25) antara lain (1) diwajibkan untuk menguasai keterampilan ilmu

pengetahuan yang berdasarkan konsep dan teori yang mendalam; (2)

memfokuskan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang

profesinya; (3) harus memiliki tingkat pendidikan keguruan yang memadai; (4)

adanya kepedulian untuk menjaga nama baik pekerjaan yang dilaksanakannya, di

dalam kehidupan masyarakat; (5) selalu siap mengalami perubahan sesuai

dengan dinamika kehidupan yang terjadi.

Hal ini berarti bahwa, untuk menjadi guru profesional seseorang harus

menyelesaikan jenis pendidikan khusus dan harus memiliki kompetensi-

kompetensi khusus. Empat kompetensi wajib dikuasai oleh seorang guru adalah:

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan

kompetensi sosial. Penulis akan meguraikan secara lebih lengkap keempat

kompetensi guru menurut Alma (2009:141) antara lain: (1) kompetensi

profesional, yaitu suatu suatu kecakapan dan keterampilan untuk dapat

menguasai materi pelajaran secara utuh dan lengkap, kemampuan mengelola

pembelajaran serta metode dan teknik mengajar serta mempergunakan media

pembelajaran yang menarik mudah dipahami oleh peserta didik, mudah dicerna,

tidak membuat siswa sulit untuk mempelajarinya dan tidak menjadi ragu dengan

materi, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah;


32

(2) kompetensi pedagogik yaitu suatu kecakapan dan keterampilan untuk

melaksanakan proses belajar mengajar. Kecakapan yang dimaksud adalah

persiapan proses mengajar dengan cara menguasai kecakapan dan kepiawaian

dalam menyampaikan materi. Mengajar merupakan pekerjaan yang kompleks dan

sifatnya multidimensional; (3) kompetensi kepribadian yaitu suatu suatu

kecakapan dan keterampilan individu yang dengan perilaku baik, menjadi panutan

peserta didik, dan berakhlak mulia. Guru yang menjadi contoh dan panutan akan

dapat mengubah perilaku siswa menjadi baik, Guru yang patut menjadi panutan

akan mendapatkan rasa hormat dan akan disegani oleh siswa. Seorang guru

sudah selayaknya menjadikan dirinya contoh yang baik sebelum mendidik orang

lain. Guru memberikan contoh yang baik untuk dapat menjadi panutan merupakan

cara mendidik yang dapat membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Guru yang

disayang dan disenangi oleh siswa, serta dihormati otomatis akan menjadikan

sebagai sosok idola sehingga siswa antusias dan terpacu mendalami mata

pelajaran tersebut. Sebaliknya guru yang tidak disukai oleh murid, membentuk

perasaan enggan belajar mata pelajaran yang diajarkan juga mengakibatkan

perserta didik pun akan tidak menyukai mata pelajaran yang dipegang oleh guru

tersebut; (4) kompetensi sosial yaitu suatu kompetensi yaitu keterampilan

gurudalam menjaga komunikasi dan berinteraksi yang baik dan efektif dengan

warga sekolah sekolah dan warga di luar lingkungan sekolah. Guru profesional

berusaha membangun komunikasi yang baik dan efektif dengan wali siswa,

sehingga terjalin komunikasi yang terbuka secara berkelanjutan antara sekolah

dan wali murid, dan warga di luar sekolah.

Gary dan Margett (dalam Mulyasa 2011:100) mengemukakan bahwa

karakteristik guru yang profesional memiliki ciri sebagai berikut: (1) memiliki
33

keterampilan untuk mengkondisikan suasana belajar yang kondusif; (2)

perencanaan dan mengelola tata laksana pembelajaran mampu untuk

dikembangkan; (3) dapat memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan

(reinforcement); (4) memiliki keterampilan untuk meningkatkan kemampuan diri;

(5) berupaya dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kompetensi diri,

dengan cara menerapkan kurikulum dan pembaharuan metode mengajar,

menggali dan meningkatkan kompetensi tentang metode pembelajaran, dan

memanfaatkan kelompok KKG, senantiasa produktif dalam menghasilkan karya-

karya dibidang pendidikan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru

profesional adalah orang yang kemmapuan, keterampilan dan keahlian khusus

dalam bidang pendidikan dan sebagai guru yang sehingga mampu mengemban

tanggung jawab dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan optimal atau

dengan kata lain, guru profesional adalah orang mempunyai keahlian yang telah

terlatih dan terdidik serta kaya pengalaman dibidang pendidikan.

2.2. Peningkatan Profesionalitas Guru

Wahjosumidjo (2013:287) menyatakan bahwa pembinaan dan peningkatan

profesionalitas guru harus dilakukan secara berkesinambungan, program yang

tepat adalah pelatihan inservice (pendidikan dalam jabatan) yang difokuskan untuk

peningkatan keahlian professional untuk memperbaiki kelemahan guru atau

kelompok guru.

Soetopo (2016:209-211) menjelaskan dasar peningkatan profesi guru

yaitu : (1) dasar filosofis yaitu guru mempunyai tugas sebagai pemimpin dan

pelayan, yang harus memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan

perkembangan zaman agar sesuai dengan kebutuhan; (2) dasar psikologis, yaitu
34

guru selalu berinteraksi dengan peserta didik yang dengan karakter yang berbeda

dan unik sehingga guru dituntut oleh keadaan agar selalu cepat secara psikologis

memahami keunikan yang dimiliki oleh individu lain agar dapat menggunakan

strategi pelayanan yang sesuai dengan karakter anak didik; (3) dasar pedagogis,

yaitu tugas profesional yang penting dari seorang guru adalah sebagai pendidik

dan pengajar. Agar tugas sebagai pendidik dan pengajar dapat dilaksanakan

dengan baik guru diharuskan menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya dan

mengikuti perkembangan inovasi pada metode pembelajaran, guru harus

mempunyai pengetahuan strategi pembelajaran di kelas yang menarik, bervariasi

serta menerapkan di dalam kelas sehingga anak didik akan belajar dengan

gembira dan bersemangat; (4) dasar ilmiah, Ilmu pengetahuan, teknologi dan

sains yang mengalami perkembangan dengan cepat. Guru harus mampu

mengimbanginya dengan kemampuan penguasaan IPTEK; (5) dasar sosiologi

yaitu guru harus pandai menjaga hubungan baik dan harmonis dengan orang,

organisasi dan masyarakat dengan cara memanfaatkan secara maksimal

perkembangan teknologi sarana dan media.

Pembinaan profesionalitas guru adalah sebagai suatu proses dalam upaya

memberikan pembinaan dan bimbingan kepada guru terutama bimbingan

profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas dan pembina sesama

guru lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Bimbingan

profesional yang dimaksud adalah aktivitas yang dapat diupayakan dalam rangka

meningkatkan kemampuan profesionalitas guru terutama dalam proses

pembelajaran. Pembinaan guru juga bertujuan sebagai usaha untuk terlaksananya

sistem kenaikan pangkat dalam jabatan profesional guru (Kunandar, 2009:134).


35

Mulyasa (2015:67) mengemukakan pendapat mengenai peningkatan

profesionalitas guru merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan

mereka mempunyai kualitas profesionalitas yang sesuai dengan situasi dan

kondisi sekolah. Program peningkatan difokuskan pada keterampilan profesional

yang harus dimiliki untuk perbaikan mutu sekolah.

Suprihatiningrum (2013:172) mendefinisikan peningkatan profesi guru

merupakan rangkaian upaya dalam rangka membantu guru dalam menyelesaikan

tugas secara baik dan tepat. Tujuan peningkatan profesi guru adalah terwujudnya

harapan untuk mencetak guru profesional sesuai dengan tujuan pendidikan.

Soewarni (dalam Putri dan Imaniyati, 2017:203) menambahkan bahwa

peningkatan profesi guru adalah rangkaian upaya yang dilakukan untuk

menyelaraskan standar pendidikan dan pengajaran sesuai dan sama dengan

kemampuan profesional yang dimiliki guru. Peningkatan profesi guru di lingkungan

pendidikan ditujukan pada peningkatan kualitas guru profesional, penilaian kinerja

secara adil, jelas dan dapat dipertanggung jawabkan dan mendorong

meningkatnya standar hasil kerja guru dan prestasi.

Menurut Mulyasa (dalam Kristiawan, dkk 2017:21) langkah-langkah yang

dapat dilakukan oleh kepala sekolah sebagai upaya peningkatan profesionalitas

guru adalah: (1) memanfaatkan secara optimal tenaga kependidikan dengan

melibatkan kedalam semua kegiatan peningkatan mutu sekolah, hal ini

dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalitas tenaga kependidikan,

kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan

pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer

kepala sekolah harus dapat memanfaatkan secara maksimal semua potensi di

sekolah agar dapat terwujudnya visi dan misi dan mencapai tujuan sekolah dan
36

kepala sekolah harus mau secara bersama mengerjakan program yang ada

dengan warga di dalam dan di luar sekolah; (2) dibukanya peluang untuk guru-

guru dan karyawan di sekolah agar meningkatkan kompetensi profesinya, sebagai

manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara profesional. Kepala

sekolah tidak boleh bersikap otoriter dan membukapeluang kepada seluruh tenaga

kependidikan untuk meningkatkan kompetensinya; (3) memotivasi agar guru dan

karyawan ikut berperan aktif, yang berarti kepala sekolah diwajibkan berupaya

semaksimal mungkin agar semua guru dan karyawan ikut terlibat dalam setiap

program yang ada di sekolah (partisipatif). Kepala sekolah dalam kondisi seperti

ini biasanya mempedomani asas tujuan, keunggulan, kesepakatan, kekompakan,

empiris, kekeluargaan, dan asas integritas.

Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan peningkatan profesi adalah

usaha yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam

bekerja sehingga mencapai standar yang telah ditetapkan.

2.3. Kegiatan Peningkatan Profesi Guru

Guru merupakan elemen yang mempunyai peran penting dalam upaya

mencetak sumber daya yang bermutu dan berkualitas dalam pembangunan. Guru

diwajibkan untuk memiliki kecakapan dibidang pengetahuan, keterampilan, serta

responsif atau cepat tanggap terhadap fenomena yang terjadi. Peningkatan

profesi guru merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan.

Meningkatnya kualitas guru yang menjadikan guru menjadi profesional, otomatis

membuat mutu pendidikan di Indonesia, baik proses maupun hasilnya akan

mengalami peningkatan.
37

Kepala sekolah mengemban tanggung jawab yang penting dan tidak

mudah dalam kaitannya dengan peningkatan profesi guru. Karena hal tersebut

maka kepala sekolah pun harus bersikap profesional dalam melaksanakan

tugasnya, khususnya dalam mengelola dan meningkatkan profesionalisme guru.

Mulyasa (dalam Kristiawan, dkk 2017:21) menyatakan beberapa strategi dapat

diterapkan dalam meningkatkan profeisonalitas guru yaitu: (a) memberdayakan

guru melalui kerjasama dalam melaksanakan setiap kegiatan yang dilaksanakan

di sekolah sebagai upaya kepala sekolah untuk mendayagunakan semua potensi

sekolah; (b) memberikan kesempatan guru untuk meningkatkan kompetensinya;

(c) mendorong keterlibatan guru dalam setiap kegiatan sekolah (partisipasif)

dengan berpedoman pada asas tujuan, keunggulan, mufakat, pemersatu, empiris,

keakraban dan asas integritas.

Menurut Collete dan Ciappetta yang dikutip oleh Suprihartiningrum (2013;

174), usaha peningkatan profesi guru dapat dilakukan melalui banyak cara, yaitu

melanjukan sekolah, pendidikan dalam jabatan, aktif di musyawarah guru mata

pelajaran (MGMP), ikut terlibat dalam organisasi profesi, dan melakukan evaluasi

diri terhadap proses pembelajaran di kelas, sertifikasi, dan uji kompetensi. Rohiat

(2008: 86) menyebutkan target peningkatan guru sesuai dengan SNP, adalah: (1)

peningkatan kompetensi guru bidang pengembangan kurikulum; (2) peningkatan

kompetensi guru di bidang manajemen kurikulum dan pembelajaran; (3)

peningkatan kompetensi guru bidang pengembangan strategi pembelajaran

(CTL), mastery learning, dan pakem; (4) peningkatan kompetensi guru bidang

peningkatan media pembelajaran; (5) peningkatan kompetensi guru dalam

penggunaan ICT (komputer, internet, dan perangkat teknologi lainnya); (6)


38

peningkatan kompetensi dalam PTK; dan (7) peningkatan kompetensi dalam

bidang bahasa asing internasional.

Langkah-langkah yang dapat disusun dalam rangka tercapainya tujuan

tersebut, adalah: (1) mengadakan pelatihan In House Traning (IHT); (2)

mengaktifkan guru di forum MGMP; (3) menjalin kesepakatan hubungan kerja

dengan LPMP untuk pembinaan dan pelatihan guru; (4) melaksanakan pelatihan

untuk sesuai kebutuhan guru (5) melaksanakan kerjasama dengan lembaga lain,

agar dapat meningkatkan keahlian guru di bidang ICT; (6) melaksanakan magang,

studi banding dan sebagainya dan (7) menjalin hubungan kerja dengan dengan

LPTI dan pihak universitas.

Hal yang sama dinyatakan oleh Musbikin (2013: 67-75) sebagai upaya

peningkatan profesionalitas guru ada strategi yang dapat dilaksanakan oleh

kepala sekolah antara lain: (1) melibatkan guru di kegiatan forum ilmiah

(diklat/inservice training); (2) memberikan kesempatan guru untuk ikut serta

program sertifikasi guru, yang tujuannya: sertifikasi guru sebagai penentu

kompetensi guru apakah sudah sesuai standar dalam mejalankan kewajiban

sebagai agen pembelajaran, peningkatan profesionalitas guru, dan mengangkat

profesi guru; (3) kualifikasi akademiknya harus ditingkatkan agar dan sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah dengan cara melanjutkan

pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi; (4) memanfaatkan secara

optimal organisasi profesi guru seperti di forum MGMP; (5) peningkatan dan

penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang memadai, seperti sarana di

laboraturium komputer, laboraturium bahasa, perpustakaan, dan sambungan WIFI

agar dapat dimanfaatkan oleh para guru: (6) peningkatanpenghasilan untuk


39

kesejahteraan guru; (7) membentuk wadah untuk komunikasi antar guru dan (8)

melaksanakan studi banding dan kunjungan ke sekolah lain.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan profesi guru tentu

bukan hal yang mudah. Peningkatan profesi guru akan menghasilkan guru-guru

yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan yang

bertujuan akhir untuk kemajuan pada dunia pendidikan. Berbagai upaya

peningkatan profesionalitas guru tersebut perlu mendapatkan dukungan penuh

dari berbagai pihak yang berwenang sehingga peningkatan profesi guru dapat

dilaksanakan secara terus menerus. Pihak yang harus mendukung profesi guru

yaitu kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, dan penentu kebijakan yang

mempunyai kewenangan serta pihak-pihak lainnya.

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam

penelitian ini, beberapa kajian relevan tersebut antara lain:

Kajian relevan pertama adalah Penelitiann Aryani (2017:109) tentang

”Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Profesionalisme Guru”

yang dimuat dalam Jurnal Al- Afkar Vol V, No 1 April 2017. Dengan penjelasan

bahwa guru harus profesional karena guru adalah jabatan profesi. Guru yang

profesional merupakan bagian dari sekolah berkualitas hal ini dibuktikan dengan

sejumlah penelitian. Dengan demikian, pengembangan profesi guru perlu

dilakukan untuk meringkankan tugas guru dalam menyelesaikan rangkaian

pekerjaan dengan baik dan benar. Sebagai pimpinan pendidikan kepala sekolah

harus menguapayakan untuk peningkatkan dan pengembangkan profesionalisme

guru. Beberapa kegiatan dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam upaya
40

mengembangkan profesionalisme guru, diantaranya: m guru untuk membuka

peluang untuk guru agar dapat ikut serta dalam kegiatan diklat atau pelatihan-

pelatihan, guru ikut dalam program sertifikasi, memberikan peluang kepada guru

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, bekerjasama dengan

lembaga/instansi lain, serta mengadakan kegiatan studi banding ke sekolah lain.

Persamaan penelitian Aryani adalah meneliti tentang kepemimpinan kepala

sekolah dalam pengembangan profesionalitas guru, perbedaannya adalah

penelitian Aryani difokuskan kepemimpinan kepala sekolah secara umum

sedangkan pada penelitian ini lebih fungsi kepemimpinan kepala sekolah sebagai

educator (pendidik), manager (pengelola), administrator, supervisor (pengawas),

leader (pemimpin), entrepreneur (pengusaha), climator maker (pencipta iklim).

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Hendon, dkk (2018:6) tentang

“Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru

Pada SMP Negeri 1 Batee Kecamatan Batee Kabupaten Pidie” yang dimuat

dalam Jurnal Magister Administrasi Pendidikan Pasca sarjana Universitas

Syahkuala, Volume 6, No 1, februari 2018: Dengan penjelasan bahwa untuk

mendapatkan informasi tentang program, pelaksanaan, evaluasi, dan faktor

penghambat yang dihadapi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi

profesional guru pada SMP Negeri 1 Batee Kecamatan Batee Kabupaten Pidie.

Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) setiap awal tahun pelajaran program yang

direncanakan disusun, dan ditemukan bahwa tim peningkatan sekolah belum

menyusun dokumen dengan baik. Program yang direncanakan berupa:

penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, supervisi

kelas, melaksanakan MGMP, dan pengadaan media pembelajaran; (2) kegiatan

yang telah terlaksana belum semuanya tercantum pada instrumen yang baku,
41

kegiatan yang dilaksanakan belum sesuai dengan perencanaan program, jadwal

pelaksanaan kegiatan belum sama dengan rencana; (3) tindak lanjut dalam

menentukan program lanjutan diambil dari hasil evaluasi dilaksanakan pada setiap

akhir semester.; dan (4) guru yang masih belum menguasai ICT merupakan

kendala yang dihadapi, materi pelajaran, metode pembelajaran lama yang

diterapkan di kelas, banyaknya tugas kepala sekolah dan belum adanya program

sekolah yang baku. Persamaan penelitian Hendon, dkk adalah meneliti tentang

upaya kepala sekolah dalam peningkatan profesionalitas guru, perbedaannya

penelitian Hendon, dkk fokus penelitian untuk mengetahui program, pelaksanaan,

evaluasi, dan hambatan-hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi profesional guru sedangkan pada penelitian ini lebih

fokus pada kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan profesionalitas guru,

keberhasilan manajeman kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan

profesionalitas guru dan faktor pendukung dan penghambat kepemimpinankepala

sekolah dalam dalam peningkatan profesionalitas guru.

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Husaini dan Fitria (2019:43) dengan

judul ‘Kepemimpinan Pada Lembaga Pendidikan Islam” yang kemudian dimuat

dalam Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan Volume 4,

No.1, Januari-Juni 2019. Keberhasilan sebuah manajemen dipengaruhi dari

prinsip-prinsip manajemen yang menjadi dasar-dasar dan nilai pada manajemen

merupakan hasil dari penelitian ini. Kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang

berubah membuat prinsip-prinsip dalam manajemen sebaiknya dapat disesuaikan

dengan situasi dan kondisi. Kesesuaian dengan SDM yang dipimpinnya (kondisi

dan situasi) merupakan kepemimpinan yang efektif. Begitu juga dengan sesuai

dengan kondisi dan situasi yang muncul pada saat itu akan sangat efektif bagi
42

kepemimpinan di lembaga pendidikan Islam. Perubahan situasi dan kondisi harus

disesuaikan oleh seorang pimpinan merupakan gaya kepemimpin yang paling

efektif. Harus mempunyai beberapa komponen yang tepat dalam manajemen

sebuah lembaga pendidikan Islam sehingga menghasilkan suatu hasil yang tepat

yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Persamaan penelitian

Husaini dan Happy Fitria dengan penelitian ini adalah meneliti tentang

kepemimpinan, perbedaannya ialah penelitian Husaini dan Happy Fitria fokus

penelitiannya tentang kepemimpinan pada lembaga pendidikan islam sedangkan

pada penelitian ini lebih fokus pada kepemimpinan kepala sekolah dalam

peningkatan profesionalitas guru.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Arafat (2011:1) dengan judul

“Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Rektorat Di Universitas

PGRI Palembang yang dimuat dalam Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 7,

No.4,Januari 2011:1-11 penelitian ini menunjukkan bahwa dukung oleh seluruh

steakholder membuat keberhasilan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi di

Universitas PGRI Palembang, mulai dari pimpinan, tenaga pengajar, tenaga

penunjang akademik, karyawan dan mahasiswa berperan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa antara variabel kepemimpinan terhadap variabel kinerja

pegawai Rektorat di Universitas PGRI Palembang mempengaruhi secara

signifikan. Persamaan penelitian Yasir Arafat dengan penelitian ini adalah meneliti

tentang kepemimpinan, perbedaannya penelitian Arafat fokus pada pengaruh

kepemimpinan terhadap kinerja pegawai, sedangkan pada penelitian ini lebih

fokus pada kepemimpinankepala sekolah dalam peningkatan profesionalitas guru.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Umami dkk (2020:52) dengan

judul Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Disiplin Kerja
43

dimuat dalam Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan

Volume 6, No.1, Januari-Juni 2021. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) ada pengaruh kepemimpinan

terhadap disiplin kerja guru di SMP Negeri 1 Tanjung Raja 2) ada pengaruh

motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru di SMP Negeri 1 Tanjung Raja 3)

ada pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja guru secara bersama-sama

terhadap disiplin kerja guru di SMP 1 Tanjung Raja. Perbedaannya penelitian

Umami fokus pada peran kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja

guru, sedangkan penelitian ini fokus pada kepemimpinan kepala sekolah dalam

peningkatan profesionalitas guru, keberhasilannya dan faktor pendukung serta

penghambat.

Penelitian keenam yang dilakukan oleh Pratami dkk (2018:228) dengan

judul Influence Of School Principal And Organizational Climate Supervision On

Teachers’ Performance dan dimuat dalam International Journal Of Scientific &

Technology Research Volume 7, Issue 07, July2018. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah dan iklim organisasi baik

secara parsial maupun simultan terhadap kinerja guru SMP di Kecamatan Bukit

Kecil Palembang. Metode penelitian adalah ex post facto dengan populasi 176

guru. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa supervisi kepala sekolah dan

iklim organisasi berpengaruh baik secara parsial maupun simlutan terhadap

kinerja guru SMP di Kecamatan Bukit Kecil Kecamatan Palembang. Persamaan

dengan penelitian ini, sama-sama meneliti pengaruh supervisi terhadap guru,

sedangkan perbedaannya penelitian Pratami fokus dengan supervisi kepala

sekolah dan iklim sekolah terhadap kinerja guru sedangkan penelitian ini fokus

terhadap kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan profesionalitas guru.


44

Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Farah (2013:13) dengan judul

“School Management: Characteristics of Effective Principal” yang kemudian

dimuat dalam Global Journal of Human Social Science, Vol XIII Version I 2013.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mengelola sekolah seperti mengelola negara.

Jadi, kepala sekolah harus beperan sebagai seorang politisi, ekonom, psikolog

dan sosiolog. Budaya, etnis, jenis kelamin dan agama dari populasi sekolah

mungkin beragam dan warga sekolah membutuhkan pemenuhan kebutuhan

mereka. Penelitian ini tentang karakteristik kepala sekolah yang efektif membahas

bagaimana bentuk kepala sekolah yang efektif. Kepala sekolah akan memahami

bahwa tugas mereka unik dan membutuhkan pengetahuan dan standar ekstra

untuk menyelesaikan setiap permasalahan. Persamaan penelitian Farah dengan

penelitian ini adalah meneliti tentang kepemimpinan kepala sekolah perbedaannya

penelitian Farah fokus penelitian karakteristik kepala sekolah yang efektif

sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada kepemimpinankepala sekolah

dalam peningkatan profesionalitas guru.

Kedelapan, karya ilmiah berupa tesis program studi Magister Studi Islam

Institut Agama Islam Negeri Walisongo 2010 oleh Munawir (2010:196-199) dengan

judul “Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Profesionalisme Guru

Pendidikan Agama Islam (PAI) DiSMA Negeri 1 Gemuh Tahun 2010”. Kompetensi

guru sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran siswa di kelas.

Salah satu caranya untuk meningkatkan kompetensi guru terutama guru PAI di

sekolah adalah melalui manajemen kepala sekolah yang mendukung pada

peningkatan kompetensi guru. Kepemimpinan kepala sekolah sangat

mempengaruhi keberhasilan manajemen suatu lembaga pendidikan. Kepala

sekolah sebagai pemimpin di sekolah atau madrasah, maka harus mampu


45

membawa lembaga tersebut mencapai tujuan yang telah dibuat. Dalam rangka

meningkatkan kompetensi guru PAI mengupayakan dengan empat hal, yaitu:

kompetensi pedagogik, pribadi, sosial dan profesional. Kepala SMAN 1 Gemuh

berperan sebagai edukator, manajer, administrator, leader dan supervisor.

Tahapan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi

program-program sekolah yang dikerjakan berperan dalam manajemen kepala

sekolah karena berpengaruh terhadap peningkatan profesionalisme guru PAI.

Persamaan penelitian Munawir dengan penelitian ini adalah meneliti tentang

kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalitas guru,

perbedaannya penelitian fokus penelitian Munawir bagaimana peningkatan

profesionalisme khusus guru PAI sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada

kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan profesionalitas guru semua

guru di sekolah tersebut.

Kajian relevan yang kesembilan adalah tesis Program Studi Manajemen

pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung tahun

2016 yang ditulis oleh Zulham (2016:128-131) dengan judul “Manajemen

Pengembangan Profesionalisme Guru“ hasil penelitian yang telah dipaparkan

adalah sebagai berikut : 1) manajemen perencanaan (planning): 2) merencanakan

suatu yang diprioritaskan dalam pengembangan profesionalisme guru; 3)

Manajemen pengorganisasian; (4) pelaksanaan (actuating); 5) manajemen

pengawasan (controlling). Persamaan penelitian Zulham dengan penelitian ini

adalah meneliti upaya kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalitas

guru. Perbedaannya penelitian fokus penelitian Zulham lebih fokus pada

manajemen perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan dan evaluasi sedangkan

pada penelitian ini lebih fokus pada kepemimpinan kepala sekolah sebagai
46

educator (pendidik), manager (pengelola), administrator, supervisor (pengawas),

leader (pemimpin), entrepreneur (pengusaha), climator maker (pencipta iklim).

Kesepuluh, karya tulis berupa tesis Program Studi Pendidikan Pendidikan

Islam UIN Sunan Kalijaga Tahun 2015 oleh Utomo (2015:129-132) “Kepala

Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Kasus di SMA

Muhammadiyah 7 Yogyakarta)”. Untuk mengetahui keberhasilan manajemen

kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi sosial guru SMA Muhamadiyah

7 Yogyakarta merupakan tujuan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dalam peneliti penggunakan lima kompetensi yang telah diamanatkan oleh

pemerintah yakni kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi kepemimpinan keagamaan.

Persamaan penelitian dengan Utomo yaitu untuk mengetahui keberhasilan kepala

sekolah, perbedaannya dengan penelitian ini Utomo meneliti tentang peningkatan

kompetensi sosial, sedangkan penelitian ini meneliti tentang peningkatan

profesionalitas guru.

Kesebelas, tesis Program Studi manajemen Pendidikan Universitas PGRI

Palembang tahun 2019 Ribuwati (2019:142) berjudul “Kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam Membangun Karakter Peserta Didik di Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Belitang Kabupaten Oku Timur” Persamaan penelitian dengan Ribuwati

yaitu untuk mengetahui keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah,

perbedaannya dengan penelitian ini Ribuwati meneliti tentang kepemimpinan

kepala sekolah dalam membangun karakter peserta didik, sedangkan penelitian

ini meneliti tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan

profesionalitas guru.
47

Kedua belas, Disertasi Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam UIN

Raden Intan Lampung Tahun 2017 oleh Sujarwo berjudul ‘Peran Kepala Madrasah

dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Madrasah Aliyah Kabupaten Lampung

Timur” Sujarwo (2017: 320-326) dalam penelitiannya menyatakan kemampuan

dan pembaharuan kepala madrasah untuk memberdayakan secara maksimal

semua potensi dalam meningkatkan profesionalisme guru berdampak positif

terhadap kinerja madrasah.

Penelitian ini dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator di kenal dengan

EMASLIM yakni: (a) educator, (b) manager, (c) administrator, (d) supervisor, (e)

leader, (f) inovator, dan (g) motivator, sehingga diharapkan pada akhirnya

penelitian ini menemukan suatu formula baru bagi ketercapaian profesionalisme

guru berdasarkan aturan yang ada.

Penelitian ini menemukan bahwa; (1) secara umum: peran kepala

madrasah yang dilihat dari 7 (tujuh) Indikator yaitu berkenaan dengan EMASLIM

yakni: (a) educator, (b) manager, (c) administrator, (d) supervisor, (e) leader, (f)

inovator dan (g) motivatorPersamaan penelitian dengan Sujarwo yaitu untuk

mengetahui keberhasilan manajemen kepala sekolah dalam peningkatan

profesionalitas guru sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini Sujarwo

meneliti tentang kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan

profesionalisme guru secara islam sehingga penelitiannya banyak mengaitkan

dengan kepemimpinan cara islam, sedangkan penelitian ini meneliti tentang

kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan profesionalitas guru secara

umum menurut keilmuan.

Anda mungkin juga menyukai