Anda di halaman 1dari 12

PERBANDINGAN ANTARALIRAN: PERBUATAN TUHAN dan

MANUSIA
DI SUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MAKALAH MATA KULIAH ILMU KALAM

Dosen Pengampu:

Aufi Imaduddin, S.HI.,M.H

Disusun Oleh:

1. Anis Wahidzatul Hidayah (2112040)


2. Yushinta Pramesti H. H (2112051)
3. Roichatul Jannah (2112048)

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (IAINU) TUBAN

FAKULTAS TARBIYAH

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ilmu Kalam ini tepat pada
waktunya.
Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang Perbandingan antaraliran:
perbuatan tuhan dan manusia. Mudah mudahan makalah yang kami buat bisa menambah
pengetahuan yang lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah studi
hadist serta pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Tuban, 27 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................2


DAFTAR ISI ................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.........................................................................4
B. Rumusan masalah....................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Perbuatan Tuhan.....................................................................5
1. Aliran Mu’tazilah.............................................................5
2. Aliran Asy’ariah...............................................................6
3. Aliran Maturidiah.............................................................7
B. Perbuatan Manusia ................................................................8
1. Aliran Jabariah..................................................................8
2. Aliran Qadariah................................................................8
3. Aliran Mu’tazilah.............................................................9
4. Aliran Asy’ariah...............................................................9
5. Aliran Maturidiah.............................................................9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.....................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan kalam menjadi bahan perdebatan di anatara aliran-aliran kalam adalah masalah
perbuatan Tuhan dan perbuatan Manusia. Masalah ini muncul sebagai perdebatan ulama kalam
mengenai iman. Ketika sibuk menyoroti siapa yang masih iman dan siapa yang masih kafir di
antara pelaku tahkim, para ulama kalam mencari jawaban atas pertanyaan siapa siapa
sebenarnya yang mengeluarkan perbuatan manusia, apakah Allah, atau manusia, atau kerja sama
antar keduanya. Masalah ini kemudian memunculkan aliran kalam fatalis (predestination) yang
di wakili oleh Qadariah dan Free will yang di wakili Qadariah dan Mu’tazilah. Aliran
Asy’ariyah dan Maturidiah mengambil sikap tengah di atnara kedua kubu di atas, kemudian
persoalan meluas dengan mempermasalahkan apakah tuhan memiliki kewajiban-kewajiban
tertentu atau tidak, apakah perbuatan Tuhan terbatas pada hal-hal yang baik, ataukah perbuatan
Tuhan tidak terbatas pada hal yang baik, tetapi juga mencakup pada hal-hal buruk.

B. Rumusan Masalah

1. Perbuatan Tuhan menurut Aliran Mu’tazilah?

2. Perbuatan Tuhan menurut Aliran Asy’ariyah?

3. Perbuatan Tuhan menurut Aliran Maturidiah?

4. Perbuatan Manusia menurut Aliran Jabariah?

5. Perbuatan Manusia menurut Aliran Qadariah?

6. Perbuatan Manusia menurut Aliran Mu’tazilah?

7. Perbuatan Tuhan menurut Aliran Asy’ariyah?

8. Perbuatan Tuhan menurut Aliran Maturidiah?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbuatan Tuhan
Semua aliran dalam pemikiran kalam berpandangan bahwa Tuhan melakukan
perbuatan. Perbuatan di sini dipandang sebagai konsekuensi logis dari zat yang memiliki
kemampuan untuk melakukannya.
1. Aliran Mu'tazilah
Aliran mu'tazilah, sebagai aliran kalam yang bercorak rasional, berpendapat
bahwa perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Namun,
ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mampu melakukan perbuatan buruk karena ia
mengetahui keburukan dari perbuatan buruk itu. Di dalam Alquran pun jelas
dikatakan bahwa Tuhan tidaklah berbuat zalim. Ayat-ayat Alquran yang dijadikan
dalil oleh muktazilah untuk mendukung pendapatnya di atas adalah surat Al-
Anbiya: 23 dan Ar-Rum: 8.
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Tuhan hanya berbuat yang baik dan
maha suci dari perbuatan buruk. Dengan demikian, Tuhan tidak perlu ditanya. Ia
menambahkan bahwa seseorang yang dikenal baik, apabila secara nyata berbuat
baik, tidak perlu ditanya Mengapa yang melakukan perbuatan baik itu. Adapun
ayat yang kedua mengandung petunjuk bahwa tidak pernah dan tidak akan
melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Dengan paham ada batasan-batasan bagi
kekuasaan dan kehendak Tuhan, mendorong kelompok mu'tazilah untuk
berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia. Aliran
mu'tazilah memunculkan faham kewajiban Allah berikut ini:
a. Kewajiban Tidak Memberikan Beban di Luar Kemampuan Manusia.
Memberi beban diluar kemampuan manusia adalah bertentangan dengan
faham berbuat baik dan terbaik. Hal ini bertentangan dengan paham mereka
tentang keadilan Tuhan. Tuhan akan bersifat tidak adil kalau ia memberi
beban yang terlalu berat kepada manusia.

5
b. Kewajiban Mengirinkan Rasul
Bagi aliran mu'tazilah dengan kepercayaan bahwa akal dapat mengetahui hal-
hal ghaib, pengiriman Rasul seharusnya tidak begitu penting. Akan tetapi,
mereka memasukkan bagian rasul kepada umat manusia menjadi salah satu
kewajiban Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan berkewajiban berbuat yang baik dan
terbaik bagi manusia dengan cara mengirim Rasul.
c. Kewajiban menepati janji dan ancaman
Janji dan ancaman merupakan salah satu dasar kepercayaan aliran mu'tazilah.
Hal ini erat hubungannya dengan dasar keduanya, yaitu keadilan. Tuhan akan
bersifat tidak adil jika tidak menepati janji untuk memberi pahala kepada
orang yang berbuat baik dan menjalankan Ancaman bagi orang yang berbuat
jahat. Oleh karena itu, menepati janji dan jelaskan ancaman adalah wajib bagi
Tuhan.

2. Aliran Asy'ariah
Menurut aliran Asy'ariyah, bahan kewajiban Tuhan membuat baik dan terbaik
bagi manusia. Aliran asy'ariyah tidak menerima paham Tuhan mempunyai
kewajiban. Tuhan dapat berbuat sekehendak hatinya terhadap makhluk.
Sebagaimana dikatakan Al Ghazali, perbuatan-perbuatan Tuhan bersifat tidak
wajib (jaiz) dan tidak satu pun darinya yang mempunyai sifat wajib.
Karena percaya pada kekuasaannya mutlak Tuhan dan berpendapat bahwa Tuhan
tak mempunyai kewajiban apa-apa, aliran Asy'ariyah menerima faham pemberian
beban di luar kemampuan manusia. Al-Asy'ariah sendiri, dengan tegas
mengatakan dalam Al-quran, bahwa Tuhan dapat meletakkan beban yang dapat
dipikul pada manusia.
Meskipun pengiriman rosul mempunyai arti penting dalam teologi, aliran
Asy'ariah menolaknya sebagai kewajiban Tuhan. Hal itu bertentangan dengan
keyakinan mereka bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban terhadap manusia.
Sesuai dengan paham Asy'ariah tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan,
hal ini tidak menjadi permasalahan bagi teologi mereka. Tuhan dalam paham
aliran Asy'ariah tidak berbuat untuk kepentingan manusia.

6
3. Aliran Maturidiah
Mengenai perbuatan Allah ini, terdapat perbedaan pandangan antara
Maturidiah Samarkand dan Maturidiah Bukhara. Aliran Maturidiah Samarkand,
berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanya menyangkut hal-hal yang baik.
Demikian juga pengiriman Rasul dipandang Maturidiah Samarkand sebagai
kewajiban Tuhan.
Maturidiah Bukhara sejalan dengan pandangan Asy’ariyah mengenai paham
bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban. Adapun pandangan Maturidiah
Bukhara tentang pengiriman Rasul, sesuai dengan paham mereka tentang
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak bersifat wajib, tapi bersifat
mungkin.
Mengenai memberikan beban kepada manusia di luar batas kemampuannya
(taklif ma la yutaq), aliran Maturidiah Bukhara dapat menerimanya. Sedangkan
Aliran Samarkand mengambil posisi yang dekat dengan Mu'tazilah menurut
Syarh Al-Fiqh Al-Akbar, Al-Maturidi tidak setuju dengan pendapat aliran
Asy’ariah karena al-quran mengatakan bahwa Tuhan tidak membebani manusia
dengan kewajiban-kewajiban yang tidak terpikul.
Tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dalam aliran Maturidiah
golongan Bukhara, mempunyai paham yang sama dengan aliran Asy’ariyah.
Pengiriman Rasul bagi mereka tidak bersifat wajib, dan hanya bersifat mungkin.
Sedangkan pendapat aliran Maturidiah Samarkand tentang persoalan ini dapat
diketahui dari keterangan Al-Bayadi yang menjelaskan bahwa Maturidiah
sepaham dengan Mu'tazilah mengenai wajibnya mengirim Rasul.
Mengenai kewajiban Tuhan memenuhi janji dan ancaman-Nya, aliran
Maturidiah Bukhara tidak sepaham dengan aliran Asy’ariah. Mereka berpendapat
sebagaimana dijelaskan oleh Badawi, Tuhan tidak mungkin melanggar janji-Nya
untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik, tetapi sebaliknya, Tuhan
tidak mungkin membatalkan ancaman untuk memberi hukuman kepada orang
yang berbuat jahat. Oleh karena itu, nasib orang yang berdosa besar ditentukan
oleh kehendak mutlak Tuhan.

7
Menurut paham Al-Bazdawi, kekuasaan dan kehendak Tuhan tidak mutlak,
seperti yang dianut oleh aliran Asy’ariah. Bagi aliran Asy’ariah, Tuhan boleh
melanggar janji-janjinya. Bagi Maturidiah golongan Bukhara, Tuhan tidak
mungkin melanggar janji-Nya untuk memberi upah kepada orang yang berbuat
baik. Sedangkan golongan Samarkand memiliki pendapat yang sama dengan
aliran Mu’tazilah. Sebagaimana dilihat bahwa upah dan hukuman Tuhan tidak
boleh terjadi kelak.

B. Perbuatan Manusia
Masalah perbuatan manusia berawal dari pembahasan sederhana yang dilakukan oleh
kelompok jabariah dan kelompok Qadariah, yang kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan yang lebih mendalam oleh filosofis aliran Mu’tazilah, Asy’ariah dan
Maturidiah. Akar dari masalah perbuatan manusia adslH keyakinan bahwa Tuhan adalah
pencipta alam semesta, Tuhan bersifat Mahakuasa dan mempunyai kehendak yang
bersifat mutlak.

1. Aliran Jabariah
Ada perbedaan pandangan antara jabariyah ekstrim dan jabariyah moderat
dalam masalah perbuatan manusia. Jabariyah ekstrim berpendapat bahwa segala
perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya
sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.
Adapun jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan
manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyi
peranan di dalamnya.

2. Aliran Qodariyah
Aliran Qodariyah menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan
atas kehendaknya sendiri.Oleh karena itu,ia berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan kebaikan yang dilakukannya dan berhak memperoleh hukuman atas
kejahatan kejahatan yang diperbuatnya.

8
Dalam perbuatan perbuatannya,manusia hanya bertindak menurut nasib yang
telah ditentukan semenjak ajal terhadap dirinya.Aliran Qadariyah berpendapat
bahwa tidak ada alasan yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia pada
perbuatan Tuhan
3. Aliran Mu'tazilah
Aliran Mu'tazilah memandanganusia mempunyai daya yang besar dan
bebas.Oleh karena itu,Mu'tazilah menganut paham Qodariyah atau free will.
Penganut aliran Mu' tazilah meyakini bahwa akal bisa pada keimanan dan
ketaatan pada Allah.Aliran Mu'tazilah dipelopori tokoh intelektual muslim
bernama washil bin Atho' Al-makhzumi pada tahun 700 an Masehi di
Irak.Menurut Al Jubba'i dan Abd Al Jabbar,manusialah yang menciptakan
perbuatan perbuatannya.Daya (al-istitha'ah)untuk mewujudkan kehendak itu telah
terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan.
Meskipun berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan manusia dan
tidak pula menentukannya,kalangan Mu'tazilah tidak mengingkari ilmu azali
Allah yang mengetahui segala yang akan terjadi dan di perbuat manusia

4. Aliran Asy'ariyah
Dalam paham Asy'ari manusia ditempatkan pada posisi yang lemah.ia
diibaratkan anak kecil yang tidak mempunyai pilihan dalam hidupnya.Oleh
karena itu,aliaran Asy'ariyah lebih dekat dengan paham jabariyah dari pada
paham Mu'tazilah.
Pada prinsipnya,aliran Asy'ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia
diciptakan Allah.Daya manusia tidak mempunyai efek untuk menciptakan pula
pada diri manusia daya untuk melahirkan perbuatan bagi manusia.Dengan
begitu,kasab mempunyai pengertian penyertaan perbuatan dengan daya manusia
yang baru

5. Aliran Maturidiah
Ada perbedaan antara maturidiyah Samarkand dengan maturidiyah
Bukhara.kelomook pertama lebih dekat dengan faham Mu' tazilah sedangkan

9
kelompok kedua lebih dekat dengan faham asy'ariyah.Kehendak dan daya berbuat
pada diri manusia,menurut maturidiyah Samarkand adalah kehendak dan daya
manusia dalam kata arti sebenarnya,dan bukan dari kiasan perbedaan dengan
mu'tazilah adalah bahw daya untuk berbuat tidak di ciptakan sebelumnya, tetapi
bersama-sama dengan perbuatannya. Daya yang demikian porsinya lebih kecil
dari pada daya yang terdapat dalam faham Mu'tazilah. oleh karena itu, manusia
dalam faham Al-Maturidi, tidaklah sebebas manusia dalam Mu'tazilah.
Maturidiyah Bakhara dalam banyak hal sependapat dengan maturiyah samarkand.
Hanya saja golongan ini memberikan tambahan dalam masalah daya. Manusia
tidak mempunyai daya untuk melakukan perbuatan, hanya Tuhanlah yang dapat
menciptakan, dan manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah
diciptakan Tuhan baginya.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perbuatan Tuhan dan perbuatan Manusia. Masalah ini memunculkan aliran kalam fatalis
(predestination) yang di wakili oleh Qadariah dan Free will yang di wakili Qadariah dan
Mu’tazilah. Aliran Asy’ariyah dan Maturidiah mengambil sikap tengah di atnara kedua kubu di
atas. dalam pembahasan juga menyangkut perbuatan tuhan menurut aliran mu’tazilah, aliran
asy’ariyah dan aliran maturidiah serta perbuatan manusia menurut aliran jabariah, aliran
qadariah, aliran mu’tazilah, aliran asy’ariyah, aliran maturidiah.
Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terimakasih kepada pembaca yang telah
berkenan untuk membaca, menelaah, dan mengimplementasikan makalah ini. Kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan oleh kami sebagai bahan perbaikan untuk ke depannya. Sekian
dan terimakasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rozak,abdul. Rosihon anwar. 2016. ILMU KALAM Edisi Revisi. Jl.BKR (lingkar
selatan) no. 162 – 164: Cv. Pustaka setia

12

Anda mungkin juga menyukai