Anda di halaman 1dari 20

Makalah

ETIKA KEPERAWATAN ABORSI

Disusun
Oleh :

KELOMPOK

Maulidia Humairah
Ulfa Adrikal Muna
Rahil Okfidaria
Fitrah Devia
Rahmayana

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya
mampu menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “ETIKA
KEPERAWATAN ABORSI”
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya
hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Dan Kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.

Lampoh Keude, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A Latar Belakang..........................................................................................1
B Rumusan Masalah.....................................................................................2
C Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Prinsip dan Asas Etik Keperawatan.........................................................3
B. Aborsi......................................................................................................7
C. Kasus Aborsi..........................................................................................13
D. Pembahasan...........................................................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................16


A. Kesimpulan............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di
sengaja dan saat ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Pengertian
aborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) abortus (aborsi)
didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai
melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal
bayi yang dikandung itu).
Menurut Potter&Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika
Serikat adalah tidak direncanakan; sebagian besar kehamilan yang tidak
direncanakan terjadi pada remaja, wanita berusia di atas 40 tahun, dan wanita
Afrika-Amerika yang berpenghasilan rendah. Hampir setengah dari
kehamilan yang tidak diharapkan berakhir dengan aborsi.
Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa
MUI atau majelis tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran
kandungan) di Indonesia tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap
tahunnya dan sebagian besar dilakukan oleh para remaja.
Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal
negatif bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa,
melanggar hukum dan sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi
merupakan tindakan yang negatif karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh
dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang lebih baik.
Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi
kehamilan yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya
akan mengalami perasaan kehilangan, kesedihan yang mendalam, dan/atau
rasa bersalah.
Dalam kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai
conselor atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat

1
menjalankan prinsip dan asas etik keperawatan yang ada untuk membantu
pasien menghadapi pilihan yang telah dipilih (aborsi).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip dan asas etik keperawatan?
2. Apa definisi aborsi?
3. Apa saja jenis-jenis aborsi?
4. Apa penyebab yang mendorong terjadinya aborsi?
5. Bagaimana dampak aborsi?
6. Apa contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia?
7. Bagaimana menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas etik
keperawatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dan asas etik keperawatan
2. Mengetahui definisi aborsi
3. Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi
4. Mengetahui dampak aborsi
5. Mengetahui contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia
6. Mengetahui menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas etik
keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip dan Asas Etik Keperawatan


1. Pengertian Prinsip Etika Keperawatan
Prinsip etika keperawatan merupakan asas, kebenaran yang jadi
pokok dasar atau patokan seorang perawat untuk berpikir, bertindak
membuat keputusan yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktek keperawatan dimana seorang perawat
selalu berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip etika keperawatan
sehingga kejadian pelanggaran etika dapat dihindarkan.
2. Prinsip-Prinsip Asas Etik Keperawatan
Dalam memberikan setiap asuhan keperawatan perawat harus selalu
berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan
yang ada serta ilmu keperawatan. Prinsip utamanya adalah moral dan
etika keperawatan. Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan
peran ini maka perawat harus berpegangan pada prinsip-prinsip etik
keperawatan yang meliputi:
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

3
b. Berbuat baik/asas manfaat (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik dan setiap
tindakan yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan
menghindarkan dari kecacatan. Kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam
situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

4
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau
keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
Jadi, apa yang dilaksanakan oleh perawat harus didasarkan pada
tanggung-jawab moral dan profesi dan merahasiakan apapun tentang
pasien kecuali jika sebagai saksi dalam kasus hukum ().
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
i. Respek
a) Perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien.
hak – hak pasien,penerapan inforned consent
b) Perilaku perawat menghormati sejawat
c) Tindakan eksplisit maupun implisit
d) Simpatik, empati kepada orang lain.

5
3. Teori Etik Keperawatan
a. Teleologik
Pendekatan teleologik adalah suatu doktrin yang menjelaskan
fenomena dan akibatnya, dimana seseorang yang melakukan
pendekatan terhadap etika dihadapkan pada konsekuensi dan
keputusan – keputusan etis. Secara singkat, pendekatan tersebut
mengemukakan tentang hal – hal yang berkaitan dengan the end
justifies the ineans (pada akhirnya, yang membenarkan secara hukum
tindakan atau keputusan yang diambil untuk kepentingan medis).
Contoh : seorang perawat yang harus menghadapi kasus kebidanan
karena tidak ada bidan dan jarak untuk rujukan terlalu jauh, dapat
memberikan pertolongan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman
yang dimilikinya demi keselamatan pasien.
b. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti
kewajiban. ‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus
ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab : ‘karena perbuatan
pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua
dilarang’.
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-
prinsip tersebut antara lain autonomy, informed consent, alokasi
sumber-sumber, dan euthanasia.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang
merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting
Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi :
1) Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan
berdasarkan kewajiban
2) Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya
tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik

6
yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti
kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik
3) Niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat
pada hukum moral universal
Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sebagai perintah tak
bersyarat (imperatif kategoris), yang berarti hukum moral ini berlaku
bagi semua orang pada segala situasi dan tempat.
1) Perintah Bersyarat adalah perintah yang dilaksanakan kalau orang
menghendaki akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu
merupakan hal yang diinginkan dan dikehendaki oleh orang
tersebut.
2) Perintah Tak Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan begitu
saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa mengharapkan akibatnya,
atau tanpa mempedulikan apakah akibatnya tercapai dan berguna
bagi orang tsb atau tidak.

B. Aborsi
1. Pengertian Aborsi
Pengertian aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah
terpencarnya embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan
keempat dari kehamilan).
Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di
Indonesia adalah : 1) Pengeluaran hasil konsepsi pada stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40
minggu); 2) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).
Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada
pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam
keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari ‘tindakan
medis tertentu, yaitu aborsi.

7
Sementara aborsi atau abortus menurut dunia kedokteran adalah
kehamilan berhenti sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat sebelum 38
minggu namun setelah 20 minggu, disebut kelahiran prematur.
Wanita dan pasangannya yang menghadapi kehamilan yang tidak
diinginkan biasanya mempertimbangkan aborsi. Alasan untuk memilih
aborsi berbeda-beda, termasuk mengakhiri kehamilan yang tidak
diinginkan atau ketika mengetahui janin memiliki kelainan
(Perry&Potter,2010).
2. Jenis Aborsi
Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:
a. Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa
tindakan. Aborsi ini dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi
perdarahan dari uterus atau rahim, dimana janin masih didalam
rahim, serta leher rahim belum melebar (tanpa dilatasi serviks).
2) Abortus insipiens, istilah ini kebalikan dari abortus imminens,
yakni pada kehamilan kurang dari 20 minggu,terjadi
pendarahan,dimana janin masih didalam rahim, dan ikuti dengan
melebarnya leher rahim(dengan dilatasi serviks)
3) Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia
sebelum 20 minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam
Rahim
b. Abortus provokatus
Berbeda dengan abortus spontanea yang prosesnya tiba-tiba dan
tidak diharapkan tapi tindakan abortus harus dilakukan. Maka
pengertian aborsi atau abortus jenis provokatus adalah jenis abortus
yang sengaja dibuat atau dilakukan, yakni dengan cara menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu atau kira-kira
sebelum berat janin mencapai setengah kilogram.

8
Abortus provakatus dibagi menjadi 2 jenis:
1) Abortus provokatus medisinalis/artificialis/therapeuticus. Abortus
yang dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di indinesia yang
dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan
nyawa ibu. Indikasi medis yang dimaksud misalnya: calon ibu
yang sedang hamil tapi punya penyakit yang berbahaya seperti
penyakit jantung, bila kehamilan diteruskan akan membahayakan
nyawa ibu serta janin, sekali lagi keputusan menggugurkan akan
sangat dipikirkan secara matang.
2) Abortus provokatus kriminalis, istilah ini adalah kebalikan dari
abortus provokatus medisinalis, aborsi yang sengaja dilakukan
tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Dalam proses
menggugurkan janin pun kurang mempertimbangkan srgala
kemungkinan apa yang akan terjadi kepada wanita / calon ibu
yang melakukan tindakan aborsi ilegal. Biasanya pengguguran
dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
c. Abortus habitualis
Abortus habitualis termasuk abortus spontan namun habit ( kebiasaan)
yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.
d. Missed abortion
Kematian janin yang berusua sebelum 20 minggu, namun janin
tersebut tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih, dan terpaksa
harus dikeluarkan. Missed abortion digolongkan kepada abortus
imminens.
e. Abortus septik
Tindakan menghentikan kehamilan karena tindakan abortus yang
disengaja (dilakukan dukun atau bukan ahli ) lalu menimbulkan
infeksi. Perlu diwaspadai adalah tindakan abortus yang semacam bisa
membahayakan hidup dan kehidupan

9
3. Penyebab Aborsi
Setiap tindakan pasti ada yang menyebabkannya. Berikut beberapa
penyebab aborsi dilakukan :
a. Umur
Umur menjadi pertimbangan seseorang wanita memilih abortus.
Apalagi untuk calon ibu yang merasa masih terlalu muda secara
emosional,fisik belum matang, tingkat pendidikan rendah dan masih
terlalu tergantung pada orang lain masalah umur yang terlalu tua
untuk mengandungpun menjadi penyebab abortus
b. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan yang terlalu rapat menjadi alasan abortus, karena jika
tidak dilakukan abortus akan menyebabkan pertumbuhan janin kurang
baik, bahkan menimbulkan pendarahan hal itu disebabkan karena
keadaan rahim yang belum pulih benar
c. Paritas ibu
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup (anak) yang dimiliki wanita.
Resiko paritas tinggi , banyak wanita melakukan abortus.
d. Riwayat kehamilan yang lalu
Wanita yang sebelumnya pernah abortus, kemungkinan besar akan
dilakukan abortus lagi . penyebabnya yang lainnya masih banyak,
seperti calon ibu yang memiliki penyakit berat hingga takut bila ia
melahirkan anaknya, anaknya akan tertular penyak it pula, ada juga
masalah ekonomi banyak anak banyak pengeluaran dan lain
sebagainya.
Selain penyebab di atas, aborsi juga dapat terjadi karena beberapa
sebab, yaitu :
a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini ialah :
 Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi
 Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

10
 Pengaruh teratogen akibat radiasi, firus, obat-obatan,
tembakaou dan alkohol
b) Kelainan pada plasenta, misalnya enderteritis vili korialis karena
hipotensi menahun.
c) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan,
toksoplasmosis.
d) Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk
abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, dan kelainan bawaan
uterus.

4. Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun
keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika
seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung
boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak
menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan
aborsi:
a. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang
dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes,
Phd yaitu:
 Kematian mendadak karena pendarahan hebat
 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
 Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
 Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

11
 Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen
pada wanita)
 Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
 Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
 Kanker hati (Liver Cancer)
 Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat
pada saat kehamilan berikutnya.
 Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
 Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
b. Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi
dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi
juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental
seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion
Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat
dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam
penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini:
1) Kehilangan harga diri (82%)
2) Berteriak-teriak histeris (51%)
3) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4) Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5) Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6) Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

12
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi
akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-
tahun dalam hidupnya. Rasa bersalah tersebut dapat menyebabkan stres
psikis atau emosional, yaitustres yang disebabkan karena gangguan
situasi psikologis (Hidayat, 2007).

C. Kasus Aborsi
JPNN.com
"Dibantu Dukun Beranak, Dua Mahasiswi Aborsi",
https://www.jpnn.com/news/dibantu-dukun-beranak-dua-mahasiswi-aborsi
Penyidik Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polres Aceh Utara,
melimpahkan berkas tahap pertama kasus aborsi. Perkara yang melibatkan
dua remaja itu kini telah bergulir ke kejaksaan Negeri Lhoksukon. Dalam
kejadian kemarin, satu dukun beranak terlibat dan ditetapkan sebagai
tersangka.
Kasat Reskrim Polres Aceh Utara AKP Marzuki, kepada Metro Aceh
(Grup JPNN) menjelaskan, berkas dari penyidik sudah selesai dan sudah
dikirim ke Jaksa untuk dipelajari. Apabila dinilai sudah memenuhi syarat
kasus tersebut akan di P21.
“Ketiga tersangka sudah mengakui perbuatan tersebut. Saat ini kita
tunggu hasil pemeriksaan dari Kejaksaan,” ujarnya. Ia menambahkan tiga
tersangka, yaitu Nur Wahid Wahyudi (21), mahasiswa STMIK
Lhokseumawe, asal Desa Sereukey, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh
Utara.
Pasangannya yakni Vivi Handayani (20), mahasiswa Fakultas
Kedokteran Unimal asal Desa Pulo Ara, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten
Bireun. Sedangkan sang dukun beranak adalah Juminten (51), asal Desa
Pante Pirak, kecamatan Matangkuli, Aceh Utara. Mereka dikenakan Pasal
194 UU No. 36 Tahun 2009 adalah hukuman penjara paling lama 10 tahun.
“Mereka telah terbukti melakukan tindak kriminal, yaitu melanggar pasal
341, 342, Jo 343, 346, 55 dan 56, karena mereka melakukan praktik aborsi

13
berdasar KUHP masa hukuman maksimal 5 sampai 7 tahun penjara.”
Pungkas AKP Marzuki. Sebelumnya, Polres Aceh Utara menerima tiga
tersangka kasus Aborsi yang diserahkan warga Desa Pante Pirak, Kecamatan
Matangkuli, Aceh Utara Selasa (1/5) sekitar pukul 19.00 WIB. Sebelum
ketahuan warga, Nur Wahid bersama pasangan haramnya Vivi datang ke
rumah tersangka Juminten dan meminta dukun beranak itu untuk
menggugurkan kandungan Vivi, setelah disepakati ongkos sang dukun
menyanggupi permintaan pasangan luar nikah itu.
“Saat dilakukan aborsi, kandungan VH sudah berusia 7 bulan, dan
bayinya sempat hidup beberapa saat, kemudian meninggal dunia, dan
dikebumikan warga di desa tersebut, sementara para tersangka langsung
digiring ke Mapolsek Matang Kuli,” kata Marzuki. Kepada wartawan
Juminten mengaku dirinya tidak tahu Nur Wahid dan Vivi Handayani
merupakan pasangan luar nikah. Oleh sebab itu ia mau saja membantu
menggugurkan jabang bayi yang ada dalam perut Vivi yang sudah berumur 7
bulan

D. Pembahasan
Kasus aborsi di atas merupakan kasus aborsi illegal. Karena dilakukan
atas dasar malu atau takut terhadap keluarga pelaku, bukan dari saran dokter
karena janin memiliki kelainan atau membahayakan kesehatan si ibu. Selain
itu, proses aborsi yang dilakukan pun tidak sesuai bidang kedokteran dengan
meminum pil sakit kepala bercampur minuman bersoda.
Berdasarkan asas etik keperawatan, kasus aborsi yang telah disebutkan
di atas diperbolehkan sesuai dengan asas etik autonomy (otonomi) yang
dimiliki pelaku aborsi. Pelaku aborsi boleh memilih dan memutuskan untuk
melakukan aborsi tanpa paksaan sebab keputusan itu adalah hak dia. Tetapi,
melanggar asas beneficience (berbuat baik / manfaat). Karena kasus di atas
bukanlah merupakan tindakan yang baik dan tidak memberikan manfaat apa
pun, sekalipun alasannya karena takut atau malu atas janin yang
dikandungnya pada keluarga dan orang lain.

14
Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi
kehamilan yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya
akan mengalami perasaan kehilangan, kesedihan yang mendalam, dan/atau
rasa bersalah (Perry&Potter, 2010).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di
sengaja dan saat ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Klasifikasi
abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu: abortus spontanea,
abortus provokatus, abortus habitualis, missed abortion dan abortus septik.
aborsi dapat terjadi karena beberapa sebab,yaitu: kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi, kelainan pada plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia
dan malu (aborsi ilegal).
Berdasarkan asas autonomy (otonomi), keputusan aborsi yang diambil
pada kasus aborsi adalah hak klien (orang yang melakukan aborsi). Tetapi,
pada kasus aborsi ilegal seperti contoh, hal tersebut melanggar asas
beneficience (asas manfaat / berbuat baik) sebab, aborsi ilegal bukan
perbuatan baik dan dapat membahayakan kesehatan pelaku aborsi tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ismani, Nila. 2000. Etika Keperawatan. Jakarta:Widya Medika.

Mansjoer, Arif., Kuspuji T.,dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.


Jakarta:Media Aesculapius.

Mansjoer, Arif., Kuspuji T.,dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.


Jakarta:Media Aesculapius.

Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 2.


Jakarta:Salemba Medika.

Hidayat, A.A. Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.


Jakarta:Salemba Medika.

Sumber Online:

Aborsi.org. 2004. Resiko Aborsi. Alamat : http://www.aborsi.org/resiko.htm.

Kompas.com.2012. Mahasiswa Aborsi Pakai Pil Sakit Kepala. Alamat :


http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/03/15561555/Mahasiswi.A
borsi.Pakai.Pil.Sakit.Kepala.

4syamm. 2010. Etika Keperawatan. Alamat :


http://4syamm.wordpress.com/2010/12/01/etika-keperawatan.

https://www.jpnn.com/news/dibantu-dukun-beranak-dua-mahasiswi-aborsi?

17

Anda mungkin juga menyukai