Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
ANDI SETIAWAN
213203002
A. Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudahdan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk menngkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk
aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas d
alam dan menstimulasi kembali fungsigastrointestinal normal, dorong
untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegeramungkin, biasanya
dalam waktu 12 jam. Sedangkan imobilisasi adalah suatu kondisi yang
relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara
total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya
(Mubarak et al., 2008). Gangguan mobilitas fisik merupakan keterbatasan
dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (SDKI,
2017)
B. Anatomi dan Fisiologi
Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,melindungi organ vital,
membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan
sel darah merah.Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan
menjadi:
1. Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan
danstabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh:
sakrum, pada sendivertebra.
2. Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi
elastis danmenggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.
Sendi kartilagoterdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang
konstan, seperti sendi,kostosternal antara sternum dan iga.
3. Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan
tulangdisatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya
fleksibel dandapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang
terbatas. Contoh: sepasangtulang pada kaki bawah (tibia dan fibula) .
4. Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat
digerakkansecara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan
dilapisi oleh kartilagoartikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh
membran sinovial.
5. Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih,
mengkilat, fleksibelmengikat sendi menjadi satu sama lain dan
menghubungkan tulang dan kartilago.Ligamen itu elastis dan
membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya,
ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentumflavum
mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat
punggung bergerak.
6. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat,
yangmenghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel,
dan tidak elastis,serta mempunyai panjang dan ketebalan yang
bervariasi, misalnya tendonakhiles/kalkaneus.
7. Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak
mempunyaivaskuler, terutama berada disendi dan toraks, trakhea,
laring, hidung, dan telinga.Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago
temporer. Kartilago permanen tidakmengalami osifikasi kecuali pada
usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
8. Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik
volunteerutama, berada di konteks serebral, yaitu di girus
prasentral atau jalur motorik (Mubarak et al., 2008).
C. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot,skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
Skeletal mengatur gerakantulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerjasebagai sistem pengungkit. Ada
dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Padakontraksi isotonik,
peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi
isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi
tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan. Gerakan volunter adalah kombinasi dari
kontraksi isotonik dan isometrik.Meskipun kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek, namun pemakaianenergi meningkat.
Postur dan gerakan otot merefleksikan kepribadiandan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembanganotot
skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari
tonus ototdan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang
melawan gravitasi.Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang
seimbang (Tarwot & Wartonah, 2010).
D. Kondisi klinis terkait
Menurut Widuri (2010) gangguan mobilitas fisik akan
mengakibatkan individu mengalami immobilisasi yang dapat
mempengaruhi sistem tubuh, seperti :
1. Perubahan metabolisme
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3. Gangguan pengubahan zat gizi
4. Gangguan fungsi gastrointestinal
5. Perubahan sistem pernapasan
6. Perubahan kardiovaskular
7. Perubahan sistem muskuloskeletal
8. Perubahan sistem integumen
E. Komplikasi
1. Perubahan Metabolisme: Secara umum imobilitas dapat mengganggu
metabolismesecara normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan
turunnya kecepatanmetabolisme dalam tubuh.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit : Terjadinya
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga
terjadiketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi.: Terjadinya gangguan zat gizi yang
disebabkanoleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat
mengakibatkan pengubahanzat-zat makanan pada tingkat sel menurun,
dan tidak bisa melaksanakan aktivitasmetabolisme.
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal: Imobilitas dapat menyebabkan
gangguanfungsi gastrointestinal, karena imobilitas dapat menurunkan
hasil makanan yangdicerna dan dapat menyebabkan gangguan proses
eliminasi.
5. Perubahan Sistem Pernapasan: Imobilitas menyebabkan terjadinya
perubahansistem pernapasan. Akibat imobilitas, kadar hemoglobin
menurun, ekspansi parumenurun, dan terjadinya lemah otot,f.
6. Perubahan Kardiovaskular. Perubahan sistem kardiovaskular akibat
imobilitas,yaitu berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja
jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal.
a. Gangguan Muskular : menurunnya massa otots ebagai dampak
imobilitas dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot
secaralangsung.
b. Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat
menyebabkangangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi
kontraktur sendi danosteoporosis.
8. Perubahan Sistem Integumen Perubahan sistem integumen yang terjadi
berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah
akibat imobilitas.
9. Perubahan Eliminasi Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam
penurunan jumlah urine.
10. Perubahan Perilaku Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas,
antara laintimbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan
sebagainya (Tarwot & Wartonah, 2010).
F. Manifestasi klinis
1. Gangguan perkembangan otot.
2. Kerusakan system saraf pusat.
3. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromusculare.
4. Kekakuan otot
(Asmadi, 2008)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
b. Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibattumor tulang. Pemendekan ekstremitas,
amputasi dan bagian tubuh yang tidakdalam kesejajaran anatomis.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik
selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
c. Mengkaji tulang belakangSkoliosis (deviasi kurvatura lateral
tulang belakang) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang
bagian dada) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang
bagian pinggang berlebihan)
d. Mengkaji system persendianLuas gerakan dievaluasi baik aktif
maupun pasif, deformitas, stabilitas, danadanya benjolan, adanya
kekakuan sendi)
e. Mengkaji system otot. Kemampuan mengubah posisi, kekuatan
otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar
ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi,nyeri otot)
f. Mengkaji cara berjalan. Adanya gerakan yang tidak teratur
dianggap tidak normal. Bila salah satuekstremitas lebih pendek
dari yang lain.
g. Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas
atau lebih dingindari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkajidenyut perifer, warna, suhu dan waktu
pengisian kapiler (Tarwot & Wartonah, 2010).
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar-X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahanhubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulangyang terkena dan dapat memperlihatkan tumor
jaringan lunak atau cideraligament atau tendon. Digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang
sulit dievaluasi.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik
pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dancomputer untuk memperlihatkan
abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang. (Tarwot & Wartonah, 2010).
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Contoh pemeriksaan Leb: Eritrosit, hemoglobin, hemotokrit,
limfosit, monosit, albumin, keratin, natrium
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksana Umum
a. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring
lama, pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta menceg
ahketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-harisendiri, semampu pasien.
b. Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandungserat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
c. Program latihan dan mobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi
medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan
gerak sendi (pasif,aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat
otot-otot (isotonik,isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/
keseimbangan, dan ambulasiterbatas.
d. Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat
bantu berdiridan ambulasi.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan PasienPengaturan
posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakanuntuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibilitas sendi.
b. Ambulasi dini. Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan danketahanan otot serta meningkatkan
fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisadilakukan dengan cara
melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempattidur,
bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
c. Latihan ROM Pasif dan aktif latihan ini baik ROM aktif maupun
pasif merupakan tindakan pelatihan untukmengurangi kekakuan
pada sendi dan kelemahan otot.
d. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif. Latihan ini dilakukan
untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampakterjadinya
imobilitas (Tarwot & Wartonah, 2010).
I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan mobilitas fisik
2. Intoleransi aktivitas
3. Kerusakan integritas jaringan
4. Nyeri akut
SDKI SLKI SIKI
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan - Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik keperawatan 3 x 24 jam - Edukasi latihan fisik
b/d fraktur gangguan mobilitas fisik pada - Pencegahan jatuh
(post operasi) pasien dapat teratasi dengan - Pembidaian
kriteria hasil:
- Mobilitas fisik
- Keseimbangan
- Koordinasi pergerakan
J. Rencana Keperawatan
Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien (1st ed.). salemba
medika.
Mubarak, Wahit, & Iqbal. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori
Dan AplikasiDalam Praktik. EGC.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (l). Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tarwot, & Wartonah. (2010). Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
salemba medika.