Disusun Oleh :
Nama luthfiyya yolanda putri
Nim 2021207209125
A. Definisi
Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa
latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Annisa
& Ifdil, 2016). Kecemasan adalah perasaan tidak santai atau samar-samar yang terjadi
karena ketidaknyamanan dan rasa takut disertai suatu respon. Perasaan takut dan tidak
menentu sebagai siinya yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan
datang dan memperkuat individu mengambil suatu tindakan dalam menghadapi
ancaman (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).
Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016).
Klasifikasi Ansietas :
1) Ansietas ringan (1+)
a) Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit
gelisah, penuh perhatian.
b) Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal sedikit,
waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan informasi, tingkat
pembelajaran optimal.
c) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas menyendiri,
terstimulasi.
2) Ansietas sedang (2+)
a) Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil
dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, suara berubah: bergetar, nada
suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit
kepala, pola tidur berubah, sering nyeri punggung.
b) Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus
terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah
menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
c) Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah,
tidak sabar, gembira.
3) Ansietas berat (3+)
a) Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa
tujuan dan serampangan, rahang menegang, menggertakan gigi, kebutuhan ruang
gerak meningkat, mondarmandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.
b) Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah pecah, sulit
berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi,
hanya memperhatikan ancaman.
c) Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat,
menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.
4) Ansietas panik (4+)
a) Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat berat, agitasi
motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur,
hormon stres dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.
b) Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri,
tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi terjadi.
c) Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak berdaya, lepas
kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan hasil yang buruk, kaget,
takut, lelah.
C. Etiologi
Berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk mengetahui dari
penyebab anstietas, menurut Stuart & Sundden (2014) menjelaskan ansietas disebabkan
oleh :
1) Faktor Predisposisi :
a) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan instring dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada
bahaya.
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami
ansietas yang berat.
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan
yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.
Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan
antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal
balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas
menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik
yang dirasakan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi.
e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA) yang berperan dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas.
2) Faktor Presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ansietas disajikan dalam tabel berikut ini :
E. Akibat
Ansietas dalam jangka pendek dapat meningkatkan respon sistem kekebalan
tubuh, namun kecemasan dalam jangka panjang dapat memiliki efek sebaliknya yaitu
seperti depresi, gangguan pola tidur, nyeri kronis, kehilangan minat dalam seksual,
pikiran untuk bunuh diri (Pieter, Lubis, & Lumongga, 2012).
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Tujuan
Tujuan khusus :
a. TUK 1
Intervensi :
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan
negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan berkembang.
b. TUK 2
Intervensi :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang
berkaitan dengan konflik
c. TUK 3
Intervensi :
1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan ansietas
2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang dirasakan
mengancam dan menimbulkan konflik
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevan
d. TUK 4
Intervensi :
2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang digunakan
4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan, menggunakan
sumber dan menggunakan ansietas sedang
7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial dalam
membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru
e. TUK 5
Intervensi :
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
Pertemuan pertama
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
d. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
a. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
d. Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian
obat)
a. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada pagi ini
mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil
siapa pak?”
2. Evaluasi
3. Kontrak
b. Kerja
“bapak mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak, sudah beberapa
hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Coba bapak ceritakan lebih lanjut tentang
perasaan bapak, kenapa bapak meraskan hal tersebut, apa yang bapak pikirkan? Oh,
jadi bapak takut kalau penyakit bapak tak kunjung sembuh? Bagaimana kalau kita
coba megatasi kecemasan bapak dengan relaksasi dengan cara tarik napas dalam. Ini
merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang bapak rasakan.”
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan bapak
memperhatikan saya, lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya pak?
Pertama-tama bapak tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan napas.
Dalam hitungan ketiga setelah itu baoak hempaskan udara melalui mulut dengan
c. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
b) Evaluasi Objektif
c) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi pukul 9
“Selanjutnya bapak harus mengingat-ingat apa yang sudah saya ajarkan ya?”
Pertemuan ke 2
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
d. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan :
a. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada pagi
ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil
siapa pak?”
2. Evaluasi
3. Kontrak
b. Kerja
sudah beberapa hari mengalami gelisah dan sulit tidur. Apkah bapak masih
merasa gelisah saat ini? Baiklah kalau bapak masih merasa gelisah. Kemarin kita
sudah mempelajari teknik napas dalam, apakah bapak sudah melakukanya lagi?
Kalau begitu kali ini kita akan mempelajari teknik relaksasi otot. Ikuti instruksi
saya ya pak.
meninju untuk mengencangkan otot bisep dan lengan bawah, dan rileks.
tarik nafas panjang dan perlahan-lahan hepaskan nafas anda dan sambil
3) Luruskan kaki anda lalu tegangkan rasakan tegang mulai dari jari kaki,
lutut, betis, paha, pantat, rasakan ketegangan beberapa saat, lalu kembali tarik
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah
2) Evaluasi Objektif
3) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
Pertemuan ke 3
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
c. Tujuan Khusus
d. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan :
a. Orientasi
a. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada pagi
ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil
siapa pak?”
b. Evaluasi
c. Kontrak
b. Kerja
sudah beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Apakah bapak masih
merasa gelisah hari ini? Baiklah kalau masih merasa gelisah. Kemarin kita sudah
mempelajari teknik napas dalam dan relaksasi otot, apakah bapak sudah
melakukanya lagi? Kali ini kita akan memelajari teknik hipnotis 5 jari. Pejamkan
mata bapak, tarik napas lalu buang perlahan . lakukan selama 3 kali. Tautkan ibu
jari bapak kepada jari tulunjuk, bayangkan ketika tubuh bapak begitu sehat.
Tautkan ibu jari bapak pada jari tengah, bayangkan ketika bapak mendapatkan
hadiah atau barang yang anda sukai. Tautkan ibu jari pada kepada jari manis,
bayangkan ketika bapak berada ditempat yang paling nyaman, tempat yang sangat
bahagia. Tautkan ibu jari bapak kepada jari kelingking, bayangkanketika bapak
c. Terminal
1) Evaluasi Subyektif
2) Evaluasi Objektif
3) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
F. DAFTAR PUSTAKA
Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lnjut Usia (Lansia).
Jurnal Ilmu Konselor Vol. 5 no. 2, 93-99.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2016). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Pieter, Lubis, H. Z., & Lumongga, N. (2012). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana.
Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Stuart, G. W., & Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed). Jakarta: EGC.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.