TINJAUAN KASUS
Nama : Jerry Tjoanatan
Moderator : Tiene Rostini
Hari/Tanggal : Rabu / 24 November 2021
Departemen/KSM Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
I. Uraian Kasus
1. Identitas pasien
Nama : Ny. D.D.R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 09 Desember 1992 (26 tahun)
Alamat : Kp Bbk Tanjung. Majalaya. Kab. Bandung
Rekam Medik : 0001747913
Asal Ruangan /Bagian : IGD Transit
Masuk RS : 27 Februari 2019
Keluar RS : 03 Maret 2019 (meninggal dunia)
Lama perawatan : 5 hari
Status : JKN PBI
2. Anamnesis (autoanamnesis)
3. Pemeriksaan fisik
membesar
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time <2 detik, edema
pitting (-/-), maculopapular eritema (+)
Status dermatologis : distribusi generalisata
Pada perut, leher, lengan kiri dan kanan, tungkai kiri dan kanan
terdapat lesi multiple, sebagian konfluens, bentuk ireguler dengan
ukuran 0,2x0,2 cm, Seluas perut kering, rata dengan permukaan kulit
berupa purpura, makula eritama disertai skuama diaskopi(+) pada
bercak merah di lengan
4. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium di IGD RSHS tgl 27 Februari 2019 (H-
1) 2-10
2. Kimia
Glukosa Sewaktu 63 <140 mg/dL N
SGOT(AST) 433 15-37 U/L ↑
SGPT(ALT) 1155 14-59 U/L ↑
Bilirubin Total 13,266 0,100-1,000 mg/dL ↑
9,884 0,100-0,300 mg/dL ↑
4
Electrocardiography (EKG):
Sinus takikardi, rate 109 x/menit
4.Diagnosis kerja
Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction with eosinophilia and
systemic symptoms + TB mammae Dextra on OAT kategori I bulan ke 2 +
Hipoglikemia ec Iiver involvement + Hiponatremia ec low intake
5.Tata Laksana
5
6. Pemantauan
Pemantauan pasien selama perawatan pada Tabel 2.
7. Diagnosis akhir
Acute Liver Failure + Drug Induced Liver Injury ec OAT + Drug
reaction with eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae
Dextra on OAT kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec liver
involvement + Hiponatremia ec low intake
Assesment Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction with Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction with
eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae Dextra on OAT eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae Dextra on
kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec Iiver involvement OAT kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec Iiver involvement
Objektif - KU: Sakit sedang - Kesadaran: CM - KU: Sakit sedang - Kesadaran: sopor
- TD: 120/80 mmHg - RR: 16 x/menit - TD: 110/70 mmHg - RR: 24 x/menit
- HR: 84 x/menit - S: 36,8 °C - HR: 100 x/menit - S: 36,9 °C
Assesment Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction Penurunan kesadaran ec metabolic + Drug Induced Liver Injury ec
with eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae OAT + Possible Drug reaction with eosinophilia and systemic
Dextra on OAT kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec Iiver symptoms + TB mammae Dextra on OAT kategori I bulan ke 2 +
involvement Hipoglikemia ec Iiver involvement
Assesment Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction - Cardiac arrest
with eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae
Dextra on OAT kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec Iiver
involvement
Hasil Lab - -
Mata kuning atau ikterik adalah tanda yang dijumpai pada sklera yang
menandakan adanya hiperbilirubinemia. Kondisi hiperbilirubinemia atau
jaundice didefinisikan sebagai perubahan warna kuning pada jaringan
tubuh akibat akumulasi bilirubin yang berlebih. Deposit bilirubin hanya
terjadi bila ada kelebihan bilirubin, dan disebabkan akibat peningkatan
produksi atau gangguan ekskresi. Pada kondisi normal, kadar bilirubin
serum kurang dari 1 mg/dL. Gambaran klinis ikterus dengan dijumpai
deposit pada jaringan subkutan seperti kulit, membran mukosa dan sklera
ikterik terjadi ketika kadar bilirubin serum melebihi 3 mg/dl. Apabila kadar
bilirubin serum terus meningkat akan terjadi perubahan warna kulit secara
progresif mulai dari kuning lemon hingga hijau apel, terutama jika
prosesnya berlangsung lama dimana warna hijau disebabkan karena
adanya biliverdin. (Joseph & Samant; Sargent)
peningkatan komponen bilirubin yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
(Joseph & Samant, Vasudevan)
lengan kiri dan kanan, tungkai kiri dan kanan, lesi multiple, sebagian
konfluens, bentuk ireguler dengan ukuran 0,2x0,2 cm, Seluas perut kering,
rata dengan permukaan kulit berupa purpura, makula eritema disertai
skuama diaskopi(+) pada bercak merah di lengan. Gambaran kelainan
kulit ini merupakan gambaran eritema multiformis (EM). Eritema
Multiformis adalah sebuah reaksi hipersensitivitas mukokutaneus akut
yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti konsumsi obat-obatan
(erupsi obat) dan oleh beberapa infeksi, khususnya infeksi virus herpes
simplex (70% penyebab pada kasus EM). Pada EM akibat virus herpes
simplex terjadi kerusakan pada sel epitel akibat respon imun seluler
dimana terjadi influks makrofag dan limfosit T CD8, yang melepaskan
berbagai sitokin yang memediasi inflamasi dan mengakibatkan kematian
sel. Pada EM akibat reaksi hipersensitivitas obat, gambaran patologis
diawali dengan nekrosis keratinosit. (Hafsi Badri)
Lesi EM yang dialami oleh pasien baru muncul dalam 7 hari SMRS,
hal ini berimplikasi pada kemungkinan infeksi virus maupun akibat reaksi
hipersensitivitas obat. Obat-obatan yang terkait dengan EM adalah
antibiotik golongan penisilin, sefalosporin, makrolida, sulfonamid, agen
anti tuberkuloid, antipiretik. Namun pada dugaan akibat reaksi
hipersensitivitas obat, onset lesi kulit merupakan onset yang lambat
dikarenakan pasien hanya meminum obat OAT sejak 1 bulan yang lalu
dan pada kecurigaan akibat parasetamol tidak didapatkan riwayat alergi
sehingga dicurigai reaksi hipersensitivitas ini diakibatkan dari OAT yang
sudah diminum sejak 1 bulan yang lalu. Salah satu penyebab lesi kulit
dengan onset lambat dan gambaran menyerupai EM adalah drug
reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS). (Blume)
Patogenesis DRESS adalah akibat defisiensi enzim detoksifikasi
akibat genetik yang menyebabkan akumulasi metabolit obat. Selanjutnya
metabolit berikatan kovalen dengan makromolekul sel yang menyebabkan
kematian atau menginduksi respon imun sekunder. Aktivasi eosinofilik dan
kaskade inflamasi diinduksi oleh pelepasan interleukin-5 dari sel T
16
Gambar 2.2 Mekanisme hipoglikemia pada acute liver failure dan sirosis
Disadur dari Garcia
23
III. Analisis Hasil Laboratorium
Hemoglobin (g/dL)
18
16
14
11,7
12 10,7 10,8 10,9
10,1
10 11,2 11,2
6
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 5 Hari 7 Hari 8 Hari 9
Hemoglobin (g/dL)
350.000
300.000
250.000
200.000
150.000
14500 146000
0
129.000 134000 141000 143000
100.000
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 5 Hari 7 Hari 8 Hari 9
Trombosit
(/mm3)
V. PERMASALAHAN
Tidak dilakukan pemeriksaan T3, T4,TSHs setelah pemberian
PTU
Tidak dilakukan pemeriksaan yang menunjang ke arah tiroid
autoimun.
Tidak dilakukan pemeriksaan sidik tiroid
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan setelah pemberian
antibiotik.
Tidak dilakukan pemeriksaan AGD untuk peninjauan
kembali keadaan pasien.
Pemeriksaan kreatinin tidak diperlukan pengulangan
terus-menerus karena tidak ditemukan tanda-tanda
adanya gangguan ginjal.
VI. SARAN
Pemeriksaan pemeriksaan T3, T4,TSHs kembali
pasca pemberian PTU 4- 6 minggu.
Pemeriksaan TSH-R, Anti TPO, Anti Tg saat awal masuk
rumah sakit.
Pemeriksaan radio-active iodine uptake (RAIU) atau
pemeriksaan sidik tiroid untuk melihat aktivitas sel
tiroid dalam menangkap iodium.
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan sebelum
pemberian antibiotik pada hari pertama perawatan.
Pemeriksaan AGD sebelum pasien pulang.
36
37
38
12
20. rm.
Idrose AM. Acute and Emergency Care for Thyrotoxicosis
Thyroid Sto 40
Acute Medicine & Surgery 2015;2:147-57.
21. Reinout M. Swart EJH, Michiel G. Betjes, Robert Zietse.
Hyponatremia and Inflammation: the Emerging Role of
Interleukin-6 in Osmoregulation. Nephron Physiology.
2011;118:45-51.
22. Rene Chiolero J-PF, Jean-Pierre Revelly, Eric Jequier.
Effects of Catecholamines on Oxygen Consumption and
Oxygen Delivery in Critically Ill Patients. CHEST Journal.
39
12
1991:1-9.
23. Sethi S. Community-Acquired Pneumonia. Merck Manual.
2016. [Diunduh
8 Januari 2017]. Tersedia dari:
http://www.merckmanuals.com/en-
pr/professional/pulmonary-
disorders/pneumonia/community-acquired- pneumonia
24. Shih-Hua C-LH. Mechanism of Thyrotoxic Periodic
Paralysis. Journal of the American Society of Nephrology.
2012;23(6):985-8.
25. Lien Y-HH. Paradoxical Hypokalemia: Where has All the
Potassium Gone? The American Journal of Medicine.
2015;128(3):217-8.
26. Anil N. Makam ADA, Michael A. Steinman. Blood Culture
Use in the Emergency Department in Patients Hospitalized
for Community-Acquired Pneumonia. JAMA Internal
Medicine. 2014;174(5):803-6.
27. WHO. Haemoglobin Concentrations for The Diagnosis of
Anemia and Assessment of Severity. Vitamin and Mineral
Nutrition System 2011:1-6.
28. Mohamed Osama Hegazi SA. Atypical Clinical Manifestations
of Grave’s
Disease : An Analysis in Depth. Journal of Thyroid Research.
2012:1-8.
29. Yasemin Ustundag Budak MP, Kagan Huysal. The Use of
Platelet Indices, Plateletcrit, Mean Platelet Volume and
Platelet Distribution Width in Emergency Non-Traumatic
Abdominal Surgery: a Systematic Review. Biochemia
Medica. 2016;26(2):178-93.
30. G Boran JS. Drug Effects on the Hypothalamic-Pituitary-
Thyroid Axis and Thyroid Hormone Concentration. CPD
Clinical Biochemistry. 2013;11(3):92-8.
31. Kravets I. Hyperthyroidism: Diagnosis and Treatment.
American Family Physician. 2016;93(5):363-70.
32. Chernecky CC, Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic
Procedures. Edisi ke-6. USA: Elsevier Saunders;2013. hlm.
694, 895-6.
33. Veltri KT, Mason C. Medication-Induced Hypokalemia.
Pharmacovigilance Forum. 2015;40(3):185-90.
34. Ahmed MS, Jadhav AB, Hassan A, Meng QH. Acute phase
reactants as novel predictors of cardiovascular disease.
ISRN inflammation. 2012;2012.
35. Hyuck L. Procalcitonin as a Biomarker of Infectious
Disease. Korean J Intern Med. 2013;28(3):285-91.
36. Chanu R, Michael KM. Procalcitonin Use in Lower
Respiratory Tract Infections.UptoDate. 2021.
37. Lavida RKB, George IM. Streptococcus pneumoniae’s
Virulence and Host Immunity: Aging, Diagnostics, and
Prevention. Front Immunol. 2018;9:1366i
i