Anda di halaman 1dari 5

1.

Sebutkan 4 urgensi tafsir maudhui


- Menjadikan al-quran relevan dengan zaman dewasa ini, sebab pendekatan
maudhui adalah pendekatan yang bisa mencapai dinamika zaman yang sangant
dinamis
- Memfokuskan bahasan pada satu tema tertentu yang mana dengan pendekatan
maudhui ini dapat menciptakan suasana ilmiyyah dalam tema tersebut, sehingga
dapat melihat solusi dari masalah yang diangkat
- Menggali dan mengungkap kemukjizatan al-quran yang baru
- Membantu dalam menetapkan kaidah-kaidah ilmu baru yang belum dikarang
sebelumnya dan dapat menggalinya lewat ayat-ayat quran, seperti ushul tarbiyyah
quraniyyah, ushul I’lam quraniyyah, ushul iqtushad quraniyyah, dll.
2. Metode penelitian tafsir maudhui
- Tematik term (mencari tema dalam lingkup seluruh al-quran)
o Menentukan tema yang ingin dibahas dan diteliti
o Mengumpulkan ayat2 yang berkaitan dengan ayat tersebut
o Mengurutkan ayat tersebut berdasarkan asbabunnuzul
o Mempelajari tafsir ayat2 tesebut dari kitab2 tafsir tahlil secara
komprehensif
o Menyimpulkan unsur2 pokok yang berkaitan dengan tema tersebut
berdadsarkan ayat2 yang telah dipelajari.
o Dalam menyampaikan hasil pemikirannya gunakan metode tafsir ijmali,
dan melengkapinya dengan hadits2 nabawi
o Iltizam pada metode ilmiyyah
o Hendaknya penelitian tersebut bertujuan untuk menyampaikan kebenaran
quran dengan gaya yang lembut dan ilmiyyah.

3. Jelaskan 1 urgensi tafsir maudhui secara detail


 Kebutuhan kehidupan masyarakat sangatlah dinamis dan berubah-ubah sesuai
zamannya. Banyak hal-hal baru muncul pada zaman yang sangat dinamis tersebut,
sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menemukan solusi atas masalah-
masalah yang muncul baru-baru ini tidak ad acara lain selain menggunakan
pendekatan tafsir maudhui. Permasalahan umat manusia yang baru muncul
menjadi tantangan bagi para peneliti untuk mencari petunjuknya di Al-quran,
karena sejatinya ayat alquran sudah pakem dan tidak bisa dirubah dan
diperbaharui lagi.
4. Problematika selalu berkembang, sedangkan al-quran tidak turun lagi, bagaiaman
menyikapinya supaya al-quran tetap relevan sepanjang zaman?
 Menjadikan Al-quran dan sunnah sebagai petunjuk yang betul2 mencerahkan dan
mencerdaskan melalui metode maudhui sehingga bisa tergali kaidah2, petunjuk
dan maqashid untuk kemaslahatan umat manusia dewasa ini.
5. Definisi dan urgensi ilmu munasabat

Pengertian
Bahasa : berdekatan, mirip, atau menyerupai ss
Istilah : keterkaitan antara dua hal dari segala aspek. Apabila di al qur’an maka keterkaitan
antara satu surat dan surat yang lainnya. Apabila di ayat maka keterkaitan ayat yang satu
dengan yang lainnya
Pentingnya Ilmu Munasabah

Setelah menjelaskan manfaat dan kegunaan ilmu munasabah dapatlah disimpulkan


bahwa begitu penting dan urgennya keberadaan ilmu munasabah dalam menafsirkan
alQur‟an. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu munasabah al-Qur‟an merupakan ilmu yang
paling mulia dengan pertimbangan bahwa setiap ilmu adalah mulia karena kemuliaan tema
dan topiknya, begitu juga dengan mulianya tema mencari korelasi dan pertalian antara ayat
dan surat, mengantarkan kepada mulianya ilmu munasabah al-Qur‟an.35
Dalam kaitannya dengan penafsiran al-Qur‟an, munasabah juga membantu dalam
interpretasi dan takwil ayat dengan baik dan cermat. Di antara para mufassir menafsirkan ayat
atau surat dengan menampilkan asbab al-nuzul ayat atau surat. Tetapi sebagian dari mereka
bertanya-tanya, manakah yang harus didahulukan? Aspek asbab al-nuzulnya atau kah
munasabahnya? Hal ini menunjukkan adanya kaitan yang erat antara ayat yang satu dengan
lainnya dalam rangkaian yang serasi.36 Dan peran serta fungsi munasabah sangat urgen dan
penting dalam proses penafsiran ayat-ayat al-Qur’an
Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tafsir tentang pentingnya ilmu
munasabah daalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an, yang pasti keberadaan ilmu munasabah
sebagai disiplin ilmu , telah diakui dalam dunia ilmu-ilmu al-Qur‟an, Pemuatan ilmu
munasabah dalam hampir setiap kitab ulum al-Qur‟an, mengisyaratkan hal itu. Bahkan ada
beberapa kitab yang oleh pengarangnya dikhususkan membahas ilmu munasaabah seperti
“Al-Burhan fi Munasabat Tartibi Suwar al-Qur’an” karya Abi Hayyan (Abu Jakfar bin
Zubair) dan “Nazhm al-Durar fi Tanasub al-Ayi wa al-Suwar” karya Burhanuddin al-Biqa‟i.
Di antara mufassir yang paling banyak menyinggung tentang munasabah dalam kitab
tafsirnya adalah Imam Fakhr al-Din al-Razi, pengarang kitab “Mafatih al-Ghaib fi Tafsir
alQur’an”. Beliau mengatakan bahwa kebanyakan perbendaharaan al-Qur‟an justru terletak
pada tata letak dan tertib urutan dan pertalian antara ayat-ayatnya.
Pernyataan al-Zarkasyi di atas mengisyaratkan pentingnya peran ilmu munasabah
dalam menafsirkan al-Qur‟an. Pernyataan senada tentang besarnya peran ilmu munasabah
dalam tafsir, dikemukakan oleh ulama tafsir lain seperti „Izzuddin bin abd al-Salam, beliau
mengatakan bahwa ilmu munasabah sebagai “ilmu hasan” (ilmu yang baik),38 sedangkan Abu
Bakar bin al-Arabi dan al-Zarkasyi menjuluki ilmu munasabah sebagai “ilmu azhim” (ilmu
yang agung) dan “ilmu syarif” (ilmu yang mulia). Al-Zarkasyi 39 pernah mengatakan bahwa
dengan ilmu munasabah kecerdasan akal seseorang dapat diukur, begitu juga dengan bobot
pemikirannya

6. Munasabat antar ayat dalam satu surat dan penjelasannya


 Adanya hubungan antar ayat dalam satu surat, contoh:
o Dalam surat Al-baqarah: 255-260, adalah diawalai dengan berbagai
kebesaran Allah yang ada di langit dan di bumi begitu pula
kekuasaaannya. Dilanjutkan dengan kisah raja namrud yang sombong dan
mengaku bisa mematikan dan menghidupkan -menurut interpretasinya-
dan dibungkam. Dilanjutkan dengan kisahnya uzair yang diwafatkan
selama 100 tahun dan dibangkitkan. Dialnjutkan denganmukjizat nabi
Ibrahim yang memanggil burung yang telah dicincang.
o Surat Az-zumar: 53-55, sama-sama berbicara tentang taubat
7. Munasabat pembuka dan penutupnya
 Sebuah surat dibuka dengan sebuah tema dan ditutup dengan tema yang sama
Contoh:
o Pada surat Al-kahfi, dibuka dan ditutup dengan ayat yang berbicara
tentang al-quran yang diwahyukan kepada Nabi ‫ﷺ‬
o Pada surat Al-mu’minun, dibuka dengan sifat orang-orang yang
beruntung-orang-orang mukmin- dan ditutup dengan tidak beruntungnya
orang kafir karena tidak memiliki sifat orang2 mukmin.
o Pada Surat Yusuf, dibuka dengan
Ditutup dengan

8. Munasabat antar 2 surat pembuka dan penutup surat sebelumnya, contoh:

1. Permulaan surat Al-Hadid : 1 dengan penutupan surat Al-Waqi’ah : 96


memiliki relevansi yang jelas, yakni keserasian dan hubungan dengan tasbih
‫“ فَ َسبِّحْ بِٱس ِْم َربِّكَ ْٱل َع ِظ ِيم‬
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.”
Dengan,
‫ض ۖ َوهُ َو ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َح ِكي ُم‬
ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
ِ ‫َسب ََّح هَّلِل ِ َما فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. al-Hadid :1)

2. Contoh dari munasabah ini dapat ditemukan pada ayat terakhir surat Al-
Ahqaf dengan awal ayat pada surat Muhammad. Pada ayat terakhir surat Al-
Ahqaf disebutkan: “Pada hari mereka melihat adzab yang diancamkan kepada
mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada
siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan kecuali
kaum yang fasiq”. Pada ayat pertama surat Muhammad dikatakan: “(Yaitu)
orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi dari jalan Allah, Allah
menghapus segala amal-amal mereka.”

Pada ayat terakhir surat Al-Ahqaf dijelaskan mengenai ancaman dan siksa bagi
orang-orang fasiq, sedangkan pada ayat pertama surat Muhammad dijelaskan
karakteristik dan ciri-ciri orang fasiq.
9. Munasabat isi suatu surat dengan surat sebelumnya
Contoh dari munasabah ini dapat ditemukan pada ayat terakhir surat Al-Ahqaf dengan
awal ayat pada surat Muhammad. Pada ayat terakhir surat Al-Ahqaf disebutkan: “Pada hari
mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di
dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak
dibinasakan kecuali kaum yang fasiq”. Pada ayat pertama surat Muhammad dikatakan:
“(Yaitu) orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi dari jalan Allah, Allah menghapus
segala amal-amal mereka.”

Pada ayat terakhir surat Al-Ahqaf dijelaskan mengenai ancaman dan siksa bagi orang-
orang fasiq, sedangkan pada ayat pertama surat Muhammad dijelaskan karakteristik dan ciri-
ciri orang fasiq.

Anda mungkin juga menyukai