Jurnal 3
1. Pelaksanaan penyuluhan perikanan yang dilaksanakan oleh
penyuluh perikanan PNS menggunakan sistem LAKU, metode
yang digunakan yaitu kontak tani dan menggunakan metode
pertemuan. Materi yang digunakan oleh penyuluh perikanan PNS
didapat dari internet. Perlengkapan penyuluhan menggunakan
laptop, HP, proyektor dan microphone.Rencana penyuluhan
perikanan yaitu Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) didapat
dari Badan Koordinasi Penyuluhan (BAKORLUH). Evaluasi yang
dilakukan yaitu evaluasi sumatif. Pelaksanaan penyuluhan
perikanan yang dilaksanakan oleh penyuluh perikanan swadaya
menggunakan metode person to person dan dengan metode
pertemuan umum. Materi yang digunakan oleh penyuluh perikanan
swadaya didapat dari pengalaman berbudidaya dan dari pihak
swasta. Perlengkapan penyuluhan yang digunakan oleh penyuluh
perikanan swadaya menggunakan laptop. Rencana kerja
penyuluhan dilakukan secara spontan. Evaluasi yang dilakukan
yaitu evaluasi sumatif.
2. Secara umum, penyuluh swadaya lebih berperan dibandingkan
dengan penyuluh PNS. Hal itu terjadi karena penyuluh swadaya
lebih mendasarkan materi penyuluhan pada hasil trial and error
pada usaha perikanan. Peran penyuluh perikanan PNS dalam
agribisnis perikanan rumah tangga vaname (RtVe) yaitu
penyampaian informasi, jembatan penghubung, pembimbing dan
penganalisa. Peran penyuluh yang sudah optimal yaitu sebagai
pembimbing dan penganalisa, sedangkan yang kurang optimal
yaitu penyampaian informasi dan menghubungkan dengan
tengkulak. Peran penyuluh perikanan swadaya sudah optimal yaitu
peran sebagai pendidik, peran sebagai fasilitator, peran sebagai
motivator, peran sebagai teknisi, peran sebagai penasihat, peran
sebagai pemantau dan peran sebagai organisator.
3. Kendala penyuluhan perikanan oleh penyuluh perikanan PNS yaitu
kendala jarak tempuh, kendala waktu, kendala fasilitas, kendala
jumlah penyuluh dan kendala keilmuan. Kendala penyuluhan
perikananan(Fikri, Subekti and Sofia, 2017)
Jurnal 4
Penyuluh perikanan dalam pengembangan sektor perikanan di
Kabupaten Aceh Utara, memiliki peran yang sangat besar dimulai
dari penyampaian informasi perikanan, penyaluran sarana produksi
perikanan serta peran penyuluh perikanan dalam proses
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Aceh
Utara. Kegiatan penyuluhan perikanan ini tidak hanya bergantung
pada kemampuan penyuluh dalammenyampaikan informasi dan
inovasi yang dibawa oleh penyuluh tersebut, tetapi minat yang
tinggi dari masyarakat dalam mengikuti dan mencoba menerapkan
inovasi yang diberikan penyuluh akan mempengaruhi keberhasilan
Kegiatan penyuluhan yang diikuti, minat besar dari nelayan dan
petani tambak sangat efektif dalam pegembangan sektor perikanan
di Kabupaten Aceh Utara. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
kemampuan nelayan dan petani tambak yang mengikuti dan
mampu menerapkan inovasi yang diperoleh dari kegiatan
penyuluhan dalam melaksanakan kegiatan perikanan
mereka(‘Peran Penyuluh Perikanan Dalam Pengembangan Sektor
Perikanan Di Kabupaten Aceh Utara’, 2015)
Jurnal 5
Aquaculture plays an important role in the world and in Brazil.
Artificial construction of water bodies, such as ponds and
reservoirs, has allowed for fish culture in cages in those
environments, generating conflicts over the use of these public
waters. The producers are seeking to increase production, and the
ecosystem is susceptible to the impacts caused by production
activity. The aim of this review was to identify questions about these
conflicts (productivity × environment) and to indicate possible
solutions to the main problems related to fish farming in reservoirs.
Methods: A bibliographical survey was carried out on the main
aspects of cage fish farming in Brazilian reservoirs. Studies from
1977 to 2018 (scientific journals, books, and thesis) were revised
using seven databases, the CAPES periodicals portal and Google
Scholar websites. The main keywords used were “aquaculture”,
“reservoir”, “cage”, “eutrophication”, “carrying capacity”, “impacts”,
“oligotrophic”, “escapes”, “hybrids”, and “pollution”. Results: We
accessed approximately 330 and cited 151 documents.
Conclusions: The negative aspects associated with cage fish
farming, as escapes of cultivated fish, and the possible solutions of
this and others negative impacts were addressed, identifying
mechanisms for reducing conflicts between environmental impacts
and aquaculture production. Potential solutions include the use of
native fish species or sterile species, implementation of monitoring
systems of the surrounding area, adoption of measures to reduce
the accidental escape of fish, use of multitrophic culture systems,
use of highly digestible diets with appropriate food management,
and use of computer programs that incorporate current and
historical environmental data to calculate carrying capacity and
choose the most appropriate location for production(Brasiliensia,
2018)
DAFTAR PUSTAKA
Amanah, S. (2003) ‘PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
PERI KANAN Dr DESA ANTURAN, BULELENG, BALI’, Buletin
Ekonomi Perikanan, V(1), pp. 1–20.
Brasiliensia, A. L. (2018) ‘Thematic Section : Reservoirs Ecology
Opportunities and challenges for fish culture in Brazilian reservoirs :
a review Oportunidades e desafios para a aquicultura em
reservatórios brasileiros : uma revisão’, 30.
Fikri, H., Subekti, S. and Sofia, S. (2017) ‘Peran Penyuluh Dalam
Agribisnis Perikanan Air Payau Di Kabupaten Bangkalan Madura’,
JSEP (Journal of Social and Agricultural Economics), 10(1), p. 31.
doi: 10.19184/jsep.v10i1.5214.
Haryadi, I., Amanah, S. and Suriatna, S. (2015) ‘Persepsi
Pembudidaya Ikan Terhadap Kompetensi Penyuluh Perikanan di
Kawasan Minapolitan (Kasus di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa
Barat)’, Jurnal Penyuluhan, 10(2), pp. 123–130. doi:
10.25015/penyuluhan.v10i2.9920.
‘Peran Penyuluh Perikanan Dalam Pengembangan Sektor
Perikanan Di Kabupaten Aceh Utara’ (2015) Jurnal Agrisep
Unsyiah, 16(2), pp. 17–27. doi: 10.24815/agrisep.v16i2.3042.