I. Uraian Kasus
1. Identitas pasien
Nama : Ny. D.D.R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 09 Desember 1992 (26 tahun)
Alamat : Kp Bbk Tanjung. Majalaya. Kab. Bandung
Rekam Medik : 0001747913
Asal Ruangan /Bagian : IGD Transit
Masuk RS : 27 Februari 2019
Keluar RS : 03 Maret 2019 (meninggal dunia)
Lama perawatan : 5 hari
Status : JKN PBI
2. Anamnesis (autoanamnesis)
1
2
dan mengelupas sejak 4 hari SMRS. Pipi bengkak dan kedua kaki
bengkak. Keluhan disertai mual tanpa disertai muntah. Pasien memiliki
riwayat benjolan di payudara kanan sejak 3 bulan SMRS dan
didiagnosis Tuberculosis (TB) payudara dan saat ini sedang dalam
terapi obat anti tuberkulosis (OAT) sejak 1 bulan SMRS. Riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus disangkal.
3. Pemeriksaan fisik
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium di IGD RSHS tgl 27 Februari 2019 (H-
1)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Interpretasi
1. Hematologi
Hemoglobin 9,4 P: 12,3-15,3 g/dl
Hematokrit 27,2 P: 36-45 %
Eritrosit 3,96 P: 4,2-5,5 juta/uL ↑
Leukosit 23.530 4.500-11.000 /mm3 ↑
Trombosit 534.000 150.000-450.000 /mm3
MCV 68,7 80-96 fl
MCH 23,7 27,5-33,2 pg N
MCHC 34,6 33,4-35,5 %
Hitung Jenis Leukosit N
Basofil 0 0-1 % ↑
Eosinofil 14 0-4 % N
Neutrofil Batang 0 3-5 %
Neutrofil Segmen 29 45-73 % ↑
Limfosit 39 18-44 % N
Monosit 4 3-8 %
Tersangka Blast 14 %
Morfologi Darah Tepi
Eritrosit : Normokrom anisopoikilositosis (target cell, cigar shape, burr cell) ditemukan
normoblast 1/100 leukosit
Leukosit : Jumlah meningkat, limfosit atipik (+), ditemukan tersangka blast dengan
sitoplasma sedikit s/d sedang, kromatin inti halus, anak inti tidak jelas s/d 2
2. Kimia
Glukosa Sewaktu 63 <140 mg/dL N
SGOT(AST)
4
Electrocardiography (EKG):
Sinus takikardi, rate 109 x/menit
5. Diagnosis kerja
Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction with
eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae Dextra on OAT
kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec Iiver involvement +
5
6. Tatalaksana
- IVFD D10% 1500 cc / 24 jam
- Vas Albumin 2x / hari
- Bedrest
- Diet 1250 kkal/ hari (KH:L=60:40; Protein 1 g/kgBB/hari)
- Cetirizine 1x 10 mg po
- Metilprednisolone 0,8 mg/kgBB/hari ( 40 mg-0-0)
- N acetylcystein 3x 200 mg po
- Cek GDS, ALP, GGT, PT/INR, albumin, HBsAg, anti HCV
- USG Abdomen
- Stop OAT
- Cek SGOT dan SGPT / 3 hari
- Rawat ruang biasa
7. Pemantauan
Pemantauan pasien selama perawatan pada Tabel 2.
8. Diagnosis akhir
Acute Liver Failure + Drug Induced Liver Injury ec OAT + Drug
reaction with eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae
Dextra on OAT kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec liver
involvement + Hiponatremia ec low intake
Assesment Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction with Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction with
eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae Dextra on OAT eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae Dextra on
kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec Iiver involvement OAT kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec Iiver involvement
6
Tabel 3. Follow up selama perawatan di Fresia 2
02/03/2019 (Hari ke-4) 03/03/2019 (Hari ke-5)
Subjektif mata kuning(+), demam (+) naik turun, gatal seluruh tubuh, - mata kuning(+), mual muntah (-), demam (+) naik turun, gatal
gelisah seluruh tubuh, gelisah
Objektif - KU: Sakit sedang - Kesadaran: CM - KU: Sakit sedang - Kesadaran: sopor
- TD: 120/80 mmHg - RR: 16 x/menit - TD: 110/70 mmHg - RR: 24 x/menit
- HR: 84 x/menit - S: 36,8 °C - HR: 100 x/menit - S: 36,9 °C
Assesment Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction Penurunan kesadaran ec metabolic + Drug Induced Liver Injury ec
with eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae OAT + Possible Drug reaction with eosinophilia and systemic
Dextra on OAT kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec Iiver symptoms + TB mammae Dextra on OAT kategori I bulan ke 2 +
involvement Hipoglikemia ec Iiver involvement
7
8
8
Tabel 4. Follow up selama perawatan di MIC
03/03/2019 (Hari ke-5) 03/03/2019 (Hari ke-5)
Subjektif - Pkl 19.15 : Penurunan kesadaran, sesak napas(+), - Pkl 19.38 : pasien henti napas
demam(+)
Objektif - KU: Sakit berat - Kesadaran: Coma - Nadi tidak teraba
-TD: 110/70 mmHg - RR: 30 x/menit - Tidak ada respirasi spontan
- HR: 124 x/menit - S: 38,8 °C
- SpO2 88 % dengan 15 LPM/ NRM
Assesment Drug Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction - Cardiac arrest
with eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae
Dextra on OAT kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec Iiver
involvement
Hasil Lab - -
9
10
Mata kuning atau ikterik adalah tanda yang dijumpai pada sklera yang
menandakan adanya hiperbilirubinemia. Kondisi hiperbilirubinemia atau
jaundice didefinisikan sebagai perubahan warna kuning pada jaringan
tubuh akibat akumulasi bilirubin yang berlebih. Deposit bilirubin hanya
terjadi bila ada kelebihan bilirubin, dan disebabkan akibat peningkatan
produksi atau gangguan ekskresi. Pada kondisi normal, kadar bilirubin
serum kurang dari 1 mg/dL. Gambaran klinis ikterus dengan dijumpai
deposit pada jaringan subkutan seperti kulit, membran mukosa dan sklera
ikterik terjadi ketika kadar bilirubin serum melebihi 3 mg/dl. Apabila kadar
bilirubin serum terus meningkat akan terjadi perubahan warna kulit secara
progresif mulai dari kuning lemon hingga hijau apel, terutama jika
prosesnya berlangsung lama dimana warna hijau disebabkan karena
adanya biliverdin. 1,2
Bilirubin memiliki dua komponen: bilirubin tidak terkonjugasi (bilirubin
indirek) dan terkonjugasi (bilirubin direk). Peningkatan salah satu
komponen ini dapat menyebabkan jaundice. Ikterus bertindak sebagai
indikator klinis penting untuk penyakit hepar, terlepas dari berbagai
gangguan lainnya. Terdapat beberapa etiologi dari jaundice berdasarkan
11
peningkatan komponen bilirubin yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: 2,3
kurang dari 0,1% dari semua lesi payudara di negara barat dan 3-4% di
daerah endemik tuberkulosis, seperti India dan Afrika. Tuberkulosis
mammae sering terjadi pada wanita muda multipara yang menyusui.
Manifestasi TB mammae biasanya muncul sebagai benjolan di kuadran
tengah atau luar atas payudara, bersifat unilateral, dan tanpa manifestasi
klinis penyakit pada area areolar puting, atau tanda-tanda discharge dari
puting. Benjolan yang terjadi dapat diikuti oleh peradangan dan
pembentukan abses, ulserasi kulit dan mastitis difus. Gejala TB umum
seperti demam, malaise, keringat malam dan penurunan berat badan
terjadi pada kurang dari 20% kasus TB mammae. Baku emas untuk
diagnosis TB mammae adalah deteksi M. tuberculosis dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen atau dengan kultur jaringan. Pengobatan TB mammae
terdiri dari OAT, kemoterapi dan pembedahan dengan indikasi tertentu.
Obat anti tuberculosis dengan 4 macam obat adalah lini utama
pengobatan dengan lama rejimen 6 bulan yang terdiri dari fase intensif 2
bulan dengan 4 macam obat oral (etambutol 800 mg/hari, pirazinamid
1500 mg/hari, rifampisin 450 mg/hari dan isoniazid 300 mg/hari), diikuti
oleh fase lanjutan selama 4 bulan dengan 2 macam obat (isoniazid dan
rifampisin).11,12
Pada pasien juga dikeluhkan adanya lesi kulit dimana terdapat
kemerahan pada tubuh disertai dengan bengkak, terasa gatal, kulit
menjadi seperti bersisik dan mengelupas. Pada status dermatologis
pasien didapatkan lesi dengan distribusi generalisata pada perut, leher,
lengan kiri dan kanan, tungkai kiri dan kanan, lesi multiple, sebagian
konfluens, bentuk ireguler dengan ukuran 0,2x0,2 cm, Seluas perut kering,
rata dengan permukaan kulit berupa purpura, makula eritema disertai
skuama diaskopi(+) pada bercak merah di lengan. Gambaran kelainan
kulit ini merupakan gambaran eritema multiformis (EM). Eritema
Multiformis adalah sebuah reaksi hipersensitivitas mukokutaneus akut
yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti konsumsi obat-obatan
(erupsi obat) dan oleh beberapa infeksi, khususnya infeksi virus herpes
16
simplex (70% penyebab pada kasus EM). Pada EM akibat virus herpes
simplex terjadi kerusakan pada sel epitel akibat respons imun seluler
dimana terjadi influks makrofag dan limfosit T CD8, yang melepaskan
berbagai sitokin yang memediasi inflamasi dan mengakibatkan kematian
sel. Pada EM akibat reaksi hipersensitivitas obat, gambaran patologis
diawali dengan nekrosis keratinosit. 13
Lesi EM yang dialami oleh pasien baru muncul dalam 7 hari SMRS,
hal ini berimplikasi pada kemungkinan infeksi virus maupun akibat reaksi
hipersensitivitas obat. Obat-obatan yang terkait dengan EM adalah
antibiotik golongan penisilin, sefalosporin, makrolida, sulfonamid, agen
anti tuberkulosis, dan antipiretik. Namun pada dugaan akibat reaksi
hipersensitivitas obat, onset lesi kulit merupakan onset yang lambat
dikarenakan pasien hanya meminum obat OAT sejak 1 bulan yang lalu
dan pada kecurigaan akibat parasetamol tidak didapatkan riwayat alergi
sehingga dicurigai reaksi hipersensitivitas ini diakibatkan dari OAT yang
sudah diminum sejak 1 bulan yang lalu. Salah satu penyebab lesi kulit
dengan onset lambat dan gambaran menyerupai EM adalah drug
reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS).14
Patogenesis DRESS adalah akibat defisiensi enzim detoksifikasi
akibat genetik yang menyebabkan akumulasi metabolit obat. Selanjutnya
metabolit berikatan kovalen dengan makromolekul sel yang menyebabkan
kematian sel atau menginduksi respons imun sekunder. Aktivasi
eosinofilik dan kaskade inflamasi diinduksi oleh pelepasan interleukin-5
dari sel T spesifik. Pada pasien ini diagnosis DRESS ditegakkan karena
memenuhi kriteria klasifikasi Registry of Severe Cutaneous Adverse
Reactions (RegiSCAR) dimana memenuhi lima dari enam kriteria utama
yaitu : (i) demam >38 °C, (ii) eosinofilia: > 20%, (iii) keterlibatan kulit
(luasnya ruam kulit), (iv) keterlibatan organ (hepar), dan (v) eksklusi
potensi penyebab lain kecuali kriteria ke (vi) yaitu resolusi dalam > 15 hari
atau adanya 7 kriteria dari Japanese group’s criteria for DRESS/DIHS
yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.14,15
17
4. Gagal ginjal
Terjadi pada 56 - 70% pasien ALF dan berkontribusi terhadap
kematian serta prognosis yang lebih buruk. Kerusakan yang terjadi
multifaktorial, termasuk azotemia prerenal (penurunan asupan oral,
muntah, diare,
sepsis, iskemia) serta toksisitas ginjal akibat obat (asetaminofen,
diuretik, aminoglikosida, dan lain sebagainya). Sindrom hepatorenal
dapat terjadi pada ALF.
5. Komplikasi kardiopulmonal
Terjadi akibat gangguan hemodinamik pada ALF, resistansi vaskular
sistemik rendah dan vasodilatasi sistemik, yang mengakibatkan
hipotensi dan kegagalan sistem multiorgan. Pada komplikasi pulmonal
dapat terjadi atelektasis, aspirasi, perdarahan paru, dan sindrom
distres pernapasan akut.
6. Gangguan asam basa dan metabolisme.
Pada ALF terjadi beberapa gangguan metabolik seperti alkalosis pada
tahap awal dan asidosis metabolik pada tahap akhir akibat asidosis
laktat. Hiponatremia sering juga terjadi karena hipoperfusi jaringan,
antidiuretik, pelepasan hormone antidiuretik, dan gangguan fungsi
ginjal. Hipoglikemia terjadi akibat gangguan glukoneogenesis serta
penipisan simpanan glikogen hepar. Selain itu dapat terjadi gangguan
elektrolit seperti kalsium, kalium, fosfat, dan magnesium.
gangguan glukoneogenesis pada hepar yang cedera pada ALF; dan (2)
penurunan ambilan insulin oleh hepatosit akibat resistansi insulin. Hal ini
selanjutnya meningkatkan kadar insulin dalam darah perifer
(hiperinsulinemia) yang mengakibatkan hipoglikemia. 24,25 Mekanisme
terjadinya hipoglikemia pada ALF pada dasarnya mirip dengan pada
kondisi sirosis karena disebabkan karena kerusakan hepatosit yang
menghasilkan jumlah hepatosit yang berkurang, mekanisme tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.2 Gangguan metabolisme karbohidrat pada acute liver failure dan
sirosis hepatis
Disadur dari Garcia26
Tanggal
16
14
12
Kadar Hb (g/dL)
Pada pasien terjadi peningkatan kadar bilirubin total 13,266 mg/dL (N:
0,1-1,0), kadar bilirubin indirek 3,382 mg/dL (N: 0,2-0,8), dan peningkatan
kadar bilirubin direk 9,884 mg/dL (N: 0,1-0,3). Peningkatan kadar bilirubin
ini disebabkan karena adanya kerusakan hepatosit akut akibat ALF yang
mengikuti DILI. Berikut ini terdapat pendekatan diferensial diagnosis
penyebab dari jaundice berdasarkan peningkatan parameter penanda
hepar yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. 3
Pasien juga mengalami peningkatan enzim hepar yaitu AST: 433 U/L
(N: 15-37) dan ALT 1155 U/L (N: 14-59). Kerusakan hepatoseluler
melepaskan ALT dan AST. Peningkatan ALT lebih spesifik untuk cedera
hepar dibandingkan peningkatan AST yang dapat terjadi pada gangguan
ekstrahepatik, seperti gangguan tiroid, celiac sprue, hemolisis, dan
gangguan otot. Pada ALF biasanya terjadi gangguan dari pemeriksaan
fungsi hepar / panel hepar. Gangguan ini meliputi peningkatan enzim
hepar yaitu AST dan ALT mencapai 10-100 kali batas atas normal (BAN),
disertai dengan peningkatan ringan sampai sedang dari kadar alkali
fosfatase. Pada pasien terjadi peningkatan AST ± 10 x BAN, dan
peningkatan ALT ± 20x BAN dengan kadar ALT > AST yang spesifik
menandakan kerusakan hepatosit.30,31
29
Pemantauan hasil enzim hepar pada pasien dapat dilihat pada gambar
berikut ini
1400
1200
SGOT
Kadar (U/L)
1000
800 1155 U/L GGT
600
400
200 829 U/L
0
27/2 28/2 1/3
134 U/L
Tanggal
Gambar 3.3 Follow up liver function test
20
15 15,570 mg/dL
13,266 mg/dL
Kadar 10
5
0
27/ 28/ 3/3
2 2 1,66 g/dL
Tanggal
Bilirubin total
Albumin
250 238
200
Kadar Glukosa (mg/dL)
150 134
120
117 112
100
63
50 44
0
27/2 1/3 2/3 3/3
Tanggal
160
146.4
140
120
waktu (detik) 120
100
91.2
80
55.3
60
40
20 9
5.43
0
28/2 3/3
Tanggal
PT INR APTT
Gambar 3.6 Follow up PT/INR dan APTT
IV. KESIMPULAN
Seorang perempuan (26 tahun) datang dengan keluhan mata kuning
sejak 4 hari SMRS disertai BAK berwarna seperti teh pekat. Terdapat
demam disertai pusing dan timbul ruam kemerahan pada kulit seperti
bersisik, bengkak serta gatal sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
(SMRS) dan mengelupas sejak 4 hari SMRS. Pasien juga merasa mual
tanpa disertai muntah. Tidak ada keluhan BAB seperti dempul. Pasien
riwayat ada benjolan di payudara kanan sejak 3 bulan SMRS dan
didiagnosis TB payudara dan saat ini sedang dalam terapi obat anti
tuberkulosis (OAT) sejak 1 bulan SMRS. Riwayat hipertensi dan diabetes
mellitus disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan indeks masa tubuh kurang,
peningkatan denyut nadi, peningkatan suhu (demam), konjungtiva anemis
, sklera ikterik (+), facial pallor (+), frenulum lingueae ikterik (+). Terdapat
nyeri tekan epigastrium dengan teraba pembesaran hepar 4 jari dibawah
39
arcus costae dengan tepi rata, kenyal, tidak teraba nodul. Pada status
dermatologis pada perut, leher, lengan kiri dan kanan, tungkai kiri dan
kanan terdapat lesi multiple, sebagian konfluens, bentuk ireguler dengan
ukuran 0,2x0,2 cm, pada area perut tampak kering, lesi kulit rata dengan
permukaan kulit berupa purpura, makula eritema disertai skuama
diaskopi(+) pada bercak merah di lengan. Berdasarkan kriteria RegiSCAR
memenuhi 5 dari kriteria utama DRESS. Dijumpai adanya penurunan
kesadaran pada hari ke 5 yang disebabkan oleh ensefalopati hepatikum.
Hasil laboratorium menunjukkan penurunan Hemoglobin dengan
penurunan indeks eritrosit. Pasien menderita anemia sedang dengan
hipokrom anisopoikilositosis pada sediaan apus darah tepi. Terdapat
leukositosis dengan dominansi limfositosis dan eosinophilia serta pada
morfologi leukosit dijumpai adanya reaksi leukemoid. Pasien mengalami
hiperbilirubinemia total, direk dan indirek, peningkatan enzim hepar > 10 x
BAN pada AST dan ALT serta peningkatan ringan ALP dan peningkatan
GGT. Juga terjadi hipoglikemia GDP. Pada urinalisis didapati ketonuria,
leukosit esterase positif, hematuria. Pasien ini didiagnosis awal Drug
Induced Liver Injury ec OAT + Possible Drug reaction with eosinophilia
and systemic symptoms + TB mammae Dextra on OAT kategori I bulan ke
2 + Hipoglikemia ec Iiver involvement + Hiponatremia ec low intake.
Pasien meninggal dunia pada hari ke- 5 perawatan dan didiagnosis akhir
Acute Liver Failure + Drug Induced Liver Injury ec OAT + Drug reaction
with eosinophilia and systemic symptoms + TB mammae Dextra on OAT
kategori I bulan ke 2 + Hipoglikemia ec liver involvement + Hiponatremia
ec low intake
40
V. PERMASALAHAN
VI. SARAN
Pemeriksaan laktat dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan ammonia baik darah atau urine untuk
membantu menegakkan diagnosis ensefalopati hepatic
dimana metabolit ammonia hasil pemecahan protein
didapatkan tinggi dalam darah dan/atau urine.
Dilakukan pemeriksaan elektrolit Natrium serial karena
hiponatremia dapat terjadi berulang karena pada pasien ini
didapatkan penurunan kesadaran.
Pemeriksaan EKG serial untuk mengetahui adakah
miokarditis
Pemeriksaan pewarnaan dan kultur sputum apakah
ada pneumonia
.
Skema Analisis Kasus
42
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Sargent S. Adult jaundice—the pathophysiology, classification and causes. Gastrointestinal Nursing. 2011
May;9(4):34–40.
3. Vasudevan D, S S, Vaidyanathan K. Liver and Gastric Function Tests. In: Textbook of Biochemistry for Medical
Students [Internet]. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.; 2016 [cited 2021 Nov 11]. p. 355–355.
4. Stillman AE. Jaundice [Internet]. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition.
Butterworths; 1990
6. Shuman E. Approach to Fever. In: The Saint-Chopra Guide to Inpatient Medicine [Internet]. Oxford University Press;
2018. p. 275–80.
7. Schaefer TJ, John S. Acute Hepatitis [Internet]. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; 2021.
8. Sandhu N, Navarro V. Drug‐Induced Liver Injury in GI Practice. Hepatol Commun. 2020 May;4(5):631–45.
9. Dong V, Nanchal R, Karvellas CJ. Pathophysiology of Acute Liver Failure. Nutrition in Clinical Practice. 2020
Feb;35(1):24–9.
10. Ichai P, Saliba F, Antoun F, Azoulay D, Sebagh M, Antonini TM, et al. Acute liver failure due to antitubercular
therapy: Strategy for antitubercular treatment before and after liver transplantation. Liver Transpl. 2010
Oct;16(10):1136–46.
44
11. Dewi KP. Primary Mastitis Tuberculosis Clinically mimicking Fibroadenoma Mammae. berk.ilm.kedokt.duta.wacana.
2018 Oct 20;3(2):116.
13. Hafsi W, Badri T. Erythema Multiforme [Internet]. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; 2021.
14. Blume JE. Drug Eruptions: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. 2020 Oct 14.
15. Choudhary S, McLeod M, Torchia D, Romanelli P. Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms
(DRESS) Syndrome. J Clin Aesthet Dermatol. 2013 Jun;6(6):31–7.
16. Bauer ZA, Jesus OD, Bunin JL. Unconscious Patient [Internet]. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; 2021.
17. Eapen BC, Georgekutty J, Subbarao B, Bavishi S, Cifu DX. Disorders of Consciousness. Physical Medicine and
Rehabilitation Clinics of North America. 2017 May;28(2):245–58.
19. Wolf DC. Hepatic Encephalopathy: Definition, Pathogenesis, Clinical Features of Hepatic Encephalopathy. 2021 Jul
22.
20. Sood GK. Acute Liver Failure: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. 2021 May 7.
21. Maher SZ, Schreibman IR. The Clinical Spectrum and Manifestations of Acute Liver Failure. Clinics in Liver Disease.
2018 May;22(2):361–74.
24. Tsukamoto K, Teramoto T. [Carbohydrate and lipid metabolism in liver cirrhosis]. Nihon Rinsho. 1994 Jan;52(1):150–
8.
25. Murali AR, Menon KN. Acute Liver Failure [Internet]. Cleveland Clinic. 2021
26. 332459_1_En_11_Fig4_HTML.gif.
28. de Mendonça EB, Schmaltz CA, Sant’Anna FM, Vizzoni AG, Mendes-de-Almeida DP, de Oliveira R de VC, et al.
Anemia in tuberculosis cases: A biomarker of severity? Quinn F, editor. PLoS ONE. 2021 Feb 2;16(2):e0245458.
30. Oh RC, Hustead TR, Ali SM, Pantsari MW. Mildly Elevated Liver Transaminase Levels: Causes and Evaluation. AFP.
2017 Dec 1;96(11):709–15.
31. McDowell Torres D, Stevens RD, Gurakar A. Acute Liver Failure. Gastroenterol Hepatol (N Y). 2010 Jul;6(7):444–50.
32. Sun K, Reynolds RJ, Sheu TG, Tomsula JA, Colton L, Rice L. Acute myeloid leukaemia presenting as acute liver
failure—a case report and literature review. Ecancermedicalscience. 2019 Sep 9;13:960.
33. Lowe D, Sanvictores T, John S. Alkaline Phosphatase [Internet]. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; 2021.
34. Koenig G, Seneff S. Gamma-Glutamyltransferase: A Predictive Biomarker of Cellular Antioxidant Inadequacy and
Disease Risk. Dis Markers. 2015;2015:818570.
46
35. Sulava E, Bergin S, Long B, Koyfman A. Elevated Liver Enzymes: Emergency Department–Focused Management.
The Journal of Emergency Medicine. 2017 May;52(5):654–67.
36. Mank V, Brown K. Leukocytosis [Internet]. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; 2021.
37. Sakka V, Tsiodras S, Giamarellos-Bourboulis EJ, Giamarellou H. An update on the etiology and diagnostic
evaluation of a leukemoid reaction. European Journal of Internal Medicine. 2006 Oct;17(6):394–8.
38. Powell N, Rusli F, Hubscher SG, Karanth M, Mutimer D. Adult T-cell leukemia presenting with acute liver failure.
Leukemia Research. 2006 Oct;30(10):1315–7.
39. Sood P, Paul G, Puri S. Interpretation of arterial blood gas. Indian J Crit Care Med. 2010;14(2):57–64.
40. Gotera W, Budiyasa DGA. Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik (KAD).Jurnal Penyakit Dalam Vol. 11 No. 2 Bulan
Mei 2010.
41. Senzolo M, Burra P, Cholongitas E, Burroughs A. New insights into the coagulopathy of liver disease and liver
transplantation. World J Gastroenterol. 2006 Dec 28;12(48):7725–36.
42. Sabriani J, Umboh A, Manoppo JICh. Perbandingan Leukosituria, Nitrit, Leukosit Esterase dengan Kultur Urin dalam
Mendiagnosis Infeksi Saluran Kemih pada Anak. MSJ [Internet]. 2021 Jan 8.
43. Hoshina D, Furuya K, Okita I. Erythema multiforme-like drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms
(DRESS). Clin Exp Dermatol. 2015 Jun;40(4):455–6.
44. Saleem MO, Hamawy K. Hematuria [Internet]. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; 2021.
45. National Kidney Foundation. Clinical practice guidelines for chronic kidney disease: evaluation, classification and
stratification. New York: National Kidney Foundation; 2002.