Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

PERCOBAAN 7

EFEK OBAT ANALGETIK

DISUSUN OLEH:
NAMA : Nurul Husna Rosalinda
KELAS : Reguler 2A
NIM : PO.71.39.1.20.029

DOSEN PEMBIMBING:
1. DEWI MARLINA, S.F., Apt., M.Kes
2. ADE AGUSTIANINGSIH, , S.Farm, Apt

Paraf Nilai

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2022/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktikum


Analgesik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit atau nyeri. Nyeri
merupakan sensasi yang subyektif yang diakibatkan oleh persepsi terhadap suatu impuls.
Rasa nyeri atau pain adalah suatu fenomena komplek yang melibatkan aktivitas neuron
dan respon penderita terhadap aktivitas saraf tersebut. Stimulus nyeri antara lain terdiri
dari stimulus termis, stimulus fisis, stimulus mekanis, stimulus kimiawi dan senyawa
kimia endogen. Asam asetat glasial merupakan penginduksi nyeri kimia yang digunakan
untuk menstimulasi rasa sakit pada peritoneum mencit; dengan responnya berupa geliat
atau writhing reflex. Selain asam asetat glasial, untuk menginduksi nyeri/ rasa sakit pada
mencit dapat digunakan fenilkinon. Bahan penginduksi tersebut diberikan secara
intraperitoneum. Parietal peritonium sangat sensitif terhadap stimulasi fisik dan kimia
walaupun tidak terjadi inflamasi. Keberadaan cairan dalam peritonium dapat
menstimulasi rasa sakit. Aspirin, antalgin, asam mefenamat, indometasin dan lain-lain
dapat menghilangkan rasa sakit karena dapat menghambat sintesis prostaglandin dengan
cara hambatan pada enzim siklooksigenase. Efek anakgesik yang ditimbulkan oleh
golongan obat ini bersifat mekanik, fisik atau kimiawi. Prostaglandin adalah mediator
nyeri perifer. Injeksi PGE2 dan PGI2 secara intradermal dalam waktu singkat
menyebabkan respon radang berupa eritema, vasodilatasi, edema dan hiperalgesia.
Respon dapat berlangsung hampir 10 jam. Reflek geliat atau writhing reflex merupakan
reflek nyeri pada mencit akibat substansi penginduksi nyeri. Dalam waktu ±5 menit
setelah diberi penginduksi nyeri, umumnya mencit mulai merasakan nyeri. Hewan akan
berdiam di suatu tempat, yang biasanya di sudut ruangan, badannya ditekuk, bulunya
acapkali berdiri dan ekornya diangkat ke atas. Setelah beberapa saat, hewan akan
bergerak perlahan, menarik satu atau kedua kaki belakangnya, badannya direntangkan
dan perutnya ditekan hingga menyentuh dasar. Gerakan ini seringkali disertai dengan
gerakan kepala yang menoleh ke belakang sehingga tampak seolah-olah mencit tersebut
menggeliat. Reflek ini dapat terjadi selama masa durasi kerja penginduksi. Refleks geliat
ini selanjutnya digunakan sebagai parameter uji pada metode ini.

B. Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa dapat Mengamati respon geliat
atau writhing reflex pada mencit akibat induksi kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika
umum) (Tjay, 2007). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat mempengaruhi
nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi
dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan
seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri
untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45oC (Tjay, 2007). Ambang nyeri
didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri dirasakan untuk pertama kalinya.
Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah saat orang merasakan nyeri.
Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan (Tjay, 2007). Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri
harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di jaringan, seperti
peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan
mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan
tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri
antara lain dapat mengakibatkan reaksi. Radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi
reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini
terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan
disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak
sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus
impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan
sebagai nyeri (Tjay, 2007).

B. Jenis-Jenis Analgetik
a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk kelompok ini
b. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
pada fractura dan kanker (Tjay, 2007).
Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :
1. parasetamol
2. salisilat : asetosal, salisilamida, dan benorilat
3. penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibuprofen, dll
4. derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin
5. derivat-pirazolon : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizol
6. lainnya : benzidamin (Tantum) (Tjay, 2007).
Sensasi nyeri, tak perduli apa penyebabnya, terdiri dari masukan isyarat
bahaya ditambah reaksi organisme ini terhadap stimulus. Sifat analgesik opiat
berhubungan dengan kesanggupannya merubah persepsi nyeri dan reaksi pasien
terhadap nyeri. Penelitian klinik dan percobaan menunjukkan bahwa analgesik
narkotika dapat meningkatkan secara efektif ambang rangsang bagi nyeri tetapi
efeknya atas komponen reaktif hanya dapat diduga dari efek subjektif pasien.
Bila ada analgesia efektif,
Nyeri mungkin masih terlihat atau dapat diterima oleh pasien, tetapi
nyeri yang sangat parah pun tidak lagi merupakan masukan sensorik destruktif
atau yang satu-satunya dirasakan saat itu (Katzung, 1986).
Analgetik narkotik, kini disebut juga opioida (=mirip opioat) adalah obat-
obat yang daya kerjanya meniru opioid endogen dengan memperpanjang
aktivasi dari reseptor-reseptor opioid (biasanya µ-reseptor) (Tjay, 2007).
Efek utama analgesik opioid dengan afinitas untuk resetor μ terjadi pada
susunan saraf pusat; yang lebih penting meliputi analgesia, euforia, sedasi, dan
depresi pernapasan. Dengan penggunaan berulang, timbul toleransi tingkat
tinggi bagi semua efek (Katzung, 1986).

BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan yang digunakan

 Alat yangdigunakan
1. Spuit (alat suntik)
2. Sonde
3. Beker Gelas
4. Timbangan
5. Sarung Tangan

 Bahan yangdigunakan
1. Asam Asetat Glasial 3%
2. NaCl
3. Tablet Antalgin (20mg/ml)

 Hewan yangdigunakan
1. Tikus Jantan
2. Mencit Jantan

B. Pelaksanaan Praktikum / Cara Kerja


EFEK ANTI ANALGETIK

Ditimbang Masing-
masing tikus dan mencit

Dibagi menjadi 4 kelompok, tandai

Diberi perlakuan secara oral dan


intraperitonial

Tikus 1 Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3


Diberi Suspensi Diberi asam asetat Diberi suspensi Diberi asam
antalgin dan asam dan suspensi antalgin Suspensi antalgin asetat
asetat dan asam asetat

Lakukan pengamatan dan catat hasil pengamatan dalam bentuk tabulasi

Bandingkan hasil pengamatan antara hewan coba satu dengan


hewan coba yang lain

C. Pembuatan Bahan

1. Pembuatan Na-CMC
a. Buat 250 ml susp Na-CMC 1%
b. Timbang Na-CMC (1% x 250 ml) = 2,5 gr
c. Masukkan air panas (20 x 2,5 g = 50 ml) kedalam mortir
d. Taburkan Na-CMC diatas air panas, tunggu hingga mengembang
e. Gerus hingga berbentuk gel
f. Masukkan dalam labu takar ad 250 ml

2. Pembuatan dan Perhitungan Suspensi Antalgin


a. Perhitungan Suspensi Antalgin (untuk tikus)

Dosis lazim untuk manusia = 500 mg


Konversi dosis untuk tikus 200 g = 500 x 0,018 x 1000 g/200 g
= 45 mg/Kg BB
Konversi untuk tikus 117 g = 117 g/200 g x 45 mg
= 45 mg
Volume pemberian 1% BB = 1/100 X 117 g
= 1,17 ml
b. Pembuatan Suspensi Antalgin (untuk tikus)
 Timbang antalgin 20 tablet
45 mg x
 Gerus tablet antalgin sebanyak x
10.000 mg 14,286
 x = 64,286= mg ≈ 65 mg
 Tambahkan serbuk sebanyak 65 mg
 Masukkan larutan Na-CMC 1% ad 10 ml
 Gerus ad homogeny
 Masukkan kedalam labu takar 10 ml

c. Perhitungan Suspensi (Antalgin untuk mencit)

Dosis lazim untuk manusia = 500 mg


Konversi dosis untuk mencit 20 g= 500 x 0,0026 x 1000 g/20 g
= 65 mg/Kg BB
Konversi untuk mencit 1 BB 30 g = 30 g/20 g x 65 mg
= 97,5 mg
Konversi untuk mencit 2 BB 28 g = 28 g/20 g x 65 mg
= 91 mg
Volume pemberian 1% BB mencit 1 = 1/100 x 30 g
= 0,30 ml
Volume pemberian 1% BB mencit 2 = 1/100 x 28 g
= 0,28 ml

d. Pembuatan Suspensi Antalgin (untuk mencit)


 Timbang antalgin 20 tablet
 Gerus tablet antalgin sebanyak

65 mg x
x
10.000 mg 14,286
 x = 92,85 mg ≈ 100 mg
 Tambahkan serbuk sebanyak 100 mg
 Masukkan larutan Na-CMC 1% ad 10 ml
 Gerus ad homogen
 Masukkan kedalam labu takar 10 ml

3. Pembuatan dan Perhitungan Asam Asetat Glasial 3%

Diketahui :
Massa Jenis Asam Asetat Glasial = 1,05 gr/ml
Berat Molekul (BM) = 60,05 gr/mol
Kemurniannya = 98 %
 Perhitungan Pembuatan (Cara 1)
a. Mencari Molaritas Asam Asetat Glasial dengan rumus
Massa jenis x 10 x %
M1 =
BM
1,05 x 10 x 98
=
60,05
1,029
= = 17,1 ml
60,05

b. Mencari Molaritas Asam Asetat Glasial 3%

Massa jenis x 10 x %
M2 =
BM
1,05 x 10 x 3
=
60,05
31,5
= = 0,52 ml
60,05
 Dengan Rumus Pengenceran

M1 x V1 = M2 x V2
17,5 ml x V1= 0,52 M x 25 ml
V1 = 13/17,1 ml
= 0,76 ml
Volume Asam Asetat Glasial yang dibutuhkan untuk membuat Asam Asetat
3% adalah 0,76 ml

 Perhitungan Pembuatan (Cara 2)

V1 x K1 = V2 x K2
V1 x 98 = 25 x 3
V1 = 75/98
= 0,76 ml
Keterangan:
K1 = Konsentrasi Asam Asetat Glasial
K2 = Konsentrasi Asam Asetat yang di inginkan
V1 = Volume Asam Asetat Glasial yang dibutuhkan
V2 = Volume Asam Asetat Glasial yang diinginkan

 NaCl yang dibutuhkan = 25 ml – 0,76 ml = 24,24 ml

 Volume yang diberikan 1% BB

Untuk Tikus BB 117 gr = 1/100 x 117 gr = 1,17 ml


Untuk Mencit 1 BB 30 gr = 1/100 x 30 gr = 0,30 ml
Untuk Mencit 2 BB 28 gr = 1/100 x 28 gr = 0,28 ml
Untuk Mencit 3 BB 16 gr = 1/100 x 16 gr = 0,16 ml

 Pembuatan Asam Asetat Glasial 3 %


a. Masukkan NaCl setengah dari 24,24 ml kedalam labu takar 25 ml
b. Masukkan Asam Asetat sebanyak 0,76 ml kedalam labu takar
c. Aduk ad homogen
d. Lalu tambahkan NaCl ad 25 ml

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel Pengamatan geliat pada Tikus Kelompok 4


Hewan Kelompok Waktu menggeliat
uji perlakuan 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Total
Larutan
Tikus 4 Asam Asetat 1 3 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 7
Glasial dan
Suspensi
Antalgin

Tabel Pengamatan geliat pada mencit kelompok 4


Hewan Kelompok Waktu menggeliat
uji perlakuan 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Total
Larutan
Mencit Asam Asetat 0 4 4 4 3 2 1 0 0 0 0 0 11
I (30g) Glasial dan
Suspensi
Antalgin
Suspensi
Mencit Antalgin dan 3 11 10 7 4 0 0 0 0 0 0 0 35
II (28g) larutan Asam
Asetat
Mencit Larutan
III Asam Asetat 0 9 6 6 3 6 4 7 3 3 2 2 51
(18g) Glasial

Tabel Pengamatan geliat pada tikus seluruh kelompok


Waktu Suspensi Antalgin dan Larutan Asam Asetat Glasial Larutan Asam
(menit) Larutan Asam Asetat Glasial dan Suspensi Antalgin Asetat glasial
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5
0–5 0 0 1 1 0
5 – 10 0 0 5 3 0
10 – 15 0 0 1 0 0
15 – 20 0 0 2 0 0
20 – 25 0 0 0 0 0
25 – 30 0 0 0 1 0
30 – 35 0 0 0 2 0
35 – 40 0 0 0 0 0
40 – 45 0 0 0 0 0
45 – 50 0 0 0 0 0
50 – 55 0 0 0 0 0
55 – 60 0 0 0 0 0
Total 0 0 9 7 0
Tabel Pengamatan geliat pada mencit seluruh kelompok
Waktu Larutan Asam Asetat Suspensi Antalgin dan Larutan Asam Asetat
(menit) Glasial dan Suspensi Larutan Asam Asetat glasial
Antalgin Glasial
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0–5 2 0 1 0 0 0 2 10 3 0 6 13 12 0 7
5 – 10 3 0 0 4 0 0 10 16 11 0 7 10 10 9 8
10 – 15 3 8 0 4 0 4 5 6 10 0 10 6 8 6 9
15 – 20 4 6 0 4 0 3 0 15 7 0 12 11 4 6 10
20 – 25 6 6 0 3 0 6 0 7 4 0 2 5 12 3 2
25 – 30 2 3 0 2 0 5 0 1 0 0 3 2 3 6 2
30 – 35 1 4 0 1 0 4 0 1 0 0 2 0 3 4 3
35 – 40 0 5 0 0 0 0 0 2 0 0 4 0 1 7 4
40 – 45 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 1 3 4
45 – 50 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 3 2
50 – 55 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1
55 – 60 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1
Total 23 37 1 18 0 32 17 57 35 1 53 47 54 51 53

B. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan uji efek analgetik pada hewan coba. Hewan coba yang
digunakan adalah tikus dan mencit. Digunakan bahan uji suspensi antalgin sebagai obat
analgetik (pereda nyeri) dan asam asetat glasial sebagai agent perangsang nyeri.
Uji efek analgetik pada tikus satu dan dua yang diberi suspensi antalgin dengan selang
waktu 10 menit diberi asam asetat glasial tidak menghasilkan geliat. Untuk tikus 3 dan 4
diberi larutan asam asetat glasial dengan selang waktu 10 menit diberi suspensi antalgin, pada
tikus 3 menghasilkan geliat sebanyak 9 kali dan pada tikus 4 menghasilkan geliat sebanyak 7
kali. Untuk tikus 5 yang hanya diberi larutan asam asetat glasial tidak menghasilkan geliat.
Uji efek analgetik pada mencit dengan kelompok perlakuan yang diberi larutan asam
asetat dan suspensi antalgin didapatkan total geliat pada kelompok 1 (23 geliat), kelompok 2
(37 geliat), kelompok 3 (1 geliat ), kelompok 4 (18 geliat), kelompok 5 tidak menghasilkan
geliat. Untuk mencit dengan kelompok perlakuan yang diberi suspensi antalgin dan larutan
asam asetat glasial didapatkan total geliat pada kelompok 1 (22 geliat), kelompok 2 (17
geliat), kelompok 3 (57 geliat), kelompok 4 (35 geliat), kelompok 5 (1 geliat). Untuk
mencheat dengan kelompok perlakuan yang hanya diberi larutan asam asetat glasial
didapatkan total geliat pada kelompok 1 (53 geliat), kelompok 2 (47 geliat), kelompok 3 (54
geliat), kelompok 4 (51 geliat), kelompok 5 (53 geliat).

BAB V
Kesimpulan

Berdasarkan tabel pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Uji efek analgetik pada tikus, yang menghasilkan geliat hanya kelompok perlakuan yang
diberi asam asetat glasial dan suspensi antalgin.
2. Uji efek analgetik pada mencit, semua kelompok perlakuan menghasilkan geliat kecuali
pada kelompok 5 yang diberi larutan asam asetat glasial dan suspensi antalgin tidak
menghasilkan geliat.
3. Pengamatan geliat pada mencit lebih mudah diamati daripada tikus
DAFTAR PUSTAKA
Brunton, L.L., 2011. Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics,
12thedition, USA: McGraw Hill Companies.

Katzung, B.G. & Trevor, A.J., 2015. Basic and Clinical Pharmacology, 13th edition, USA:
McGraw Hill Education.

Lucia, 2016. Eksperimental Farmakologik: Orientasi Preklinik, Surabaya: Sandira Surabaya.

Lullman, H., Mohr, K., Hein, L., & Bieger, D., 2004. Color Atlas of Pharmacology, 3
rd edition, New York: Thieme.

Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Flower, R.J., & Henderson, G., 2012. Rang and Dale’s
Pharmacology, 7th edition, China: Elsevier.

Sulistia, G.G., 2017. Farmakologi dan Terapi, edisi 6. Departemen Farmakologi dan Terapi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
 Pada Saat Penimbangan Mencit 1, 2, dan 3

Mencit 1 (30g) Mencit 2 (28g) Mencit 3 (16g)

 Bahan

Nacl 0,9 % Nacl 0,9 %

Na Cmc Aquades 250 ml As. Asetat Glasial 3 %


 Pada Saat Penyuntikkan dan Pemberian Larutan Pada Mencit
o Mencit 1

Penyuntikan Asam Asetat Pemberian Larutan Antalgin


Glasial 3%

o Mencit 2 Mencit 3

Pemberian Larutan Antalgin Penyuntikan As.Asetat Penyuntikan As. Asetat


Glasial 3% Glasial 3%Saja

 Pada Saat Penyuntikkan dan Pemberian Larutan Pada Tikus


Penyuntikan Asam Asetat GlasialPemberian Larutan Antalgin
3%

Anda mungkin juga menyukai