Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ESSAY

PEMERIKSAAN ANALISIS SPERMA

Disusun Oleh :

Nama : Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya

NIM : 018.06.0031

Kelas :A

Modul : Urorepro II

Dosen : dr. Resna Hermawati, Sp.PK(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2019/2020
Latar belakang masalah
Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah merupakan
salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus infertilitas. Tujuan
analisis semen adalah untuk mengetahui kondisi sperma, hasilnya dapat
menentukan apakah sperma tersebut fertil atau infertil. Empat kategori utama
cacat sperma mengarah ke diagnosis infertilitas laki-laki adalah jumlah sperma
yang sedikit (oligozoospermia), masalah pada motilitas sperma
(asthenozoospermia), cacat morfologi sperma (teratozoospermia), dan tidak
adanya sperma dalam semen (azoospermia), yang mungkin terjadi karena
kurangnya produksi atau obstruksi.
Isi
Pemeriksaan analisis sperma meliputi pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimiawi.
1. Pemeriksaan Makroskopik Sperma
Pemeriksaan makroskopis memperhatikan parameter yang dinilai
adalah Warna, Kejernihan, pH, Bau, Likuefaksi, Viskositas, Volume, dan
Bekuan. Mengukur volume dilakukan dengan memindahkan ejakulat
kedalam gelas ukur 5 atau 10 ml sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
Alat dan bahan yang digunakan berupa Sampel yaitu Spesimen
semen (< 1 jam). Alat terdiri Mikropipet, Gelas Ukur (perbedaan skala 0,1
mL), Pipet Pasteur, Stiker label, Kertas pH, Handschoen/sarung tangan
tanpa powder/bedak, Stopwatch, dan Object glass.
Cara kerja pada pemeriksaan makroskopis berupa :
1. Warna
Caranya yaitu Melihat visual secara langsung, dengan latar belakang
putih, di ruangan atau tempat yang terang.
2. Kejernihan
Caranya yaitu Dalam menentukan warna, juga dapat diamati
kekeruhan atau kejernihan sekaligus.
3. pH
Caranya yaitu Diteteskan 1 tetes semen ke atas kertas pH (6,4 – 8,0)
atau Celup pH meter strip ke dalam cairan sperma. Diamati perubahan
yang terjadi, kemudian dibandingkan dengan warna standar setelah 30
detik.
4. Bau
Caranya adalah Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau
tertentu yang khas/spesifik.
5. Likuefaksi
Caranya yaitu Mengamati perubahan wujud spesimen dari yang kental
menjadi cair, dihitung dari waktu pertama kali spesimen dikeluarkan.
Semen akan mengalami likuefaksi sempurna dalam kurun waktu
tertentu. Setelah semen dikeluarkan, semen akan mengalami proses
koagulasi (terbentuk koagulum) yang disebabkan oleh protein yang
dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis. Semen akan mengalami
likuefaksi (pencairan) menjadi homogen dalam waktu < 60 menit.
6. Viskositas
Caranya yaitu Menghisap semen dengan pipet, dibiarkan semen
menetes sendiri karena gravitasi. Diukur berapa panjang benang yang
dibentuk oleh semen.
7. Volume
Caranya yaitu Menuangkan semen dalam wadah ke gelas ukur (skala
0,1 mL). Dicatat volumenya.

2. Pemeriksaan Mikroskopik Sperma


Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah sperma mengalami
liquefaction. Jadi kira-kira 20 menit setelah dikeluarkan. Pemeriksaan
mikroskopis semen meliputi konsentrasi sperma, motilitas, aglutinasi,
viabilitas sperma, morfologi. Hasil kesimpulan analisis semen banyak
ditentukan dari pemeriksaan mikroskopis semen.
1. Konsentrasi sperma
Syarat utama dalam pemeriksaan konsentrasi spermatozoa
adalah jumlah spermatozoa per lapang pandang harus homogen,
tersebar merata. Apabila jumlah per lapang pandang sangat
bervariasi menandakan sampel tidak homogen. Pemeriksaan harus
diulang, semen harus dicampur dengan baik agar sampel benar-
benar homogen. Konsentrasi dapat dipelajari dengan cara satu tetes
semen diteteskan pada kaca obyek, tutup dengan kaca penutup dan
dilihat dibawah mikroskop (400X).jika kita sulit memperkirakan
jumlah atau kepadatan spermatozoa per lapang pandang yang
bergerak maka kita panaskan obyek glass dengan cara dilewatkan
diatas api bunsen hingga spermatozoa akan mati. Lihat di bawah
mikroskop dan kita sekarang akan lebih mudah menghitung dengan
counter jumlah spermatozoa yang tidak bergerak.
2. Motilitas
Spermatozoa bergerak (Motil), dengan maksud agar sampai
dialat reproduksi wanita untuk pembuahan. Energi untuk motilitas
bersumber pada bagian tengah spermatozoa. Dibagian tengah itu
dapat diibaratkan generator spermatozoa. Energi dari bagian tengah
disalurkan kebagian distal, yaitu ke ekor, kemudian ekor bergerak.
Jadi ekor dapat diibaratkan sebagai kemudi juga sebagai pendorong
spermatozoa.
Energi yang keluar menyebabkan dua macam gerakan.
Pertama, gerakan bergelombang keujung ekor. Gelombang itu
makin ke ekor makin lemah. Gerakan kedua bersifat sirkuler.
Energi yang keujung ekor itu tidak lurus kebelakang tapi arahnya
melingkari batang tubuh bagian tengah, terus keujung ekor.
Resultante dari dua gerak tersebut menyebabkan motilitas
spermatozoa, seluruh tubuh spermatozoa mulai dari kepala sampai
ke ekor bergerak melingkar pada as-nya dan ke depan. Hal ini
menyebabkan gerak lurus ke depan aktif, lincah dengan irama getar
ekor yang teratur.Irama getar ekor spermatozoa normal manusia
ialah 15x/detik. Pada sapi getaran itu kira-kira 20 x/detik.
Penilaian motilitas dapat dilakukan dengan cara satu tetes
semen (10-15 µL) diteteskan dengan mikro pipet pada kaca obyek
dan ditutup dengan kaca penutup kemudian preparat diperiksa
dibawah mikroskop pada pembesaran 400X dengan beberapa
lapang pandang (4-6 LPB).
3. Aglutinasi
Aglutinasi spermatozoa ialah penggumpalan atau
perlekatan antara satu spermatozoa dengan beberapa spermatozoa
yang lain. Aglutinasi spermatozoa dapat disebabkan oleh faktor
imunologis dan non-imunologis. Aglutinasi sperma terjadi karena
spermatozoa yang motil terikat satu dengan yang lain. Ikatan ini
terjadi antara kepala dengan kepala, leher dengan leher, ekor
dengan ekor ataupun tipe campuran antara kepala dengan ekor dan
lain-lain. Cara membedakan keduanya dengan mengukur titer
antibodi yang terdapat pada pasangan suami isteri. Namun guna
informasi pendahuluan proses aglutinasi spermatozoa, dapat
dilakukan cara :
Satu tetes sperma diberi garam fisiologis. Jika terjadi
aglutinasi sejati, spermatozoa akan tetap melekat satu dengan yang
lain. Kalau dengan penambahan garam fisiologis spermatozoa
lepas satu dengan yang lain, maka aglutinasi tersebut adalah
aglutinasi palsu. Aglutinasi sperma mengarah pada proses
imunologis sebagai penyebab infertilitas. Aglutinasi diamati pada
10 lapang pandang secara acak dan tentukan presentase rata-rata
sperma yang berlekatan.
4. Viabilitas sperma
Viabilitas sperma harus dinilai jika persentase sperma motil
progresif rendah sekitar 30 – 40%. Tingkat normal seorang pria
dikatakan subur akan menghasilkan sekitar 58%-60% sperma
hidup. Pemeriksaan viabilitas sperma penting untuk menentukan
apakah spermatozoa non motil tersebut hidup atau mati. Metode
yang dilakukan biasanya dengan cara pengecualian dye mana dye
memasuki non vital (mati) sel karena membran plasma yang rusak,
metode pewarnaan yang umum digunakan adalah eosin-nigrosin.
5. Morfologi
Pemeriksaan morfologi spermatozoa ditujukan untuk
melihat bentuk-bentuk spermatozoa yang didasarkan atas bentuk
kepala dari spermatozoa. Seperti diketahui spermatozoa
mempunyai beberapa macam bentuk. Dengan pemeriksaan ini
diketahui beberapa banyak bentuk spermatozoa normal dan
abnormal. Bentuk yang normal adalah spermatozoa yang
kepalanya berbentuk oval dan mempunyai ekor yang panjang.
Untuk pemeriksaan morfologi ini dimulai dengan pembuatan
preparat smear di atas objek glass, yang dibiarkan kering dalam
temperatur kamar. Setelah preparat smear tersebut kering, maka
selanjutnya dilakukan prosedur pewarnaan.
Agar memperoleh hasil yang baik pemeriksaan morfologi
spermatozoa dilakukan pengecatan khusus. Terdapat berbagai
macam pengecatan guna memeriksa morfologi spermatozoa,
diantaranya Giemsa, Wright, Romanowsky, May Grunwald,
Kiewit de Jong. Pemeriksaan morfologi memerlukan persiapan
khusus dengan membuat hapusan ejakulat pada obJek glass,
difiksasi dan diwarnai sehingga bentuk sperma dapat dinilai.
Evaluasi dapat menunjukkan kemampuan sperma dalam proses
pembuahan, dimana akrosom melepaskan enzim hidrolitik dan
membantu sperma melalui lapisan luar.

Kesimpulan
Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah merupakan
salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus infertilitas. Tujuan
analisis semen adalah untuk mengetahui kondisi sperma, hasilnya dapat
menentukan apakah sperma tersebut fertil atau infertil. Pemeriksaan analisis
sperma meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimiawi.
Pemeriksaan makroskopis memperhatikan parameter yang dinilai adalah Warna,
Kejernihan, pH, Bau, Likuefaksi, Viskositas, Volume, dan Bekuan. Pemeriksaan
mikroskopis semen meliputi konsentrasi sperma, motilitas, aglutinasi, viabilitas
sperma, morfologi.

Anda mungkin juga menyukai