Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

REVIEW JURNAL

Mata Kuliah Manajemen Perbankan

Disusun oleh :

Nurul Islamiya 105711102719

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2021
IDENTITAS JURNAL

Judul :Problematika Pembiayaan Mudharabah di Perbankan Syariah


Indonesia

Jurnal : Jurnal Maslahah dimuat di moraref.org

Volume & Halaman : Vol. 2 No. 1 Hal. 1-17

Bulan & Tahun : Maret 2011

Penulis : A. Chairul Hadi

Latar Belakang :

Secara garis besar jurnal ini membahas tentang macam-macam sistem bagi hasil pada
pembiayaan mudharabah dan resiko dari sistem bagi hasil tersebut beserta beberapa pilihan cara
untuk mengurangi resiko pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia. Dalam
ekonomi Islam dan Perbankan Syariah dijelaskan bahwa bank syariah berperan sebagai lembaga
keuangan dimana keseluruhan pinjaman diberlakukan kepada nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil sehingga dapat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional yang
menggunakan sitem berbunga. Bank syariah adalah bank yang mekanisme kerjanya
menggunakan sistem bagi hasil, namun pada kenyataannya sistem tersebut tidak banyak
digunakan.

Sistem bagi hasil yang diterapkan pada perbankan syariah ialah dapat berupa profit sharing,
revenue sharing, dan profit and loss sharing, yang mana masing-masing sistem tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam hal resiko, sedangkan alternatif untuk
menanggulangi resiko sebelum melakukan pembiayaan, ada beberapa cara ampuh yang
seharusnya diterapkan oleh bank syariah. Sehingga dalam jurnal tersebut membahas alasan
mengapa sistem bagi hasil (mudharabah) tidak banyak diminati dan apa yang harus dilakukan
untuk mendorong agar pembiayaan bagi hasil menjadi dominan di dalam perbankan syariah.

Metode Penulisan :

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini
menggunakan metode pendapat dari ahli Perbankan Syariah yang dilakukan terhadap data-data
yang sudah diperoleh dan menggunakan metode data yang diperoleh dari pengukuran yang
berupa tabel. Sehingga dalam penelitian ini dapat dicapai tujuan dari penelitan itu sendiri.
Sumber data :

Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang berasal dari sumber yang berbeda yaitu:

a. Data Primer, yaitu data-data yang berasal dari sumber data utama, yang berwujud tindakan
sosial, kata-kata dari pihak yang terlibat dengan dan/atau di dalam pendirian dan pengelolaan
Bank Syari’ah.

b. Data sekunder, yaitu data yang berasal dari bahan bahan pustaka, yang meliputi dokumen
dokumen tertulis, yang bersumber dari Al Qur’an, Hadist, Ijma dan Qiyas para Ulama yang
merupakan sumber hukum dalam Islam, termasuk didalamnya berbagai keputusan keputusan
yang dikeluarkan oleh organisasi kemasyarakatan Islam baik yang berskala Lokal, Nasional,
maupun Internasional, hasil hasil penelitian, artikel artikel ilmiah, buku buku (literatur),
dokumen dokumen resmi, arsip arsip dan data statistik tentang perkembangan pembiayaan bagi
hasil perbankan syariah.

Hasil Penelitian :

Menurut penulis, pembiayaan yang melibatkan modal memiliki resiko yang lebih tinggi dari
pada yang murni pembiayaan, seperti murabahah. Dari hasil survey penulis, murabahah masih
merupakan produk unggulan yang paling banyak diminati nasabah di bank-bank Islam seluruh
dunia termasuk Indonesia, karena merupakan pembiayaan non-bagi hasil yang tidak terlalu
beresiko. Pada sistem bagi hasil, hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola dibagi hasilkan
antara banj dengan pengelola usaha sesuai kesepakatan. Apabila ada kerguian, maka rugu uang
yang di tanggung seluruhnya atau sebagian oleh bank sedangkan pengelola tidak memperoleh
bayaran dari usahanya. Sehingga disini yang dirugikan adalah pihak bank. Oleh karena itu
penulis ingin menganalisa sebab minimnya sistem mudharabah dari sudut pandang nasabah dan
bank syariah sebagai shahibul mal.

Padahal seharusnya pembiayaan dengan sistem mudharabah dapat memberikan keuntungan


lebih besar dari pada pembiayaan murabahah. Pertama pembiayaan bagi hasil dapat mengurangi
peluang terjadinya resesi ekonomi dan krisis keuangan. Kedua investasi akan meningkat yang
disertai dengan pembukaan lapangan kerja baru. Ketiga pembiayaan bagi hasil akan mendorong
tumbuhnya pengusaha atau investor yang berani mengambil keputusan bisnis yang beresiko
sehingga akan menyebabkan berkembangnya berbagai inovasi baru, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan daya saing bangsa Indonesia.

Kendala atau masalah dalam pembiayaan dengan sistem bagi hasil adalah :

1. Adanya kendala-kendala teknis baik internal(bank) maupun eksternal(calon nasabah).


2. Tingginya resiko menjadi pertimbangan utama mengapa bank syariah kurang tertarik untuk
memberikan pembiayaan mudharabah karena di jaman sekarang masih sangat sulit untuk
mencari penguasaha yang jujur dan amanah sedangkan kunci keberhasilan sistem pembiayaan
ini tergantung pada karakter nasabah. Jika penghasilan yang di dapat besar maka harus
dilaporkan besar bukan malah sebaliknya.

Karena adanya kendala ini maka dibuatlah oleh penulis mengenai pengendalian risiko
pembiayaan bagi hasil (Mudharabah) di perbankan syariah dengan menerapkan batasan-batasan
yang bersifat memaksa agar kedua belah pihak tidak dirugikan. Pertama penetapan angsuran
berupa fixed asset dan adanya jaminan dari pengusaha tersebut. Kedua menetapkan rasio
maksimal biaya operasi terhadap pendapatan operasi agar mudharib menjalankan operasi
bisnisnya secara efisien. Ketiga, menetapkan asas profit and loss sharing agar bagi hasil yang
dibagikan ke nasabah penyimpan dana akan lebih kecil dari bagi hasil yang telah dicapai
sekarang.

Kelebihan :

Banyak sekali kelebihan dari jurnal yang ditulis oleh A. Chairul Hadi ini. Teknik
penulisannya sangat runtut sesuai dengan susunan materi yang dibahas. Bahasa yang digunakan
mudah dipahami karena memakai tutur bahasa yang ringkas dan sederhana yang dipakai sehari-
hari. Istilah-istilah ekonomi Islam yang digunakan untuk memaparkan isi materinya pun sangat
relevan dan mudah dihafal untuk kalangan mahasiswa ekonomi Islam. Sehingga jurnal ini sangat
cocok digunakan sebagai bahan rujukan para mahasiswa yang memerlukan pembahasan mengenai
konsep mudharabah. Bukan hanya untuk mahasiswa ekonomi Islam, para calon mudharib yang
ingin mengetahui seluk beluk mudharabah juga perlu membaca jurnal ini sebagai bahan
penunjang. Sehingga dapat tahu betul apa saja ruang lingkup pembiayaan mudharabah yang
dijadikan produk pada perbankan syariah.

Kekurangan :

Di samping banyak kelebihan yang disebutkan di atas, sebuah karya penulisan tidak akan
lepas dari kekurangan. Menurut saya, kekurangan dari karya tulis ini ialah tidak dilengkapi
dengan landasan hukum pembiayaan mudharabah oleh Dewan Syariah Nasional (DSN), padahal
mengenai ketentuan pembiayaan mudharabah telah di tetapkan pada Fatwa DSN No. 07/DSN-
MUI/1V/2000. Jadi akad pembiayaan mudharabah dalam jurnal ini terkesan tidak terdapat
landasan undang-undang dari Dewan Syariah Naional yang memperkuat prosedur akad.

Selain itu permasalahan pokok yang sering terjadi dalam perbankan syariah sehingga
menyebabkan rendahnya pembiayaan muḍārabah menurut saya ada tambahan yaitu:

1. Agency problem
2. Adverse selection
Dan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah:
1. Agency Problem

Agency theory adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan antara principal dan agent
dimana principal mendelegasikan wewenang kepada agent dalam hal pengelolaan usaha
sekaligus pengambilan keputusan dalam perusahaan. Fokus teori keagenan mengatur hubungan
antara prinsipal-agen dengan beberapa asumsi: 1) tentang manusia, yang mementingkan diri-
sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasional (bounded rationality), cenderung
menghindari resiko (risk-aversion); 2) tentang organisasi, di mana ada konflik kepentingan antar
anggotanya; dan 3) tentang informasi, di mana informasi adalah suatu komoditi dan dapat dibeli.

Permasalahan agency dapat diminimalkan dengan cara tindakan pemilik dana untuk
melakukan screening terhadap pelaku proyek dan proyek yang akan dibiayai. Bank syariah
melakukan seleksi yang ketat terhadap perusahaan yang akan dibiayai dengan skema muḍārabah
serta menerapkan sejumlah batasan tertentu Screening ini dilakukan dalam rangka untuk
mengurangi terjadinya adverse selection . Masalah penting yang perlu dicermati pemodal
(principal) dalam melakukan kontrak muḍārabah dalam memperkecil efek negatif agency
problem adalah dengan mempertimbangkan adanya adverse selection pelaku usaha berikut
proyek yang akan dibiayai.

2. Adverse selection

Adverse selection yaitu jenis asimetri informasi dimana pemilik tidak dapat mengetahui
apakah suatu keputusan yang diambil oleh manajer benar-benar didasarkan atas informasi yang
telah diperolehnya atau terjadi kelalaian tugas (incentive to shirk). Adverse selection (etika
pengusaha) yang secara melekat tidak dapat diketahui oleh pemilik modal). Adverse selection
terjadi pada kontrak utang ketika peminjam memiliki kualitas yang tidak baik atas kredit di luar
batas ketentuan tingkat keuntungan tertentu. Untuk mengatasi adverse selection , pihak bank
perlu mengetahui karakteristik muḍārib. Melalui analisis atas dokumen yang diajukan muḍārib,
shahibu al-maal bisa memperoleh sebagian informasi yang diperlukan untuk menilai karakteristik
muḍārib.

Perbankan syariah yang akan memberikan pembiayaan muḍārabah- untuk meningkatkan


screening terhaap karakteristik dari muḍārib. Misalnya saja penilaian dari segi kemampuan bisnis
yang mereka miliki, asal-usul mereka, dan yang terpenting sejauh mana komitmen mereka dalam
menjalankan usahanya. Shahibu al-maal dapat menawarkan suatu skema bagi hasil yang lebih
menguntungkan bagi muḍārib apabila ia menyatakan dengan benar karakteristiknya. Skema bagi
hasil tersebut harus dapat membuat muḍārib menyatakan dengan sebenarnya karakteristiknya.
Muḍārib akan dihadapkan pada risiko bahwa dirinya tidak memperoleh kredit pembiayaan jika
menyatakan dengan benar karakteristiknya. Di samping itu, muḍārib juga dihadapkan pada
kemungkinan bahwa dirinya memperoleh rasio bagi hasil yang lebih rendah jika menyatakan
dengan benar karakteristiknya. Dengan demikian, pengungkapan informasi privat yang dimiliki
oleh muḍārib kepada shahibu al-maal hanya bisa dicapai jika skema bagi hasil tersebut incentive
compatible (insentif yang diperoleh cukup).

Muḍārib yang bersedia memperoleh pembiayaan dengan rasio bagi hasil yang rendah
mengindikasikan bahwa karakteristiknya rendah. Sedangkan muḍārib dengan karakteristik yang
tinggi tidak akan menerima kontrak bagi hasil yang menawarkan rasio bagi hasil yang rendah.
Meskipun dengan rasio bagi hasil yang rendah, muḍārib tetap dapat memperoleh level utilitas
tertentu yang diinginkannya, namun muḍāribdengan katakterisik tinggi tersebut memiliki banyak
alternatif pembiayaanlainnya yang menawarkan rasio bagi hasil yang lebih tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa shahibu al-maal dapat menggunakan skema bagi hasil untuk menyeleksi
muḍārib dan menekan permasalahan adverse selection .

Kesimpulan :

Mudhârabah merupakan produk pembiayaan Bank Syariah dengan sistem bagi hasil yang
diperkirakan dapat bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi. Tingginya risiko (high risk) dari
calon pengelola (mudhârib) karena moral hazard dan kurangnya kesiapan sumber daya manusia
di perbankan syariah inilah yang menjadikan komposisi penyaluran dana kepada masyarakat
lebih banyak dalam bentuk pembiayaan jual beli (murâbahah) dibandingkan penyertaan modal
(mudhârabah). Adapun pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pembiayaan
mudhârabah ini antara lain, keharusan adanya garansi (jaminan) atau anggunan berupa fixed
asset dan menetapkan rasio maksimal bianya oprasional serta pembagian keuntungan
berdasarkan profit and loss sharing.

Ada beberapa hal yang yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan pembiayaan muḍārabah
yakni melakukan screening terhadap pelaku proyek dan proyek yang akan dibiayai, melakukan
analisis atas dokumen yang diajukan muḍārib, menawarkan suatu skema bagi hasil yang lebih
menguntungkan bagi muḍārib dan menggunakan jaminan sebagai penjamin kepastian pelaku
usaha agar tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang yang telah disepakati.

Terlepas dari semua solusi yang ditawarkan seharusnya agency problem yang biasa terjadi
di ekonomi konvensional tidak sepantasnya terjadi jika dikembalikan pada hakikat ekonomi
Islam pada Al-Quran dan Al-Hadis. Jika pelaku-pelaku ekonomi Islam masih berprilaku seperti
halnya pelakuekonomi konvensional maka tidak heran jika banyak orang yang menganggap
ekonomi Islam hanyalah lispstik belaka, dan akad-akad taransaksi perbankan syariah ibarat
taranskasi konvensional yang “dijilbabi.” Di sinilah sperlunya rekonstruksi produk-produk yang
dikembangkan di perbankan syariah, agar tidak hanya memenuhi kepatuhan syariah (shari’ah
compliance), tapi juga harus ditujukan untuk mewujudkan kemaslahatan umat.

Saran :

1. Untuk lebih banyak menarik minat masyarakat dalam menggunakan jasa Perbankan
Syariah bukan Cuma melakukan sosialisai akan tetapi bank syariah langsung melakukan
jemput bola
artinya bank syariah langsung turun ke lokasi lokasi masyarakat, lebih banyak mengeluarkan
produk yang lebih efektif dan dapat menjangkau masyarakat bawah seperti Shar’e di Bank
Muamalat Indonesia, di samping itu lebih banyak melakukan pendekatan terhadap Tuan Guru
dan tokoh masyarakat.

2. Harus dipahami bahwa kondisi perekonomian Indonesia adalah ekonomi kerakyatan oleh
karena itu Perbankan Syariah harus dapat lebih mengoptimalkan perkonomian yang berbasis
kemasyarakatan artinya memberikan pembiayaan bagi hasil untuk kegiatan kegiatan ekonomi riil
masyarakat seperi industri rumah tangga dan kegiatan kegiatan pertanian seperti di lombok
adalah pertanian tembakau yang lebih banyak di manfaatkan oleh tengkulak tengkulak.
3. Untuk mengatasi kendala operasional seperti masih kurangnya Sumber Daya Manusia Insani
Perbankan Syariah dapat melakukan kerja sama dengan sekolah sekolah dan perguruan Tinggi
yang ada untuk dapat menciptakan kurikulum yang berbasis eknomi Islam. Disamping itu
melakukan seleksi secara ketat terhadap pembiayaan bagi hasil yang memiliki resiko kerugian
yang tinggi dan memonitoringnya setiap saat.

Anda mungkin juga menyukai