Anda di halaman 1dari 9

http://www.jurnalinovasi.my.

id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

IMPLEMENTASI METODE TAKLING STICK PADA PEMBELAJARAN BERBASIS


MASALAH UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN HASIL
BELAJAR BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
SISWA KELAS XI
BAHASA 2

Oleh
I WAYAN MUDAYASA, S.PD.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap kreatif dan hasil belajar Bahasa dan sasatra
Inggris di Kelas XI Bahasa 2 melalui Implementasi Metode Takling Stick Pada Pembelajaran
Berbasis Masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian tindakan pada siswa
kelas XI Bahasa 2 di SMA Negeri 1 Selat Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 30 siswa.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Model yang diterapkan adalah Metode
Takling Stick Pada Pembelajaran Berbasis Masalah. Obyek penelitian berupa sikap kreatif dan
hasil belajar Bahasa dan sastra Inggris. Untuk mengukur sikap kreatif digunakan pedoman
observasi sedangkan hasil belajar digunakan tes tulis. Data dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif dengan menggunakan kriteria keberhasilan tindakan sesuai penilaian
pembelajaran yang berlaku di SMA Negeri 1 Selat. Hasil analisis data diperoleh bahwa: (1)
Implementasi metode talking stick pada model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan sikap kreatif siswa kelas XI Bahasa 2 SMA Negeri 1 Selat pada semester ganjil
tahun pelajaran 2019/2020. Rata-rata sikap kreatif siswa meningkat dari 59,9 pada siklus I
dengan kategori Kreatif menjadi 70,2 pada siklus II dengan kategori Kreatif. Hal ini
mengindikasikan terjadi peningkatan sikap kreatif siswa sebesar 17,2%. (2) Implementasi
metode talking stick pada model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil
belajar bahasa dan sastra Inggris siswa kelas XI Bahasa 2 SMA Negeri 1 Selat pada semester
ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Hasil belajar siswa siklus I sebesar 71,0 ke siklus II sebesar
77,1 hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 8,7%.

Kata-kata kunci : Metode Takling Stick, Pembelajaran Berbasis Masalah, Sikap Kreatif dan
Hasil Belajar Bahasa dan Sastra Inggris

Pendahuluan Banyak manfaat yang bisa kita nikmati


Kesadaran akan pentingnya Bahasa dengan memiliki keterampilan di bidang
Inggris memang sudah dirasakan sejak Bahasa Inggris, baik secara pasif maupun
lama. Tantangan globalisasi pada abad 21 aktif. Memiliki keterampilan berbahasa
semakin mendorong masyarakat untuk Inggris dapat membantu memudahkan
memiliki keterampilan Bahasa Inggris. pencarian informasi yang lebih luas,
Berbagai cara dilakukan masyarakat agar memudahkan berkomunikasi dan
terampil berbahasa Inggris, misalnya orang berinteraksi, serta memiliki pergaulan yang
tua mendaftarkan anaknya pada kursus lebih luas dengan di dunia global. Bahasa
Bahasa Inggris, mencari sekolah yang Inggris merupakan bahasa yang sangat
bahasa pengantarnya Bahasa Inggris, penting untuk dipelajari dan dikuasai
sedangkan anak-anak berupaya mengikuti khususnya oleh generasi muda karena
pembelajaran Bahasa Inggris dengan baik. Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional yang paling sering digunakan.

JURNAL INOVASI | Implementasi Metode Takling Stick Pada Pembelajaran Berbasis 99


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037
Artinya, Bahasa Inggris diakui dan dipakai ilmiah dalam kurikulum 2013 belum
oleh berbagai orang di seluruh penjuru optimal dapat diterima oleh siswa. 4) sikap
dunia untuk berkomunikasi. kreatif siswa belum mendapatkan
Secara umum, ada dua kendala utama penanganan secara serius.
dalam prose pembelajaran bahasa Inggris di Mengingat begitu pentingnya
sekolah. Pertama adalah rasa takut. pembelajaran bahasa dan sastra Inggris di
Ketakutan utama dalam belajar bahasa sekolah seperti yang disebutkan di atas,
Inggris yang dialami siswa adalah takut diperlukan suatu metode yang tepat dalam
salah. Seseorang yang selalu merasa takut pembelajaran bahasa dan sastra Inggris
melakukan kesalahan, akan membuatnya agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai
sulit untuk berkembang dan mengetahui di sesuai diinginkan. Model pembelajaran
mana kesalahannya. Jangan pernah yang relevan dengan implemnetasi
menertawakannya ketika anak melakukan kurikulum 2013 adalah model
kesalahan, karena ini akan membuatnya pembelajaran problembased learning
trauma dan tidak mau lagi menggunakan (PBL). Model pembelajaran berbasis
bahasa Inggris. Jika anak melakukan masalah adalah salah satu model
kesalahan, sebaiknya perbaiki pembelajaran yang dirancang berdasarkan
kesalahannya dengan tetap pada masalah yang berkaitan dengan
menyemangatinya. Katakan bahwa kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan model
kesalahan dalam proses pembelajaran pembelajaran berbasis masalah dimulai
merupakan hal yang wajar. Kedua adalah dengan tahap memperkenalkan siswa
rasa malas. Dalam periode awal dengan suatu masalah dan diakhiri dengan
pertumbuhan, anak mudah terdistraksi tahap pengujian dan analisis kerja siswa.
dengan hal-hal yang berada di sekitarnya. Sehingga terjadi relevansi antara model
Sering sekali ditemui kejadian ketika anak pembelajaran berbasis masalah dengan
menjadi malas belajar karena pikirannya masalah kontekstual yang menjadikan
sudah terpecah ke hal lain seperti menonton masalah sehari-hari sebagai basis
televisi atau bahkan bermain dengan teman pembelajaran.
sebayanya. Hal ini wajar, namun bukan Menurut Gijselaers (2016),
berarti tidak bisa diatasi. Tingkatkan rasa pembelajaran berbasis masalah diturunkan
ingin tahu anak terhadap bahasa Inggris dari teori bahwa belajar adalah proses
dengan menggunakan benda-benda yang dimana pembelajar secara aktif
disukainya seperti mainan atau buku cerita. mengkontruksi pengetahuan. Konsep ini
Dan ketika rasa malas belajar itu muncul menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi
kembali, berikan motivasi pada anak bahwa siswa, dan pendidik hanya berperan dalam
mempelajari sesuatu yang baru merupakan memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi
tantangan tersendiri yang bisa membuka pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik
wawasan anak. harus memusatkan perhatiannya untuk
Dari hasil observasi awal dan membantu siswa dalam mencapai
wawancara dengan siswa kelas XI Bahasa keterampilan self-directed learning.
2, terungkap beberapa permasalahan yang Pembelajaran berdasarkan masalah tidak
teridentifikasi sebagai penyebab rendahnya dirancang untuk membantu guru
pencapaian belajar siswa sebagai berikut. 1) memberikan informasi sebanyak-
Pelajaran bahasa dan sastra Inggris bagi banyaknya kepada siswa, akan tetapi
sebagian siswa adalah termasuk mata pembelajaran berbasis masalah
pelajaran yang sulit. 2) sebagian besar dikembangkan untuk membantu siswa
siswa belum mampu memahami materi mengembangkan kemampuan berpikir,
pelajaran yang dijelaskan oleh guru, oleh pemecahan masalah, dan ketrampilan
karena guru terlalu cepat dalam intelektual, belajar berbagai peran orang
menjelaskan, 3) penggunaan pendekatan dewasa melalui pelibatan mereka dalam

JURNAL INOVASI | I Wayan Mudayasa, S.Pd. 100


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037
pengalaman nyata atau simulasi dan Talking Stick termasuk salah satu model
menjadi pembelajar yang mandiri (Ibrahim, pembelajaran kooperatif. Menurut Kagan
2017). Dari pengertian ini kita dapat (2000), belajar kooperatif adalah suatu
mengetahui bahwa pembelajaran berbasis istilah yang digunakan dalam prosedur
masalah ini difokuskan untuk pembelajaran interaktif, dimana siswa
perkembangan belajar siswa, bukan untuk belajar bersama-sama dalam kelompok-
membantu guru mengumpulkan informasi kelompok kecil untuk memecahkan
yang nantinya akan diberikan kepada siswa berbagai masalah. Setiap siswa tidak hanya
saat proses pembelajaran. menyelesaikan tugas individunya, tetapi
Namun kenyataanya penerapan model juga berkewajiban membantu tugas teman
pembelajaran berbasis masalah (problem kelompoknya, sampai semua anggota
based learning) dalam proses pembelajaran kelompok memahami suatu konsep.
tidaklah semuda teori yang dibayangkan. Sedangkan menurut Johnson & Johnson
Mengajak siswa untuk aktif dalam Kagan (2000) model pembelajaran
mengkonstruksi pengetahuannya secara kooperatif adalah strategi belajar yang
mandiri tidaklah mudah, terlebih bagi siswa menggunakan kelompok-kelompok kecil.
SMA yang sudah memiliki pola-pola Setiap kelompok dengan siswa dari tingkat
tersendiri dalam melaksanakan kemampuan berbeda, menggunakan
pembelajaran. Hal inilah yang aktivitas belajar yang bervariasi untuk
menyebabkan penggunaan pendekatan meningkatkan pemahaman mereka
ilmiah menjadi sulit dalam proses terhadap suatu konsep.
pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan Kajian Teori
sebuah metode yang tepat pada materi yang Problem Based Learning
tepat pula sehingga proses pembelajaran Pembelajaran berbasis masalah atau
akan berjalan optimal. Problem Based Learning (PBL) adalah
Metode yang akan digunakan dalam seperangkat model pembelajaran yang
penelitian ini adalah metode talking stick. menggunakan masalah sebagai fokus untuk
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah mengembangkan keterampilan pemecahan
metode yang pada mulanya digunakan oleh masalah, materi (konten) dan pengaturan
penduduk asli Amerika untuk mengajak diri (Eggen & Kauchak, 2012). Selama
semua orang berbicara atau menyampaikan pelajaran pembelajaran berbasis masalah,
pendapat dalam suatu forum (pertemuan memecahkan satu masalah spesifik adalah
antar suku). Talking Stick (tongkat tujuan pelajaran. Tanggung jawab untuk
berbicara) telah digunakan selama berabad- memecahkan masalah ada pada diri siswa
abad oleh suku-suku Indian sebagai alat sedangkan guru hanya memandu proses
menyimak secara adil dan tidak memihak. pembelajaran. Merencanakan pelajaran
Tongkat berbicara sering digunakan untuk pembelajaran berbasis masalah
kalangan dewan untuk memutuskan siapa dimulai ketika topik diidentifikasi dan
yang mempunyai hak berbicara. Pada saat tujuan pembelajaran dinyatakan.
pimpinan rapat mulai berdiskusi dan Perencanaan berlanjut dengan memilih satu
membahas masalah, ia harus memegang masalah yang akan berfungsi sebagai fokus
tongkat. Tongkat akan pindah ke orang lain pelajaran. Proses ini selesai saat terjadi
apabila ia ingin berbicara atau akses pada materi yang memungkinkan
menanggapinya. Dengan cara ini tongkat siswa untuk mencari solusi masalah.
berbicara akan berpindah dari satu orang ke Pembelajaran berbasis masalah
orang lain jika orang tersebut ingin dikembangkan pada tahun 1950 untuk
mengemukakan pendapatnya. Apabila menanggapi kritik bahwa kuliah dengan
semua sudah mendapatkan giliran menggunakan model pembelajaran
berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan konvensional gagal mempersiapkan
lagi ke ketua/pimpinan rapat. mahasiswa kedokteran untuk memecahkan

JURNAL INOVASI | I Wayan Mudayasa, S.Pd. 101


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037
masalah dalam pengaturan klinis (Yadav et siswa pada masalah, (2) mengorganisasikan
al, 2011). PBL memungkinkan siswa untuk siswa untuk belajar, (3) membimbing
bergerak melampaui mental dalam penyelidikan individu maupun kelompok,
memahami informasi dan belajar (4) mengembangkan dan menyajikan hasil
menerapkan konsep untuk kehidupan karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi
nyata. Sadia et al (2016) menyatakan proses pemecahan masalah. Barrows dan
bahwa setting awal model Problem Based Myers (dalam Sadia et al, 2016)
Learning (PBL) adalah penyajian masalah. menyatakan langkah-langkah model
Beliau menyebutkan bahwa proses Problem Based Learning (PBL), yaitu (1)
pembelajaran dimulai setelah siswa pendahuluan (starting a new class), (2)
dikonfrontasi dengan struktur masalah riil setting permasalahan (starting new
(masalah nyata) sehingga dengan cara itu problem), (3) tindak lanjut permasalahan
siswa mengetahui mengapa mereka harus (problem follow-up), (4) presentasi
mempelajari materi ajar tersebut. (performance presentation), (5) simpulan
Informasi-informasi akan mereka ilmiah (after conclusion of problem).
kumpulkan dan mereka analisis dari unit- Dari pendapat para ahli mengenai
unit materi ajar yang mereka pelajari tahapan-tahapan model Problem Based
dengan tujuan untuk dapat memecahkan Learning, pendapat dari Barrows dan
masalah yang dihadapinya berdasarkan Myers (dalam Sadia et al, 2016) sudah
permasalahan nyata. Hal serupa juga merangkum pendapat para ahli yang lain
diungkapkan oleh Suprihatiningrum (2012) yaitu orientasi masalah dimasukkan pada
yang mengungkapkan bahwa Problem langkah setting permasalahan, tahap
Based Learning (PBL) adalah suatu model mengorganisasikan siswa untuk belajar dan
pembelajaran yang sejak awal dihadapkan melakukan penyelidikan dimasukkan pada
pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh langkah tindak lanjut permasalahan,
proses pencarian informasi yang bersifat mengorganisasi laporan kegiatan dan
student centered. Beliau juga menyajikan hasil karya dimasukkan pada
mengungkapkan bahwa pada aspek filosofi, langkah presentasi, menganalisis dan
PBL dipusatkan pada siswa yang mengevaluasi proses pemecahan masalah
dihadapkan pada masalah sementara guru dimasukkan pada langkah simpulan ilmuah
menyampaikan pengetahuannya kepada sehingga cocok diterapkan untuk
siswa menggunakan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
memberi ilustrasi pengetahuan. Pendapat Talking Stick
tersebut diperkuat oleh Santyasa (2011) Dalam rangka memaksimalkan peran
yang menyatakan bahwa PBL adalah suatu guru sebagai fasilitator dan mediator dalam
pendekatan pembelajaran dengan membuat proses belajar siswa, maka diperlukan suatu
konfrontasi kepada pebelajar dengan cara, langkah, atau juga seni dalam
masalah-masalah praktis, berbentuk ill- menyampaikan pelajaran. Salah satu
structured, atau open-ended melalui metode pembelajaran yang dapat
stimulus dalam belajar. digunakan adalah metode Talking Stick.
Suastra (2015) menyebutkan tahapan Metode adalah cara yang di dalam
model pembelajaran berbasis masalah, fungsinya merupakan alat atau media untuk
yaitu (1) orientasi masalah, (2) organisasi mencapai suatu tujuan (Winarno 2016).
belajar, (3) penyelidikan, (4) Karena metode merupakan cara yang dalam
mengorganisasi laporan kegiatan, (5) pendidikan bertujuan untuk tercapainya
menganalisis dan mengevaluasi proses tujuan pembelajaran, maka semakin baik
pemecahan masalah. Arends (2014) juga metode mengajar yang dipakai guru dan
merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL metode belajar yang diterapkan kepada
dalam pengajaran yang hampir sama terdiri siswa, maka semakin efektif suatu usaha
dari lima fase, yaitu (1) mengorientasikan mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

JURNAL INOVASI | I Wayan Mudayasa, S.Pd. 102


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah Selain untuk melatih berbicara,
metode yang pada mulanya digunakan oleh pembelajaran ini akan menciptakan suasana
penduduk asli Amerika untuk mengajak yang menyenangkan dan membuat siswa
semua orang berbicara atau menyampaikan aktif. Metode ini memberikan pengalaman
pendapat dalam suatu forum (pertemuan belajar yang menyenangkan, meningkatkan
antar suku), sebagaimana dikemukakan motivasi, kepercayaan diri dan life skill
Carol Locust berikut ini. Tongkat berbicara yang mana pendekatan tersebut ditujukan
telah digunakan selama berabad-abad oleh untuk memunculkan emosi dan sikap
suku– suku Indian sebagai alat menyimak positif belajar dalam proses belajar
secara adil dan tidak memihak. Tongkat mengajar yang berdampak pada
berbicara sering digunakan kalangan dewan peningkatan kecerdasan otak. Jadi, Metode
untuk memutuskan siapa yang mempunyai Talking Stick ini adalah sebuah metode
hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat pendidikan yang dilaksanakan dengan cara
mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia memberi kebebasan kepada peserta didik
harus memegang tongkat berbicara. untuk dapat bergerak dan bertindak dengan
Tongkat akan pindah ke orang lain apabila leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-
ia ingin berbicara atau menanggapinya. unsur perintah dan keharus paksaan
Dengan cara ini tongkat berbicara akan sepanjang tidak merugikan bagi peserta
berpindah dari satu orang ke orang lain jika didik dengan maksud untuk menumbuhkan
orang tersebut ingin mengemukakan dan mengembangkan rasa percaya diri.
pendapatnya. Apabila semua mendapatkan Metode Penelitian
giliran berbicara, tongkat itu lalu Penelitian ini tergolong penelitian
dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. tindakan kelas (classroom action research).
Dari penjelasan di atas dapat Penelitian ini dilaksanakan di Kelas XI
disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai Bahasa 2 SMA Negeri 1 Selat yang terletak
sebagai tanda seseorang mempunyai hak di Desa Bangbangbiaung, Duda Kecamatan
suara (berbicara) yang diberikan secara Selat Kabupaten Karangasem, Provinsi
bergiliran/bergantian. Talking Stick Bali. Penelitian ini bertujuan untuk
termasuk salah satu metode pembelajaran meningkatkan dan memperbaiki proses
kooperatif. Menurut Kauchack dan Eggen kegiatan pembelajaran di sekolah
(2012), pembelajaran kooperatif khususnya meningkatkan sikap kreatif dan
merupakan strategi pembelajaran yang hasil belajar Bahasa dan Sastra Inggris
melibatkan siswa untuk bekerja secara siswa kelas XI Bahasa 2 SMA Negeri 1
kolaboratif dalam mencapai tujuan (Isjoni, Selat pada semester ganjil tahun pelajaran
2015). Metode talking stick memiliki ciri- 2019/2020 melalui implementasi model
ciri yang sesuai dengan pembelajaran pembelajaran berbasis masalah. Subjek
kooperatif yaitu: 1) Siswa bekerja dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa
kelompok secara kooperatif untuk 2 SMA Negeri 1 Selat pada semester ganjil
menuntaskan materi belajarnya. 2) tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah
Kelompok dibentuk dari siswa yang 30 orang, yang terdiri dari 17 orang putra
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan dan 13 orang putri seperti yang tersaji pada
rendah. 3) Bilamana mungkin, anggota lampiran 1. Sedangkan objek penelitian
kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang diukur sebagai indikator dari
jenis kelamin yang berbeda. 4) keberhasilan penelitian ini adalah berupa
Penghargaan lebih berorientasi kelompok sikap kreatif siswa dan hasil belajar Bahasa
ketimbang individu. Metode pembelajaran dan Sastra Inggris. Rancangan penelitian
ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa ini menggunakan model penelitian tindakan
yang memegang tongkat wajib menjawab kelas (Action Classroom Research)
pertanyaan dari guru setelah siswa menurut Kemmis & Taggart. Penelitian
mempelajari materi pokoknya. tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua

JURNAL INOVASI | I Wayan Mudayasa, S.Pd. 103


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037
siklus dengan masing-masing siklus terdiri Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa
dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, skor rata-rata sikap kreatif siswa meningkat
(2) tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) dari 59,9 pada siklus I dengan kategori
refleksi. Data sikap kreatif siswa Kreatif menjadi 70,2 pada siklus II dengan
dikumpulkan tiap pertemuan dengan kategori Kreatif. Hal ini mengindikasikan
lembar observasi. Data yang diperoleh terjadi peningkatan sikap kreatif siswa
kemudian dianalisis dengan menggunakan sebesar 17,2%. Hasil pada siklus II sudah
kriteria deskriftif. Kriteria sikap kreatif sesuai dengan kriteria keberhasilan
siswa disusun berdasarkan rata-rata ideal tindakan yaitu sikap kreatif siswa berada
(MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dengan pada kategori Kreatif. Berdasarkan hasil
pedoman konversi sebagai berikut. Skor tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tertinggi ideal yang dicapai siswa adalah implementasi metode talking stick pada
100 sedangkan skor terendahnya 0. model pembelajaran berbasis masalah
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan dapat meningkatkan sikap kreatif siswa
berhasil apabila skor sikap kreatif siswa kelas XI Bahasa 2 SMA Negeri 1 Selat pada
minimal berada pada kategori Kreatif. Data semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020.
hasil belajar dianalisis secara deskriptif, Profil perbandingan hasil belajar siswa
yaitu dengan menentukan nilai hasil belajar pada siklus I dan II dapat dilihat pada
siswa yang diperoleh melalui tes. Setelah Gambar 2.
diperoleh skor kognitif siswa, selanjutnya 78.0 77.1
dicari skor rata-rata hasil belajar siswa. 76.0
Penelitian tindakan ini dikatakan berhasil
74.0
apabila skor rata-rata hasil belajar siswa
72.0 71.0
minimal sama dengan 65 dan daya serap
siswa mencapai minimal 65% dan 70.0
ketuntasan klasikal minimal 85%. Selain 68.0
itu, terjadi peningkatan skor rata-rata hasil 66.0
belajar siswa dari siklus I ke siklus II. SIKLUS I SIKLUS II
Hasil dan Pembahasan Gambar 2 Perbandingan Hasil Belajar
Untuk melihat perkembangan hasil Siswa Siklus I dan II
penelitian antara siklus I dengan siklus II, Berdasarkan Gambar 2, tampak terjadi
maka perlu dilihat kembali perolehan sikap peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I
kreatif dan hasil belajar siswa selama siklus sebesar 71,0 ke siklus II sebesar 77,1 hal ini
I dan siklus II. Berikut disajikan mengindikasikan terjadi peningkatan hasil
perbandingan hasil penelitian pada siklus I belajar sebesar 8,7%. Berdasarkan hasil
dan siklus II. Perbandingan sikap kreatif tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa pada siklus I dan II disajikan pada implementasi metode talking stick pada
Gambar 1. model pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan hasil belajar bahasa
dan sastra Inggris siswa kelas XI Bahasa 2
SMA Negeri 1 Selat pada semester ganjil
tahun pelajaran 2019/2020.
Pembelajaran Bahasa dan sastra Inggris
merupakan salah satu pembelajaran yang
lebih banyak membahas tentang konsep
unsur kebahasaan dari sebuah teks baik itu
berbentuk poem atapun teks naratif.
Gambar 1 Profil Perbandingan Sikap Bertolak dari pandangan kontruktivisme,
Kreatif Siswa pada Siklus I dan II belajar merupakan proses mengkonstruksi
makna secara aktif oleh pebelajar

JURNAL INOVASI | I Wayan Mudayasa, S.Pd. 104


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037
(Murniati, 2017). Pandangan tersebut mengindikasikan terjadi peningkatan sikap
mengandung makna bahwa dalam kreatif siswa sebesar 17,2%. Adanya
mencapai suatu proses pembelajaran, siswa peningkatan nilai rata-rata sikap kreatif
sendirilah yang memegang peranan dalam siswa dikarenakan peran fasilitator dalam
pemaknaan informasi tersebut. memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk
Berdasarkan pandangan tersebut, untuk belajar dapat berjalan dengan optimal.
menghasilkan individu yang kreatif, guru Fasilitator memberikan pertanyaan-
seyogyanya memfasilitasi siswa untuk pertanyaan kontekstual dan pertanyaan
mengembangkan sikap kreatif dan penuntun, memberikan bimbingan yang
kompetensi dasarnya. Menurut Bruner lebih intensif dan juga memberikan
(dalam Memes, 2000) belajar dengan penguatan/dorongan kepada siswa. Melalui
menemukan dapat meningkatkan penalaran proses tersebut rasa ingin tahu siswa
siswa dan kemampuan untuk berpikir bertambah, siswa mampu merancang dan
secara kreatif. Sejalan dengan pendapat melaksanakan diskusi dengan baik untuk
tersebut, model pembelajaran yang membuktikan suatu konsep serta mampu
diterapkan untuk meningkatkan kreativitas mengemukakan dan mempertahankan
dan kompetensi dasar siswa haruslah model pendapatnya dengan lugas di depan kelas
yang memberikan kebebasan kepada siswa sehingga nantinya bermuara pada
untuk merancang dan menemukan sendiri meningkatnya sikap kreatif siswa.
konsep-konsep. Berdasarkan hasil Aspek hasil belajar siswa diperoleh tes
penelitian yang telah dilaksanakan dalam akhir siklus pada tiap akhir siklus.
dua siklus menunjukkan terjadinya Berdasarkan analisis nilai rata-rata hasil
peningkatan sikap kreatif dan hasil belajar belajar pada siklus I, menunjukkan bahwa
siswa melalui implementasi model terjadi peningkatan perolehan nilai rata-rata
pembelajaran berbasis masalah. Dalam hasil belajar siswa pada tiap siklus.
pembelajaran Bahasa dan sastra Inggris, Beberapa siswa masih ditemukan belum
keterampilan berbicara menjadi sangat tuntas secara individual dan belum
mutlak dilakukan saat melaksanakan proses tercapainya ketuntasan klasikal sesuai
pembelajaran. Namun terjadang kebiasaan dengan kriteria keberhasilan yang
siswa sibuk sendiri dengan kegiatannya ditetapkan pada siklus I.
sehingga sering mengabaikan orang yang Tindakan perbaikan yang dilakukan
sedang berbicara. Selain itu, kebiasaan untuk mengatasi kendala dan permasalahan
siswa yang berbicara tidak pada tempatnya yang ditemui adalah seperti yang telah
(nyeletuk) menyebabkan pembelajaran dipaparkan pada hasil refleksi siklus I.
menjadi tidak menyenangkan. Oleh karena Perbaikan tindakan yang dilakukan
itu, penerapan pembelajaran berbasis misalnya dengan memberikan bimbingan
masalah memerlukan metode yang tepat dengan lebih intensif pada siswa dalam
dan mampu mengontrol kebiasaan- memecahkan permasalahan dalam
kebiasaan siswa yang tidak baik. Salah satu kelompok serta dalam diskusi awal,
metode yang tepat adalah metode talking menyampaikan hasil kerja kelompok pada
stick. kelompok lain dalam diskusi kelas, dan
Temuan aspek sikap kreatif, memberikan latihan soal yang lebih banyak
menunjukkan bahwa implementasi model pada siswa yang berkaitan dengan
pembelajaran berbasis masalah dengan kehidupan sehari-hari siswa serta
metode talking stick meningkatkan sikap memotivasi siswa agar mau
kreatif siswa dari siklus I ke siklus II hal ini mengungkapkan permasalahannya untuk
tampak dari nilai rata-rata sikap kreatif didiskusikan bersama-sama.
siswa meningkat dari 59,9 pada siklus I Berdasarkan perbaikan tindakan pada
dengan kategori Kreatif menjadi 70,2 pada siklus I maka pada siklus II diperoleh
siklus II dengan kategori Kreatif. Hal ini peningkatan nilai rata-rata hasil belajar

JURNAL INOVASI | I Wayan Mudayasa, S.Pd. 105


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037
siswa untuk siklus II. Hasil ini tersebut. Penyajian masalah ini dapat
mengindikasikan model pembelajaran meningkatkan motivasi siswa. Dengan
berbasis masalah dengan metode talking motivasi yang tinggi, siswa lebih tertarik
stick dapat meningkatkan hasil belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang
siswa. Hasil ini tampak dari rata-rata hasil terdapat pada LKS sehingga informasi yang
belajar siswa siklus I sebesar 71,0 ke siklus didapatkan akan lebih tertata rapi dalam
II sebesar 77,1 hal ini mengindikasikan struktur kognitif siswa. Motivasi intrinsik
terjadi peningkatan hasil belajar sebesar siswa terlihat ketika mereka melakukan
8,7%. strategi pemecahan masalah di mana dalam
Berdasarkan hasil belajar siswa yang LKS hanya disediakan masalah nyata yang
diperoleh pada siklus I dan siklus II dapat bersifat ill-defined sedangkan rumusan
dikatakan bahwa Implementasi Metode masalah, analisis masalah dan jawaban
Takling Stick Pada Pembelajaran Berbasis sementara (perumusan hipotesis) dilakukan
Masalah Untuk Meningkatkan Sikap sendiri oleh siswa dalam kelompok belajar
Kreatif dan Hasil Belajar Bahasa dan Sastra yang telah dibentuk.
Inggris Siswa Kelas XI Bahasa 2 SMA Jika dilihat dari sintaks atau langkah-
Negeri 1 Selat pada Semester Ganjil Tahun langkah pembelajarannya, model
Pelajaran 2019/2020. pembelajaran berbasis masalah lebih
Secara teoritis keberhasilan menekankan pada aktivitas siswa dan
implementasi model pembelajaran berbasis bersifat student-centered. Siswa
masalah dalam meningkatkan sikap kreatif bertanggung jawab penuh terhadap
dan hasil belajar siswa tidak lepas dari kegiatan pembelajaran dan siswa diberikan
landasan teoritis model pembelajaran kesempatan untuk mengembangkan
berbasis masalah. Model pembelajaran aktivitas dan pola pikirnya secara optimal
berbasis masalah meletakkan dasar pada melalui langkah-langkah utama di
filosofis pendidikan John Dewey, di mana antaranya: (1) orientasi siswa pada
siswa akan belajar dengan baik apabila masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk
mereka terlibat secara aktif dalam segala belajar, (3) membimbing siswa dalam
kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menyelesaikan masalah, (4) menyajikan
menemukan sendiri (Ibrahim, 2017). Di hasil karya, dan (5) menganalisis dan
samping itu, model pembelajaran berbasis mengevaluasi hasil karya. Pembelajaran
masalah didasari pada motivasi intrinsik dengan menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan paham konstruktivisme berbasis masalah yang diawali dengan
tentang pembelajaran, di mana siswalah penyajian masalah dan dilanjutkan dengan
yang seharusnya mengalami pembelajaran analisis masalah oleh siswa dalam
sedangkan guru hanya sebagai mediator kelompok-kelompok kecil sampai dengan
dan fasilitator. pada penemuan fakta, teori, konsep,
Pembelajaran berbasis masalah diawali ataupun prinsip-prinsip untuk
dengan penyajian masalah nyata yang menyelesaikan masalah merupakan wahana
bersifat ill-structured atau ill-defined. yang baik dalam mengasah dan melatih
Masalah yang diberikan merupakan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan
masalah yang belum terdefinisikan, berpikir sangat diperlukan dalam
sehingga siswa dituntut untuk menganalisis menganalisis, memecahkan masalah dan
masalah tersebut secara cermat, mengambil keputusan.
mengidentifikasi apa yang mereka ketahui Penggunaan talking stick membuat
dari masalah, yang ingin mereka ketahui siswa lebih percaya diri dalam
dan yang harus mereka cari. Dengan berkomunikasi dan mengembangkan
memberikan masalah nyata di awal imajinasi siswa dalam menulis teks naratif.
pembelajaran, maka siswa mengetahui Hal ini diperlukan dalam rangka
tujuan mereka mempelajari materi ajar mengembangkan paragraph menjadi

JURNAL INOVASI | I Wayan Mudayasa, S.Pd. 106


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037
sebuah teks naratif yang menarik. Memes, W. 2000. Model Pembelajaran
Penggunaan talking stick juga berpengaruh Fisika di SMP. Jakarta: Depdiknas
terhadap pembentukan karakter siswa. 2000.
Siswa yang biasanya gaduh dan rebut di Murniati, M. (2017). Pembelajaran
kelas sehingga sering mengabaikan problem-based learning
pendapat atau informasi yang ada di kelas menggunakan peta konsep untuk
menjadi lebih tertib dan menghargai orang meningkatkan hasil belajar bahasa
yang sedang berbicara. Inggris siswa SMP. Jurnal Ilmu
Penutup Pendidikan Sosial, sains, dan
Berdasarkan hasil penelitian dan Humaniora, 3 (1), 137 – 146.
pembahasan yang telah diuraikan pada bab Sadia, I W., Subagia, W., & Natajaya, I Y.
sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa (2016). Pengembangan model dan
hal sebagai berikut. 1) Implementasi perangkat pembelajaran untuk
metode talking stick pada model meningkatkan keterampilan berpikir
pembelajaran berbasis masalah dapat kritis (critical thinking skill) siswa
meningkatkan sikap kreatif siswa kelas XI sekolah menengah pertama (SMP)
Bahasa 2 SMA Negeri 1 Selat pada dan sekolah menengah atas (SMA).
semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Laporan penelitian (tidak
Rata-rata sikap kreatif siswa meningkat diterbitkan). Universitas Pendidikan
dari 59,9 pada siklus I dengan kategori Ganesha.
Kreatif menjadi 70,2 pada siklus II dengan Santyasa, I W. (2011). Pembelajaran
kategori Kreatif. Hal ini mengindikasikan inovatif: Bahan ajar. Singaraja:
terjadi peningkatan sikap kreatif siswa Universitas Pendidikan Ganesha.
sebesar 17,2%. 2) Implementasi metode Suastra, I W. (2015). Pembelajaran sains
talking stick pada model pembelajaran terkini. Singaraja : Universitas
berbasis masalah dapat meningkatkan hasil Pendidikan Ganesha.
belajar bahasa dan sastra Inggris siswa Suprihatiningrum, J. (2012). Strategi
kelas XI Bahasa 2 SMA Negeri 1 Selat pada pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz
semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Media.
Hasil belajar siswa siklus I sebesar 71,0 ke Winarno, A. (2016). Teknik Evaluasi
siklus II sebesar 77,1 hal ini Multimedia Pembelajaran Panduan
mengindikasikan terjadi peningkatan hasil Lengkap Untuk Para Pendidik dan
belajar sebesar 8,7%. Praktisi Pendidikan. Jakarta: Genius
Daftar Pustaka Prima Media.
Eggen, P. & Kauchak, D. 2012. Strategi dan Yadav., Aaman, Dipendra, S. P, Mary A.
model pembelajaran. Jakarta: Indeks. L., & Charles F. B. (2011). Problem-
Gijselaers, W. H. (2016). Connecting Based Learning: Influence on
problem-based learning with Students’ Learning in an Electrical
educational theory. New Direction Engineering Course. Journal of
for Teaching and Learning, 60 (1), 13 Engineering Education, 100 (2), 253-
– 21. 280.
Ibrahim, M. (2017). Pembelajaran Berbasis
Masalah. Surabaya: UNESA
University Perss.
Isjoni. 2015. Cooperative Learning.
Bandung: Alfabeta.
Kagan, S. 2000. Cooperative Learning
Structure. Educational Leadership,
13.

JURNAL INOVASI | I Wayan Mudayasa, S.Pd. 107

Anda mungkin juga menyukai