Oleh :
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim,
sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan hormone
Sebelum partus mulai kira - kira 1-2 minggu, terjadi penurunan
hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai
penenang otot - otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot - otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion
servikale ( fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan
ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan
merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan
ketuban, dan oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut
tetesan perinfus.
3. Klasifikasi
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006)
yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar,
darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis
servikalis.Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
1) Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
2) Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi
4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam,
pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2
jam pembukaan menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan
vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur,
kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk
setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.
b. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit
sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruangpanggul,
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada
rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus
membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang
terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II
pada primi 1,5-2 jam, pada multi 0,5 jam.
Mekanisme persalinan:Janin dengan presentasi belakang
kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua
kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi
abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat
awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher).Pada
kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu
atas panggul dengan sutura sagitalis melintang.Oleh karena itu kita
uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang
kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu,
sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya
dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala
harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu
atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah
panggul, supaya anak dapat lahir. Jika sutura sagitalis dalam
arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan
mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah
ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada
pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka
belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada
pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :
1) Penurunan kepala.
2) Fleksi.
3) Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
4) Ekstensi.
5) Ekspulsi.
6) Rotasi luar ( putaran paksi luar)
c. Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus
teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta
menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his,
dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong
kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan
sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV (pengawasan perdarahan)
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
post partum.Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi
uterus yang kuat dan terus-menerus.Tugas uterus ini dapat
dibantu dengan obat-obat oksitosin.
4. Manifestasi klinik
Tanda - tanda permulaan persalinan adalah lightening atau settling
atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida.Perut kelihatan lebih melebar,
fundus uteri turun. Perasaan sering - sering atau susah buang air kecil
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan
sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi - kontraksi lemah
diuterus ( fase labor pains ). Servik menjadi lembek, mulai mendatar
dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah ( bloody show )
(Hafifah, 2011).Tanda - tanda inpartu adalah:
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan - robekan kecil pada serviks.
c. Kadang - kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.
5. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada ibu dengan persalinan normal
antara lain:
a. Persalinan lama
b. Perdarahan pasca persalinan
c. Malpresentasi dan malposisi
d. Distosia bahu
e. Distensi uterus
f. Persalinan dengan parut uterus
g. Gawat janin
h. Prolapsus tali pusat
i. Demam dalam persalinan
j. Demam pasca persalinan
6. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus
yang dapat menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya
keregangan otot rahim, penurunan progesteron, peningkatan
oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi.Dengan
adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR (Segmen Atas Rahim)
dan penipisan SBR (Segmen Bawah Rahim). Penipisan SBR
menyebabkan pembukaan servik. Penurunan kepala bayi yang terdiri
dari beberapa tahap antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi
maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi
eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa
mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan
terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5 - 10 menit,
kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area
plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan
plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta
antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir
sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat
menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan
plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan mengalami
penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi
dimulai.
7. Pathway
Proses Persalinan
Gangguan respirasi
8. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan persalinan
normal adalah:
a. Memimpin persalinan dengan mengajarkan ibu untuk mengejan
setiap ada his dengan cara tarik nafas sedalam mungkin
dipertahankan dengan demikian diafragma membantu otot dinding
rahim mendorong ke arah jalan rahim. Bila kontraksi hilang ibu
dianjurkan nafas dalam secara teratur.
b. Demikian seterusnya sampai kepala anak akan lahir lalu ibu
diminta untuk bernafas hal ini agar perinium meregang pelan
dan mengontrol lahirnya kepala tidak terlalu cepat.
c. Menolong melahirkan kepala
1) Letakkan satu tangan pada kepala bayi agar defleksi tidak terlalu
cepat.
2) Menahan perinium dengan satu tangan lainnya yang dialasi duk
steril agar tidak terjadi robekan.
3) Setelah muka bayi lahir diusap dengan kasa steril
untuk membersihkan dari kotoran.
4) Melahirkan bayi
Periksa tali pusat. Bila ada lilitan tali pusat dilonggarkan
dulu dan bila lilitan terlalu erat maka diklem pada dua
tempat dan dipotong sambil melindungi leher anak.
d. Melahirkan anak dan anggota seluruhnya
1) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher
bayi (biparietal).
2) Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan
dan tarikan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
3) Selipkan satu tangan ke bahu dan lengan bagian belakang
bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan
lainnya kepunggung bayi untuk mengeluarkan tubuh
seluruhnya.
e. Merawat bayi
1) Pegang erat bayi agar jangan jatuh, letakkan di perut ibu.
2) Bebaskan jalan nafas bayi dengan menghisap lendir dari
mulut dan hidung bayi.
3) Potong tali pusat yang sebelumnya diklem 15 cm dari perut bayi
dan klem kedua 2 cm dari klem pertama lalu
dipotong diantaranya, kemudian dijepit atau ditali,
dibungkus kasa betadin atau kasa alkohol 70%.
4) Setelah bayi lahir jangan lupa perhatikan perdarahan,
kontraksi uterus dan robekan perinium. Jika ada dilakukan
penjahitan.
4. Kala III
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
a) Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
b) Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
a) Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
b) Tali pusat memanjang pada muara vagina
b. Rencana Keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN
1 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien
terhadap kekurangan asuhan keperawatan untuk mendorong
volume cairan b/d selama 2 x 24 jam, pada kontraksi
kurang masukan diharapkan cairan 2. Kaji tanda vital
oral, muntah. seimbang dengan setelah pemberian
kriteria hasil: oksitosin
- TTV dalam batas 3. Palpasi uterus
normal 4. Kaji tanda dan
- Darah yang gejala shock
keluar ± 200 – 5. Massase uterus
300 cc dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
6. Kolaborasi
pemberian cairan
parentral
2 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan
trauma jaringan asuhan keperawatan teknik pernapasan
setelah melahirkan selama 1 x 24 jam, 2. Berikan kompres es
diharapkan nyeri pada perineum
terkontrol dengan setelah melahirkan
kriteria hasil: 3. Ganti pakaian
- Pasien dapat pasien
kontrol nyeri 4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
3 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Palpasi fundus uteri
terhadap cedera asuhan keperawatan dan massase dengan
maternal b/d posisi selama 1 x 24 jam, perlahan
selama persalinan diharapkan cidera 2. Kaji irama
terkontrol dengan pernafasan
kriteria hasil: 3. Bersihkan vulva dan
- Plasenta keluar perineum dengan air
utuh dan larutan
- TTV dalam batas antiseptik
normal 4. Kaji perilaku klien
dan perubahan
sistem saraf pusat
5. Dapatkan sampel
darah tali pusat,
kirim ke
laboratorium untuk
menentukan
golongan darah bayi
6. Kolaborasi
pemberian cairan
parenteral
5. Kala IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD
bervariasi, mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian
oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama
persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml
untuk kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada
adanya anastesi spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan
atau perbaikan episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan
dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak
setinggi umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema,
ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan payudara
b. Rencana Keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATA
N
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji sifat dan
efek hormone, keperawatan selama 2 x 24 derajat
trauma, edema jam, diharapkan nyeri ketidaknyamanan
jaringan, kelelahan terkontrol dengan kriteria 2. Beri informasi
fisik dan hasil: yang tepat tentang
psikologis, ansietas - Pasien dapat perawatan selama
kontrol nyeri periode
pascapartum
3. Lakukan tindakan
kenyamanan
4. Anjurkan
penggunaan teknik
relaksasi
5. Beri analgesik
sesuai kemampuan
Resiko tinggi Setelah dilakukan asuhan 1. Tempatkan klien
kekurangan volume keperawatan selama 2 x 24 pada posisi
cairan b/d jam, diharapkan cairan rekumben
kelelahan/ketegang simbang dengan kriteria 2. Kaji hal yang
an miometri hasil: memperberat
- TD dalam batas kejadiaian
normal intrapartal
- Jumlah dan warna 3. Kaji masukan
lokhea dalam dan haluaran
batas normal 4. Perhatikan jenis
persalinan dan
anastesi
5. Kaji tekanan
darah dan nadi
setiap 15 menit
6. Dengan perlahan
massase fundus
bila lunak
7. Kaji jumlah,
warna dan sifat
aliran lokhea
8. Kolaborasi
pemberian cairan
parentral
3 Perubahan ikatan Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan klien
proses keluarga keperawatan selama 2 x 24 untuk
b/d transisi / jam, diharapkan proses menggendong bayi
peningkatan keluarga baik dengan 2. Observasi dan
anggota keluarga kriteria hasil: catat interaksi bayi
- Ada kedekatan ibu 3. Anjurkan dan
dengan bayi bantu pemberian
ASI, tergantung
pada pilihan klien