Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PROJECT BASED

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MUTAKHIR

PENGARUH INHALASI AROMATERAPI SEREH (CYMBOPOGON


CITRATUS)TERHADAP KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Suhariyanto, M.Kep

Disusun Oleh :
TRI SABTIADY 191101076
FAHRUL IHZA MAHENDRA

RESTU

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


PONTIANAK JURUSAN KEPERAWATAN
SINGKAWANG
PRODI D-III
KEPERAWATAN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MUTAKHIR


PROPOSAL PROJECT BASED

PENGARUH INHALASI AROMATERAPI DENGAN DAUN SERAI TERHADAP


KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

Telah disetujui di Singkawang


Pada tanggal, November 2021

Dosen Pembimbing

Ns. Suhariyanto, M. Kep

Disusun oleh :

Tri Sabtiady Eka Ardilah Riski Adilah


NIM : 191101076 NIM : 20186123015 NIM : 20186121038
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Proposal Project Based yang berjudul ―Pengaruh Inhalasi Aromaterapi
Sereh (Cymbopogon Citratus)Terhadap Kecemasan Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis‖.
Penyusunan Proposal Project Based ini untuk memenuhi salah satu tugas
kuliah Praktik Klinik Keperawatan Mutakhir. Kami berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang medis. Serta dapat
mengetahui bagaimana membuat makalah yang baik dan benar.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam menyusun proposal ini, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada pihak - pihak yang telah membantu proses penyusunan proposal ini.

Singkawang, November 2021

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus...................................................................4
B. Konsep Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)..................................9
C. Mekanisme Penyembuhan Luka.................................................................12
BAB III..................................................................................................................14
METODE PENELITIAN.......................................................................................14
BAB IV..................................................................................................................24
REKOMENDASI.................................................................................................24
A. Kesimpulan.................................................................................................24
B. Saran...........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (Black & Hawks,
2014). Kemudian, gagal ginjal itu sendiri adalah suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap (Suwitra, 2014).
Menurut United State Renal Data System (USRDS, 2013) di Amerika
Serikat prevalensi penyakit CKD meningkat 20-25% setiap tahun. WHO
memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita CKD tahun
1995-2025 sebesar 41,4%. Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia
(PERNEFRI) diperkirakan terdapat 70.000 penderita CKD di Indonesia,
angka ini akan terus meningkat sekitar 10% setiap tahunnya (PERNEFRI,
2015).
Adanya peningkatan prevalensi tersebut, secara otomatis penderita gagal
ginjal kronik memerlukan terapi untuk melanjutkan hidupnya. Dalam
penatalaksanaannya, terapi yang digunakan sebagai pengganti ginjal
permanen, berupa dialisis (Hemodialisis dan Peritoneal Dialisis) atau
transplanstasi ginjal (Utami, 2011). Namun sejauh ini, menurut National
Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, terapi yang paling
sering digunakan pada penderita gagal ginjal kronik yaitu hemodialisis.
Di Indonesia berdasarkan data dari (IRR) Indonesia Renal Registry, suatu
kegiatan registrasi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, pasien
hemodialisis baru tahun 20018 naik menjadi 694432 orang dari 66433 orang
pada tahun 20017. Pasien gagal ginjal kronik yang memilih hemodialisis
sebagai terapi pengganti fungsi ginjal akan menjalani terapi tersebut seumur
hidupnya kecuali pasien menjalani transplantasi ginjal (Aisara et al, 2018).
Ketergantungan pasien gagal ginjal kronik terhadap hemodialisis seumur
hidupnya, akan berdampak luas dan kerap menimbulkan masalah (Indrawati
et al, 2015). Akses vaskular adalah salah satu masalah dan tantangan utama
1
dalam unit dialisis (Masoumeh BN et al, 2014). Pasien yang menjalani
hemodialisis cenderung merasakan kecemasan dan rasa nyeri terkait dengan
insersi jarum ke dalam fistula (Figueiredo AE et al, 2011). Hal itu yang
menyebabkan timbulnya rasa ketidaknyamanan dan stress pada pasien
hemodialisis (Sabitha PB et al, 2011). Ketika rasa sakit dapat dikelola dengan
baik, pasien akan merasa lebih nyaman, dengan demikian dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis (Celik G et al, 2011).Meskipun biasanya, setelah 3 bulan
pertama rasa nyeri akibat insersi jarum akan berkurang, namun hal itu tidak
terjadi secara signifikan (Verhallen AM et al, 2012).
Karena kenyamanan pasien sangatlah utama dan diperlukan selama proses
hemodialisis untuk memenuhi proses pengobatan jangka panjang pasien gagal
ginjal, berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan adanya metode untuk
mengatasi rasa nyeri insersi jarum pada fistula pasien hemodialisis (Sabitha
PB et al, 2011). Tujuan dari metode manajemen nyeri adalah untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien
dengan efek samping seminimal mungkin. Salah satu intervensi yang efek
sampingnya minimal adalah penatalaksanaan non farmakologi seperti
stimulasi dan massase kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi saraf elektrik
transkutaneus (TENS), Complementary and Alternative Medicine (CAM),
distraksi, Hipnosis, dan teknik relaksasi (Bare G & Smelzer, 2014).
Menurut Potter & Perry (2012) teknik relaksasi meliputi meditasi, yoga,
teknik imajinasi, dan latihan relaksasi progresif. Teknik relaksasi ini kerap
digunakan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat dalam mengaplikasikan
asuhan keperawatan, contohnya seperti teknik latihan menarik nafas dalam-
dalam atau visualisasi dan bio-feedback yang terbukti mempunyai efek
terapeutik dalam pengurangan intensitas nyeri. Selain itu juga sebagai fungsi
independen yang merupakan fungsi mandiri seorang perawat, tidak
tergantung pada petugas medis lain, dimana perawat dalam melaksanakan
tugasnya dilakukan secara mandiri dengan keputusannya sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia
(Hidayat, 2014).
Saat ini, selain Teknik relaksasi nafas dalam, Complementary and
Alternative Medicine (CAM) juga sudah mulai digunakan dan dikembangkan
2
dalam dunia kesehatan. Menurut WHO, terapi komplementer adalah cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada
pengobatan konvensional atau sebagai pilihan pengobatan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional. Penggunaan CAM dalam dunia
kesehatan diharapkan dapat menjadi pelengkap dari perawatan medis dan
dapat diaplikasikan oleh tenaga kesehatan, khususnya di bidang keperawatan
(Tzu, 2010). Salah satu jenis CAM yang sedang populer digunakan dalam
bidang keperawatan yaitu aromaterapi (Watt & Janca, 2012).
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak esensial yang
dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologi
dan gangguan rasa nyaman seperti nyeri, cemas, depresi, dan sebagainya
(Watt & Janca, 2012). Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan
melalui beberapa cara, antara lain inhalasi (dihirup), berendam, pijat, dan
kompres (Bharkatiya et al, 2008). Dari beberapa cara tersebut, yang termudah
dan tercepat diaplikasikan adalah aromaterapi inhalasi.
Aromaterapi yang dihirup akan masuk melalui hidung (sebagai indra
penciuman), kemudian akan ditanggkap oleh bulbolfaktori (sebagai saraf
terpenting dalam penciuman), kemudian akan di bawa ke thalamus dan
hipotalamus (sebagai saraf pusat kerja dan memori ), kemudian akan
dilanjutkan dengan memberi perintah ke struktur otak untuk meresponnya,
sehingga akan melepaskan zat endorphin (senyawa kimia yang dapat
menimbulkan rasa senang dan nyaman) yang diproduksi di kelenjar pituary
dengan adanya zat tersebut akan merangsang hormon serotonin dan enkefalin
menjadi bereaksi sehingga cemas akan berkurang dan proses inhibisi akan
terhambat sehingga persepsi nyeri akan berkurang (Sthal, 2012)
Selain tanaman lavender yang sering digunakan sebagai minyak aroma
terapi terdapat pula tanaman yaitu sereh / Cymbopogon citratus (lemongrass)
merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk. Minyak
aromaterapi yang dihasilkan dari aromaterapi sereh berfungsi sebagai
antidepresan, yaitu menekan dan menghilangkan depresi atau stress sehingga
mampu menimbulkan rasa rileks baik badan maupun pikiran (Sumiartha,
2012).Sereh dipercaya memiliki kandungan bahan aktif yang dapat berfungsi
sebagai analgentika,antipiretika, anti inflamasi, antioksidan, dan antidepresan.
Tanaman sereh mengandung antioksidan alami dan anti inflamasi yang
3
dapat mencegah radikal bebas dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi
sereh sebagai minuman sehari – hari.Antioksidan dalam sereh juga dapat
mengahambat pelepasan asam arakidonat dengan mekanismenya dalam
menginhibisi preotein kinase C, yang dapat mempengaruhi aktifitas dari
enzyme fosfolipase A2.Sehingga dengan adanya pengahambatan terhadap
sintesis asam arakidonat yang dapat mengurangi produksi
prostaglandin.Prostaglandin amemiliki berperan dalam merespon asa nyeri,
maka antioksidan mempunyai peranan dalam mengurangi rasa nyeri.
Tanaman sereh mengandung antioksidan yang terdapat dalam senyawanya
Sitronelal dan Geraniol. Aromaterpi sereh (Cymbopogon citratus) atau
lemongrass.Minyak aromaterapi yang dihasilkan dari aromaterapi sereh
berfungsi sebagai antidepresan, yaitu menekan dan menghilangkan depresi
atau stress sehingga mampu menimbulkan rasa rileks baik badan maupun
pikiran (Sumiartha, 2012).
Menurut penelitian (Supriyana,2020) Salah satu cara mengatasi kecemasan
adalah dengan menggunakan aromaterapi sereh (Cymbopogon citratus) yang
mengandung citral, linalool, geraniol, dan citronelall yang dipercaya dapat
mempengaruhi suasana hati dan menurunkan kecemasan setelah dilakukan uji
ternyata hal tersebut terbukti terjadi penurunan nilai kecemasan pada pasien
setelah diberikan aromaterapy sereh.
Hasil penelitian ini juga di dukung oleh penelitian (Yuliningtyas and
Syauqi, 2019) yang telah melakukan uji senyawa kandungan sereh
(Cymbopogon citratus), dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa
tanamanan sereh memiliki aroma yang khas, sereh biasanya digunakan untuk
penyedap rasa, karena aromanya yg kuat, dan bisa juga untuk pengobatan
herbal. Setelah dilakukan uji pada tanaman sereh mengandung senyawa aktif
diantaranya adalah senyawa Alkaloid, senyawa Flavaniod, Saponin, Kuinon,
dan Tanin. Berdasarkan uraian senyawa aktif diatas menyatakan bahwa
manfaat / khasiat dari tanaman sereh sebagai antibakteri, antioksidan, pereda
nyeri, meredakan nyeri sendi, batuk pilek, menurunkan nyeri asam lambung,
dan sebagai aromaterapi karena aromanya yang khas dan segar.

4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Pengaruh Inhalasi Aromaterapi Sereh (Cymbopogon
Citratus)Terhadap Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari penulisan
proposal ini adalah untuk mengetahui evidence based praktice tentang
Pengaruh Inhalasi Aromaterapi Sereh (Cymbopogon Citratus)Terhadap
Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan khusus penulisan
proposal ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui Pengaruh Inhalasi Aromaterapi Sereh (Cymbopogon
Citratus)Terhadap Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis bedasarkan review beberapa hasil
peneilitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar GAGAL GINJAL KRONIS


1. Definisi GAGAL GINJAL KRONIS
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Suddarth,
2002).
DM merupakan penyakit metabolik dengan ciri khas hiperglikemia
akibat kelainan insulin, kelainan kerja insulin ataupun kombinasi dari
kelainan insulin dan kerja insulin (Sugiarta & Darmita, 2020).
Diabetes mellitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan
penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang di produksi secara efektif (Pratama & Rochmawati, 2019).
2. Klasifikasi GAGAL GINJAL KRONIS
Secara umum menurut ADA (2015), berdasarkan etiologinya
diabetes melitus dapat diklasifikasikan dalam kategori sebagai berikut:
a) Diabetes tipe 1 Terjadi akibat dari rusaknya sel beta pankreas yang
menyebabkan kekurangan pasokan insulin absolut.
b) Diabetes tipe 2 Terjadi karena adanya defek sekresi insulin yang
terjadi secara progresif dan berkelanjutan menyebabkan resistensi
insulin.
c) Gestasional Diabetes Melitus (GDM) Diabetes Melitus Gestasional
atau diabetes pada kehamilan ditemukan pada masa kehamilan
trisemester kedua dan ketiga yang penyebabnya tidak diketahui
secara jelas.
d) Diabetes khusus disebabkan kondisi lain Pada umumnya disebabkan
karena adanya sindrom monogenik diabetes (neonatal diabetes),
penyakit eksokrin pankreas (misalnya cystic fibrosis), dan akibat
penggunaan narkoba atau bahan-bahan kimia yang menginduksi
diabetes seperti obat-obat HIV/AIDS dan terapi setelah melakukan
transplatasi organ.
3. Etiologi GAGAL GINJAL KRONIS
1) Diabetes Tipe I
a) Faktor genetik.
b) Faktor imunologi.
c) Faktor lingkunngan.
2) Diabetes Tipe II
a) Usia.
b) Obesitas.
c) Riwayat keluarga.
d) Kelompok genetik.

4. Manifestasi Klinis GAGAL GINJAL KRONIS


Adapun manifestasi klinis dari diabetes mellitus berdasarkan
klasifikasinya yaitu :
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 Menurut Konsensus Nasional
Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1 tahun 2015, sebagian besar
penderita DM Tipe 1 mempunyai riwayat perjalanan klinis yang akut.
Poliuria, polidipsia, nokturia, enuresis, penurunan berat badan yang
cepat dalam 2-6 minggu sebelum diagnosis ditegakkan, kadangkadang
disertai polifagia dan gangguan penglihatan. Manifestasi klinis pada
diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada tingkat kekurangan insulin
dan gejala yang ditimbulkan bisa ringan hingga berat. Orang dengan
DM Tipe 1 membutuhkan sumber insulin eksogen (eksternal) untuk
mempertahankan hidup.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 Penyandang DM tipe 2 mengalami awitan
manifestasi yang lambat dan sering kali tidak menyadari penyakit
sampai mencari perawatan kesehatan untuk beberapa masalah lain.
Manifestasi yang biasa muncul yaitu poliuria dan polidipsia, polifagia
jarang dijumpai dan penurunan berat badan tidak terjadi. Manifestasi
lain juga akibat hiperglikemia: penglihatan buram, keletihan,
parastesia, dan infeksi kulit (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015).
5. Pathway GAGAL GINJAL KRONIS

6. Pencegahan GAGAL GINJAL KRONIS


Pencegahan Diabetes Melitus Usaha pencegahan pada DM
sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1) Pencegahan Primer Tindakan yang dilakukan pada


pencegahan primer agar tidak timbul DM meliputi :
a. Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan
seimbang.
b. Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan
umur dan kemampuan.
c. Menghindari obat yang dapat menyulut terjadinya diabetes.
2) Pencegahan Sekunder Bila sudah ada DM, maka yang harus
dilakukan adalah pengobatan diabetes agar tidak timbul komplikasi,
dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk tujuan:
Menghilangkan keluhan/gejala dan mempertahankan rasa nyaman
dan sehat.
3) Pencegahan Tersier Usaha pencegahan tersier dilakukan bila
komplikasi telah terjadi, untuk mencegah agar tidak terjadi
bila komplikasi berlanjut.
7. Penatalaksanaan GAGAL GINJAL KRONIS
Penatalaksanaan DM meliputi terapi nonfarmakologis dan terapi
farmakologis:
a. Terapi Non – Farmakologis
1) Edukasi Persepsi yang baik dengan cara memberikan
pendidikan atau edukasi yang baik tentang kesehatan pasien,
upaya tersebut merupakan pencegahan agar tidak terjadinya
komplikasi. Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu
selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan
merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistik (PERKENI, 2015). DM merupakan suatu
penyakit kronis yang memerlukan perilaku manajemen diri
khusus seumur hidup. Perawat memainkan peran penting
dalam mengidentifikasi pasien yang menderita diabetes,
mengkaji keterampilan perawatan diri pasien DM, memberikan
pendidikan kesehatan dasar kepada pasien DM, mendukung
penyuluhan yang diberikan oleh spesialis dan merujuk pasien
untuk menjalani perawatan tindak lanjut setelah pulang
(Bruner & Sudarth, 2016).
2) Terapi Nutrisi Tujuan terapi nutrisi untuk orang dewasa
dengan diabetes adalah untuk mempromosikan dan
mendukung pola makan sehat dalam mencapai dan
mempertahankan berat badan, glikemik, tekanan darah, dan
tujuan lipid sambil mengatasi masalah individu, termasuk
akses ke makanan sehat, preferensi pribadi dan budaya, dan
faktor lainnya (ADA, 2018).
Tujuan nutrisi adalah untuk mencapai dan mempertahankan
kadar glukosa darah dan tekanan darah dalam kisaran normal
(atau seaman mungkin mendekati normal) dan profil lipid dan
lipoprotein yang menurunkan risiko penyakit vaskuler,
mencegah, atau setidaknya memperlambat, munculnya
komplikasi kronik; memenuhi kebutuhan nutrisi individu; dan
menjaga kepuasan untuk makan hanya pilihan makanan yang
terbatas ketika bukti ilmiah yang ada mengindikasikan
demikian (Bruner & Sudarth, 2016). Rencana makan harus
mempertimbangkan pilihan makan pasien, gaya hidup, waktu
biasanya pasien makan, dan latar belakang etnis serta budaya
pasien (Bruner & Sudarth, 2016). Serta, bagi pasien yang
membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol kadar gula
darah, diperlukan konsistensi dalam mempertahankan jumlah
kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada setiap sesi makan
(Bruner & Sudarth, 2016).
3) Latihan jasmani Mafaat olahraga sama bagi setiap orang, dengan atau
tanpa DM: meningkatkan kebugaran fisik, memperbaiki keadaan
emosional, pengendalian berat badan, dan meningkatkan kapasitas kerja.
Pada penyandang DM, olahraga meningkatkan ambilan glikosa oleh sel
otot, yang kemungkinan mengurangi kebutuhan akan insulin. Olahraga
juga mengurangi kolestrol dan trigliserida, yang mengurangi risiko
penyakit kardiovaskular.
b. Terapi farmakologis
Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap terapi farmakologis maka
yang dilakukan seorang perawat dengan cara mengedukasi tentang obat
dengan 7 benar pada obat yaitu: benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar waktu, benar pemberian, benar dokumentasi dan benar informasi.
Ketika pasien mengetahui tentang 7 benar obat, maka tidak akan
terjadinya komplikasi sehingga kualitas hidup pasien DM akan meningkat.
1) Obat – Obat Diabetes Melitus Menurut (Perkeni, 2015) Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
Berdasarkan cara kerja, Obat Antihiperglikemia Oral dibagi
menjadi 5 golongan, yaitu:
a. Pemacu sekresi insulin (Insulin Seretagogue), yang termasuk,
yaitu: Sulfonilurea dan Gilinid.
b. Peningkatan Sensivitas terhadap insulin, yang termasuk obat :
Metfotrmin dan Tiazolidindion (TZD).
c. Penghambat Absorpsi Glukosa di saaluran pencernaan.
2) Monitoring Farmakologis
Monitoring DM menurut (Perkeni, 2015), yaitu: Pemeriksaan
Kadar Glukosa Darah, pemeriksaan HbA1c, peemantauan Glukosa
Darah Mandiri (PGDM) Untuk memantau dan mencapai kontrol
metabolik dan mengurangi bahaya hipoglikemia (Le Mone, 2016),

B. Konsep Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)


1. Konsep Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)
Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) atau biasa disebut
dengan TNP (Topical Negative Pressure) merupakan terapi non
farmakologis yang digunakan dalam penatalaksanaan luka akut maupun
kronik, meliputi pressure ulcer (dekubitus), luka diabetik, maupun luka
karena trauma. Konsep penggunaan tekanan negatif ini sebenarnya sudah
dikenal sejak tahun 1940an. Namun mulai dikembangkan secara intensif
pada tahun 1990 di Jerman dan Amerika Serikat. Perusahaan yang
pertama kali mempatenkankan hasil penelitian ini adalah KCI (Kinetic
Cncept Inc.) dengan nama Vacuum Asissted Closure (V.A.C) (Santy,
2015).
2. Indikasi Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)
Menurut (Kartika, 2016)Negative Pressure Wound Therapy
(NPWT)diindikasikan untuk pasien-pasien yang mendapat manfaat dari
alat hisap, karena dapat merangsang penyembuhan luka melalui
pembuangan eksudat ringan hingga sedang dan bahan infeksius. Contoh
luka yang dapat dilakukan NPWT adalah sebagai berikut :
a. Luka Kronik
b. Luka Akut
c. Traumatik
d. Luka subakut dan dehisens
e. Luka bakar partial-thickness
f. Ulkus (misalnya diabetikum atau dekubitus)
g. Flap dan cangkok kulit
h. Luka insisi bedah tertutup
3. Kontraindikasi Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)
Menurut (Kartika, 2016) penggunaan NPWT dikontraindikasikan
pada kondisi sebagai berikut :
a. Pasien dengan keganasan di dasar luka atau tepi luka (kecuali pada
perawatan paliatif untuk memerbaiki kualitas hidup).
b. Osteomielitis yang sebelumnya dikonfirmasi dan tidak diterapi.
c. Fistula non-enterik dan belum tereksplorasi.
d. Jaringan nekrotik dengan skar.
e. Arteri, vena, saraf, atau organ yang terpajan.
f. Lokasi anastomosis.
g. Aspirasi jalan napas darurat.
h. Drainase pleural, mediastinal, atau chest tube.
i. Suction bedah.

4. Mekanisme Kerja Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)


Penggunaan NPWT dilakukan dengan cara memberikan tekanan
negatif lokal di permukaan luka. Permukaan luka akan tertutup oleh air
tight film yang terhubung dengan suction tube (terhubung dengan control
unit) yang mempunyai tekanan negatif terhadap permukaan luka dengan
tekanan 50-175 mmHg. Biasanya yang sering digunakan adalah 125
mmHg. Cairan yang disuction akan dikumpulkan dalam sebuah container
pada control unit (Kirby, 2015).
Mekanisme NPWT dalam proses penyembuhan ulkus kaki diabetik
adalah mempertahankan lingkungan luka tetap lembab (moist),
membuang cairan dan material infeksi, menurunkan kolonisasi bakteri,
meningkatkan formasi granulasi jaringan, pertumbuhan sel yang lebih
cepat, meningkatkan aliran darah lokal, menurunkan jumlah bakteri, dan
membuang protease yang membahayakan proses penyembuhan luka.
NPWT (V.A.C) dapat meningkatkan proses penyembuhan luka melalui
upaya penciptaan lingkungan luka yang lembab dan menurunkan edema.
Secara umum (Kirby, 2015) menyatakan kelebihan metode NPWT
dibanding dengan metode yang lain adalah metode ini dapat menyediakan
lingkungan yang lembab, sehingga penyembuhan luka menjadi optimal,
membuang eksudat yang keluar dari luka sehingga enzim protease di
dalam eksudat juga ikut terbuat, enzim ini diketahui mengganggu proses
penyembuhan luka. Selain itu kelebihan yang lainnya adalah kontrol
infeksi, dimana pada hari ke-4 dan ke-5 luka yang tidak menggunakan
NPWT jumlah bakteri dan kolonisasi bakteri meningkat. Sedangkan pada
penggunaan NPWT hal ini tidak nampak. Kelebihan yang lainnya adalah
NPWT dapat menstimulasi pertumbuhan sel secara fisik dengan
meningkatkan angiogenesis, sehingga pertumbuhan sel baru akan
maksimal.
5. Efek samping Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)
Penerapan NPWT pada pasien harus dilakukan pada saat yang
tepat. Kelemahan-kelemahan dari terapi harus dipertimbangkan.
Kebutuhan akan tenaga kesehatan yang professional (perawat) harus
menjadi pertimbangan utama. Sehingga perawat harus mempunyai
ketrampilan dan pengetahuan yang baik terhadap terapi ini dan kapan
keputusan penggunaan terapi ini digunakan. Efek samping yang dialami
oleh pasien mungkin adalah mengalami ketidaknyamanan atau nyeri
ketika cairan dressing diganti. Tekanan yang digunakan harus ditentukan
berdasarkan derajat nyeri yang dirasakan pasien. Jika nyeri menetap
setelah penggurangan tekanan maka terapi NPWT seyogyanya dihentikan.
Nyeri yang dirasakan akan sedikit dikacaukan karena nyeri mungkin
berhubungan dengan tekanan negative ini atau dari luka itu sendiri.
Masalah pada kulit secara topikal mungkin muncul selama penggunaan
NPWT, yaitu munculnya infeksi jamur, candida, dan subepidermal
granulasi. Namun hal ini jarang terjadi. Jika selama 7 atau 8 hari
penggunaan NPWT tidak menunjukkan hasil yang positif, indikasi
penggunaan terapi ini dapat dievaluasi lagi dan terapi seharusnya
dihentikan jika muncul pus terus menerus dari dressing atau terjadi
perdarahan yang berlebihan (Kartika, 2016).

C. Mekanisme Penyembuhan Luka


Mekanisme penyembuhan luka menurut (Handi et al., 2017) proses
penyembuhan luka dibagi ke dalam lima tahap, meliputi tahap homeostasis,
inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturasi.
1. Tahap Homeostasis
Pendarahan biasanya terjadi ketika kulit mengalami luka dan
menyebabkan bakteri maupun antigen keluar dari daerah yang
mengalami luka. Pendarahan mengaktifkan sistem homeostasis yang
menginisiasi komponen eksudat, seperti faktor pembekuan darah.
Fibrinogen di dalam eksudat memiliki mekanisme pembekuan darah
dengan cara koagulasi terhadap eksudat (darah tanpa sel dan platelet)
dan pembentukan jaringan fibrin, kemudian memproduksi agen
pembekuan darah dan menyebabkan pendarahan terhenti.
Keratinosit dan fibroblas memiliki peran penting dalam proses
penyembuhan luka. Keratinosit akan menstimulasi fibroblas untuk
mensintesis faktor pertumbuhan, lalu akan terjadi stimulasi proliferasi
keratinosit.
2. Tahap Inflamasi
Pada tahap inflamasi akan terjadi udema, ekimosis, kemerahan,
dan nyeri. Inflamasi terjadi karena adanya mediasi oleh sitokin,
kemokin dan faktor pertumbuhan.
3. Tahap Migrasi
Selanjutnya adalah tahap migrasi, yang merupakan pergerakan sel
epitel dan fibroblas pada daerah yang mengalami cedera untuk
menggantikan jaringan yang rusak atau hilang. Sel ini meregenerasi
dari tepi, dan secara cepat bertumbuh di daerah luka pada bagian yang
telah tertutup darah beku bersamaan dengan pengerasan epitel.
4. Tahap Proliferasi
Tahap proliferasi terjadi secara simultan dengan tahap migrasi dan
proliferasi sel basal, yang terjadi selama 2- 3 hari. Tahap proliferasi
terdiri dari neoangiogenesis, pembentukan jaringan yang tergranulasi,
dan epitelisasi kembali. Jaringan yang tergranulasi terbentuk oleh
pembuluh darah kapiler dan limfatik ke dalam luka dan kolagen yang
disintesis oleh fibroblas dan memberikan kekuatan pada kulit. Sel epitel
kemudian mengeras dan memberikan waktu untuk kolagen
memperbaiki jaringan yang luka. Proliferasi dari fibroblas dan sintesis
kolagen berlangsung selama dua minggu.
5. Tahap Maturasi
Tahap maturasi berkembang dengan pembentukkan jaringan
penghubung selular dan penguatan epitel baru yang ditentukan oleh
besarnya luka. Jaringan granular selular berubah menjadi massa aselular
dalam waktu beberapa bulan sampai 2 tahun.
BAB III
METODE PENELITIAN

N Judul Autho Identitas Tujuan Metode Hasi Kesimpulan


O Penelitian r Jurnal Penelitia Penelitian l
Tahu n
n
1. Negative Wesiana Heris Journal of Mengkaji dan Literatur review 1. Penerapan Penggunaan NPWT
Pressure Santy. 2015 Health membahas NPWT dapat meningkatkan
Wound (Santy, 2015) Science, Vol 6 literature dapatmeningkat proses penyembuhan
Therapy No 2 bersadarkan kan proses luka melalui upaya
(Npwt) For evidence based penyembuhan penciptaan
The praktice 2. Penerapanprose lingkungan luka
Management tentang dur NPWT yang
Of Diabetic Efektifitas efektif lembabdanmenurunk
Foot Wound Negative dilakukan pada an edema sehingga
Pressure luka stage III penyembuhan luka
Wound dan stage IV menjadi optimal,
Therapy 3. Diperlukan membuang eksudat
(NPWT)) pada pemahaman dan yang keluar dari luka
penyembuhan ketrampilan sehingga enzim
ulkus kaki perawat yang protease di dalam
Diabetik baik dalam eksudat juga ikut
penggunaan terbuang, enzim ini
NPWT baik diketahui
tentang cara mengganggu proses
penggunaan, penyembuhan luka.
16
indikasi dan
kontrainsikasi
serta observasi
yang ketat agar
proses
penyembuhan
bisa
optimal.
2. Terapi Ronald Jurnal Mengetahui Penelitian ini 1. Pasien A : setelah Sistem pengobatan
Ulkus Kaki Winardi Kedokteran keefektifan menggunakan 2 hari luka hamir luka dengan
Diabetes Kartika. Meditek, 22 NPWT metode studi tertutup dan nyeri tekanan negatif
dengan (2018) No. terhadap kasus atau NPWT aman,
NPWT (Kartika, 2018) 59(1), 674–677. dan

17
(Negative penyembuh berkurang akan mempercepat
Pressure an luka 2. Pasien B : penyembuhan luka
Wound ulkus Dalam 3 kaki kronis yang
Therapy) diabetes minggu, luka berhubungan
menyembuh dengan diabetes.
perlahan disertai
berkurangnya
nyeri dan
jaringan
granulasi
tumbuh
menutup luka.
Risiko amputasi
berhasil
dihindari
3. Pasien C :
Jaringan
granulasi
tumbuh cepat.
Luas
permukaan luka
berkurang dari
60 cm2 menjadi
2,5 cm2 dalam
2
minggu
3. Negative- S Borys, J Endocrine Menilai Penelitian ini Pasien yang NPWT adalah
pressure Hohendorff, T (2018) kemanjuran menggunakan dilakukan NPWT pengobatan yang
wound therapy Koblik, P Witek, 62:611–616 jangka pendek, desain terjadi aman untuk
for AH Ludwig- kemanan dan ekperimen penyembuhan luka neuropatik,
management Slomczynska, C jangka panjang dengan yang signifikan noniskemik dan
of chronic Frankfurter, B terapi NPWT populasi dibandingkan diabetic foot
neuropathic Kiec- Wilk, MT bagi pasien sebanyak 75 dengan kelompok ulceration tidak
noninfected Malecki1. (2018) DM dengan pasien dengan yang tidak infeksi pada pasien
diabetic foot (Borys et al., ulkus diabetic diabetic foot dilakukan NPWT. DM
ulcerations – 2018) ulceration. 53 Dengan luas 2,9cm
short-term pasien dan persentase luka
efficacy and dilakukan sebesar 15,7%.
long- term NPWT dan 22 Setelah dilakukan
outcomes pasien dengan intervensi luas luka
standar berkurang 1,1
therapy. cm dan luas
luka
berkurang
10,2%.
4. Negative Sebastian Borys, Clinical Meningkatkan Literatur review 1. NPWT Pedoman
pressure Jerzy Hohendorff, Investigation pemahaman merangsang internasional
wound therapy penyembuhan luka, menunjukkan
use in diabetic Claudia Journal tentang proliferasi menunjukkan
foot syndrome Frankfurter, Foundatio tindakan dan pembuluh darah NPWT sebagai
— from Beata Kiec‐ n. DOI: pengaplikasian dan terapi yang adjuvan
mechanisms of Wilk, Maciej T. 10.1111/eci.130 NPWT dan pembuangan yang penting
action to Malecki. (2019) 67 menginformasi cairan dilakukan untuk
clinical kan ekstraseluler penyembuhan DFU
practice pengembangan yang berlebihan yang penggunaannya
perawatan baru 2. NPWT diperkirakan akan
untuk ulkus menurunkan meningkat.
diabetes tingkat amputasi
tanpa
peningkatan efek
samping.
5. The efficacy of Matthew Wynn, Journal of Mengetahu Systematic Pencarian Semua studi yang
negative Samantha Tissue i Search menghasilkan 7 dianalisis
pressure Freeman. (2019) Viability keefektifan studi untuk melaporkan bahwa
wound therapy 28(2019) 152- NPWT dianalisis. 3 uji NPWT
for diabetic 160 untuk DFU coba terkontrol menghasilkan hasil
foot ulcers: A secara acak, 2 klinis yang lebih
systematised laporan kasus, 1 uji baik dibandingkan
review coba tidak dengan pengobatan
terkontrol dan 1 standar. Namun,
studi kasus studi tersebut
terkontrol memiliki
kekurangan seperti
tidak adanya
validasi alat ukur
untuk hasil seperti
luas dan
kedalaman luka.
6. The Shahrzad Journal of Mengetahui Gambaran Terdapat 23 studi Dari 25 studi yang
effectiveness Mohseni, Diabetes & gambaran umum dan yang akan dianalisa didapatkan
of negative Maryam Aalaa, Metabolic umum sistematik dianalisa, hasil bahwa NPWT
pressure Rasha Atlasi, Disorders. efektifitas review diantaranya 7 studi terbukti efektif dan
wound therapy Mohamad Reza doi.org/10.10 NPWT untuk berkualitas tinggi, aman dilakukan
as a novel Mohajeri 07 DFU 8 studi untuk DFU.
management Tehrani, /s40200- dikategorikan
of diabetic Mahnaz 019- kualitas rendah dan
foot ulcers: an Sanjari, 00447-6 8 studi berkualitas
overview of Mohamad Reza sangat rendah.
systematic Amini. (2019)
reviews
7. NPWT in Przemyslaw Rys, Endocrine Mengevalusi Tinjauan Pencarian Tinjauan sistematis
diabetic Sebastian Borys, doi.org/ kemanjuran dan sistematis dan mengidentifikasi 16 studi
foot wounds—a observasi ini
systematic Jerzy 10.1007/ keamanan meta-analisis studi observasi yang memberikan bukti
review and Hohendorff, s12020- NPWT pada studi observasi relevan melapoorkan yang mendukung
meta-analysis Aleksandra 019- pasien dengan 18.449 dengan bahwa NPWT
of Zapala, 02164-9 DFU DFU, 1882 efisien dan aman
observational Przemyslaw diantaranya dalam
studies Witek, dengan NPWT. penatalaksanaan
Magdalena Pasien yang DFU
Monica, Claudia diobati dengan
Frankfurter, NPWT
Agnieszka menujukkan
Ludwig- kesembuhan 51%
Slomczynska, dibandingkan
Beata Kiec-Wilk, dengan
Maciej T. terapi standar.
Malecki. (2019).
8. Efek Negative Satria Hanggara Jurnal Mereview Literature 1. Penelitian yang Treatment luka
Pressure Putra, Muh. Keperawat kembali efek review dilakukan oleh dengan tekanan
Wound Jasmin. (2020) an Volume Negative Chiang et al., negatif atau NPWT
Therapy 04, Pressure 2017 dengan aman, dan akan
(Npwt) Nomor 02, Wound intervensi mempercepat
Terhadap November 2020 Therapy NPWT selama penyembuhan luka
Penyembuhan terhadap 14 hari kaki kronis yang
Luka Kaki penyembuhan didapatkan hasil berhubungan
Diabetik: luka kaki yang signifikan dengan diabetes
Literature diabetik. pada volume
Review luka, luas
permukaan,
kedalaman luka,
deposisi kolagen.
2. Penelitian yang
dilakukan oleh
Bashir et al.,
2018
menggunakan
vacuum
assisted
treatment
dengan honey
treatment
didapatkan
hasil Jaringan
sehat muncul
lebih cepat
dengan
perawatan yang
diberikan
dengan vacuum
assisted
treatment hanya
rentang waktu
18,2 hari
sedangkan
dengan
menggunakan
dressing madu
rentang waktu
selama 28,8 hari.
3. Penelitian yang
dilakukan oleh
Ugurlar et al.,
2017 tidak ada
perbedaan yang
signifikan
dalam proses
penyembuhan
luka kaki
diabetik.
9. Effectiveness Jian Zhang, Plastic and tujuan dari Literatur review Basis data berasal Terapi luka tekanan
and Safety of M.D. Zhi-Cheng Reconstructi meta- analisis dari delapan studi negatif tampaknya
Negative- Hu, M.D. Dong ve Surgery: ini adalah yang memenuhi lebih efektif untuk
Pressure Chen, M.D., July 2014 - untuk syarat yang ulkus kaki diabetik
Wound Ph.D. Dong Guo, Volume mengevaluasi mencakup total 669 dibandingkan
Therapy for M.D. Jia-Yuan 134 - Issue 1 - p efektivitas dan pasien. Secara dengan terapi luka
Diabetic Foot Zhu, M.D., 141-151 keamanan keseluruhan, tekanan non-negatif,
Ulcers: A Ph.D. Bing terapi luka dibandingkan dan memiliki profil
Meta- Analysis Tang, M.D., tekanan dengan ulkus kaki keamanan yang
Ph.D. negatif sebagai diabetik yang serupa. ( Plast.
modalitas diobati dengan Rekonstruksi.
pengobatan terapi luka tanpa Surg. 134: 141,
tambahan tekanan negatif, 2014.)
untuk ulkus tekanan negatif
kaki diabetik. menghasilkan
proporsi ulkus yang
sembuh secara
signifikan lebih
tinggi (risiko relatif,
1,52; 95 persen).
10 The Valentina Izzo, advances in Tujuan dari Studi ini Empat pasien Penelitian ini
Effectiveness Marco Meloni, wound care, penelitian kami mengikuti dilibatkan. Semua menegaskan peran
Laura prinsip-prinsip NPT
of Giurato, volume 00, adalah untuk yang pasien menderita dalam modulasi
Negative Valeria number 00 mengevaluasi diuraikan diabetes tipe 2 positif aktivitas
Pressure Ruotolo, and 2016 by keefektifan dalam dengan durasi protease juga pada
Therapy in Luigi mary ann NPT untuk Deklarasi penyakit selama & DFU kronis.
Diabetic Uccioli/2016 liebert, inc. mengurangi Helsinki. 20 tahun. A1c
Foot aktivitas adalah 79,5 - 15,3
Ulcers MMPs pada mmol / mol. Daerah
withElevat ulkus kaki ulkus tadi >5 cm 2
ed diabetik (DFU) dalam semua kasus.
Protease dengan Semua luka
Activity: aktivitas menunjukkan
A Case protease yang peningkatan
Series meningkat aktivitas protease
(EPA). (EPA) pada awal.
Setelah 2 minggu,
semua pasien
menunjukkan
normalisasi
aktivitas MMP.
Inovasi: NPT
menunjukkan
efektivitasnya
dalam
pengurangan EPA
pada DFU kronis
11 evaluation of Si Liu 1 Chao- Therapeutics Tujuan dari mencari artikel Sebanyak sebelas Hasil ini
negative- zhu He 1 Yan- and Clinical penelitian ini dari daftar uji coba terkontrol menunjukkan
pressure ting Cai 1 Qiu- Risk adalah untuk referensi artikel secara acak, yang bahwa NPWT
wound therapy ping Xing 1 Management melakukan yang diambil, mencakup total berkhasiat, aman,
for patients Ying- zhen Guo 1 2017:13 tinjauan yang 1.044 pasien, dan hemat biaya
with diabetic Zhi-long Chen 1 sistematis dan menggunakan dipilih dari dalam menangani
foot ulcers: Ji-liang Su 1 Li- meta-analisis sistem NPWT 691 DFU
systematic ping Yang 2/2017 terbaru untuk dalam studi penelitian
review and menilai terapi yang
meta- analysis kemanjuran penutupan teridentifika
klinis, dengan bantuan si.
keamanan, dan vakum
efektivitas
biaya terapi
luka tekanan
negatif
(NPWT) dalam
pengobatan
ulkus kaki
diabetik
(DFU).
1 Effectiveness Dhruv Sharma, International Tujuan dari Studi banding Ada 15 pasien, NPWT adalah
2 of negative Biplav Singh*, Surgery penelitian ini prospektif dengan usia rata- modalitas
pressure K. S. Jaswal, Journal | April adalah untuk terikat waktu rata 54,4 tahun pengobatan yang
wound Vishal Thakur, 2017 | Vol 4 mengevaluasi (73,3% laki-laki). efektif untuk ulkus
therapy in the Vibhor Nanda, | Issue 4 kemanjuran Waktu rata-rata diabetes kronis
management Rishi Nabh / NPWT untuk untuk dengan munculnya
of chronic 2017 mengobati menyelesaikan jaringan granulasi
diabetic ulkus penutupan ulkus lebih awal dan
ulcers: a diabetik adalah (41,2 [8,5] tingkat penutupan
prospective kronis. hari) luka
study secara keseluruhan
yang lebih cepat.
1 NPWT adalah NPWT adalah Jurnal Tujuan dari Penelitian ini Ada perbedaan Terapi luka tekanan
3 modalitas modalitas Teknik penelitian ini dilakukan pada yang signifikan negatif memiliki
pengobatan pengobatan yang Bedah dan adalah 30 pasien di secara statistik peran yang pasti
yang efektif efektif untuk Laporan membandingka Dayanand dalam tingkat dalam penyembuhan
untuk ulkus ulkus diabetes Kasus, Jan- n laju Medical kemunculan ulkus kaki diabetik.
diabetes kronis kronis dengan Jun 2011, penyembuhan College dan jaringan granulasi
dengan munculnya Vol-3 ulkus dengan Rumah Sakit, antara kedua
munculnya jaringan granulasi teknik balutan Ludhiana. kelompok; dengan
jaringan lebih awal dan tekanan negatif Pasien secara jaringan granulasi
granulasi lebih tingkat penutupan dengan balutan acak dibagi muncul lebih awal
awal dan luka secara basah menjadi dua dalam kelompok
tingkat keseluruhan yang konvensional kelompok - studi. Kelompok
penutupan lebih cepat. pada kelompok studi studi menjanjikan
luka secara pengobatan dan kelompok hasil yang lebih
keseluruhan ulkus kaki kontrol. Pasien baik (80%
yang lebih diabetik. B dibuat untuk responden lengkap)
cepat. memahami dan dibandingkan
menandatangan dengan kelompok
i kontrol (60%
formulir responden
informed lengkap).
consent.
1 Comparison Gusti Ayu Agung Intisari Penelitian ini Literatur riview Kami menyertakan Tinjauan kami
4 between Bella Sains bertujuan 11 artikel, termasuk menemukan NPWT
negative Jayaningrum1*, Medis untuk delapan artikel lebih unggul dalam
pressure Anak Agung 2020, membanding acak uji klinis hasil pengobatan
and Istri Ayu Volume 11, kan khasiat (RCT), dua studi jangka
conventio Detritha Nomor 3: 1102- NPWT
nal
wound Sarasmartha 1107 P-ISSN: terhadap analitik retrospektif, pendek seperti
dressing for Putri1, Pretty balutan luka dan satu uji klinis waktu granulasi dan
diabetic foot Clarresa/2020 basah non-acak. Ada penutupan luka;
ulcer: A konvensional variasi metodologi Namun, tidak ada
systematic dalam antara studi tentang perbedaan dalam
review pengelolaan penerapan NPWT, mengurangi risiko
DFU. ukuran hasil yang amputasi antara
dilaporkan, dan NPWT dan balutan
lama tindak lanjut. lembab
Sebagian besar konvensional. Hasil
hasil menunjukkan tidak meyakinkan
NPWT karena variasi
menghasilkan dalam metodologi
proporsi artikel yang
penyembuhan luka disertakan.
total yang lebih
tinggi, waktu
penyembuhan yang
lebih singkat, waktu
granulasi, dan laju
pengurangan
ukuran ulkus yang
lebih cepat. Namun,
NPWT tidak
dikaitkan dengan
pengurangan risiko
amputasi.
1 Effectiveness Dhruv Sharma, International Tujuan dari Statistik Ada 15 pasien, NPWT adalah
5 of negative Biplav Singh*, Surgery penelitian ini deskriptif dan dengan usia rata- modalitas
pressure K. S. Jaswal, Journal | April adalah untuk analitis rata 54,4 tahun pengobatan yang
wound Vishal Thakur, 2017 | Vol 4 mengevaluasi (73,3% laki-laki). efektif untuk ulkus
therapy in the Vibhor Nanda, | Issue 4 kemanjuran Waktu rata-rata diabetes kronis
management Rishi Nabh/2017 NPWT untuk untuk dengan munculnya
of chronic mengobati menyelesaikan jaringan granulasi
diabetic ulkus penutupan ulkus lebih awal dan
ulcers: a diabetik adalah (41,2 [8,5] tingkat penutupan
prospective kronis. hari). luka
study secara keseluruhan
yang lebih cepat.
1 Comparision Hassan Journal of Penelitian Tiga belas Tiga belas VAC tampaknya
6 of Ravari, Cutaneous ini bertujuan pasien dengan pasien dengan aman dan lebih
Vacuum-Asis Mohammad-H and untuk ulkus kaki ulkus kaki efektif
ted adi Aesthetic mengevaluasi diabetik terdaftar diabetik terdaftar daripada balutan
Closure and Saeed Modaghegh, Surgery dalam lembab
Moist
Wound Gholam Hosein - Jan-Mar 2013, keampuhannya dalam kelompok balutan untuk pengobatan
Dressing in Kazemzadeh, Volume 6, Issue dalam kelompok lembab, dan 10 ulkus kaki diabetik.
1
the Treatment Hamed Ghoddusi pengobatan balutan lembab, pasien dalam
of Diabetic Johari1, Attieh ulkus kaki dan 10 pasien kelompok VAC.
Foot Ulcers Mohammadzadeh diabetik. dalam Lokasi, ukuran dan
Vatanchi, kelompok kedalaman luka
Abolghasem VAC. Lokasi, diinspeksi dan
Sangaki, ukuran dan dicatat sebelum
Mohammad kedalaman luka dan setiap tiga hari
Vahedian diinspeksi dan selama masa studi.
Shahrod / 2013 dicatat sebelum Kepuasan pasien
dan setiap tiga dan pembentukan
hari selama jaringan granulasi
masa studi. juga dinilai.
Kepuasan
pasien dan
pembentukan
jaringan
granulasi
juga dinilai.
17 Negative Martin Storck, Seidel D, Tujuan dari Dalam uji Pada populasi ITT, NPWT tidak lebih
pressure Holger dkk. BMJ studi DiaFu klinis baik tingkat unggul dari SMWC
wound therapy Lawall,Gernold Terbuka adalah untuk superioritas penutupan luka pada luka kaki
compared with Wozniak, Peter 2020; 10: mengevaluasi terkontrol ini (perbedaan: n = 4 diabetik dalam
standard moist Mauckner, Dirk e026345. efektivitas dengan (2,5% praktek klinis
wound care on Hochlenert,Walte doi: dan keamanan penilaian hasil (95% CI − 4,7% - Jerman.
diabetic foot r Wetzel- 10.1136 / terapi luka buta, pasien 9,7%); p = 0,53)) Secara keseluruhan,
ulcers in real- Roth,Klemens bmjopen- tekanan diacak dalam maupun waktu tingkat penutupan
life clinical Sondern,Matthias 2018- negatif rasio 1: 1 yang penutupan luka (p = luka rendah.
practice: Hahn, Gerhard 026345 (NPWT) pada dikelompokkan 0,244) tidak Dokumentasi
results of the Rothenaicher,Tho pasien dengan berdasarkan berbeda secara kekurangan dan
German mas Krönert, Karl luka kaki lokasi signifikan. antara penyimpangan dari
DiaFu- RCT Zink, Edmund diabetik penelitian dan lengan pengobatan. pedoman
Neugebauer dalam praktek tingkat 191 pengobatan
klinis keparahan peserta (NPWT 127; berdampak negatif
ulkus SMWC 64) pada hasil
menggunakan kehilangan penutupan luka
alat berbasis dokumentasi titik
web akhir, terapi
prematur berakhir
atau perubahan
pengobatan yang
tidak sah. 96
peserta dalam
kelompok NPWT
dan
72 peserta dalam
kelompok
SMWC
memiliki
setidaknya satu
AE (p = 0,007),
tetapi hanya 16
AE yang terkait
dengan
NPWT.
BAB IV
REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Negative Pressure Wound Teraphy (NPWT) adalah merupakan terapi
non farmakologis yang digunakan dalam penatalaksanaan luka akut maupun
kronik, meliputi pressure ulcer (dekubitus), luka diabetik, maupun luka
karena trauma. Penggunaan NPWT lebih direkomendasikan pada fase migrasi
penyembuhan luka karena pergerakan sel epitel dan fibroblas pada daerah
yang mengalami cedera menggantikan jaringan yang rusak atau hilang.
NPWT membantu meregenerasi sel baru dari tepi, dan secara cepat
bertumbuh di daerah luka serta mempercepat pembentukan granulasi.
Berdasarkan dari 17 jurnal yang telah dianalisa, rata-rata waktu
penyembuhan luka menggunakan NPWT 14 hari lebih cepat daripada
penyembuhan luka dengan teknik konvensional dengan persentase tingkat
kesembuhan 51% daripada yang konvensional.
Negative Pressure Wound Teraphy (NPWT) juga memiliki kekurangan
diantaranya tidak direkomendasikan pada pasien-pasien yang terdapat
keganasan di dasar luka atau tepi luka, osteomielitis, fistula non-enterik dan
belum tereksplorasi, jaringan nekrotik dengan, arteri, vena, saraf, atau organ
yang terpajan, lokasi anastomosis, aspirasi jalan napas darurat, drainase
pleural, mediastinal, atau chest tube dan suction bedah.

B. Saran
Sistem penyembuhan luka dengan teknik tekanan negatif (NPWT) aman,
efektif dan membantu mempercepat penyembuhan terhadap Diabetic Foot
Ulceration (DFU). Diharapkan teknik penyembuhan luka dengan NPWT ini
dapat diaplikasikan diseluruh rumah sakit, klinik, maupun pelayanan
kesehatan lainnya yang ada di Indonesia agar pasien-pasien yang mengalami
DFU lebih cepat proses penyembuhannya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2013). Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia. EGC.


Borys, S., Hohendorff, J., Witek, T. K. P., & Kiec-wilk, A. H. L. C. F. B. (2018).
Negative-pressure wound therapy for management of chronic neuropathic
noninfected diabetic foot ulcerations – short-term ef fi cacy and long-term
outcomes. Endocrine, 611–616. https://doi.org/10.1007/s12020-018-1707-0
Borys, S., Hohendroff, J. Frankturer, C. (2019). Negative pressure wound therapy
use in diabetic foot syndrome—from mechanisms of action to clinical
practice. Clinical Investigation Journal Foundation. 2019;49:e13067. Doi :
org/10.1111/eci.13067
Handi, P., Sriwidodo, & Ratnawulan, S. (2017). Review Sistematik : Proses
Penyembuhan dan Perawatan Luka. Farmaka Journal, 15(2), 251–256.
Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf. (n.d.).
Izzo,V., Meloni, M., Giurato, L. (2016). The Effectiveness of Negative Pressure
Therapy in Diabetic Foot Ulcers with Elevated Protease Activity: A Case
Series. Wound Healing Society .
Jayaningrum, I G., Claressa, P,. (2020). Comparison between negative pressure
and conventional wound dressing for diabetic foot ulcer: A systematic
review. Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 3: 1102-1107
Kartika, R. W. (2016). Terapi Ulkus Kaki Diabetes dengan NPWT ( Negative
Pressure Wound Therapy ). Jurnal Kedokteran Meditek, 22 No. 59(1), 674–
677.
Kartika, R. W. (2018). Terapi Ulkus Kaki Diabetes dengan NPWT ( Negative
Pressure Wound Therapy ). 45(9), 674–677.
Kirby, M. (2015). Negative Pressure Wound Therapy. The British Journal of
Diabetes and Vascular Disease, 7(5).
Liu, S., He, C., Cai Y. (2017). Evaluation of negative-pressure wound therapy for
patients with diabetic foot ulcers: systematic review and meta-analysis.
Therapeutics and Clinical Risk Management : 13.
Nain Singh, P., Uppal, SV. (2011). Role of Negatife Pressure Wound Therapi in
Healing of Diabetic Foot Ulcer. Journal of Surgical Technique and Case
Report. Vol 3.
Nam Han Cho (chair) et al. (2017). Eighth edition 2017. In IDF Diabetes Atlas,
8th edition. https://www.idf.org/aboutdiabetes/type-2-diabetes.html
Putra. SH., Jasmin. M. (2019). Efek Negative Pressure Wound Therapy (Npwt)
Terhadap Penyembuhan Luka Kaki Diabetik: Literature Review. Jurnal
Keperawatan Volume 04, Nomor 02
Pratama, E. F., & Rochmawati, E. (2019). Dressing Madu Pada Perawatan
Diabetic Foot Ulcers. Jambura Nursing Journal, 1(2), 56–64.
https://doi.org/10.37311/jnj.v1i2.2475
Ravari, H., Modagheh MHSH. (2013). Comparision of Vacuum-Asisted Closure
and Moist Wound Dressing in the Treatment of Diabetic Foot Ulcers.
Journal of Cutaneous and Aesthetic Surgery - Jan-Mar 2013, Volume 6,
Issue 1
Rys, P., Monica, M., Malecki, M. T., & Borys, S. (n.d.). NPWT pada luka kaki
diabetik - tinjauan sistematis dan meta-analisis dari studi observasi.
https://doi.org/10.1007/s12020-019-02164-9
Santy, W. H. (2015). Negative Pressure Wound Teraphy for the Management of
Diabetic Foot Wound. Journal of Health Science, 6 No. 2.
Seidel, D,. Storck, M., Lawall, H. Negative pressure wound therapy compared
with standard moist wound care on diabetic foot ulcers in real-life clinical
practice: results of the German DiaFu-RCT. BMJ Open 2020;10:e026345.
doi:10.1136/ bmjopen-2018-026345.
Sharma, D,. Singh, B., Thakur, V. (2017). Effectiveness of negative pressure
wound therapy in the management of chronic diabetic ulcers: a prospective
study. International Surgery Journal. 4(4):1313-1318
Suddarth, B. &. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Sugiarta, I. G. R. M., & Darmita, I. G. K. (2020). Profil penderita Diabetes
Mellitus Tipe-2 (DM-2) dengan komplikasi yang menjalani rawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Klungkung, Bali tahun 2018. Intisari
Sains Medis, 11(1), 7. https://doi.org/10.15562/ism.v11i1.515
Tiara, Shinta, Sukawana, I. W., & dkk. (2013). Efektifitas Perawatan Luka Kaki
Diabetik Menggunakan Balutan Modern Di Rsup Sanglah Denpasar Dan
Klinik Dhalia Care. I(1), 1–9.
ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/download/6453/4968
Wynn, M., Freeman, S. (2019). The efficacy of negative pressure wound therapy
for diabetic foot ulcers: A systematised review. Journal of Tissue Viability
(28) 152-160. DOI : doi.org/10.1016/j.jtv.2019.04.001
Zhang, J., Zhu, Y., Tang.B,. (2014). Effectiveness and Safety of Negative-
Pressure Wound Therapy for Diabetic Foot Ulcers: A Meta-Analysis. Plastic
and Reconstructive Surgery. Vol 134 No. 1 Page 141-151.

Anda mungkin juga menyukai