Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN APENDISITIS

DOSEN PENGAMPU

Ns. FAKRUL ARDIANSYAH, S.Kep,M.Kep,Sp.Kep.M.B

DISUSUN OLEH :

AINUN SILVIANDA

MAIZITA ZAHRATI

MURNIATI

PUSPA PUTRI ANGGRAENI

RESTU

VIDA ROLANDA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

PRODI D- III KEPERAWATAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 ini.

Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


PADA PASIEN APENDISITIS” ini kami buat dalam rangka menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh Bapak Ns. Suhariyanto, S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2.

Kami sadar makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca supaya
kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kami khususnya dan
bagi para pembaca umumnya.

Singkawang , 15 Oktober 2021

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP Perioperatif
B. KONSEP Apendisitis
C. KONSEP Asuhan Keperawatan
D. Asuhan Keperawatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit
bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang
akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan
keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala
macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap
keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik
secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung
pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan
yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien
yang kooperatif selama proses perioperatif.
Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu (apendiks).
Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah
parah, usus buntu itu bisa pecah. Terjadinya appendicitis akut disebabkan oleh
infeksi bakteri, namun terdapat banyak factor pencetus terjadinya penyakit ini.
Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Pemeriksaan
Ultrasonografi untuk massa apendiks, CT scan (heliks), Laparoskopi dapat
membantu dalam menentukan diagnosa Appendisitis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar Belakang diatas disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud perioperatif?
2. Apa yang dimaksud Apendisitis?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan perioperatif pada pasien Apendisitis?

4
4. Bagaimana asuhan keperawatan perioperatif pada pasien Apendisitis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian perioperatif
2. Untuk mengetahui konsep penyakit appendisitis
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
appendisitis
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan perioperatif pada pasien appendisitis

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PERIOPERATIF
1. PENGERTIAN
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan
pascaoperatif. Dalam setiap fase tersebut dimuali dan diakhiri dalam waktu
tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah, dan masing-
masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang
dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standart
keperawatan (Brunner & Suddarth, 2010).
Keperawatan Perioperatif merupakan proses keperawatan untuk
mengembangkan rencana asuhan secara individual dan mengkoordinasikan serta
memberikan asuhan pada pasien yang mengalami pembedahan atau prosedur
invasif (AORN, 2013).
2. Fase Pelayanan Perioperatif
a) Fase Pre-Operatif
Fase praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi
pembedahan. Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan
dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di
bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit
gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat
kamar bedah (Muttaqin & Sari, 2009).
b) Fase Intra Operatif

6
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif
(Hipkabi, 2014). Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan infus, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan
kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien. Dalam hal ini sebagai contoh memberikan dukungan
psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau
membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan
prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh (Smeltzer, 2010).
c) Fase Post Operatif
Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
(recovery room) atau ruang intensive dan berakhir berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan rawat inap, klinik, maupun di rumah.lingkup
aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode
ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anastesi dan memantau
fungsi vital serta mencegah komplikasi. (Hipkabi,2104)

B. KONSEP APENDISITIS
1. Pengertian
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling
umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling
umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare, 2013).
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis yang
terjadi pada apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi pada
lumen apendiks. Gejala yang pertama kali dirasakan pada umumnya adalah
berupa nyeri pada perut kuadran kanan bawah. Selain itu mual dan muntah sering

7
terjadi beberapa jam setelah muncul nyeri, yang berakibat pada penurunan nafsu
makan sehingga dapat menyebabkan anoreksia (Fransisca dkk, 2019)
2. Etiologi
Obstruksi atau penyumbatan pada lumen apendiks menyebabkan radang
apendiks. Lendir kembali dalam lumen apendiks menyebabkan bakteri yang
biasanya hidup di dalam apendiks bertambah banyak. Akibatnya apendiks
membengkak dan menjadi terinfeksi. Sumber penyumbatan meliputi (NIH &
NIDDK, 2012) :
a. Fecalith (Massa feses yang keras)
b. Benda asing (Biji-bijian)
c. Tumor apendiks
d. Pelekukan/terpuntirnya apendiks
e. Hiperplasia dari folikel limfoid
Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi
mukosa apendiks oleh parasit Entamoeba histolytica (Warsinggih, 2016).
3. Klasifikasi
a) Apendisitis Akut
Apendisitis akut sering muncul dengan gejala yang khas, didasari oleh
radang mendadak pada apendiks yang disertai maupun tidak disertai rangsang
peritoneum lokal. Gejala apendisitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang
merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini
sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc. Burney. Nyeri dirasakan lebih
tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
b) Apendisitis Kronik
Diagnostik apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan
adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu. Radang kronik
apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dengan kritea fibrosis
menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial atau total di adanya sel
inflamasi kronik.

8
4. Menifestasi Klinik
a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
b. Mual, muntah
c. Anoreksia, malaise
d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney
e. Spasme otot
f. Konstipasi, diare
5. Patofisiologi
Apendisitis terjadi karena disebabkan oleh adanya obstruksi pada lamen
apendikeal oleh apendikolit, tumor apendiks, hiperplasia folikel limfoid
submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris fekal), atauparasit E-
Histolytica. Selain itu apendisitis juga bisa disebabkan oleh kebiasaan makan
makanan yang rendah serat yang dapat menimbulkan konstipasi. Kondisi
obstruktif akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan
perkembangan bakteri. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan kongesti dan
penurunan perfusi pada dinding apendiks yang berlanjut pada nekrosis dan
inflamasi apendiks. Pada fase ini penderita mengalami nyeri pada area
periumbilikal. Dengan berlanjutnya pada proses inflamasi, akan terjadi
pembentukan eksudat pada permukaan serosa apendiks. Ketika eksudat ini
berhubungan dengan perietal peritoneum, maka intensitas nyeri yang khas akan
terjadi (Santacroce, 2009 dalam dalam muttaqin & kumala sari, 2011).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan sel darah putih (Leukosit) hingga 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi
peningkatan yang lebih, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami
perforasi.
b. Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu).
2) Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai inflamasi dari apendiks.

9
3) CT – Scan
Pemeriksaan CT – Scan pada abdomen untuk mendeteksi apendisitis dan
adanya kemungkinan perforasi.
4) C – Reactive Protein (CRP)
C – Reactive Protein (CRP) adalah sintesis dari reaksi fase akut oleh hati
sebagai respon dari infeksi atau inflamasi. Pada apendisitis didapatkan
peningkatan kadar CRP.
(Mutaqqin, Arif & Kumala Sari 2011)
7. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah perforasi appendisitis. Perforasi
usus buntu dapat mengakibatkan periappendiceal abses (kumpulan nanah yang
terinfeksi atau difus peritonitis (infeksi selaput perut dan panggul). Alasan utama
terjadinya perforasi apendiks adalah keterlambatan dalam diagnosis dan
pengobatan. Secara umum, semakin lama penundaan antara diagnosis dan
operasi, semakin besar kemungkinan terjadi perforasi. Risiko perforasi 36 jam
setelah timbulnya gejala paling sedikit 15%. Oleh karena itu, setelah didiagnosis
radang usus buntu, operasi harus dilakukan tanpa adanya penundaan.
Sebuah komplikasi yang kurang umum radang usus buntu adalah
penyumbatan usus. Penyumbatan terjadi ketika peradangan usus buntu sekitarnya
menyebabkan otot usus berhenti bekerja dan ini menghambat isi usus
melewatinya. Jika usus diatas penyumbatan mulai terisi dengan cairan dan gas,
perut akan membesar, mual dan muntah dapat terjadi.
Komplikasi yang ditakuti dari radang usus buntu adalah sepsis, yaitu suatu
kondisi ketika bakteri menginfeksi maksus ke dalam darah dan perjalanan bke
bagian lain tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius, bahkan mengancam
nyawa.
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada penderita apendisitis yaitu dengan tindakan
pembedahan/Apendiktomi
a. Pengertian Apendiktomi

10
Apendiktomi adalah intervensi bedah untuk melakukan pengangkatan
bagian tubuh yang mengalami masalah atau mempunyai penyakit.
Apendiktomi dapat dilakukan dengan dua metode pembedahan yaitu
pembedahan secara terbuka/ pembedahan konveksional (laparotomi) atau
dengan menggunakan teknik laparoskopi yang merupakan teknik pembedahan
minimal infasif dengan metode terbaru yang sangat efektif (Berman& kozier,
2012 dalam Manurung, Melva dkk, 2019)
Laparoskopi apendiktomi adalah tindakan bedah invasive minimal
yang paling banyak digunakan pada apendisitis akut. Tindakan ini cukup
dengan memasukkan laparoskopi pada pipa kecil (trokar) yang dipasang
melalui umbilikus dan dipantau melalui layar monitor. Sedangkan
Apendiktomi terbuka adalah tindakan dengan cara membuat sayatan pada
perut sisi kanan bawah atau pada daerah Mc Burney sampai menembus
peritoneum.
b. Tahap Operasi Apendiktomi
a) Tindakan sebelum operasi
 Observasi pasien
 Pemberian cairan melalui infus intravena guna mencegah dehidrasi
dan mengganti cairan yang telah hilang
 Pemberian analgesik dan antibiotik melalui intravena
 Pasien dipuasakan dan tidak ada asupan apapun secara oral
 Pasien diminta melakukan tirah baring
b) Tindakan Operasi
 Perawat dan dokter menyiapkan pasien untuk tindakan anastesi
sebelum dilakukan pembedahan
 Pemberian cairan intravena ditujukan untuk meningkatkan fungsi
ginjal adekuat dan menggantikan cairan yang telah hilang.
 Aspirin dapat diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu
 Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi.

11
c) Tindakan Pasca Operasi
 Observasi TTV
 Sehari pasca operasi, posisikan pasien semi fowler, posisi ini dapat
mengurangi tegangan pada luka insisi sehingga membantu mengurangi
rasa nyeri
 Sehari pasca operasi, pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat
tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri tegak
dan duduk diluar kamar
 Pasien yang mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan
cairan melalui intravena. Cairan peroral biasanya diberikan bila pasien
dapat mentoleransi
 Dua hari pasca operasi, diberikan makanan saring dan pada hari
berikutnya dapat diberikan makanan lunak.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pre operasi
a. Pengkajian pre operasi
Pengkajian keperawatan apendisitis menurut Muttaqin & Sari (2011):
1) Pengkajian psikologis, meliputi perasaan takut/cemas dan keadaan emosi
pasien
2) Pengkajian fisik, pengkajian tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu dan nyeri
3) Sistem integumen, apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit kulit
di area badan
4) Sistem kardiovaskuler, apakah ada gangguan pada sisitem kardio, validasi
apakah pasien menderita penyakit jantung ?, kebiasaan minum obat
jantung sebelum operasi, kebiasaan merokok, minum alkohol, oedema,
irama dan frekuensi jantung
5) Sistem pernafasan, apakah pasien bernafas teratur dan batuk secara tiba-
tiba di kamar operasi

12
6) Sistem gastrointestinal, apakah pasien diare ?
7) Sistem reproduksi, apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
8) Sistem saraf, bagaimana kesadaran ?
9) Validasi persiapan fisik pasien, apakah pasien puasa, lavement, kapter,
perhiasan, make up, scheren, pakaian pasien perlengkapan operasi dan
validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
b. Diagnose keperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) (Tim Pokja DPP
PPNI, 2018), diagnosis keperawatan meruapakan suatu penilaian kritis
mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dilaminya baik yang berlangsung actual atau potensial. Diagnosa yang
sering muncul pada pre operasi adalah:
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera Fisiologis (inflamasi appendicitis)
DS :
P : klien mengatakan nyeri saat bergerak
Q :klien mengatakan nyeri seperti tertusuk - tusuk
R:klien mengatakan nyeri dibagian perut menjalar ke belakang
S: skala nyeri 6 dilihat dari raut muka klien
T:nyeri di rasa terus menerus
DO :
- Klien tampak meringis
- KU : Sedang
- kesadaran compos mentis
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi :98x/menit
- Suhu : 36,8 oC
2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
DS :
Klien mengatakan khawatir karena akan di operasi
DO :
- klien tampak gelisah

13
- klien tampak tegang
- klien sulit tidur
c. Rencana keperawatan
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) (Tim Pokja DPP
PPNI, 2018) intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan 3 diagnosa
diatas adalah:
1. Nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis ( inflamasi appendicitis )
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi lokasi , karakteristik, durasi, frekuensi, kulaitas nyeri, skala
nyeri, intensitas nyeri
2. Identifikasi respon nyeri non verbal.
3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri.

Terapeutik

4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.


5. Fasilitasi istirahat dan tidur.
6. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.

Edukasi

7. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3.8 Ajarkan teknik non farmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu


2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Reduksi ansietas (I.09314)
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.
2. Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal.
3. Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika perlu.

14
4. Dengarkan dengan penuh perhatian.
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
6. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
7. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu.
8. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
9. Latih teknik relaksasi.

Kolaborasi

10. Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu.


2. Intra operasi
a. Pengkajian fokus keperawatan intra operasi
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaestesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang
diberi anaestesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara garis
besar yang perlu dikaji adalah:
1) Pengkajian mental, bila pasien diberi anaestesi lokal dan pasien masih
sadar/terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak
cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
2) Pengkajian fisik, tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka
perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli
bedah).
3) Transfusi dan infuse, monitor flabot sudah habis apa belum.
4) Pengeluaran urin, normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1
cc/kg BB/jam.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan intraoperatif bedah apendisitis yang lazim menurut
standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) (Tim Pokja DPP PPNI,
2018) adalah sebagai berikut:
c. Rencana intervensi

15
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) (Tim Pokja DPP
PPNI, 2018) intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa
diatas adalah:
3. Post operasi
a. Pengkajian fokus keperawatan post operasi
Pengkajian post operasi dilakukan secara sitematis mulai dari pengkajian awal
saat menerima pasien, pengkajian status respirasi, status sirkulasi, status
neurologis dan respon nyeri, status integritas kulit dan status genitourinarius.
1) Status respirasi, meliputi: kebersihan jalan nafas, kedalaman pernafasaan,
kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2) Status sirkulasi, meliputi: nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
3) Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan, meliputi: keadaan drain dan terdapat pipa yang harus disambung
dengan sistem drainage.
5) Kenyamanan, meliputi: terdapat nyeri, mual dan muntah
6) Keselamatan, meliputi: diperlukan penghalang samping tempat tidur,
kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan
dapat berfungsi.
7) Perawatan, meliputi: cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran
cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
8) Nyeri, meliputi: waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat /memperingan.
b. Diagnosis Keperawatan
Post Operasi Diagnosa yang sering muncul pada post operasi sesuai dengan
standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) (Tim Pokja DPP PPNI,
2018) adalah:
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik (Prosedur operasi)
DS :
P: klien mengatakan nyeri saat bergerak

16
Q:klien mengatakan nyeri seperti disayat sayat
R:klien mengatakan nyeri dibagian perut
S: skala nyeri 4 dilihat dari raut muka klien
T:nyeri hilang timbul
DO :
- Klien tampak meringis
- KU : Sedang, kesadaran compos mentis
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi :80x/menit
- Suhu : 36,6 oC
- RR:20x/menit
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasif
DO :
Klien setelah operasi
c. Intervensi keperawatan
Menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) (Tim Pokja DPP
PPNI, 2018) intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa
diatas adalah:
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik (Prosedur operasi)
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi lokasi , karakteristik, durasi, frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas
nyeri, skala nyeri.
2. Identifikasi respon nyeri non verbal.
3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri.

Terapeutik

4. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.


5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
6. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.

17
Edukasi

7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.


8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi

10. Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu


2. Resiko infeksi b.d efek prosedur infasif
Pencegahan infeksi (I.14539)
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik.
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada area edema.
4. Cuci tangan seblum dan sesudah kontak dengan klien dan lingkungan
klien.
5. Pertahankan teknik aseptic pada klien beresiko tinggi.

Edukasi

6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.


7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
8. Ajarkan etika batuk.
9. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
10. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

11. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu.

D. ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal MRS : 10 Oktober 2021 Jam Masuk : 20.00 WIB

18
Tanggal pengkajian : 11 Oktober 2021 No RM : 20.xx.xx
Jam Pengkajian : 12.00 WIB Diagnosa masuk : Apendisitis

IDENTITAS

1. Nama Pasien : Ny.T


2. Umur : 26 Tahun
3. Suku Bangsa : Melayu
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : D-3
6. Pekerjaan : Bidan
7. Alamat : jalan suwignyo
8. Penanggung Jawab biaya : BPJS
9. Nama : Tn. T
10. Alamat : jalan suwignyo

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1. Keluhan Utama
Nyeri pada perut kanan bawah
2. Keluhan Penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak 2 hari sebelum ke rumah
sakit, lalu klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 10 Oktober 2021 dan dirawat di
ruang igd lalu dibawa ke ruang Flamboyan. Klien mengatakan mual dan muntah pada
saat pertama masuk rumah sakit .
P: klien mengatakan nyeri saat bergerak
Q:klien mengatakan nyeri seperti tertusuk –tusu
R:klien mengatakan nyeri dibagian perut menjalar ke belakang
S: skala nyeri 6 dilihat dari raut muka klien
T:nyeri di rasa terus menerus

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : tidak
2. Riwayat penyakit kronik dan menular : tidak
3. Riwayat kontol : tidak

19
4. Riwayat penggunaan obat : tidak
5. Riwayat alergi : tidak
6. Riwayat operasi : tidak

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Klien mengatakan Keluarga tidak ada yang memiliki kelainan / kecacatan dan menderita
suatu penyakit yang berat
GENOGRAM

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

1. Alkohol : tidak
2. Merokok : tidak
3. Obat : tidak
4. Olahraga : tidak

Observasi dan pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum
a. Posisi Pasien : terbaring di tempat tidur
b. Alat medis yang terpasang : infus RL 20tpm pada tangan sebelah kiri
2. Kesadaran
a. Kualitatif : Compos Mentis

20
b. Kuantitatif : GCS : E 4 M 6 V 5, total : 15
3. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
S : 36,6 N : 98 x/menit TD : 130/90 mmHg RR : 22 x/menit
4. Kenyamanan/Nyeri
a. Nyeri : iya
b. P: klien mengatakan nyeri saat bergerak
Q: klien mengatakan nyeri seperti tertusuk–tusuk
R:klien mengatakan nyeri dibagian perut menjalar ke belakang
S: skala nyeri 6 dilihat dari raut muka klien
T:nyeri di rasa terus menerus
5. Status Fungsional/Aktivitas dan Mobilisasi Barthel Indeks

N Fungsi Skor Uraian Nilai


o Skor
1. Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali/tak teratur
defekasi (BAB) (perlu pencahar)
1 Kadang-kadang tak terkendali
2 Mandiri
2. Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali/pakai kateter
berkemih (BAK)
1 Kadang-kadang tak terkendali
(1 x 24 jam)
2 Mandiri
3. Membersihkan diri (cuci 0 Butuh pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, sikat gigi)
1 mandiri
4. Penggunaan jamban, masuk 0 Tergantung pertolongan orang
dan keluar (melepaskan,
memakai celana,
membersihkan, menyiram)
1 Perlu pertolongan pada
beberapa kegiatan tetapi dapat
mengerjakan sendiri kegiatan
yang lain
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong

21
makanan
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari berbaring 0 Tidak mampu
ke duduk
1 Perlu banyak bantuan untuk
bisa duduk (2 orang)
2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi
roda
2 Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 Mandiri
8. Memakai baju 0 Tidak mampu
1 Sebagian dibantu (misalnya
mengancing baju)
2 Mandiri
9. Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor 10 Kategori ketergantungan :
sedang

Keterangan :
20 = Mandiri
12 – 19 = Ketergantungan ringan
9 – 11 = Ketergantungan sedang
5 – 8 = Ketergantungan berat
0 – 4 = Ketergantungan total

6. Pemeriksaan Kepala
Finger print : tengah
Frontal : terhidrasi
Rambut :
a. Kulit kepala : bersih
b. Warna : hitam

22
c. Mudah Patah : tidak
d. Bercabang : Tidak
e. Cerah/kusam : rambut cerah
f. Kelainan : tidak
Mata
a. Sklera : putih
b. Konjungtiva : tidak anemis
c. Palpebra : tidak ada edema
d. Kornea : jernih
e. Reflek cahaya : +
f. Pupil : isokor
g. Kelainan : tidak ada
Hidung
a. Pernapasan Cuping Hidung : tidak ada
b. Posisi Septum Nasi : ditengah
c. Lubang Hidung : tidak ada sumbatan
d. Ketajaman Penciuman : normal
e. Kelainan : tidak ada
Rongga Mulut
a. Warna Bibir : merah
b. Warna Lidah : merah muda
c. Mukosa : lembab
d. Tonsil : tidak membesar
e. Letak Uvula : ditengah

Telinga
a. Daun/pina telinga : simetris kiri dan kanan
b. Kanalis telinga : bersih kiri dan kanan
c. Membran Timpani : normal
d. Ketajaman pendengaran : normal

23
e. Kesimpulan : tidak ada kelainan
7. Pemeriksaan Leher
a. Kelenjar getah bening : tidak ada kelainan
b. Tiroid : tidak ada pembengkakan
c. Posisi trakea : normal
d. JVP : normal
8. Pemeriksaan thorak : sistem pernafasan
a. Keluhan Batuk : tidak ada
b. Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas cepat frekuensi 22 x/menit, tidak
ada pernafasan cuping hidung, tidak ada otot bantu nafas
c. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus teraba sama kanan kiri
d. Perkusi : terdapat bunyi sonor
e. Auskultasi : tidak terdapat krepitasi
9. Pemeriksaan jantung : sistem kardiovaskuler
a. Keluhan : tidak ada
b. Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat pembengkakan
pada bagian dada
c. Palpasi : CRT < 2 detik, ujung jari tidak tabuh
d. Perkusi : batas jantung normal
e. Auskultasi : bunyi jantung I terdengar lup dan bunyi jantung II terdengar dup
dan tidak terdapat bunyi tambahan
10. Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Status Nutrisi
BB : 55 kg TB : 150 cm IMT : 24,4 kg/m² Kategori : berlebih
BAB
Frekuensi : 1 x/hari selama sakit
Konsistensi : lunak
Diet : jenis diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
Nafsu makan

Frekuensi : 3 x/hari
Porsi makan : habis
Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan/masa, tidak ada bayangan vena

24
Auskultasi : peristaltik usus 8xmenit terdengar lambat
Palpasi : abdomen teraba lunak, tidak terdapat pembesaran hepar, terdapat nyeri
lepas pada Mc.Berney
Perkusi : suara abdomen tympani, tidak ada asites
11. Sistem Persyarafan
a. Memori : panjang
b. Perhatian : dapat mengulang
c. Bahasa : baik
d. Kognisi : baik
e. Orientasi : dapat berorientasi pada orang
f. Saraf sensori : tidak ada keluhan
g. Saraf koordinasi (cerebral) : normal
h. Refleks Fisiologis : ditemukan adanya gerakan fleksi pada tangan kanan dan tangan
kiri saat dilakukan pemeriksaan refleks bisep dan ditemukan adanya gerakan ekstensi
saat dilakukan pemeriksaan refleks trisep
i. Refleks patologis : berupa refleks babinsky ditemukan adanya gerakan fleksi pada
jari – jari.
j. Keluhan pusing : tidak ada
k. Istirahat tidur
Frekuensi : 5-6 jam/hari
Gangguan tidur : sering terbangun saat nyeri saat ingin berkemih
l. Pemeriksaan saraf kranial
N1 : Klien dapat membedakan bau
N2 : Klien dapat melihat dan membaca tanpa memakai kacamata
N3 : Klien dapat menggerakkan bola mata kebawah dan kesamping
N4 : Pupil mengecil saat dirangsang cahaya
N5 : Klien dapat merasakan sensasi halus dan tajam
N6 : Klien mampu melihat benda tanpa menoleh
N7 : Klien bisa senyum dan menutup kelopak mata dengan tahanan
N8 : Klien dapat mendengar gesekan jari
N9 : Uvula berada ditengah dan simetris
N10 : Klien dapat menelan
N11 : Klien bisa melawan tahanan pada

25
N12 : Klien dapat menggerakkan lidah.
12. Sistem Perkemihan
a. Kebersihan : bersih
b. Keluhan kencing : tidak ada keluhan berkemih
c. Produksi urine
Frekuensi : ±900 ml/hari
Warna : kuning jernih
Bau : khas urine
13. Sistem muskuloskeletal dan Integumen
a. Pergerakan sendi : bebas
b. Kekuatan otot :5
c. Kelainan ekstremitas : tidak
d. Kelainan tulang belakang : tidak
e. Fraktur : tidak
f. Traksi/spalk/gips : tidak
g. Kompartemen syndrome : tidak
h. Kulit : Tidak terdapat peradangan dan ruam
i. Turgor : normal
j. Luka : tidak ada
k. Total nilai pada penilaian risiko decubitus adalah 19 (kategori : low risk)
l. Edema ekstremitas : tidak terdapat edema
m. Pitting edema : -
n. Ekskoriasis : tidak
o. Psoriasis : tidak
p. Urtikaria : tidak
14. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak terdapat pembesaran pada kelenjar
getah bening bagian leher. Tidak terdapat hipoglikemia dan hiperglikemia. Tidak terdapat
riwayat luka sebelumnya dan tidak terdapat riwayat amputasi sebelumnya.
15. Seksualitas dan Reproduksi
tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada kelainan pada genetalia
16. Keamanan Lingkungan
Total penilaian risiko Klien jatuh dengan skala morse adalah 0 (kategori: rendah)

26
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi klien terhadap penyakitnya


Pasien mengatakan ini adalah cobaan Tuhan
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Px tampak tegang dan gelisah
c. Reaksi saat interaksi
Px sangat kooperatif
d. Gangguan konsep diri
Px mengatakan tidak ada masalah

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

a. Mandi : 3 x/hari
b. Keramas : 1x/minggu
c. Memotong kuku : 1x/minggu
d. Merokok : tidak pernah
e. Alkohol : tidak pernah
f. Ganti pakaian : 3x/hari
g. Sikat gigi : 3x/hari

PEMERIKSAAN PENUNJANG

TANGGAL JENIS PEMERIKSAAN HASIL


11 Oktober 2021 HbsAg Reaktif
Pukul : 18.50
WIB
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 13.9 g/dL (13.0 – 18.0)
Leukosit 8.7 10^3/uL (4.00 - 10.00)
Eritrosit 4.87 10^6/uL (4.50 – 6.20)
Hematokrit 40 % (40.0 – 54.0)
Trombosit 278 10^3/uL (150 - 450)
Elektrolit darah
Kalsium (ion) 1.40 mmol/L (1.12 – 1.32)
Natrium 134 mmol/L (136-146)
Kalium 3.8 mmol/L (3.5 – 5.1)
SGOT (AST) 16 U/L (<= 40)
SGPT (ALT) 40 U/L (<= 41)

27
Ureum darah 32.9 mg/dL (16.6-48.5)
Rontgen Tidak ada Tidak ada
EKG Tidak ada Tidak ada
USG Sugestif Appendiksitis Gambaran appendiks kronis
Acute

OBAT YANG DITERIMA


TANGGAL NAMA OBAT DOSIS
10 Oktober 2021 Antasida 3x1 (Oral)
Ranitidine 150 Mg 2x1 (IV)

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS : Agen pencedera Nyeri akut
P : klien mengatakan nyeri saat Fisiologis (inflamasi
bergerak appendicitis)
Q :klien mengatakan nyeri seperti
tertusuk - tusuk
R:klien mengatakan nyeri dibagian
perut menjalar ke belakang
S: skala nyeri 6 dilihat dari raut muka
klien
T:nyeri di rasa terus menerus

DO :
- Klien tampak meringis
- KU : Sedang
- kesadaran compos mentis
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi :98x/menit
- Suhu : 36,8 oC
2. DS : Kurang terpapar Ansietas
- Klien mengatakan khawatir informasi

28
karena akan di operasi

DO :
- klien tampak gelisah
- klien tampak tegang
- klien sulit tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERASI KLIEN DENGAN APPENDISITIS

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Nyeri akut Agen pencedera
P: klien mengatakan nyeri saat fisik (Prosedur
bergerak operasi)
Q:klien mengatakan nyeri seperti
disayat sayat
R:klien mengatakan nyeri dibagian
perut
S: skala nyeri 4 dilihat dari raut muka
klien
T:nyeri hilang timbul

DO :
- Klien tampak meringis
- KU : Sedang, kesadaran compos
mentis
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi :80x/menit
- Suhu : 36,6 oC
- RR:20x/menit
2. DO : Resiko infeksi efek prosedur infasif
Klien setelah operasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
KODE DIAGNOSA DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL DITEMUKAN
D.0077 Nyeri akut b.d Agen pencedera 12 Oktober 2021

29
Fisiologis (inflamasi appendicitis)
D.0080 Ansietas b.d kurang terpapar 12 Oktober 2021
informasi
D.0077 Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik 13 Oktober 2021
(Prosedur operasi)
D.0142 Resiko infeksi b.d efek prosedur 13 Oktober 2021
infasif

INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
12 Oktober 2021 Nyeri akut keperawatan selama 3X24 Manajemen nyeri
berhubungan jam diharapkan tingkat (I.08238)
dengan agen nyeri (L.08066) dapat Observasi
pencedera fisiologi menurun dengan Kriteria 9. Identifikasi lokasi ,
(inflamasi Hasil : karakteristik, durasi,
appendicitis) 1. Keluhan nyeri frekuensi, kulaitas
menurun. nyeri, skala nyeri,
2. Meringis menurun intensitas nyeri
3. Sikap protektif 10. Identifikasi respon
menurun. nyeri non verbal.
4. Gelisah menurun. 11. Identifikasi factor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri.
Terapeutik
12. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
13. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
14. Kontrol lingkungan
yang memperberat

30
rasa nyeri.
Edukasi
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri 3.8
Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
12 Oktober 2021 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
berhubungan keperawatan selama 3X24 (I.09314)
dengan kurang jam tingkat ansietas Observasi
terpapar informasi (L.01006) menurun dengan 11. Identifikasi saat
Kriteria Hasil : tingkat ansietas
1. Verbalisasi berubah.
kebingungan menurun. 12. Monitor tanda tanda
2. Verbalisasi khawatir ansietas verbal non
akibat menurun. verbal.
3. Perilaku gelisah 13. Temani klien untuk
menurun. mengurangi
4. Perilaku tegang kecemasan jika perlu.
menurun 14. Dengarkan dengan
penuh perhatian.
15. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan.
16. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
17. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama

31
klien, jika perlu.
18. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
19. Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
20. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas jika
perlu.

INTERVENSI POST OPERASI DENGAN APENDISITIS


HARI/TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
13 Oktober 2021 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.08238)
agen pencedera fisik tingkat nyeri (L.08066) Observasi
(Prosedur oprasi) menurun dengan Kriteria 11. Identifikasi lokasi ,
Hasil : karakteristik,
1. Keluhan nyeri durasi, frekuensi,
menurun. kulaitas nyeri,
2. Meringis menurun. intensitas nyeri,
3. Sikap protektif skala nyeri.
menurun. 12. Identifikasi respon
4. Gelisah menurun. nyeri non verbal.
5. Frekuensi nadi 13. Identifikasi factor
membaik yang memperberat
dan memperingan
nyeri.
Terapeutik
14. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri.

32
15. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri.
16. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
17. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
18. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
19. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri.
Kolaborasi
20. Kolaborasi
pemberian
analgetik bila perlu

13 Oktober 2021 Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi


ditandai dengan efek tindakan keperawatan (I.14539)
prosedur infasif tingkat infeksi (L.14137) Observasi
dengan Kriteria Hasil : 12. Monitor tanda dan
1. Kebersihan tangan gejala infeksi local
meningkat. dan sistemik.
2. Kebersihan badan 13. Batasi jumlah

33
meningkat. pengunjung
3. Demam, kemerahan, 14. Berikan perawatan
nyeri, bengkak kulit pada area
menurun. edema.
4. Kadar sel darah putih 15. Cuci tangan seblum
meningkat dan sesudah kontak
dengan klien dan
lingkungan klien.
16. Pertahankan teknik
aseptic pada klien
beresiko tinggi.
Edukasi
17. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi.
18. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar.
19. Ajarkan etika
batuk.
20. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
21. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
22. Kolaborasi
pemberian
imunisasi jika
perlu.

IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

34
HARI/TANGGA TINDAKAN EVALUASI
L DAN JAM KEPERAWATAN
Hari ke 1 Melakukan Pengkajian DS :
12 Oktober 2021 1. Mengidentifikasi lokasi, - Klien mengatakan nyeri saat bergerak.
15.1 WIB karakteristik, durasi, - Klien mengatakan nyeri sperti terusuk
frekuensi, kualitas, tusuk.
intensitas nyeri - Klien mengatakan nyeri di bagian perut
2. Mengidentifikasi respon menjalar ke belakang.
nyeri non verbal. - Klien mengatakan paham diajarkan
3. Mengidentifikasi faktor teknik nafas dalam
yang memperberat dan - Klien mengatakn nyerinya sedikit
memperingan nyeri. berkurang
4. Memberikan teknik non
farmakologis untuk DO :
mengurangi rasa nyeri. - Klien tampak gelisah
5. Mengajarkan teknik non - Klien tampak meringis
farmakologis untuk - Klien mencoba mempraktekkan teknik
mengurangi rasa nyeri . nafas dalam
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 98x/menit
- Suhu : 36,8 Oc
- RR : 22x/menit
19.00 1. Mengidentivikasi saat DS :
tingkat ansietas berubah. - klien merasa khawatir karena akan di
2. Memonitor tanda tanda operasi
ansietas verbal non verbal. - klien mengatakan paham atas penjelasan
3. Menjelaskan prosedur, mahasiswa
termasuk sensasi yang - keluarga klien mengatakan selalu
mungkin dialami. menjaga klien setiap saat
4. Menganjurkan keluarga - klien mengatakan khawatirnya
untuk tetap bersama klien, berkurang
jika perlu.
5. Melatih teknik relaksasi. DO :

35
- klien tampak gelisah
- klien tampak tegang
- klien tampak mempraktikkan teknik
nafas dalam
Hari 2 1. Memonitor tanda dan gejala DS :
13 Oktober 2021 infeksi local dan sistemik. - Klien mengatakan mengerti atas apa
17.00 2. Mencuci tangan seblum dan yang dijelaskan
sesudah kontak dengan klien - Klien mengatakan tidak ada tanda
dan lingkungan klien. infeksi seperti yang dijelaskan.
3. Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi. DO :
4. Mengajarkan cara mencuci Klien tampak paham atas apa yang
tangan dengan benar dijelaskan
5. Mengajarkan etika batuk.
6. Menganjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
7. Menganjurkan
meningkatkan asupan cairan

19.30 1. Mengidentifikasi lokasi , DS :


karakteristik, durasi, - Klien mengatakan nyeri saat bergerak.
frekuensi, kulaitas nyeri, - klien mengatakan nyeri sperti disayat
intensitas nyeri, skala nyeri. sayat
2. Mengidentifikasi respon - klien mengatakan nyeri di bagian perut.
nyeri non verbal. - Klien mengatakan paham diajarkan
3. Memberikan teknik non teknik nafas dalam
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. DO :
4. Mengajarkan teknik non - Klien tampak gelisah
farmakologis untuk - Klien tampak meringis
mengurangi rasa nyeri. - Klien mencoba mempraktekkan teknik
nafas dalam

36
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 85x/menit
- Suhu : 36,6 oC
- RR : 20x/menit

Hari 3 1. Mengidentifikasi lokasi , DS :


14 Oktober 2021 karakteristik, durasi, - Klien mengatakan nyeri berkurang
11.00 frekuensi, kulaitas nyeri,
intensitas nyeri, skala nyeri. DO :
- Klien tampak rilex
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,6 oC
- RR : 20x/menit

12.00 1. Memonitor tanda dan gejala DS :


infeksi local dan sistemik. - Klien mengatakan tidak ada tanda infeksi
2. Menganjurkan seperti yang dijelaskan
meningkatkan asupan
nutrisi. DO :
3. Menganjurkan - Tidak tampak tanda tanda infeksi pada
meningkatkan asupan luka
cairan.

37
EVALUASI KEPERAWATAN

HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI (SOAP))


KEPERAWATAN
Hari ke 1 Dx 1 S:
12 Oktober 2021 Nyeri akut berhubungan P: klien mengatakan nyeri saat bergerak
dengan agen pencedera Q:klien mengatakan nyeri seperti
fisiologi (inflamasi tertusuk -tusuk
appendicitis) R:klien mengatakan nyeri dibagian perut
menjalar ke belakang
S: skala nyeri 6 dilihat dari raut muka
klien
T:nyeri di rasa terus menerus - Klien
mengatakan nyeri sedikit berkurang

O:
- klien tampak meringis
- KU : Sedang, kesadaran compos
mentis
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi :98x/menit
- Suhu : 36,8 oC –
- RR:22x/menit

A:
Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dihentikan (klien operasi)

Dx 2 S:
Ansietas berhubungan - klien merasa khawatir karena akan
dengan kurang terpapar di operasi
informasi - klien mengatakan paham atas

38
penjelasan mahasiswa
- keluarga klien mengatakan selalu
menjaga klien setiap saat
- klien mengatakan khawatirnya
berkurang

O:
- klien tampak gelisah
- klien tampak tegang
- klien tampak mempraktikkan teknik
nafas dalam

A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Intervensi dihentikan (klien operasi)
Hari ke 2 DX 3 S:
13 Oktober 2021 Nyeri akut berhubungan - Klien mengatakan nyeri saat
dengan agen pencedera bergerak.
fisik (Prosedur oprasi) - klien mengatakan nyeri sperti
disayat sayat
- klien mengatakan nyeri di bagian
perut
- Klienn mengatakan paham diajarkan
teknik nafas dalam

O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak meringis
- Klien mencoba mempraktekkan
teknik nafas dalam
- TD : 120/80 mmHg

39
- Nadi : 85x/menit
- Suhu : 36,6 oC
- RR : 20x/menit

A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
1. mengidentifikasi lokasi ,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kulaitas nyeri, intensitas nyeri, skala
nyeri.
2. mengidentifikasi respon nyeri non
verbal.
3. memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
4. mengajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
DX 4 S:
Risiko Infeksi ditandai - Klien mengatakan mengerti atas apa
dengan efek prosedur yang dijelaskan.
infasive (D.0142) - Klien mengatakan tidak ada tanda
infeksi seperti yang dijelaskan.

O:
- Klien tampak paham atas apa yang
dijelaskan
- RR : 20x/menit

A:

40
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan klien dan lingkungan
klien.
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
4. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.
5. Ajarkan etika batuk.
6. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
7. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan.
Hari ke 3 DX 3 S:
14 Oktober 2021 Nyeri akut berhubungan - Klien mengatakan nyeri berkurang
dengan agen pencedera
fisik (Prosedur oprasi)
(D.0077) O:
- Klien tampak rilex - Klien tampak
rilex
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,6 oC
- RR : 20x/menit

A:
Masalah teratasi sebagian

P:

41
Hentikan intervensi (klien Pulang).

DX 4 S:
Risiko Infeksi ditandai - Klien mengatakan tidak ada tanda
dengan efek prosedur infeksi seperti yang dijelaskan
infasive (D.0142)
O:
- Tidak tampak tanda tanda infeksi
pada luka

A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Hentikan intervensi (klien Pulang).

42
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

43

Anda mungkin juga menyukai