Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Diabetus Mellitus


Sasaran : Tn. P
Tempat : Rumah Pasien
Hari/Tanggal : Jumat, 17 Desember 2021
Waktu : 1 x 30 menit
Pelaksana : Ismi Nurfadillah

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan Penyuluhan selama 30 menit, peserta mampu memahami
tentang penyakit diabetes mellitus.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah kegiatan penyuluhan dilakukan peserta dapat :
a. Menjelaskan pengertian diabetes mellitus
b. Menyebutkan klasifikasi diabetes mellitus
c. Menyebutkan penyebab diabetes mellitus
d. Menyebutkan gejala diabetes mellitus
e. Menjelaskan pengobatan diabetes mellitus
f. Menyebutkan komplikasi diabetes mellitus
C. MATERI
a. Pengertian diabetes mellitus
b. Klasifikasi diabetes mellitus
c. Penyebab diabetes mellitus
d. Gejala diabetes mellitus
e. Pengobatan diabetes mellitus
f. Komplikasi diabetes mellitus
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. ALAT DAN MEDIA


1. Leaflet
2. Lembar Duduk

F. SUSUNAN ACARA PENYULUHAN


KEGIATAN
NO TAHAP Penyuluh Peserta
1. Menjawab Salam
1. Menyampaikan salam
2. Mendengarkan
pembuka 3. Memperhatikan
Pembukaan 2. Memperkenalkan diri
1
5 menit 3. Menyampaikan tujuan
penyuluhan
4. Kontrak waktu
1. Menggali pengetahuan peserta 1. Menjawab
tentang diabetes mellitus pertanyaan
2. Menyampaikan materi tentang : 2. Memperhatikan dan
a. Pengertian diabetes mellitus mendengarkan
b. Klasifikasi diabetes mellitus
c. Penyebab diabetes mellitus
Pelaksanaan d. Gejala diabetes mellitus
2
15 menit e. Pengobatan diabetes mellitus
f. Komplikasi diabetes mellitus

1. Tanya jawab tentang materi yang 1. Bertanya dan


telah diberikan menjawab pertanyaan
2. Menanyakan kepada peserta :
Diskusi dan a) Pengertian diabetes mellitus
3 b) Klasifikasi diabetes mellitus
Evaluasi
c) Penyebab diabetes mellitus
5 menit
d) Gejala diabetes mellitus
e) Pengobatan diabetes mellitus
f) Komplikasi diabetes mellitus
3. Membagikan Leaflet
1. Mendengarkan
1. Menyimpulkan kegiatan penyuluhan 2. Menjawab salam
Terminasi 2. Mengucapkan terima kasih atas peran
4
5 menit serta peserta
3. Menyampaikan salam penutup

G. DESKRIPSI PENGORGANISASIAN
1. Moderator
a. Mengatur jalannya penyuluhan
b. Menyampaikan judul materi
c. Mengatur kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus
e. Memperkenalkan penyaji materi, fasilitator, memberi salam pembuka
2. Penyaji
a. Menyajikan materi penyuluhan dan
b. Menjawab pertanyaan dari peserta
3. Observer : Mengamati dan menilai proses penyuluhan
4. Fasilitator : Menstimulasi peserta yang tidak aktif

H. EVALUASI

1. Evaluasi proses
a. Bpk. P antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Bpk. P mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai.
c. Bpk. P mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
2. Evaluasi Hasil
a. Bpk. P dapat menjelaskan pengertian diabetes mellitus
b. Bpk P dapat menyebutkan klasifikasi diabetes mellitus
c. Bpk P dapat menjelaskan penyebab diabetes mellitus
d. Bpk P dapat menjelaskan gejala diabetes mellitus
e. Bpk P dapat menjelaskan pengobatan diabetes mellitus
f. Bpk P dapat menjelaskan komplikasi diabetes mellitus
MATERI PENYULUHAN
“DIABETES MELLITUS”

A. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi
insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi dengan efektif. Hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah
adalah suatu efek yang sering dijumpai pada diabetes yang tidak terkontrol dan jika
dibiarkan, dalam jangka masa panjang dapat menyebabkan kerusakan pelbagai sistem
tubuh terutama sistem persarafan dan pembuluh darah (WHO, 2006).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, k erja insulin, atau kedua-duanya (ADA,
2010).
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan kelainan metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang disebabkan oleh karena adanya defisiensi insulin
baik relatif maupun absolut (Colledge et al, 2006).
Berdasarkan kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) tahun 2011, seseorang dikatakan menderita diabetes jika ada gejala
diabetes melitus dengan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL atau adanya gejala
klasik diabetes melitus dengan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL atau kadar
gula plasma 2 jam pada tes tolerans i glukosa oral (TTGO) ≥200 mg/dL (PERKENI,
2011). Dari berbagai definisi yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa diabetes
melitus adalah suatu penyakit metabolisme kronis yang disebabkan adanya kelainan
dari produksi, sekresi dan kerja insulin yang ditandai dengan dengan peninggian kadar
glukosa darah (hiperglikemia). Seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki
kadar glukosa darah ≥ 126 mg/dL dan ≥ 200 mg/dL pada tes glukosa darah sewaktu.
Untuk menilai prestasi diabetesi menjalankan diet, olahraga dan obat dengan
baik dapat dilihat di Rapor Diabetisi pada butir a, b, c, dan d. Ada 4 pedoman untuk
mengetahui Rapor Diabetisi, yaitu (Tjokroprawiro, 2012) :
1. Kadar Gula Darah sebelum Makan atau Puasa (GDP), target antara 70 - 130
mg/dl
2. Kadar Gula Darah 1 Jam Post Prandial (G1JPP) = 1 jam sesudah makan,
target < 180 mg/dl
3. Gula Darah Rerata dalam 1 hari (GDR), target < 170 mg/dl
4. Rapor 2 – 3 bulan terakhir (atau sering disebut ‖rapor akhir‖), yaitu A1C (dulu
namanya HbA1C) normal < 7 %.
B. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi etiologi diabetes melitus menurut American Diabetes Association (2007) :
Tabel 2.1. Klasifikasi etiologi Diabetes Melitus
Tipe Diabetes Melitus Keterangan
Tipe diabetes dengan defisiensi insulin absolut akibat
Tipe 1 kerusakan sel -sel β pankreas. Umumnya disebabkan :
1) Proses autoimun
2) idiopatik
Mulai dari yang predominan resistensi insulin dengan
Tipe 2
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek
sekresi insulin dengan resistensi insulin.

1. Defek genetik fungsi sel beta


2. Defek genetik kerja insulin
3. Penyakit eksokrin pankreas
Tipe lain 4. Endokrinopati
5. Karena obatan atau zat kimia
6. Infeksi
7. Imunologi
8. Sindroma genetik lain yang berhubungan dengan
diabetes melitus
Diabetes melitus gestational Diabetes semasa kehamilan
Sumber : Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th edition, 2008
C. Penyebab Diabetes Mellitus
Faktor-faktor resiko berhubungan dengan terjadinya diabetes melitus dapat dibagi
menjadi dua (WHO,2006), yaitu, :
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah (non -modifiable) :
a) Usia.
Resistensi insulin lebih cenderung terjadi seiring pertambahan usia.
b) Ras atau latar belakang etnis
Resiko diabetes melitus tipe 2 lebih besar pada hispanik, kulit hitam,
penduduk asli Hawaii. Hal ini disebabkan oleh nilai rata -rata tekanan darah
yang lebih tinggi, obesitas, dan pengaruh gaya hidup yang kurang sehat.
c) Riwayat penyakit diabetes melitus dalam keluarga.
Seseorang dengan ahli keluarga yang menderita deabet es melitus mempunyai
resiko yang lebih besar untuk menderita penyakit yang sama ini dikarenakan
gen penyebab diabetes melitus dapat diw arisi orang tua kepada anaknya
(Colledge et al, 2006)
2. Faktor resiko yang dapat diubah (modifiable) :
1) Obesitas
2) Gaya hidup
3) Hipertensi
4) Kadar glukosa darah
D. Gejala Diabetes Mellitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita diabetes. Kecurigaan adanya
diabetes perlu difikirkan apabila terdapat keluhan klasik diabetes melitus seperti di
bawah ini (Kumar dan Clark, 2005 ) :
1. Keluhan klasik diabetes melitus be rupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

E. Pengobatan Diabetes Mellitus


Diabetes melitus tipe 2 fase awal dapat ditangani dengan diet dan olahraga tetapi
seiring dengan berkembangya perjalanan penyakit diabetes melitus tipe dua ini
intervensi medika mentosa menjadi perlu untuk menangani hiperglikemia.
1. Penatalaksanaan Non-farmakologi
Cara yang paling efektif untuk meningkatkan sensitivitas insulin adalah
penurunan berat badan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 dengan berat badan
berlebih dan mempertahankan berat badan ideal (Gilby, 2007). Langkah ini
dapat dicapai dengan melakukan perubahan gaya hidup yaitu melakukan
olahraga dan kontrol diet. Kedua modalitas ini sangat efektif dalam
meningkatkan kerja insulin dengan cara memperbaiki sensitivitas insulin dan
menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 (Meeking,
2011).
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi dalam rangka untuk menurunkan kadar gula
darah adalah perlu apabila perubahan gaya hidup dan diet gagal untuk
mencapai atau mempertahankan kontrol glikemik n ormal (Gilby, 2007).
Obatan antidiabetik
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, oral dan suntikan.
a. Obat antidibetik oral.
Terdapat beberapa klasifikasi obatan antidiabetik oral dan yang paling
sering digunakan adalah dari golongan metformin, thiazolidinedio nes
(TZD), sulfonilurea, analog meglitidin, alpha glucosidase inhib itors,
insulin dan terapi GLP-1 (Meeking, 2011)
1) Metformin
Metformin adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dimana ia
tidak menstimulasi perlepasan insulin dari pankreas sebaliknya hanya
meningkatkan sensitivitas hepar terhadap insulin. Metformin
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menyebabkan hipoglikemi
dengan cara meransang pembentukan cadangan glikogen di otot
rangka.
2) Thiazolidinedione (TZD)
TZD juga adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dan
berfungsi sebagai Peroxisome Proliferator Activated Receptor -gamma
(PPARγ )agonist. TZD meningkatkan sensivitas insulin dengan cara
menstimulasi reseptor PPARγ pada jaringan lemak dimana TZD
membantu dalam meningkatkan transkripsi gene sensitif insulin seperti
GLUT 4, dan lipoprotein lipase.
3) Sulfonilurea
Obatan sulfonilurea menstimulasi sekresi insulin dari sel beta pankreas
untuk memberikan kesan hipoglikemi langsung. Obatan golongan ini
berikatan dengan reseptor sulfonilurea pada sel beta pankreas. Hal ini
menyebabkan ATP-sensitive potassium channel menutup dan
menyebabkan influks kalsium ke dalam sel dan menyebabkan pengaktifan
protein yang mengontrol granul insulin melalui aktivasi dari protein
kinase C.
4) Analog Meglitidine
Analog meglitidine menstimulasi fase pertama dari perlepasan insulin.
Sama seperti golongan sulfonilurea, golongan analog megdlitidine ini
berikatan dengan reseptor sulfonilurea pada sel beta pankreas. Obatan
golongan ini dapat diberikan secara kombinasi dengan agen hipoglikemi
yang lain kecuali sulfonilurea kerana cara keduanya akan berikatan pada
reseptor yang sama.
b. Obat antidiabetik non-oral
1) Insulin
Karena fungsi sel beta pankreas cenderung memburuk pada penyakit
diabetes melitus tipe 2, banyak pasien akhirnya akan memerlukan terapi
insulin. Terdapat tiga jenis insulin yaitu short-acting, long-acting dan
mixed insulin preparations.
2) Terapi GLP-1
GLP-1 dihasilkan dari gene proglukagon di L-cell pada usus halus dan
disekresikan sebagai respons terhadap nutrisi. GLP-1 memberikan efek
dengan cara menstimulasi perlepasan glucose-dependent insulin dari sel
islet pankreas.
Sepuluh petunjuk hidup sehat untuk pasien diabetes (Tjokroprawiro, 2012):
(1) G (Gula)
Batasi penggunaan gula dan makanan/minuman yang terlalu manis. Untuk
penderita Diabetes (Diabetisi), gula atau glukosa dilarang sama sekali. Motto
untuk para Diabetisi adalah Sugar is Disease. Para Diabetisi harus berusaha
regulasi DM yang baik dan berkesinambungan (target: A1C < 7%, kadar glukosa
darah sebelum makan < 130 mg/dl, glukosa darah 1 jam sesudah makan < 180
mg/dl).

(2) U (Urat = asam urat)


Batasi makanan yang mengandung banyak purin, karena purin dapat menimbulkan
hiperurisemia dengan efek samping antara lain: 1. mudah timbul agregasi
trombosit (penggumpalan darah) yang dapat memacu timbulnya aterosklerosis
penyampitan pembuluh darah, 2. dapat menyebabkan urolithiasis atau batu
saluran kencing, 3. dapat menyebabkan timbulnya penyakit gout atau sakit sendi.
Batasi lah makan atau konsumsi JAS-BUKKKET (Jerohan, Alkohol, Sarden, -
Burung dara, Unggas, Kacang Tanah, Kaldu, Kerang, Emping, Tape) agar kadar
asam urat dalam darah menjadi sekitar 5 sampai 7 mg/dl.
(3) L (Lemak atau Lipid)
Usahakan mencapai DESIREBLE LIPID TRIAD (kolesterol-total, trigliserida,
kolesterol-HDL) seperti di atas, atau cegahlah terjadinya dislipidemia (kadar
lemak darah yang tidak normal) dengan cara :
a) hindari makanan berlemak yang berlebihan, jangan terlalu sering makan di
restoran yang atherogenik, dan batasi makan TeK-KUK-CS2 (Telur, Keju -
Kepiting, Udang, Kerang - Cumi, Susu, Santan).
b) budayakan makan sayur dan buah-buahan setiap hari.
(4) O (Obesitas)
Cegah kegemukan atau gizi-lebih atau obesitas.
Usahakan IMT < 23, atau BBR < 110%)

(5) S (Sigaret)
Bagi para perokok, usahakan berhenti merokok. Sekarang sudah ada obat anti rokok,
namanya: tablet Champix®, yang harus diminum selama 12 minggu.
(6) H (Hipertensi)

Cegahlah konsumsi garam yang berlebihan, karena garam dapat memacu terjadinya
hipertensi (tekanan darah tinggi). Usahakan tensi tidak melebihi 130/80 mmHg.
(7) I (Inaktivitas)
Lakukan olahraga teratur setiap hari untuk menghilangkan kalori sekitar 300 kkal,
atau 2000 kkal/minggu, atau jalan kaki setiap hari kurang lebih sejauh 3 km, atau sit-
up dipinggir bed 50 – 200x/hari. Hindari inaktivitas (tidak berolahraga).
(8) S (Stres)
Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sehari untuk dapat meredam stress dan
merangsang regenerasi sel-sel tubuh. Atau, usahakan ―tidur semu‖ meskipun di
dalam mobil (tiduran, tidak bergerak, pejamkan mata, usahakan melepas semua
masalah).
(9) A (Alkohol)
Berhentilah minum alkohol
(10) R (Regular Chek Up)
Lakukan chek up (kontrol) secara teratur juga untuk orang normal atau Non-DM,
terutama untuk umur diatas 40 tahun. Bagi Diabetisi atau penderita yang mengidap
penyakit kardiovaskuler lakukan check up setiap 1, 2, 3 bulan atau lebih sering lagi.
Dalam melaksanakan Diet-Diabetes sehari-hari hendaknya diikuti pedoman “3J”
(Jumlah, Jadwal, Jenis), artinya :
1. J1: Jumlah: kalori yang diberikan harus habis.
2. J2: Jadwal: Diet harus diikuti sesuai dengan intervalnya, yaitu tiga jam.
3. J3: Jenis: makanan manis harus dihindari, termasuk pantang Buah
Golongan A. Jenis inilah yang paling sering menganggu kadar gula darah
(regulasi diabetes).
F. Komplikasi Diabetes Mellitus
Atherosklerosis adalah penyempitan pembuluh darah, yang pada diabetesi sering
terjadi pada otak, mata, jantung, ginjal, dan tungkai bawah. Apabila penyempitan
pembuluh dara terjadi pada (Tjokroprawiro, 2012):
1. otak, timbullah stroke (lumuh separo)
2. mata, mudah buta karena timbulnya retinopati diabetik (penyempitan dan
kerusakan pembuluh darah di retina)
3. jantung, mudah timbul penyakit jantung koroner atau infark jantung (mati
jantung mendadak), atau payah jantung akibat dari adanya kardiomiopati
4. ginjal, mudah timbul gagal ginjal kronik (nefropati diabetik)
5. tungkai bawah, mudah terjadi selulitis (radang kulit) atau gangrene (kaki
―busuk‖).
Dibandingkan dengan penderita Non-Diabetes Mellitus (normal) ternyata Diabetisi
mempunyai kecenderungan (Tjokroprawiro, 2012):
1. dua kali (2x) lebih mudah menderita stroke
2. dua puluh lima kali (25x) lebih mudah buta
3. dua kali (2x) lebih mudah mengalami penyakit jantung koroner / infark atau
payah jantung
4. tujuh belas kali (17x) lebih mudah mengalami gagal ginjal kronik dan
5. lima kali (5x) lebih mudah menderita selulitis atau gangren.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA) 2010, Diabetes Basic : Diagnosis and


Classification of Diabetes Mellitus, diakses pada tanggal 14 Maret 2015 di
<http://www.diabetes.org/>

Anthony S. Fauci, 2008. Harrison’s Internal Medicine, 17th Edition, USA, McGraw –
Hill

Colledge, N.R., Walker, B.R. and Ralston, S.H. 2006. Davidson’s Principles and
Practise of Medicine. 20th Ed. Edinburgh : Churchill Livingstone

Gilby, S 2007.Endocrinology. In : Longmore, M., Wilkinson, I., Turmezei, T.et al .


Oxford Handbook of Clinical Medicine . 7th Ed. New york : Oxford University
Press Inc.
Kumar, P.P.J. and Clark, M.L. 2005. Kumar & Clark : Clinical Medicine . Edinburgh
: Saunders Ltd

Meeking, D.R. 2011.Understanding Diabetes & Endocrinology: A Problem-Oriented


Approach. London, UK : Manson Publishing Ltd.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011, Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia

Tjokroprawiro, Askandar 2012, Garis Besar Pola Makan dan Pola Hidup sebagai
Pendukung Terapi Diabetes Mellitus, Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya,
RSUD Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga: Surabaya

World Helath Organization (WHO) 2006 Definition And Diagnosis Of Diabetes


Mellitus And Intermediate Hyperglycemia, diakses pad atanggal 14 Maret 2015
di<http://www.who.int/diabetes/publications/Definition%20and%20diagnosis
%20of%20diabetes_new.pdf>

Anda mungkin juga menyukai