Adenomiosis
Adenomiosis
PENDAHULUAN
1
Gambaran karakteristik utama pada histerosalfingografi (HSG) berupa
daerah yang sakit dengan kontras intravasasi, meluas dari cavum uteri ke dalam
miometrium. HSG memiliki sensitivitas yang rendah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Adenomiosis adalah penyakit jinak uterus yang dicirikan dengan adanya
kelenjar dan stroma endometrium ektopik dalam myometrium. Hal ini terjadi
akibat rusaknya batas antara stratum basalis endometrium dengan miometrium
sehingga kelenjar endometrium dapat menembus miometrium. Selanjutnya,
terbentuklah kelenjar intramiometrium ektopik yang dapat menyebabkan
hipertrofi & hiperplasia miometrium (difus atau lokal). 1,2,3,9
B. ANATOMI
3
echostruktur yang homogen dari uterus normal. Lapisan paling luar juga tipis,
dan sedikit kurang echogenic. 11,14,15
Uterus memiliki pemasok aliran darah ganda yaitu arteri uterina yang
berasal dari arteri illiaca interna dan pemasok aliran darah minor dari arteri
ovarii. Uterus mendapat pasokan arteri utama dari arteri uterina, cabang dari
divisi anterior a. Illiaca interna. Origin dari a. uterina berjalan di sebelah
medial dari levator ani ke titik sekitar 2 cm di atas cervix. A. Uterina berjalan
sepanjang margin uterus pada ligamentum mayora dan naik menuju ke cornua
lalu ke lateral menuju hillum ovarii dan bergabung dengan a. Ovarii. Cabang-
cabang dari a. uterina utama dan yang penetrasi ke myometrium membentuk
spoke wheel configuration dari pembuluh darah arcuata.11,18,19
4
C. EPIDEMIOLOGI
D. ETIOLOGI
E. PATOGENESIS
5
basalis sebagai sumber produksi untuk regenerasi endometrium akibat
degenerasi dari lapisan fungsional saat menstruasi. Pada saat proses
regenerasi, sel-sel epitel dari kelenjar basalis berhubungan langsung dengan
sel-sel stroma endometrium yang membentuk sistem
mikrofilamentosa/trabekula intraselular dan gambaran sitoplasma
pseudopodia. Beberapa perubahan morfologi pada epitel kelenjar
endometrium adenomiosis tidak dapat digambarkan. Namun dalam studi
invitro menunjukkan sel-sel endometrium memiliki potensial invasif dimana
potensial invasif ini bisa memfasilitasi perluasan lapisan basalis endometrium
ke dalam miometrium. 12,21,22
6
Reseptor estrogen merupakan syarat untuk pertumbuhan endometrium
yang menggunakan mediator estrogen. Meskipun masih belum jelas
evidensnya, hiperestrogenemia memiliki peranan dalam proses invaginasi
semenjak ditemukan banyaknya hiperplasia endometrium pada wanita dengan
adenomiosis. Konsentrasi estrogen yang tinggi diperlukan dalam
perkembangan adenomiosis sebagaimana halnya endometriosis. Hal ini
didukung bahwa penekanan terhadap lingkungan estrogen dengan pemberian
Danazol menyebabkan involusi dari endometrium ektopik yang dikaitkan
dengan gejala menoragia & dismenorea.12,23
F. KLASIFIKASI
Adenomyosis dapat dibedakan menjadi diffuse adenomyosis, focal
adenomysis dan cystic adenomyosis.13,24
G. MANIFESTASI KLINIS
Tidak ada gejala yang patognomonis untuk adenomiosis sehingga
menyebabkan rendahnya tingkat akurasi diagnosis preoperative. Dalam
sebuah studi dimana telah ditegakkan diagnosis patologis adenomiosis yang
dibuat dari specimen histerektomi, 35% penderitanya tidak memiliki gejala
yang khas. Gejala adenomiosis yang umum yaitu menorragia, dismenorea dan
pembesaran uterus. Gejala seperti ini juga umum terjadi pada kelainan
7
ginekologis yang lain. Gejala lain yang jarang terjadi yaitu dispareunia dan
nyeri pelvis yang kronis atau terus menerus.2,17,25
H. DIAGNOSIS
Diagnosis adenomiosis secara klinis sulit dan seringkali tidak akurat. Hal
ini disebabkan gejala adenomiosis yang tidak khas, dimana gejala tersebut
juga ditemukan pada fibroid uterus, perdarahan uterus disfungsional (PUD)
maupun endometriosis. Dulu, diagnosis adenomiosis hanya dapat ditegakkan
secara histologis setelah dilakukan histerektomi. Dengan kemajuan dalam
tehnik pencitraan, diagnosis prehisterektomi bisa ditegakkan dengan tingkat
akurasi yang tinggi.
I. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari adenomiosis adalah leiomyoma. Leiomyoma
merupakan tumor jinak di uterus yang paling sering dan merupakan penyebab
pembesaran uterus paling banyak pada wanita tidak hamil. Leiomioma dapat
8
ditemukan di submukosa, intramural, maupun subserosal. Lesi tersebut
seringkali multiple namun bisa juga ditemukan tunggal. Infertilitas dapat
terjadi bila leiomioma berjumlah banyak atau berada di submukosa atau
intracavitary yang dapat mengganggu transfer embrio dan implantasi. Pada
pemeriksaan HSG dapat ditemukan adanya filling defect yang berbatas tegas,
dan memiliki berbagai penampilan tergantung pada ukuran dan lokasi
tumor.15,16,26
J. PENATALAKSANAAN4
1. MEDIKAMENTOSA
a. Pil Kontrasepsi Oral dan Progestin
Walaupun belum adanya penelitian randomized controlled
trial (RCT) terhadap penggunaan pil kontrasepsinoral secara
kontinyu pada pasien adenomiosis, pasien dengan keluhan
dismenorea dan menoragia, namun terapi ini dapat menyebabkan
berkurangnya gejala.
Penggunaan progestin dosis tinggi secara kontinyu
misalnya penggunaan norethindrone acetate atau depot
medroxyprogesterone subkutan belum diteliti sebagai terapi
adenomiosis, namun mereka berperan sebagai agen hormonal
supresif yang dapat menyebabkan regresi adenomosis sementara
b. Levonogestrel Intrauterine Device
Levonogestrel intrauterine system (LNG-IUS) melepaskan
20 µg levonogestrel perhari, dosis tersebut efektif untuk terapi
adenomiosis. Levonogestrel intrauterine system menyebabkan
desidualisasi endometrium untuk mengurangi perdarahan dan
diduga bekerja langsung pada deposit adenomiotik dengan cara
melakukan down regulation reseptor estrogen. Hal ini yang akan
memperkecil ukuran focus, memperbaiki kontraktilitas uterus
untuk mengurangi perdarahan dan mengurangi dismenorea dengan
cara mengurangi produksi prostaglandin dalam endometrium.
9
c. Danazol
Danazol adalah turunan 19-nortestosterone androgen yang
memiliki efek seperti progestin yang menyebabkan inhibisi
langsung enzim ovarium yang berperan terhadap produksi estrogen
dan sekresi gonadotropin hipofisis. Penggunaan preparat ini pada
adenomiosis terbatas karena efek samping yang ditimbulkan
seperti kenaikan berat badan, kram otot, berkurangnya ukuran
payudara, timbulnya jerawat, hirsutisme, kulit berminyak,
penurunan tingkat lipoprotein densitas tinggi, peningkatan
konsentrasi enzim hati, hot flashes, perubahan mood, depresi dan
perubahan suara. Setelah terapi sistemik dengan danazol terjadi
penurunan reseptor estrogen yang menyebabkan ukuran uterus
mengecil dan membaiknya gejal.
d. GnRH agonist
GnRH agonist berikatan dengan reseptor GnRh di hipofisis
yang akan meyebabkan downregulation aktivitas Gn RH. Cara
pemberian terapi ini adalah injeksi secara subkutan atau
intramuscular. Terapi ini diberikan terbatas dalam 3-6 bulan karena
efek samping yang ditimbulkan, misalnya hot flushes dengan
penurunan densitas tulang.Beberapa penelitian yang menggunakan
preparat ini menunjukkan hasil adanya reduksi ukuran uterus,
induksi amenorea dan menghilangnya nyeri pelvis selama terapi 3-
6 bulan.
e. Aromatase Inhibitor
Ekspresi aromatase cytochrome P-450 telah diteliti pada
implant endometriosis. Enzim ini mengubah androgen menjadi
estrogen. Pada beberapa laporan kasus dan randomized trial terapi
ini berhasil untuk mengobati endometriosis derajat berat. Namun
belum ada penelitian mengenai peran aromatase inhibitor sebagai
pilihan pengobatan adenomiosis
2. PEMBEDAHAN
10
a. Histerektomi
Histerektomi telah lama menjadi alat diagnostik utama
sekaligus pilihan terapi yang efektif untuk adenomiosis.
Prosedurnya dapat dilakukan per abdominal, per vaginam dan
laparaskopi tergantung pada ukuran uterus, ada atau tidaknya
patologi pelvis serta pengalaman operator.
b. Ablasi dan Eksisi Menggunakan Histeroskopi
Histeroskopi operatif dapat digunakan untuk mereseksi
polip adenomatous. Ablasi endometrial dapat digunakan dengan
menggunakan teknik rollerball resection atau global ablation. Pada
pasien dengan adenomiosis superficial dengan penetrasi kurang
dari 2 mm dilakukan prosedur ablasi dengan hasil yang baik
c. Laparascopic Electrocoagulation
Prosedur laparaskopi dengan menggunakan jarum
monopolar ke dalam miometrium yang terlibat, kira-kira dengan
interval 1-2cm tergantung pada luasnya adenomiosis. Koagulasi
dilakukan menggunakan arus 50W ke kedalaman 3-25mm
sehingga menyebabkan nekrosis dan penyusutan miometrium.
d. Pembedahan Eksisi
Adenomiomektomi adalah eksis surgical jaringan
miometrium yang terkena adenomiosis pada pasien yang ingin
mempertahankan uterusnya. Pembedahan sitoreduktif ini dapat
dilakukan melalui insisi mini laparatomi atau dengan laparaskopi
tergantung pada luasnya dan lokasi adenomiosis. Adenomioma
yang terlokalisir lebih memungkinkan dilakukan eksisi secara
laparoskopi karena bentuknya menyerupai mioma.
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
intraperitoneal biasanya tampak jika tuba fallopii paten. Foto posisi supine
proyeksi anteroposterior dan oblik untuk memperoleh gambaran cavum uteri.19,20,28
13
leiomyoma dapat ditemukan filling defect yang besar maupun kecil, tunggal
maupun multiple dengan kontur yang halus maupun irregular.8,15,30
14
BAB IV
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
9. Sachit KV, Anna SL, Oksana HB, Diane B, Manisha V, Donald GM.
Adenomyosis: Sonohysterography with MRI Correlation. AJR. 2009;
192:1112–6
10. Henry K, Maohamed R. Uterus. Available from
http://radiopaedia.org/articles/uterus
11. Ie-Ming S. Functional anatomy: Female Genital System. Available from :
http://pathology2.jhu.edu/shihlab/index.cfm
12. Jo K. Adenomyosis: the pathophysiology of an oestrogen-dependent
disease. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology.
2006;20(4):493-502.
13. Alexandra S, Frank G. Adenomyosis of the uterus. Available from
http://radiopaedia.org/articles/uterus
14. Mesbahi S, Pourisa M, Refahi S, Tabarraei Y, Dehghan MH.
Hysterosalphingographic abnormalities in infertile woman. Research
Journal of Biological Sciences. 2009;4(4):430-2.
15. Firoozeh A, Fatemeh Z, Maryam N, Ahmad V. Uterine Leiomyoma:
Hysterosalpingographic Appearances. Royan Institue International Journal
of Fertility and Sterility. 2008;1(4): 137-144.
16. Benagiano G, Brosens I. Adenomyosis and Endometriosis Have a
Common Origin. The Journal of Obstetrics and Gynecology of India.
2011;146-152.
17. Sahni BS. Adenomyosis. Available from www.homeopathyclinic.com
18. Adrian CS, Nikola F, Cornelia UR, Michael KH, Rahel AKH,
Hysterosalpingography in the workup of female infertility: indications,
technique and diagnostic findings. Insights Imaging. 2012; 3:475–483.
19. Mesbahi S, Pourissa M, Refahi S, Tabarraei Y. Hysterosalpingographic
Abnormalities Infertile Women. Res.J.Biol.Sci. 2009;4:430-2.
20. William LS, Laura GB, Jolinda M. Hysterosalpingography: A Reemerging
Study. RadioGraphics 2006;26:419 – 431
17
21. Berek, JS. Berek & Novak's Gynecology 14th Ed. 2007. Pennsylvania :
Lippincott Williams & Wilkins.
22. Benagiano G and Brosens I. History of adenomyosis (Abstract). Best Pract
Res Clin Obstet Gynaecol. 2006 Aug;20(4):449-63. Epub 2006 Mar 2.
23. Campo S, Campo V, Benagiano G. Review Article Adenomyosis and
Infertility. Obstetrics and Gynecology International Volume 2012, Article
ID 786132.
24. Chopra S, Lev-Toaff AS, Ors F, Bergin D. Adenomyosis:Common and
Uncommon Manifestations on Sonography and Magnetic Resonance
Imaging, J Ultrasound Med 2006; 25:617–627.
25. DeCherney AH and Nathan L. Current Obstetric & Gynaecologic
Diagnosis & Treatment 9th Ed. 2003. New York : The McGraw-Hill
Companies, Inc.
26. Edmonds DK. Dewhurst’s Handbook of Obstetrics and Gynaecology 7 th
Ed. 2007. London : Blackwell Science, Ltd.
27. Ferenczy A. Pathophysiology of adenomyosis. Human Reproduction
Update 1998; 4: 312-322.
28. Parazzini F et al. Risk factors for adenomyosis. Human Reproduction
vol.12 no.6 pp.1275–1279, 1997.
29. Pernol ML. Benson and Pernol’s Handbook of Obstetrics and Gynecology
10th Ed. 2001. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.
30. Reuter, K. Adenomyosis Imaging, Online (cited on December 21 st 2012).
www.medscape.com.
31. Roservear SK. Handbook of Gynecology Management. 2002. London :
Blackwell Science, Ltd.
32. Shrestha A,Shrestha R,Sedhai LB,Pandit U. Adenomyosis at
Hysterectomy: Prevalence, Patient Characteristics, Clinical Profile and
Histopatholgical Findings.Kathmandu Univ Med J 2012;37(1):53-6.
18
LAMPIRAN
( Sumber : http://www.netterimages.com )
19
Gambar 2. Perbandingan uterus normal dengan adenomyosis
( Sumber : http://www.alternativesurgery.com/education/endometriosis/ )
(Sumber : Sachit KV, Anna SL, Oksana HB, Diane B, Manisha V, Donald GM.
Adenomyosis: Sonohysterography with MRI Correlation. AJR. 2009;192:1112–6)
20
Gambar 4. Diffuse adenomyosis. Pemeriksaan radiologi menunjukkan
irregularitas kontur uterus disertai gambaran outpouching kecil-kecil, temuan
yang mewakili adenomiosis difus
21
Gambar 6. Adenomiosis. Pada pemeriksaan HSG ditemukan Multiple spikula
dari kontras yang berakhir dengan gambaran kantong kecil (anak panah) dapat
dilihat meluas dari endometrium ke myometrium
Gambar 7. Uterus unicornu dan adenomiosis. Area dari akumulasi kontras pada
pemeriksaan HSG memberi gambaran honeycomb appearance(anak panah)
22
Gambar 8. Adenomiosis. Pemeriksaan HSG LPO menunjukkan karakteristik
akumulasi kontras yang berbentuk saccular (panah) yang menonjol di luar kontur
normal ronnga endometrium.
(Sumber Jill AS, Courtney AW, Elizabeth L, Mary MH. Female Infertility: A
Systematic Approach to Radiologic Imaging and Diagnosis. RadioGraphics.
2009;29:1353–1370)
23
Gambar 10. HSG menunjukkan adanya filling defect intrauterine yang luas
(panah) berhubungan dengan leiomioma yang besar yang menghasilkan efek
massa pada hampir seluruh uterus.
(Sumber Jill AS, Courtney AW, Elizabeth L, Mary MH. Female Infertility: A
Systematic Approach to Radiologic Imaging and Diagnosis. RadioGraphics.
2009;29:1353–1370)
Gambar 11. Gambaran leiomioma intramural yang luas di dinding uterus bagian
kanan. Adanya elongasi, distorsi dan kompresi cavum uterus memberikan
gambaran crescentic sign.
24
Tabel 1. Alur langkah-langkah pencitraan yang dilakukan apabila ditemukan
kelainan kontur uterus
( Sumber Jill AS, Courtney AW, Elizabeth L, Mary MH. Female Infertility: A
Systematic Approach to Radiologic Imaging and Diagnosis. RadioGraphics.
2009;29:1353–1370)
25