Anda di halaman 1dari 18

FISIKA SEKOLAH

ALAT OPTIK FISIKA

Disusun Oleh :

Nama : Ramadhania Husnatul Khairiyah (A1E019037)


Veby Penyustia (A1E019035)
Mata Kuliah : Fisika Sekolah
Dosen Pembimbing : Ibu Henny Johan

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2021
A. Analisis Kurikulum kebencanaan

Integrasi materi Indikator Capaian integrasi


No Kelas/ Materi Standar Kompotensi dengan wawasan konsep fisika dan wawasan
Semes Kompentensi Dasar kebencanaan Kebencanaan
ter

1. 1/2 Alat optik


Fungsi dan
bagian alat
optik seperti
mata,  Laser Tsunami
kacamata, Menerapkan Menganalisis alat- Sensor (LTS)
Sensor Fiber Optik
kamera, prinsip kerja alat- alat optik secara  LTS berbasis Fiber-Bragg
sebagai Teknologi
mikroskop, dan alat optik kualitatif dan Grating (FBG)
Terkini Pendeteksi
teropong kuantitatif  InaTEWS (Indonesia
Tsunami
Prinsip Tsunami Early Warning
pembentukan System)
bayangan pada  Cable-Based
alat optik Tsunameter (CBT)
 Distributed Acoustic
Sensing (DAS)

Alat optik Menerapkan Menerapkan alat-


Prinsip kerja prinsip kerja alat- alat optik dalam
teropong bumi, alat optik kehidupan sehari-
dan teropong hari
bintang
URAIAN MATERI

ALAT OPTIK

A. MATA
Mata merupakan alat optik yang biasa kita jumpai, dengan mata kita bisa melihat
berbagai macam benda. Mata adalah alat indra kita yang berfungsi untuk melihat. Bola mata
memiliki diameter kurang lebih 2,5 cm. Kita memiliki 2 buah mata agar kita dapat melihat
benda dengan tiga dimensi dan juga kita dapat menentukan letak suatu benda tanpa
mengukurnya. Adapun bagian-bagian mata sebagai berikut:
 Kornea adalah bagian depan mata yang berfungsi untuk melindungi mata kornea juga
membantu terjadinya pembiasan pada lensa mata
 Pupil adalah lubang kecil di tengah iris yang berfungsi mengatur banyaknya cahaya
yang masuk kedalam bola mata, apabila cahaya terlalu terang, pupil akan mengecil,
dan sebaliknya bila cahaya kurang (gelap) pupil akan membesar. Besar-kecilnya pupil
dibentuk oleh iris

 Iris merupakan bagian mata yang mengatur besar-kesilnya pupil. Iris juga member
warna pada mata seperti hitam dan coklat untuk orang asia, biru dan hijau untuk
orang eropa
 Lensa mata berfungsi untuk membentuk bayangan pada retina. Bayangan yang
terbentuk harus tepat pada retina sehingga dapat terlihat dengan jelas. Untuk
mengatur agar bayangan selalu jatuh pada retina, lensa dapat menebal dan menipis
disesuaikan dengan jarak benda terhadap mata. Bayangan yang terbentuk pada retina
bersifat nyata, terbalik diperkecil.
 Syaraf mata berfungsi membawa sinyal-sinyal gambar yang dihasilkan oleh mata ke
otak
 Retina merupakan layar pada mata untuk menangkap bayangan yang dibentuk oleh
lensa mata Retina adalah bagian mata yang peka terhadap cahaya.
 Bintik kuning merupakan bagian yang paling peka terhadap cahaya. Apabila
bayangan suatu benda jatuh pada bintik kuning benda akan terlihat sangat jelas.
Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menebal dan menipis.
Lensa mata akan menipis bila melihat benda yang menjauh. Lensa mata akan menebal bila
melihat benda yang mendekat. Titik terjauh yang dapat dilihat mata disebut punctum
remotum. Untuk mata normal jaraknya tak terhingga. Ketika melihat jauh mata tidak
berakomodasi. Titik terdekat yang dapat dilihat mata dengan jelas disebut punctum
proximum. Untuk mata normal adalah 20 cm – 25 cm. Ketika melihat dekat mata
berakomodasi.
Mata dapat melihat sebuah benda dengan tanpa akomodasi, berakomodasi maksimum
dan berakomodasi
a. Mata tanpa akomodasi, hal ini terjadi bila mata melihat benda yang berada di tak
terhingga, bayangan tepat diretina dalam keadaan istirahat.
b. Mata berakomodasi maksimum, apabila mata melintasi suatu benda sehingga lensa
mata secembung- cembungnya.
c. Mata berakomodasi, bila benda terletak diantara tak terhingga dan titik f, maka
melihat benda tersebut dengan berakomodasi tetapi tidak maksimum.

Jarak paling jauh dari suatu titik yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata tak
berakomodasi disebut dengan jarak titik jauh ( PR = punctum remotum ). Titik jauh mata
untuk mata normal tak terhingga. Sedangkan jarak paling dekat dari suatu titik yang dapat
dilihat dengan mata yang berakomodasi maksimum dinamakan jarak titik dekat ( PP =
punctum proximum ). Secara umum titik dekat mata berubah-ubah sesuai dengan umur
seseorang. Untuk mata normal mempunyai jarak titik dekat kurang lebih 25 cm. Mata dengan
batas penglihatan titik dekat ( PP ) 25 cm dan titik jauh ( PR ) tak terhingga dinamakan mata
normal ( emotropi )

Ada dua jenis cacat mata yang sering ditemui, yaitu rabun jauh ( miopi ) dan rabun
dekat ( hipermetropi ). Cacat mata yang lain adalah presbiop ( mata tua ) dan astigmatisma
( silindris ).
a. Mata miopi ( rabun jauh
 Cacat mata miopi tidak mampu melihat jelas benda yang letaknya
jauh, mempunyai PP < 25 cm dan PR = ~
 Dalam keadaan istirahat , berkas sejajar terfokuskan didepan retina,
yang disebabkan bola mata terlalu lonjong.
 Penanggulangannya dengan kaca mata yang berlensa
cekung( divergen ) atau kaca mata negatif.
100
 Kekuatan kaca mata minus adalah: P=4−
PP
b. Mata hipermetropi ( rabun dekat )
 Cacat mata hipermetrop tidak mampu melihat jelas benda yang
letaknya dekat, mempunyai PP > 25 cm
 Bola mata terlalu pipih sehingga berkas sejajar oleh lensa mata tanpa
akomodasi difokuskan di belakang retina
 Penanggulangannya dengan kaca mata yang berlensa cembung
( konvergen ) atau kaca mata positif.
−100
 Kekuatan kaca mata positif adalah: P=
PR
c. Mata hipermetropi ( rabun dekat )
 Cacat mata ini , lensa mata terlalu lemah karena lanjut usia, daya
akomodasi berkurang, jarak titik jauh berkurang, jarak titik dekat
makin besar ( bertambah ) serta mempunyai PP > 25 cm dan PR < ~
 Ditolong dengan kaca mata bifokal ( berfokus dua ). Bagian atas
negatif untuk melihat jauh dan bagian bawah positif untuk melihat
dekat.
d. Cacat mata karena penyakit
 Katarak, membuat lensa mata secara parcial atau secara total buram
( tidak tembus cahaya ). Pengobatannya adalah dengan cara operasi
pembersihan lensa.
 Glaucoma, disebabkan oleh peningkatan apnormal pada tekanan
fluida dalam retina yang dapat mengurangi suplai darah ke retina dan
dapat menyebabkan kebutaan. Cara penanggulangannya dengan obot
atau dengan pembedahan.

B. LUP
Lup atau kaca pembesar merupakan alat optik yang paling sederhana yang berfungsi
untuk melihat benda-benda yang kecil. Lup terdiri dari sebuah lensa cembung. Agar benda
tampak lebih besar, benda harus diletakkan antara titik focus dengan lensa. Sifat bayangan
yang dibentuk oleh lup adalah :maya, tegak dan diperbesar
Lup adalah lensa positif yang berfungsi sebagai kaca pembesar, digunakan untuk
mengamati sebuah benda kecil agar detailnya dapat diketahui.

Perbesaran angular pada lupadalah:


a. Mata berakomodasi
PP
M= +1
f
b. Mata takberakomodasi
PP
M=
f
c. Mata berakomodasi pada jarak x
PP PP
M= +
f x

C. MIKROSKOP
Mikroskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat
kecil. Mikroskop terdiri dari susunan dua lensa cembung, yaitu lensa objektif dan lensa
okuler. Lensa objektif adalah lensa cembung yang dekat dengan benda dan lensa lensa okuler
adalah lensa cembung yang dekat dengan mata. Jarak fokus lensa okuler lebih panjang
daripada fokus lensa objektif.
Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik dan diperbesar, sedangkan
bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler bersifat maya, terbalik dan diperbesar.
Perbesaran lensa objektif mikroskop M ob merupakan perbesaran linear yaitu:

h' ob s' ob
M ob= =
h ob s ob
Perbesaran lensa okuler mikroskop M ok merupakan perbesaran anguler sama seperti sebuah
lup, yaitu:
Sn
 Untuk mata berakomodasi maksimum: M ok = +1
f ok
Sn
 Untuk mata tidak tidak berakomodasi: M ok =
f ok

Perbesaran total mikroskop ( M ¿¿ tot) ¿adalah hasil kali perbesaran lensa objektif dengan
perbesaran lensa okuler:

Mtot  M ob  M ok

Jadi, perbesaran total mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum adalah


s ' ob S n
M tot = ( )
sob f ok
+1

Sedangkan perbesaran total mikroskop untuk mata tidak berakomodasi adalah

s ' ob S n
M tot = ( )
sob f ok

D. Teropong Bintang
Teropong bintang adalah alat yang digunakan untuk melihat atau mengamati benda-
benda di luar angkasa seperti bulan, bintang, komet, dan lain sebagainya. Sifat bayangannya
adalah maya, terbalik dan diperbesar. Bintang-bintang di langit yang letaknya sangat jauh
tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata. Teropong atau teleskop dapat digunakan untuk
melihat bintang atau objek yang letaknya sangat jauh. Teropong terdiri atas dua lensa
cembung, sebagaimana mikroskop. Pada teropong jarak fokus lensa objektif lebih besar
daripada jarak fokus lensa okuler (fob > fok).
Teropong digunakan dengan mata tidak berakomodasi agar tidak cepat lelah karena
teropong digunakan untuk mengamati bintang selama berjam-jam. Dengan mata tidak
berakomodasi, bayangan lensa objektif harus terletak di titik fokus lensa okuler. Dengan
demikian, panjang teropong (atau jarak antara kedua lensa) adalah
d=f ob + f ok

Dimana f ob adalah jarak fokus lensa objektif dan f ok adalah jarak fokus lensa okuler. Adapun
perbesaran M yang dihasilkan oleh teropong adalah

f ob
M=
f ok

E. Teropong Bumi
Teropong bumi adalah alat yang digunakan untuk melihat atau mengamati benda-
benda jauh yang ada di permukaan bumi. Bayangan yang terbentuk sifatnya maya, diperbesar
dan tegak.
Teropong bumi disebut juga teropong medan. Terdiri dari 3 buah lensa cembung yaitu
lensa obyektif, lensa okuler dan lensa pembalik. Dasar Kerja Teropong Bumi Lensa obyektif
membentuk bayangan bersifat nyata, terbalik dan diperkecil yang jatuh pada f ob. Bayangan
dibentuk oleh lensa obyektif menjadi benda bagi lensa pembalik jatuh pada jarak 2f pembalik
sehingga terbentuk bayangan pada jarak 2f pembalik juga yang bersifat nyata, terbalik, dan
sama besar.
Dengan adanya lensa pembalik panjang teropong dirumuskan menjadi:

d=f ( ob) +4 f ( pembalik )+ f ( ok )

Lensa pembalik berfungsi untuk membalikkan arah cahaya sebelum melewati lensa
okuler, lensa okuler berfungsi seperti lup membentuk bayangan bersifat maya, tegak, dan
diperbesar. Adanya lensa pembalik tidak mempengaruhi perbesaran akhir, bayangan akhir
bersifat maya, tegak dan diperbesar dengan perbesaran :

M=d f (ob ) / f (ok )


URAIAN MATERI BERHUBUNGAN DENGAN KEBENCANAAN

SENSOR FIBER OPTIK SEBAGAI TEKNOLOGI TERKINI PENDETEKSI TSUNAMI

Tsunami Selat Sunda pada akhir 2018 dan Gempa Palu beberapa bulan sebelumnya
kembali mengingatkan publik Indonesia akan resiko bencana yang mengancam. Sebagai
negara yang memiliki posisi geografis di dalam Ring of Fire, sekaligus diapit 3 lempeng
bumi yaitu Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik, Indonesia sangat
rawan dilanda peristiwa gempa bumi baik vulkanik maupun tektonik.
Bencana tsunami yang selalu menelan ratusan korban jiwa seringkali berasal dari
gempa bumi tektonik bawah laut, yang ditandai dengan gempa bumi dan surutnya air laut
sebelum gelombang tsunami menyapu daratan. Pada kasus tsunami Selat Sunda, hal demikian
tidak terjadi sehingga masyarakat tidak mendapatkan peringatan. Seperti diketahui,
gelombang tsunami Selat Sunda disebabkan oleh aktivitas vulkanik dari Gunung Anak
Krakatau.
Untuk meminimalkan jumlah korban dan memberikan kesempatan evakuasi secara
maksimal, diperlukan sistem deteksi dini dari bencana tsunami yang efektif. Pada artikel ini
akan dibahas beberapa jenis teknologi deteksi tsunami, baik yang telah diaplikasikan di
Indonesia maupun teknologi yang bersifat konsep atau prototipe. Teknologi yang telah
diaplikasikan adalah InaTEWS, sedangkan beberapa teknologi yang dapat dipertimbangkan
untuk diaplikasikan adalah CBT, LTS, dan DAS. Ketiganya menggunakan fiber optik sebagai
salah satu komponennnya.
1. InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System)
Sistem deteksi tsunami diperlukan untuk memberikan peringatan dini bencana
sehingga dapat mengurangi jumlah korban jiwa. Sejauh ini, teknologi pendeteksi
tsunami yang dimiliki Indonesia adalah berupa Buoy dan Tide gauge. Keduanya
merupakan bagian dari InaTEWS, terhubung melalui satelit dan dimonitor oleh
BMKG. Tide Gauge adalah alat pendeteksi ketinggian air laut yang bisa dipasang di
bibir pantai atau dermaga.
Buoy merupakan sebuah sistem yang terdiri dari unit dasar laut dan unit
pelampung. Gambar 2 menunjukkan sistem dari Deep-ocean Assessment and
Reporting of Tsunamis (DART), teknologi pendeteksi yang digunakan oleh NOAA
(Amerika Serikat). Indonesia memiliki produk sendiri yaitu InaBuoy yang dirancang
oleh BPPT. Unit dasar laut dari Buoy berfungsi untuk mendeteksi tekanan sedangkan
unit pelampung memiliki berbagai sensor meteorologi serta unit
telekomunikasi. Buoy mendeteksi adanya perubahan ketinggian air laut dan
mengirimkan data tersebut ke satelit untuk dikirimkan ke pihak yang berkepentingan
dalam peringatan dini seperti BMKG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD).
Kekurangan dari sistem buoy dan tide gauge yang telah diaplikasikan di
Indonesia adalah rawan terjadi kerusakan akibat posisi alat diatas permukaan laut.
Cuaca ekstrim seperti angin dan ombak dapat merusak instrumen. Selain itu,
seringkali terjadi kerusakan akibat vandalisme serta kurangnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat akan alat-alat deteksi dini tsunami tersebut.
2. Cable-Based Tsunameter (CBT)
Menanggapi permasalahan yang saat ini terjadi pada buoy, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada Oktober 2018 menawarkan teknologi lain
untuk melengkapi Buoy, yaitu Cable-Based Tsunameter (CBT). Sistem ini pertama
kali diuji coba pada 2016, berkat kerjasama peneliti Indonesia, Woods Hole
Oceanographic Institution (WHOI), dan University of Pittsburgh. Fokus utama CBT
adalah bagaimana mengirimkan peringatan tsunami tanpa menggunakan
unit buoy terapung (yang sering hilang atau rusak) dan menggunakan metode
pengiriman sinyal yang lain.
Memanfaatkan gelombang akustik (suara) yang dapat merambat dalam laut,
para ilmuan dapat mengirimkan data dari unit sensor pada dasar laut menuju daratan.
Unit dasar laut buoy yang memiliki sensor tekanan diletakkan pada kedalaman sekitar
1.6 km dan sejauh 100 km dari darat. Sinyal suara dikirimkan pada frekuensi 3 kHz
melalui modem pemancar (di dasar laut) menuju ke atas dan mengalami pemantulan
oleh lapisan air laut sehingga sampai pada modem penerima (di dekat daratan). Dari
modem penerima, sinyal dibawa menggunakan kabel fiber optik untuk sampai ke
daratan. Dari sinilah asal istilah cable-based. Sinyal tidak lagi dibawa melalui satelit
namun diteruskan dengan kabel fiber optik yang tentunya dapat mengirim informasi
dengan lebih cepat. Sistem CBT dapat diintegrasikan dengan proyek kabel laut Palapa
Ring. 
Proyek Palapa Ring merupakan jaringan komunikasi fiber optik di Indonesia
yang terdiri atas tujuh lingkar kecil fiber optik untuk wilayah Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku. Pembangunan proyek ini
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu barat, tengah, dan timur. Selain untuk
telekomunikasi, kabel serat optik juga dapat dimanfaatkan untuk alat pendeteksi
tsunami agar komunikasi datanya makin cepat.
CBT diperkirakan membutuhkan biaya lebih banyak untuk pembangunan
awalnya, namun dapat bertahan lebih lama hingga hitungan tahun. Sebagai
perbandingan, Buoy membutuhkan kisaran harga miliaran dan CBT membutuhkan
hingga triliunan rupiah untuk pembangunan dari nol. Tetapi jika ditinjau
dari lifetime alat, buoy dapat rusak lebih cepat dan lebih rawan terhadap vandalisme.
3. Laser Tsunami Sensor (LTS)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI sedang mengembangkan alat
deteksi tsunami, Laser Tsunami Sensor (LTS) yang berbasis kabel fiber optik. Alat ini
mereka klaim lebih efisien dibandingkan dengan buoy atau pelampung tsunami.
Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Bambang Widiyatmoko mengatakan, alat sensor
tsunami merupakan sensor tekanan air atau sensor perubahan tekanan air, sehingga
alat tersebut bisa mendeteksi tsunami yang disebabkan vulkanik atau longsor bawah
laut.
Kemudahan penggunaan LTS adalah komponen pengirim (transmitter) cahaya
dapat diletakkan di darat, sedangkan sensor fiber optik dibentangkan dari darat hingga
ke titik yang ingin dimonitor aktivitas seismiknya. Cahaya merambat dari darat
menuju sensor, sensor mendeteksi aktivitas seismik, kemudian cahaya dipantulkan
kembali menuju detektor untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Sistem LTS
tentunya berbeda dengan CBT, karena disini fiber optik berperan sebagai sensor,
bukan hanya sebagai media pengiriman informasi. LTS memiliki beberapa tipe. Tipe
yang telah dikembangkan LIPI adalah berbasis Fiber-Bragg Grating (FBG).
4. LTS berbasis Fiber-Bragg Grating (FBG)
FBG adalah jenis serat optik yang memiliki indeks bias periodik. Jika cahaya
yang berspektrum lebar/polikromatik dirambatkan dalam FBG, cahaya tersebut akan
mengalami pemantulan atau transmisi sesuai panjang gelombang yang spesifik.
FBG memantulkan panjang gelombang tertentu, dan mentransmisikan yang
lain. FBG dapat mendeteksi perubahan variabel fisis seperti suhu, tekanan,
dan strain karena perubahan besaran tersebut mempengaruhi panjang
periode grating dari FBG (semakin melar atau semakin mengkerut), sehingga
terjadi perubahan panjang gelombang cahaya yang ditransmisikan atau dipantulkan.
Perubahan ini digunakan sebagai dasar aplikasi FBG sebagai sensor. Adanya
perubahan pada cahaya yang dipantulkan atau ditransmisikan FBG menunjukkan
adanya aktivitas seismik yang dapat menunjukkan peringatan dini gempa dan
tsunami.
5. Distributed Acoustic Sensing (DAS)
Ilmuwan dari Lawrence Berkeley National Laboratory (Berkeley Lab) telah
menunjukkan pemanfaatan dark fiber sebagai sensor yang mendeteksi gempa bumi,
pergeseran tanah, keberadaan air tanah, dan berbagai kondisi bawah tanah yang
lain. Dark fiber adalah fiber optik yang telah dipasang di bawah tanah namun tidak
digunakan untuk jalur komunikasi (fiber optik yang menganggur). Teknologi ini
disebut “distributed acoustic sensing,” yaitu mengukur gelombang seismik
menggunakan fiber optik. Dengan pengolahan data yang tepat, diperoleh hasil seperti
seismometer konvensional, dengan berbagai kelebihan.
Pertama, seluruh bagian dari serat optik dapat berfungsi sebagai sensor. Data
yang diperoleh dari sensor dapat menunjukkan posisi tepat dari pusat gempa.
Bayangkan terdapat jaringan fiber optik disepanjang garis pantai, batas lempeng,
daerah vulkanik, serta di wilayah rawan bencana di Indonesia. Tentunya segala
perubahan seismik di daerah tersebut dapat terpantau dan terintegrasi dalam suatu
sistem. Deteksi dan peringatan dini adanya bencana gempa bumi maupun tsunami
akan lebih mudah dilakukan. Kedua, sistem ini dapat bertahan sangat lama dan tidak
membutuhkan perawatan dalam jangka waktu sangat panjang. Setelah kabel ditanam
dalam tanah (atau di dasar laut), kabel fiber optik bisa dibiarkan hingga belasan tahun.
Distributed acoustic sensing (DAS) adalah teknologi baru untuk mengukur
gelombang seismik dengan menembakkan pulsa-pulsa cahaya laser kedalam fiber
optik. Cahaya laser kemudian mengalami hamburan akibat adanya impuritas dalam
material fiber optik. Hamburan ini dapat menyebabkan sebagian cahaya terhambur
kembali kearah datangnya sinyal (kearah transmitter) dan peristiwa ini disebut
sebagai backscattering (hamburan balik). Bentuk sinyal dari cahaya yang terhambur
ini dipengaruhi oleh energi gelombang akustik dari getaran bumi. Perubahan fisis
pada fiber optik – tekanan, regangan, atau pergeseran – akan menyebabkan perubahan
jumlah cahaya yang mengalami hamburan balik tersebut, sehingga merubah
pembacaan intensitas cahaya laser yang diterima oleh detektor.
Dalam sensor serat optik, peristiwa hamburan cahaya merupakan konsep dasar
dari pengukuran distributed acoustic sensing karena sinyal getaran seismik dapat
dideteksi. Terdapat tiga jenis hamburan cahaya yang mungkin terjadi dalam fiber
optik, yaitu  hamburan Raman, Brillouin dan Rayleigh.
6. Uji Coba DAS
Dalam uji coba skala kecil yang dilakukan di California, fiber optik ditanam
sejauh 100 meter dari jalan raya, dan hasilnya menunjukkan bahwa fiber optik telah
dapat mendeteksi adanya gelombang seismik yang diakibatkan oleh pergerakan lalu
lintas kendaraan. Pengukuran dapat menunjukkan bagian mana dari fiber optik (atau
kilometer berapa) yang mengalami perubahan fisis. Hal ini ditunjukkan pada gambar
6, yakni dilakukan dengan menghitung waktu yang diperlukan cahaya laser untuk
merambat dalam serat optik. Cara ini dapat dianalogikan seperti sonar, dimana jarak
objek dapat diukur akibat adanya gangguan perambatan cahaya. Metode ini
menguntungkan bila dimanfaatkan sebagai alat deteksi tsunami karena dapat
memprediksi arah gelombang dari letak pusat aktivitas seismik.
Walaupun biaya pengadaan awal cukup mahal, teknologi fiber optik dapat
menjadi investasi yang berharga dalam pewujudan sistem pendeteksi tsunami. Semua
bergantung pada kebijakan pemerintah dalam menentukan teknologi yang tepat
digunakan.
C3 (mengaplikasikan)
1. Di sudut-sudut jalan yang berbelok, terkadang sering terpasang sebuah cermin untuk
mengetahui kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan.

Cermin apa yang dipakai di sudut jalan tersebut agar selalu menghasilkan bayangan
seperti ditunjukkan pada gambar?
Pembahasan: cermin cembung dapat menghasilkan bayangan yang bersifat
maya,tegak dan diperbesar. sehingga memungkinkan kita bisa melihat
dari arah berlawanan

C4 (Menganalisis)

1. Andi tidak dapat melihat benda dekat dengan jelas, untuk mengobati matanya ia pergi
ke dokter. Andi diminta menggunakan kacamata berlensa cekung. Tujuan dokter
meminta Andi menggunakan kacamata berlensa cekung adalah
Pembahasan: Mata yang mengalami rabun jauh tidak dapat melihat benda-benda yang
jaraknya jauh. Hal ini karena lensa mata tidak dapat memipih untuk
memperkecil jarak fokusnya. Penderita miopi memiliki titik jauh
(punctum remotum = PR) yang lebih dekat dari titik jauh mata normal
(jarak jauh mata normal tak berhingga), dan titik dekatnya kurang lebih
25 cm. Bayangan yang terbentuk akan jatuh di depan retina. Penderita
rabun jauh dibantu dengan menggunakan kacamata berlensa cekung
(minus/negatif). Lensa cekung dapat membantu bayangan tepat jatuh di
retina.
C5 (Mengevaluasi)
1. Muna mempunyai titik dekat mata 25 cm ingin melihat sebuah sekrup handphone
menggunakan lup. Apabila dia saat berakomodasi maksimum menginginkan
terjadinya perbesaran 5 kali, jarak fokus lup yang harus digunakan Muna adalah...
Pembahasan: Dik: M = 5 kali
PP = 25 cm
Dit: Jarak fokus lup yang harus digunakan.?
Jawab: Rumus perbesaran lup untuk pengamatan berakomodasi
maksimum adalah sebagai berikut:

Mari kita olah terlebih dahulu agar jarak fokus menjadi subyek.
Sekarang kita substitusikan data-data ke dalam rumus yang
telah diolah.

C6 (Menciptkan)
1. Seorang kakek penderita presbiopi memiliki titik dekat 75 cm dan titik jauh 300 cm.
Agar ia dapat melihat benda yang dekat (seperti mata normal) dan dapat melihat
benda jauh, berapakah jarak fokus lensa bifokal dan kuat lensa kacamata yang harus
digunakan kakek tersebut?
Pembahasan :
Kacamata bifokal tersusun atas dua lensa bagian atas lensa negatif (cekung) agar
dapat melihat jauh dan bagian bawah lensa positif (cembung) agar dapat membaca
normal.
Untuk dapat melihat jauh, s = ~ dan s’ = -300 cm

1/f = 1/s + 1/s’

1/f = (1/~) – 1/300

1/f = -1/300

f = -300 cm = -3 m

P = 1/f

P = 1/(-3) = -0,33 dioptri

Jadi, untuk dapat melihat benda jauh digunakan kacamata dengan jarak fokus 3 m dan
kekuata lensa -0,33 dioptri.

Untuk dapat melihat dekat, s = 25 dan s’ = -75 cm

1/f = 1/s + 1/s’

1/f = 1/25 – 1/75

1/f = 3/75 – 1/75
1/f = 2/75

f = 75/2

f = 37,5 cm = 0,375 m

P = 1/f

P = 1/0,375 = 2,67 dioptri

Jadi, untuk dapat melihat benda dekat digunakan kacamata dengan jarak fokus 0,375 m dan
kekuata lensa 2,67 dioptri.
DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, & marthen. ( 2013). Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Nurchmandani, S. (2009). Fisika 1: untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,


Departemen Pendidikan Nasional.

Sumarsono. (2009). Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuaan, Departemen
Pendidikan Nasional.

https://warstek.com/fiberoptik/

Anda mungkin juga menyukai