Anda di halaman 1dari 18

BAHASA

INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

BAHASA INDONESIA
1.EJAAN
2. WACANA
3. PARAGRAF
4. GRAFIK, DIAGRAM ATAU TABEL
5. DAFTAR PUSTAKA
6. FAKTA DAN OPINI
7. MAJAS

1. EJAAN
A. Ejaan
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan mulai digunakan pada tanggal 17 Agustus 1972. Ejaan Yang
Disempurnakan ini mengatur tentang:
1. Penulisan dan Penggunaan Huruf
a. Huruf Kapital
1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia belajar.
Apa maksudmu?
Kita harus belajar giat.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?'' Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin engkau terlambat," katanya. "Besok pagi," kata ibu, "dia akan berangkat".
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan
yang Engkau beri rahmat.
4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini dia pergi naik haji.
5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama prang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara
Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian,
Gubernur Papua.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

Page 1
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.


Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika,
Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama
jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
Mengindonesiakan kata asing Keinggris-inggrisan
8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari
Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya Perang Dunia.
9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung
Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem, Ngarai Sianok,
Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk Benggala, Terusan Suez.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama
diri. Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama
jenis.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon.
10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti, dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik Indonesia,
Nomor 57, Tahun 1972.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat,
menurut undang-undang yang berlaku.
11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan llmu-llmu Sosial, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

Page 2
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
la menyelesaikan makalah "Asas- Asas Hukum Perdata".
13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doctor
M.A. master of arts
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. professor
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
Sdr. saudara
14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
"Kapan Bapak Berangkat?" tanya Harto.
Adik bertanya, "ltu apa, Bu?"
Surat Saudara sudah saya terima. "Silakan duduk, Dik!" kata Ucok. Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang
tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
b. Huruf Miring
1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan. Prapanca, surat kabar Suara
Rakyat.
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berpangku tangan.
3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
4) Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
5) Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauungantara lain
diterjemahkan menjadi pandangan dunia

Page 3
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta
2. Penulisan Kata
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
b. Kata Turunan
Kata turunan sering disebut juga kata berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah mendapatkan imbuhan baik itu awalan, akhiran,
sisipan, serta awalan dan akhiran. Imbuhan yang melekat pada kata dasar membentuk kata baru yang
disesuaikan dengan kaidah yang berlaku serta memiliki makna yang berbeda dengan kata dasarnya.
Bentuk imbuhan yang sering muncul adalah awalan me- yang digabungkan dengan kata dasar
memiliki alomorf me-, men-, mem-, neng-, meng-, dan menge-. Kata dasar yang diawali dengan huruf
K,T, S, dan P jika mendapatkan awalan me- maka huruf awal kata tersebut akan luluh.
Misalnya me + kilat menjadi mengkilat, me + tari menjadi menari dan seterusnya.
Penulisan kata berimbuhan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulus serangkai. Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan
4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia,
caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler,
elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa,
mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panteisme, paripurna,
poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional,
subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern.
Catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, diantara kedua unsur itu harus
dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu
ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

c. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-

Page 4
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur,


centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-
nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
d. Gabungan Kata
1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linier,
orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami,
watt-jam, orang-tua-muda.
3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
Adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana,
bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmawisata, dukacita,
halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, karatabahasa, kilometer, manakala,
manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna,
radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun,
silaturrahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.
e. Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya; -ku-, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Di mana Siti sekarang? L
Ia ikut terjun di tengah kancah perjuangan.
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya. la datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting.
la masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
g. Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
h. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang penulisannya telah disesuiakan dengan standar yang dibakukan. Standar
yang digunakan sebagai acuan kata baku, antara lain: Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Tata

Page 5
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
i. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diserap atau diambil dari bahasa asing. Perkembangan bahasa
indonesia dipengaruhi oleh bahasa asing maupun bahasa daerah yang telah disesuaikan dengan
kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Penyerapan bahasa asing maupun daerah ke dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan berbagai
cara:
1) Adaptasi, yaitu pemakaian bahasa memiliki makna/arti yang sama, tetapi penulisannya
disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Misalnya maksimal, kredit, sukses, dan Iain-lain.
2) Adopsi, yaitu pemakaian bahasa asing atau daerah dengan mengambil bentuk dan makna
secara keseluruhan tanpa adanya perubahan. Misalnya plaza, pizza hut, supermarket.
3) Penerjemahan, yaitu pemakaian bahasa mengambil konsep dari bahasa asing kemudian dicari
persamaannya dalam bahasa Indonesia. Misalnya tryout persamaannya uji coba, proteks
persamaanya perlindungan, acceleration persamaannya percepatan.
4) Kreasi, yaitu pemakaian bahasa yang mengambil dari konsep dasar yang ada pada sumber
kemudian mencari persamaanya dalam bahasa Indonesia. Bentuk ini hampir sama dengan
penerjemahan, tetapi dalam kreasi bentuk kata yang dihasilkan tidak sama dengan yang asli.
Misalnya effective dalam bahasa Indonesia bisa menjadi berhasil guna, spareparts menjadi suku
cadang.
j. Ungkapan/ldiom
Ungkapan adalah gabungan kata yang memiliki makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara
leksikal.
Misalnya kata buah hati diartikan anak, tangan kanan diartikan orang kepercayaan.
k. Peribahasa
Peribahasa, yaitu kalimat yang mengisahkan makna tertentu yang disusun secara tepat.
Misalnya seperti air di daun talas diartikan orang yang tidak memiliki pendirian. Air atap bercucuran
jatuhnya kepelimbahan juga artinya sifat orang tua tidak jauh beda dengan anaknya.
l. Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Siapakah gerangan dia?
Apakah gunanya bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pemah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
3) Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
m. Singkatan dan Akronim
1) Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Page 6
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

Misalnya:
A.S. Kramawijaya Muh. Yamin Suman Hs. Sukanto S. A.
M.B.A master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
S.Kar. sarjana karawitan
S.K.M sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. Bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel
b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
SMTP sekolah menengah tingkat pertama PT perseroan terbatas KTP kartu tanda
penduduk
c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan Iain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
him. halaman
sda. sama dengan atas
Yth. (Sdr. Moh. Hasan) Yang
terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
d) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya:
Cu cuprum
TNT trinitrotulen
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
I liter
kg kilogram
Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah
2) Akronim adalah singkatan yang dibaca seperti kata.
Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik.
a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM surat izin mengemudi
b) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata

Page 7
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.


Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
c) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran
n. Angka dan Lambang
1) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5.000), M
(1.000.000)
2) Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii)
nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter, 1 jam 20 menit, 5 kilogram, pukul 15.00, 4 meter persegi, tahun 1928, 10 liter, 17
Agustus 1945, Rp5.000,00, 50 dolar Amerika US$3.50* 10 paun Inggris, $5.10* 100 yen Y100 10
persen 2.000 rupiah 27 orang
 Tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169
4) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9
5) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a) Bilangan utuh
Misalnya:
Dua belas 12, Dua puluh dua 22
Dua ratus dua puluh dua 222
b) Bilangan pecahan
Misalnya:
1
Setengah
2
3
Tiga perempat
4
1
Seperenam belas 16
16
2
Tiga dua pertiga 3
3
1
Seperseratus
100
Satu persen 1 %
0
Satu permil 1
00

Page 8
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

Satu dua persepuluh 1,2


6) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X; pada awal abad XX; alam kehidupan abad ke-20 ini; lihan Bab II; Pasal 5;
dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu;
kantor di tingkat II itu.
7) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut.
Misalnya:
tahun '50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang lima ribuan
lima uang 1.000-an atau lima uang seribuan
8) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang
tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100
bemo.
9) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah
sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada
awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10) Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja. Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta orang.
11) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus sembilan puluh sembilan
dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan
tujuh puluh lima perseratus) rupiah.

B. Pusat Peradaban Kuno di Asia & Afrika


Judul adalah nama sebuah karangan yang ditulis dalam bentuk kata atau frasa. Penulisan judul memiliki aturan
sebagai berikut:
Jika judul itu berbentuk kata maka penulisannya menggunakan huruf kapital semua dan jika judul berbentuk
frasa atau gabungan kata maka yang menggunakan huruf kapital hanya awal kata. Kata depan, konjungsi yang

Page 9
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

terdapat di judul (seperti dan, ke, di, dari, pada, dalam, terhadap, sebagai, atau untuk) tidak ditulis dengan huruf
kapital. Judul yang berupa kata ulang utuh ditulis dengan diawali huruf kapital. Sedangkan judul yang berupa
kata ulang berimbuhan diawali dengan huruf kapital kata pertama pada kata ulang, kata kedua tidak diawali
dengan huruf kapital.
Syarat judul yang baik: sesuai dengan tema, menarik perhatian dan menimbulkan rasa ingin tahu pembaca,
singkat dan jelas, menggambarkan isi.
Judul berbeda dengan tema, perbedaan antara judul dengan tema adalah: Judul, sekedar nama karangan,
adanya dapat sebelum mengarang atau sesudah mengarang, keberadaannya tertulis/ tersurat. Sedangkan tema,
menjiwai seluruh karangan/sumber karangan, adanya sebelum mengarang, keberadaannya tersirat/tersembunyi.

2. WACANA
Wacana dapat diartikan rangkaian kalimat yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang
memiliki hubungan kohesi dan koherensi dalam rangkaian kalimat maupun paragraf. Kohesi adalah kesesuaian
antara unsur satu dengan unsur lain dalam wacana sehingga tercipta pengertian yang koheren/padu. Kohesi
dapat ditandai dengan 1) adanya hubungan unsur-unsur yang menyatakan akibat dengan kata penghubung
sehingga, pertentangan dengan kata penghubung tetapi; 2) pengulangan kata atau frasa, misalnya Ayah
membelikan adik boneka india. Ayah tahu kalau adik suka boneka india; 3) memakai kata yang maknanya
berbeda, tetapi mengacu pada referen yang sama. Contoh: Si Manis makan ikan asin yang digoreng ibu. Kucing
yang berwarna hitam ini mengambilnya diam-diam; 4) kohesi dapat pula dibentuk dengan adanya hubungan
hiponim/ kata umum khusus. Contoh: Jangankan cadangan sembako, beras pun keluarga kami tak mampu
membeli.
Sebelum wacana terbentuk, langkah yang harus dilakukan adalah menentukan tema. Tema adalah ide yang
menjiwai karangan atau ide yang melatarbelakangi terbentuknya karangan. Tema dapat diambil dari
pengalaman, penelitian/' pengamatan, pendapat, atau daya khayal (imajinasi). Topik adalah inti pembicaraan
dalam paragraf, dapat juga diartikan apa yang dibicarakan dalam paragraf. Judul adalah nama sebuah
karangan/wacana yang ditulis dalam bentuk kata atau frasa. Syarat judul yang baik, antara lain 1) sesuai dengan
tema; 2) menarik perhatian; 3) singkat dan jelas; 4) mencerminkan isi.
Bagian kecil dari wacana adalah paragraf. Paragraf adalah rangkaian beberapa kalimat yang saling bertautan
dan mengungkapkan satu ide pokok atau gagasan (di dalam paragraf mengandung satu kalimat utama dan
beberapa kalimat penjelas).
Ide pokok/pikiran utama Ide pokok/pikiran utama adalah pokok persoalan yang terdapat dalam paragraf. Ide
pokok dapat kita temukan di dalam kalimat utama. Kalimat utama adalah kalimat yang menjadi pikiran utama
atau yang dibicarakan dalam paragraf. Jika ide pokok/pikiran utamanya berupa kalimat majemuk, pikiran
utama/ide pokok berada dalam induk kalimat (S + P). Sedangkan kalimat penjelas berfungsi menjelaskan kalimat
utama. Syarat paragraf yang baik: koherensi, dalam hal ini kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf saling
berhubungan/saling menjelaskan antara kalimat yang satu dengan kalimat lain. Kohesi: dalam hal ini paragraf
harus membentuk satu kesatuan.

Syarat-Syarat Paragraf yang Baik


Membentuk kesatuan/kohesif, semua kalimat yang ada dalam paragraf hanya mengandung satu pikiran utama.
Kepaduan/koherensif, setiap kalimat yang ada dalam paragraf saling berhubungan/ kompak. Hal ini dapat
digabungkan dengan unsur- unsur: repetisi kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan kata transisi/kata
penghubung, dan urutan isi paragraf. Kelengkapan, ketuntasan pembicaraan dalam suatu paragraf dengan
menghadirkan kalimat-kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama.
Unsur-Unsur Paragraf
Supaya membentuk satu kesatuan maka sebuah paragraf memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
1. Adanya satu kalimat utama, yang memiliki ciri bentuk kalimatnya lebih luas cakupannya/ lebih umum,
dijelaskan oleh kalimat yang lain, kata kuncinya selalu diulang-ulang baik secara langsung atau dengan
menggunakan kata ganti.
2. Adanya beberapa kalimat penjelas, yang memiliki ciri berupa opini, contoh-contoh, dan bisa juga berupa
peristiwa ilustratif yang berfungsi untuk menjelaskan kalimat utama.
3. Adanya kalimat penegas, yaitu kalimat utama . di akhir paragraf yang menegaskan kalimat

Page 10
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

utama di awal paragraf.


4. Adanya transisi yang berfungsi untuk menghubungkan kata, frasa, klausa, atau kalimat dalam paragraf.
Misalnya dengan konjungsi sehingga, tetapi, oleh karena itu, dengan demikian, jadi, dalam hal itu, namun,
bahkan, apalagi, dan masih banyak lagi konjungsi yang lain.

Unsur-Unsur Paragraf yang Baik


Adanya kalimat utama, yaitu kalimat yang mengandung pikiran utama; adanya kalimat penjelas yang
menjelaskan kalimat utama; adanya kalimat penegas, yaitu kalimat utama di akhir paragraf yang menegaskan
kembali kalimat utama yang telah disebutkan di awal; adanya transisi, yaitu kata, frasa atau klausa yang
menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain bisa juga antara paragraf satu dengan paragraf yang lain
misalnya tetapi, dalam hal itu, selain itu, dengan demikian dan sebagainya.

Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama


Paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya dibedakan menjadi: deduktif, letak kalimat utamanya di awal
paragraf, dimulai dengan pernyataan umum, dan disusul dengan penjelasan khusus; Induktif, letak kalimat utama
di akhir paragraf, dimulai dengan pernyataan khusus, dan diikuti dengan penjelasan umum; Campuran, letak
kalimat utama diawal dan di akhir paragraf, kalimat utama yang berada di akhir paragraf berupa penegasan
(susunan kalimat berbeda dengan kalimat sebelumnya, dengan makna yang sama); Ineratif, letak kalimat utama
di tengah, dimulai dengan penjelasan menuju ke pernyataan umum dan diakhiri dengan penjelasan lagi;
Deskriptif, pikiran utama tidak tampak karena semua kalimat memiliki kedudukan sama.
Pola pengembangan paragraf dibedakan menjadi umum-khusus, paragraf ini dimulai dengan pikiran utama
(pernyataan umum) kemudian diikuti pikiran-pikiran penjelas (pernyataan khusus); khusus-umum, paragraf yang
dimulai dari pikiran- pikiran penjelas dan diakhiri dengan kesimpulan; Generalisasi, paragraf yang bertolak dari
satu atau sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju kesimpulan. Ciri generalisasi: beberapa fakta
bisa hilang, tetapi kesimpulanya tetap; definisi, paragraf yang memberikan batasan tentang sesuatu dengan
menguraikan dengan beberapa kalimat; sebab akibat, paragraf yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa yang
menjadi sebab dan diakhiri dengan peristiwa yang menjadi akibat; akibat sebab, diawali dengan peristiwa yang
menjadi akibat dan diakhiri dengan peristiwa yang menjadi penyebabnya; analogi, peristiwa khusus dibandingkan
dengan peristiwa khusus yang lain yang memiliki kesamaan (penarikan kesimpulan berdasarkan persamaan
sifat); kronologi, paragraf yang disusun berdasarkan urutan waktu kejadian; perbandingan, paragraf yang
mengungkapkan persamaan dan perbedaan dua objek atau lebih. Berdasarkan isinya paragraf, dibedakan
menjadi narasi, berisi cerita yang disusun berdasarkan urutan waktu; deskripsi, berisi penggambaran sesuatu
sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan apa yang digambarkan penulis; persuasi,
berusaha memengaruhi pembaca dengan memberi alasan dan bukti agar pembaca mau melakukan tindakan
seperti yang dilakukan penulis; argumentasi, memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu
pendapat/ gagasan; dan eksposisi, memaparkan sesuatu dengan memberikan data atau keterangan sebagai
penjelasan.
Penalaran dibedakan menjadi silogisme dan entimen. Silogisme adalah penarikan kesimpulan berdasarkan
premis umum dan premis khusus.
Contoh:
PU : Warga negara Indonesia ber-KTP.
PK : Pras warga negara Indonesia
K : Pras ber-KTP
Entimen adalah silogisme yang dipersingkat, dari silogisme di atas, bentuk entimennya menjadi Pras ber-KTP
karena Pras warga negara Indonesia. Berdasarkan pola pengembangannya, paragraf dibedakan menjadi:
1. Umum-khusus, yaitu paragraf yang dimulai dengan pernyataan umum/pikiran utama kemudian diikuti
pernyataan khusus/kalimat penjelas.
Contoh: Rumah sakit merupakan tempat untuk memeriksakan kesehatan seseorang.
Di rumah sakit terdapat beberapa klinik kesehatan, di antaranya klinik mata, klinik THT, klinik ibu dan anak,
klinik gigi, dan sebagainya.
2. Khusus-umum, yaitu paragraf yang dimulai dengan pikiran-pikiran penjelas/pernyataan khusus dan diakhiri
dengan kesimpulan secara umum.
Contoh: Imajinasi dapat dilahirkan ke dalam puisi, cerpen, novel, maupun syair. Karya sastra tersebut

Page 11
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

tampak lebih menarik jika imajinasi penyair berkembang, tanpa batas. Hal ini dapat membuat karya sastra
yang dihasilkan lebih hidup.
3. Generalisasi, yaitu paragraf yang bertolak dari satu atau sejumlah fakta yang memiliki kemiripan menuju
sebuah kesimpulan. Paragraf ini memiliki ciri, beberapa fakta boleh hilang, tetapi kesimpulan tetap. Contoh:
Besi jika dipanaskan memuai, tembaga jika dipanaskan memuai, demikian juga aluminium jika dipanaskan
juga memuai. Hal ini dapat disimpulkan semua jenis logam jika dipanaskan memuai.
4. Definisi, yaitu paragraf yang memberikan batasan tentang sesuatu dengan menguraikan dalam beberapa
kalimat.
Contoh: Kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus dipenuhi. Setiap orang pasti memiliki kebutuhan
yang beraneka ragam, ada kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier.
5. Sebab-akibat, paragraf ini memiliki ciri adanya penggunaan konjungsi sebab, karena, oleh karena itu.
6. Akibat-sebab, paragraf ini memiliki ciri adanya konjungsi akibat, sehingga, maka, sampai- sampai.
7. Analogi, yaitu paragraf yang menjelaskan sesuatu yang belum dikenal dengan membandingkan sesuatu
yang sudah dikenal. Paragraf analogi memiliki ciri adanya persamaan sifat.
Contoh: manusia membutuhkan air, tumbuhan membutuhkan air, hewan membutuhkan air. Semua makhluk
hidup membutuhkan air.
8. Kronologi, yaitu paragraf yang disusun berdasarkan urutan kejadian. (biasanya berdasarkan pada waktu)
9. Perbandingan, yaitu paragraf yang mengungkapkan persamaan dan perbedaan dua objek atau lebih.
10. Contoh, yaitu paragraf yang mengungkapkan suatu pernyataan yang diikuti rincian yang berupa contoh-
contoh.
Jenis paragraf berdasarkan isinya dibedakan menjadi narasi, yaitu paragraf yang berisi cerita. Ciri paragraf ini
adalah ada tokoh, ada alur, dan urutan waktu kejadian. Deskripsi, yaitu paragraf yang berisi lukisan,
gambaran/cerita secara detail. Ciri paragraf ini adalah pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan
merasakan. Eksposisi/ paparan, yaitu paragraf yang berisi penjelasan. Paragraf ini memiliki ciri adanya data
dalam penjelasan karena paragraf ini ditulis berdasarkan penelitian. Paragraf ini termasuk tulisan ilmiah karena
ditulis berdasarkan penelitian. Argumentasi, yaitu paragraf yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat
atau menolak suatu pendapat. Paragraf ini memiliki ciri berisi pendapat penulis yang disertai alasan untuk
meyakinkan pembaca. Persuasi/ajakan, yaitu paragraf yang berusaha memengaruhi pembaca dengan
memberikan alasan/bukti. Paragraf ini memiliki ciri bersifat membujuk atau mengajak.

3. PARAGRAF

A. Paragraf
Paragraf terbentuk dari rangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis, dalam paragraf hanya ada
satu ide pokok/pikiran utama/gagasan utama dan didukung oleh beberapa kalimat penjelas. Ide pokok/pikiran
utama, yaitu pokok persoalan yang terdapat dalam paragraf. Ide pokok dapat kita temukan di dalam kalimat
utama. Kalimat utama, yaitu kalimat yang menjadi pikiran utama atau yang dibicarakan dalam paragraf. Jika ide
pokok/pikiran utamanya berupa kalimat majemuk, pikiran utama/ ide pokok berada dalam induk kalimat (S + P).
Sedangkan kalimat penjelas berfungsi menjelaskan kalimat utama.
Syarat paragraf yang baik: koherensi, dalam hal ini kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf saling
berhubungan/saling menjelaskan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Kohesi: dalam hal ini
paragraf harus membentuk satu kesatuan.

1. Unsur-Unsur Paragraf
Supaya membentuk satu kesatuan maka sebuah paragraf memiliki unsur-unsur, antara lain:
1. Adanya satu kalimat utama, yang memiliki ciri bentuk kalimatnya lebih luas cakupannya/lebih umum,
dijelaskan oleh kalimat yang lain, kata kuncinya selalu diulang-ulang baik secara langsung atau
dengan menggunakan kata ganti.
2. Adanya beberapa kalimat penjelas, yang memiliki ciri berupa opini, contoh-contoh, dan bisa juga
berupa peristiwa ilustratif yang berfungsi untuk menjelaskan kalimat utama.
3. Adanya kalimat penegas, yaitu kalimat utama di akhir paragraf yang menegaskan kalimat utama di
awal paragraf.

Page 12
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

4. Adanya transisi yang berfungsi untuk menghubungkan kata, frasa, klausa, atau kalimat dalam
paragraf. Misalnya dengan konjungsi sehingga, tetapi, oleh karena itu, dengan demikian, jadi, dalam
hal itu, namun, bahkan, apalagi, dan masih banyak lagi konjungsi yang lain.

B. Isi Paragraf
1. Memahami Isi Paragraf
Memahami isi paragraf berarti menangkap seluruh isi paragraf secara benar. Hal ini dapat kita lakukan
dengan cara menentukan mana yang termasuk kalimat utama dan mana yang termasuk kalimat penjelas.
Kita dikatakan mampu memahami isi paragraf jika kita mampu untuk memberikan tanggapan- tanggapan,
dalam hal ini dapat berupa kalimat persetujuan atau kalimat penolakan. Menyampaikan tanggapan yang
berupa kalimat persetujuan atau kalimat penolakan berarti kita melakukan penilaian, misalnya apa paragraf
yang kita baca itu merupakan fakta atau opini.
2. Fakta dan Opini
Fakta adalah peristiwa atau keadaan yang nyata dan benar-benar terjadi. Sementara itu, yang dimaksud
pendapat atau opini ialah pernyataan yang muncul dari pemikiran atau tanggapan seseorang.
3. Membaca Kesesuaian Pertanyaan dengan Isi Bacaan
Kegiatan membaca dilakukan atas dasar rasa ingin tahu terhadap masalah yang dikemukakan dalam
bacaan. Misalnya, apa yang dimaksud dengan istilah dunia maya; atau faktor apa saja yang menyebabkan
timbulnya krisis kepemimpinan?; Bagaimana kesuksesan seorang tokoh dapat diraih? Dan sebagainya.
Membaca untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan merupakan cara membaca yang baik karena kita akan
selalu memahami setiap bagian yang dikemukakan dalam bacaan itu, termasuk arti kata atau istilah baru.
Selain itu, kita perlu bersikap kritis, apa yang dikemukakan penulis sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan
yang dirumuskan.
Sikap kritis kita dapat kita jadikan dasar untuk mengetahui tujuan penulisan berita (paragraf) yang
disampaikan oleh penulis.

C. Jenis Paragraf
Paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya dibedakan menjadi: deduktif, letak kalimat utamanya di awal
paragraf, dimulai dengan pernyataan umum, dan disusul dengan penjelasan khusus; Induktif, letak kalimat utama
di akhir paragraf, dimulai dengan pernyataan khusus, dan diikuti dengan penjelasan umum; Campuran, letak
kalimat utama diawal dan di akhir paragraf, kalimat utama yang berada diakhir paragraf berupa penegasan
(susunan kalimat berbeda dengan kalimat sebelumnya, dengan makna yang sama); Ineratif, letak kalimat utama
di tengah, dimulai dengan penjelasan menuju ke pernyataan umum dan diakhiri dengan penjelasan lagi;
Deskriptif, pikiran utama tidak tampak karena semua kalimat memiliki kedudukan yang sama.
Pola pengembangan paragraf dibedakan menjadi, Umum-khusus, paragraf ini dimulai dengan pikiran utama
(pernyataan umum) kemudian diikuti pikiran-pikiran penjelas (pernyataan khusus); khusus-umum, paragraf yang
dimulai dari pikiran- pikiran penjelas dan diakhiri dengan kesimpulan; Generalisasi, paragraf yang bertolak dari
satu atau sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju kesimpulan. Ciri generalisasi: beberapa fakta
bisa hilang, tetapi kesimpulanya tetap; definisi, paragraf yang memberikan batasan tentang sesuatu dengan
menguraikan dengan beberapa kalimat; sebab akibat, paragraf yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa yang
menjadi sebab dan diakhiri dengan peristiwa yang menjadi akibat; akibat sebab, diawali dengan peristiwa yang
menjadi akibat dan diakhiri dengan peristiwa yang menjadi penyebabnya; analogi, peristiwa khusus dibandingkan
dengan peristiwa khusus yang lain yang memiliki kesamaan (penarikan kesimpulan berdasarkan persamaan
sifat); kronologi, paragraf yang disusun berdasarkan urutan waktu kejadian; perbandingan, paragraf yang
mengungkapkan persamaan dan perbedaan dua objek atau lebih. Berdasarkan isinya paragraf dibedakan
menjadi narasi, berisi cerita yang disusun berdasarkan urutan waktu; deskripsi, berisi penggambaran sesuatu
sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan apa yang digambarkan penulis; persuasi,
berusaha memengaruhi pembaca dengan memberi alasan dan bukti agar pembaca mau melakukan tindakan
seperti yang dilakukan penulis; argumentasi, memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu
pendapat/ gagasan; dan eksposisi, memaparkan sesuatu dengan memberikan data atau keterangan sebagai
penjelasan.
Penalaran dibedakan silogisme dan entimen.
Silogisme adalah penarikan kesimpulan berdasarkan premis umum dan premis khusus.

Page 13
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

Contoh:
PU : Warga negara Indonesia ber-KTP.
PK : Pras warga negara Indonesia
K : Pras ber-KTP
Entimen adalah silogisme yang dipersingkat, dari silogisme di atas, bentuk entimennya menjadi Pras ber-KTP
karena Pras warga negara Indonesia.

4. GRAFIK, DIAGRAM ATAU TABEL

A. Grafik
Grafik yang lengkap terdiri atas judul, rentan waktu, dan rentan angka (dapat menyatakan jumlah). Fungsi grafik
untuk menjelaskan pasang surut suatu keadaan. Berikut ini cara menentukan pertanyaan yang sesuai dengan
grafik.
a. Membaca grafik dilakukan dengan melihat informasi yang terdapat pada pertemuan antara garis vertikal
dan garis horizontal.
b. Informasi yang terdapat dalam grafik, biasanya berupa angka, waktu, dan benda/orang.
c. Kata tanya yang sesuai dengan isi informasi tersebut adalah berapa, kapan, dan apa/siapa.
d. Curigai pilihan jawaban yang menggunakan kata tanya tersebut sebagai pilihan jawaban benar.
e. Pertanyaan yang sesuai adalah pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan pada grafik.
f. Tandai informasi di grafik yang menjadi jawaban dari pertanyaan yang sesuai.
Sedangkan untuk menentukan kesimpulan grafik dapat dilakukan dengan cara:
a. pahami arti/maksud kata-kata naik, turun, sama, rata-rata, seimbang, naik tajam, meroket, turun drastis!
b. Cocokkan satu persatu pilihan jawaban dengan isi tabell
c. Tandai informasi di tabel yang menjadi jawaban dari pernyataan yang sesuai!
Grafik dapat dihasilkan dari data yang berbentuk tabel.

B. Tabel
Tabel adalah daftar yang berisi ringkasan data informasi yang berupa kata-kata dan bilangan yang disusun
secara sistematis. Bagian penting dalam tabel adalah judul, data, dan angka. Berdasarkan bagian-bagian
tersebut, kita diharapkan mampu mengungkapkan isi tabel secara singkat dan jelas. Pernyataan yang sesuai
dalam grafik, diagram atau tabel dapat kita tentukan dengan cara:
a. Membaca tabel dilakukan dengan melihat informasi yang terdapat pada pertemuan antara baris dan kolom.
b. Informasi yang terdapat dalam tabel, biasanya be rupa angka, waktu, dan benda/orang.
c. Kata tanya yang sesuai dengan isi informasi tersebut adalah berapa, kapan, dan apa/siapa.
d. Curigai pilihan jawaban yang menggunakan kata tanya tersebut sebagai pilihan jawaban benar.
e. Pertanyaan yang sesuai adalah pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan pada tabel. Tandai informasi
di tabel yang menjadi jawaban dari pertanyaan yang sesuai.
Menentukan kesimpulan tabel dapat dilakukan dengan cara:
a. Pahami arti/maksud kata-kata berikut: naik, turun, sama, rata-rata, seimbang, naik tajam, meroket, turun
drastis!
b. Cocokkan satu persatu pilihan jawaban dengan isi tabel!
c. Tandai informasi di tabel yang menjadi jawaban dari pernyataan yang sesuai!

5. DAFTAR PUSTAKA

A. Pengertian Daftar Pusaka

Daftar Pustaka yaitu suatu daftar yang berisi semua sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan
acuan dalam penulisan karya ilmiah seperti Makalah, Skripsi, Tugas Akhir, Laporan, Thesis,dan penelitian.
Pemilihan daftar pustaka ini harus benar-benar sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam

Page 14
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

makalah. Mahasiswa, Dosen, Siswa tidak boleh mencantumkan nama/judul buku, artikel/jurnal serta dokumen
lainnya baik cetak maupun internet yang tidak terdapat dalam daftar pustaka ini.
Mengingat arti Penting dari bagian karya ilmiah yang satu ini, maka mahasiswa, dosen,siswa maupun
masyarakat umum lainnya perlu mengetahui Cara dan Teknik Penulisan Daftar Pustaka yang baik dan benar.
Ada beberapa komponen dalam Teknik Penulisan Daftar Pustaka yaitu :

 Nama penulis dan nama keluarga (jika ada)


 Ditempatkannya didepan nama kecil
 Tahun Penerbitan
 Judul Buku
 Tempat Penerbitan
 Nama Penerbit

B. Cara Membuat Daftar Pustaka

Adapun beberapa ketentuan serta aturan cara Penulisan Daftar Pustaka yang baik dan benar yaitu :

1. Bagi penulis yang menggunakan marga/keluarga , nama marga/keluarganya ditulis terlebih dahulu,
sedangkan untuk penulis yang tidak menggunakan nama marga / keluarga , diawali dengan penulisan
nama akhir / belakang kecuali nama Cina.
2. Gelar kesarjanaan penulis tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka.
3. Judul buku dicetak miring atau digarisbawahi pada setiap kata, jadi tidak dibuat garis bawah yang
bersambung sepanjang judul.
4. Baris pertama diketik mulai ketukan pertama sedangkan baris kedua dan seterusnya diketik mulai
ketukan ke-7.
5. Jarak antara baris satu dengan baris berikutnya satu spasi.
6. Jarak antara sumber satu dengan sumber berikutnya dua spasi

Ada banyak contoh penulisan daftar pustaka yang bisa menjadi panduan. Perbedaan contoh penulisan
daftar pustaka ini disebabkan oleh perbedaan cara atau sistem penulisan yang digunakan. Setidaknya adalah 3
cara (sistem) yang dapat kita gunakan untuk menulis daftar pustaka, yaitu:

 Sistem Nama dan Tahun (Name and Year System): Dikenal 2 sistem yaitu sistem Harvard dan sistem
Vancouver. Daftar pustaka disusun secara abjad berdasarkan nama akhir penulis. Penunjukannya
dalam karya ilmiah dengan mencantumkan tahun terbit di antara tanda kurung mengikuti nama penulis,
atau dengan mencantumkan nama penulis dan tahun terbit di antara tanda kurung pada akhir kalimat.
 Sistem Kombinasi Abjad dan Nomor (Alphabet-number system. number system with references
alphabetized): Pada cara ini kutipan daftar pustaka dalam naskah karya ilmiah diberi nomor sesuai
dengan nomor pada daftar pustaka yang disusun secara abjad.
 Sistem Nomor (Citation Number System): Pada cara ini, setiap kutipan dalam naskah karya ilmiah diberi
nomor secara berurutan dan susunan daftar pustaka juga mengikuti urutan seperti tercantum dalam
naskah karya ilmiah dan tidak secara abjad. Nama semua penulis ditulis untuk jumlah penulis sampai
dengan 6. Jika jumlahnya lebih dan 6 maka hanya 3 penulis pertama yang ditulis dan diikuti dengan
kata dkk atau et.al.

Selain itu, penulisan daftar pustaka juga disesuaikan dengan asal sumber pustaka. Jika bersumber dari
buku, urutan penulisan daftar pustakanya adalah nama pengarang, diikuti tahun penerbitan, dan diakhiri dengan
titik. Judul buku ditulis dengan huruf miring dengan huruf besar pada awal setiap kata, kecuali kata penghubung.
Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan titik dua. Penulisan rujukan dengan spasi tunggal dan
jarak antara pustaka yang satu dengan yang lain adalah spasi ganda. Contoh daftar pustaka jika sumber rujukan
dari buku: 

Page 15
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

 Wiyanto, Asul. 2008. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA Kls XI. Grasindo: Jakarta.

Penulisan daftar pustaka jika bersumber dari artikel majalah atau koran, urutan penulisannya adalah nama
penulis, tanggal, bulan, dan tahun jika ada. Judul artikel ditulis dengan huruf cetak biasa (normal), dan huruf
besar pada setiap huruf awal kata, kecuali kata penghubung. Nama majalah/koran dicetak miring dengan huruf
besar pada setiap huruf awal kata. Nomor halaman disebut pada bagian akhir. Contoh penulisan daftar
pustakanya:

 Samsul Bahri, M. Peran Profesi Perawat di Masa Mendatang. Jawa Pos, 13 Desember, 2004. hlm. 3.

Penulisan daftar pustaka jika bersumber dari dokumen resmi pemerintah, urutan penulisannya adalah judul atau
nama dokumen ditulis di depan dengan cetak miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit, dan nama
penerbit. Contoh penulisan daftar pustakanya: 

 Undang-Undang Republik indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990.
Jakarta: PT. Duta Wahana.

Penulisan daftar pustaka jika bersumber dari skripsi, tugas akhir, atau tesis, urutan penulisannya adalah nama
penulis ditulis di bagian awal, diikuti tahun yang tercantum pada sampul depan, judul tugas akhir, tesis atau
skripsi yang ditulis dengan cetak miring dan diikuti dengan pernyataan tugas akhir, tesis atau skripsi tidak
diterbitkan, nama kota tempat perguruan tinggi, dan nama fakultas, serta nama perguruan tinggi tersebut. Contoh
daftar pustakanya:

 Montgomery, R. D. 1987. The Link Between Nurse and Doctor in Indonesian. Unpublished Ph. D.
Dissertation, Cornell Univ. 

Penulisan daftar pustaka jika bersumber dari internet, urutan penulisannya adalah nama penulis ditulis di bagian
awal, diikuti tahun, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), dengan keterangan dalam kurung (online), volume
dan nomor, diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses oleh
peneliti, di antara tanda kurung. Contoh daftar pustakanya: 

 Beath, O. A. 1995. Selenium and Other Toxic Minerals in Vegetation. Jurnal ilmu Kesehatan (online),
Vol. 2, No. 5 (http//www. kes.ac.id, diakses 24 Desember 2006).

6. FAKTA DAN OPINI

Pengertian Fakta dan Pengertian Opini serta Contohnya

Fakta dan Opini, dalam pengertian fakta dan pengertian opini memiliki arti dan definisi yang berbeda tapi
kadang kita sulit membedakan mana fakta dan opini. Pengertian Fakta adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang
merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-benar terjadi Sedangkan Pengertian Opini adalah Pendapat,
pikiran, ataupun pendirian yang belum diakui kebenarannya. Sudah telihat jelas perbedaan Fakta dan Opini
dengan melihat dari Pengertian fakta dan Pengertian Opini. Untuk lebih mengetahui mana fakta dan Mana opini,
mari kita lihat contoh Fakta dan Contoh Opini sehingga dapat kita ketahui dengan jelas fakta dan Opini, seperti
yang ada dibawah ini.. 

Contoh Fakta dan Opini 

A. Contoh Fakta 
1). Kini, rata-rata waktu yang digunakan setiap siswa untuk belajar sekitar lima jam perhari
2). Sementara itu, pada tahun sebelumnya, menurut survei sebuah LSM, waktu belajar mereka diluar
kegiatan sekolah hanya 2-3 jam per hari. 

Page 16
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

B. Contoh Opini
1). Kesadaran akan pentingnya belajar di kalangan remaja indonesia semakin meningkat, terutama
dilihat dari jumlah jam belajar mereka. Kesadaran itu perlu ditunjang oleh kepedulian orang tua dan
Pemerintah, misalnya dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan sesuai dengan taraf
perkembangan psikologi mereka. 
2). Perlu ada perubahan formasi tempat duduk agar suasa belajar di kelas lebih menyenangkan.

7. MAJAS
A. Macam-macam Majas dan Pengertiannya, Beserta Contoh

Pengertian majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan suatu yang
lain. Untuk memahami lebih jelas mari kita tengok macam-macam majas di baawh ini.

B. Macam-macam Majas

Majas dibagi atas kelompok garis besar yakni majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan
majas perulangan. Untuk pembagian macam-macam majas berikut penjabarannya beserta contoh.

Majas Perbandingan

Majas Perbandingan terdiri atas perumpamaan, metafora, personifikasi, dan pleonasme.


- Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang beda hakikatnya berlainan tetapi sengaja
dianggap sama, perbandingan tersebut dijelaskan dengan kata seperti, sebagai, bak,
bagaikan, ibarat, dan laksana. Contoh : Bagaikan air dan minyak
- Metafora adalah membandingkan dua hal yang berbeda secara langsung. Contoh : Aku adalah
anak emas paman
- Personifikasi adalah majas yang melekatkan sifat manusia pada benda yang tidak
bernyawa. Contoh : Hujan memandikan tanaman
- Pleonasme adalah pemakaian kata-kata yang berlebihan atau mubazir. Contoh : Saya
mendongak ke atas

Majas Pertentangan

Majas pertentangan terdiri atas hiperbola, litotes, ironi, paradoks, klimaks, anti klimaks, dan sarkasme.
- Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebihan atau membesar-
besarkan sesuatu. Contoh : Saya terkejut setengah mati melihat dia lewat
- Litotes adalah majas yang merendahkan diri. Contoh : Singgalah digubukku sejenak
- Ironi adalah majas yang menyatakan mekna yang betentangan dengan maksud mengolok-
olok. Contoh : Wanginya kelasmu, serasa saya mau muntah
- Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan nyata dengan fakta
sebenarnya. Contoh : Aku merasa sepi dalam keramaian
- Klimaks adalah majas yang mengandung urutan pikiran yang meningkat dari gagasan
sebelumnya.  Contoh : Matematika telah dipelajari mulai SD, SMP, dan SMA
- Anti Klimaks majas yang mengandung urutan pikiran yang menurun dari gagasan
sebelumnya. Contoh : Aku sudah melewati bulan Maret, Februari, dan Januari
- Sarkasme adalah majas berupa sindiran yang menyakitkan hati. Contoh : Dasar kau otak
udang

Majas Pertautan

Majas pertentangan terdiri atas metonomia, sinedoke, lepeusisme, paraklisme, elipsis, asindenton, polisindenton.
- Metonomia adalah majas yang menggunakan nama suatu orang untuk menyebutkan barang
lain yang memiliki sifat sama. Contoh : Mereka memperlajari Chairil Anwar

Page 17
BAHASA
INDONESIA
Project SBMPTN 2016
Powered by Rektor institute

- Sinedoke past pro toto adalah majas yang menyebutkan nama sebagian sebagai pengganti
nama keseluruhan. Contoh : Biaya masuk dikenakan per kepala
- Sinedoke totem pro parte adalah majas yang menyebutkan nama sebagian sebagai pengganti
nama keseluruhan. Contoh : Indonesia menang mutlak atas Malaysia
- Lepeusisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus sebagai pengganti
ungkapan yang dirasa kasar. Contoh : Ayahnya telah meinggal sebulan lalu
- Paraklisme adalah majas yang menyejajarkan pemakaian kata/frasa yang menduduki fungsi
sama. Contoh : Baik pria maupun wanita mempunyai hak yang sama
- Elipsis adalah majas yang menghilangkan sebagian kata/kosa kata. Contoh : Mereka akan ke
Bali
- Asindenton adalah majas yang tidak menggunakan kata sambung. Contoh : Saya melihat,
saya mendekati, saya menyapa anak berbaju putih itu
- Polisindenton adalah majas keabalikan dari Asindenton

Majas Perulangan

- Aliterasi adalah pengulangan pada konsonan pada suatu atau beberapa kata. Contoh : Kau
kuatkan kalbunya
- Asonansi adalah pengulangan pada vokal pada suatu atau beberapa kata. Contoh : Mati api di
dalam hati
- Kiasmus adalah majas yang menggunakan intervensi antara dua kata yang berhubungan. 
- Tautotes adalah majas repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
- Anafora adalah majas perulangan kata pertama pada setiap baris.
- Epifora adalah majas perulangan pada kata akhir baris atau kalimat berurutan. Contoh : Ibuku
sedang memasak di dapur ketika aku sedang tidur

Page 18

Anda mungkin juga menyukai