Anda di halaman 1dari 7

Resume Psikopen pekan ke-14

Perbedaan Individu dalam Belajar

A. Gaya Belajar

Pengertian. Gaya belajar adalah segala faktor yang mempermudah dan mendorong
siswa/mahasiswa untuk belajar dalam situasi yang telah ditentukan (Kosasih A Jahiri,
1978,7). Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di
sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika menyadari bahwa bagaimana
seseorang menyerap dan mengolah informasi, belajar dan berkomunikasi menjadi sesuatu
yang mudah dan menyenangkan(Nunan, 1991: 168). Setiap anak atau peserta didik memiliki
cara belajar sendiri yang di pandang efektif dalam belajar. Cara belajar atau kesenangan
belajar yang sering juga disebut gaya belajar (learning style) diartikan sebagai karakteristik
dan preferensi atau pilihan individu mengenai cara mengumpulkan infomasi, menafsirkan,
mengorganisasi, merespon, dan memikirkan informasi tersebut.

Gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama Gaya belajar visual: yaitu gaya belajar
yang lebih banya menggunakan alat indra penglihatan sebagai alat untuk memperoleh
pengetahuan. Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar visual ialah mudah memperoleh
pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca, teliti, dan menyukai metode
demonstrasi serta kurang menyukai metode ceramah. Kedua Gaya belajar auditorial: yaitu
gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indra pendengaran untuk memperoleh
pengetahuan. Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar auditorial ialah mudah
memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis tetapi mudah
bercerita, senang bersuara keras ketika sedang membaca, lebih suka gurauan dari pada
membaca buku, dan menyukai metode ceramah. Ketiga Gaya belajar kinestetik: yaitu gaya
belajar yang lebih menekan geralk atau praktek langsung atas apa yang sedang dipelajarinya.

Karakteristik anak yang memiliki gaya belajar kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri atau
praktek langsung, banyak bererak, ketika membaca menggunakan jari sebagai penunjuk,
menyukai permainan yang menyibukkan, dan ingin selalu melakukan sesuatu. Dengan
adanya tiga gaya tersebut, guru dapat mengidentifikasi gaya belajar peserta didiknya,
sehingga dapat memberikan layanan kepada peserta didiknya sesuai dengan gaya belajar
masing-masing peserta didik. Dengan demikian masing-masing peserta didik dapat belajar
dengan optimal. Memecahkan problem dan membuat keputusan Dibandingkan murid yang
impulsif, murid yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar
dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan.

Murid reflektif biasanya standar kinerjanya tinggi. Gaya mendalam/dangkal. Maksudnya


adalah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu cara yang membantu
mereka untuk memahami makan materi tersebut (gaya mendalam), atau sekedar mencari apa-
apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). Murid yang belajar menggunakan gaya
dangkal tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual
yang lebih luas. Mereka cenderung belajar secara pasif, seringkali hanya mengingat
informasi.

Pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang
mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat. Jadi, pelajar mendalam
menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain itu, pelajar
mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar dangkal
(surface learner) lebih mungkin akan termotivasi belajar jika ada penghargaan dari luar, serta
pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, Membaca dengan memahami dan
menginterpretasi teks, Mengingat informasi yang terstruktur. Dikotomi Gaya Belajar dan
Berpikir Dua dikotomi gaya yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang
pembelajaran adalah gaya impulsif/reflektif dan mendalam/dangkal. Gaya impulsif/reflektif
juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsif
atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu
jawaban (Kagan, 1965). Murid yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan
ketimbang murid yang reflektif. Dibandingkan murid yang impulsif,

B. Kpribadian Dan Tempramen

Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi, dan perilaku tertentu yang menjadi
ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Lima faktor utama dalam kepribadian yaitu
openness, conscientiousness, extraversion, agreableness, dan neuroticsm.

Puas pada diri atau mengasihani diri sendiri Menurut konsep interaksi orang-situasi, cara
terbaik untuk mengkarakterisi kepribadian individual bukan hanya berdasarkan pada ciri
bawaan personal atau karakter saja, namun juga dengan situasinya. Interaksi orang-situasi
adalah pandangan yang menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengkonseptualisasikan
kepribadian bukan hanya dari segi ciri atau karakteristik pesonal saja, tetapi juga dari segi
situasinya.

Teori interaksi orang-situasi memperkirakan bahwa murid yang ekstravert akan mampu
beradaptasi dengan baik jika dia diminta untuk bekerja sama dengan murid lain, sedangkan
murid yang introvert akan mampu beradaptasi dengan lebih baik jika dia diminta
mengerjakan tugas secara sendirian. Murid ekstravert akan lebih senang apabila bersosialisasi
dengan banyak orang di sebuah pesta, sedangkan murid introvert lebih senang duduk sendiri
atau sekedar bercakap dengan satu teman. Kesimpulannya, jangan menganggap bahwa
kepribadian itu akan selalu membuat seseorang berperilaku tertentu di semua situasi. .

Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan
atau respons. Klasifikasi yang paling terkenal adalah klasifikasi oleh Alexander Chess dan
Stella Thomas ( Chess & Thomas, 1997; Thomas & “Anak lamban bersikap hangat” (slow-
to-warm-up child) biasanya beraktivitas lamban, agak negatif, menunjukan kelambanan
dalam beradaptasi, dan intensitas mood yang rendah. Dalam satu studi, remaja bertempramen
sulit biasanya mudah tergoda oleh penyalahgunaan narkoba dan mudah stres (Tubman,
“Anak sulit” (difficult child) cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol
diri, dan lamban dalam menerima pengalaman baru. “Anak mudah” (easy child) biasanya
memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan
pengalaman baru. Chess, 19991). Mereka percaya bahwa ada tiga tipe atau jenis tempramen:
& usaha kontrol (pengaturan diri).

C. Sosial Ekonomi Dan Budaya

Sosial Ekonomi Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan
orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan lainnya. Meskipun tidak mutlak tingkat
pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap pendidikan anak serta tingkat
aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan pekerjaan dan penghasilan
orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan membawa implikasi pada berbedanya
aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak, aspirasi anak terhadap pendidikannya, fasilitas
yang diberikan pada anak dan mungkin waktu disediakan untuk mendidik anak-anaknya.
Demikian juga perbedaan status ekonomi dapat membawa implikasi salah satunya pada
perbedaan pola gizi yang diterapkan dalam keluarga, sikap negatif dan, sikap dan pendekatan
positif Windle, 1995). Dalam studi lain, faktor temperamen yang diberi label”diluar
kendali”(mudah tersinggung dan terganggu) yang diketahui ada pada usia 3 sampai 5 tahun
ternyata ada hubungannya dengan problem perilaku yang muncul pada usia 13 sampai 15
tahun(Caspi, dkk., 1995). Klasifikasi tempramen sekarang ini lebih difokuskan pada;

Budaya Merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan
sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarkat memberitahu pada anggotanya
tentang apa yang baik dan atau penting dalam masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut terjabarkan
dalam suatu norma-norma. Norma masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang
muncul dari anggota masing-masing masyarakat berbeda satu dengan lainnya. Fungsi
pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan kepribadian
manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah
sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. Para pakar antropologi, menunjuk kepada peranan
individu bukan hanya sebagai bidakbidak di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah
creator dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi kebudayaan
mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”yang berarti bahwa antara kepribadian dan
kebudayaan terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan Di dalam perkembangan
kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaanakan dapat berkembang
melalui kepribadian–kepribadian tersebut. Inilah yang disebut sebab-akibat sirkuler antara
kepribadian dan kebudayaan.

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi
kebudayaan secara pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif. Pranata
sosial yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan kepribadian yang
kreatif tersebut. Namun apa yang terjadi di dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah
kita ialah sekolah telah menjadi sejenis penjara yang memasung kreativitas peserta didik.
Kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah-laku yang bisa dipelajari.
Dengan demikian tingkah laku manusia bukanlah diturunkan seperti tingkah-laku binatang
tetapi yang harus dipelajari kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi.
Di sini kita lihat betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian
manusia.Para pakar yang menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kebudayaan mula-
mulanya muncul dari kaum behavioris dan psikoanalisis Para ahli psikologi behaviorisme
melihat perilaku manusia sebagai suatu reaksi dari rangsangan dari sekitarnya.

Di sinilah peran pendidikan di dalam pembentukan perilaku manusia. Begitu pula psikolog
aliran psikoanalis menganggap perilaku manusia ditentukan oleh dorongan-dorongan yang
sadar maupun tidak sadar ini ditentukan antara lain oleh kebudayaan di mana pribadi itu
hidup. John Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan pandangan behaviorisme dan psikoanalis
mengen Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-reaksi perilaku
tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi, yang terakhir ini kebudayaan
merupakan perangsang-perangsang untuk terbentuknya perilaku-perilaku tertentu.
Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari untuk belajar.

Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran. Guru mengakses kebutuhan
belajar, memfasilitasi pembelajaran dan merencanakan kurikulum yang efektif. Dalam kelas
diferensiasi, guru mempelajari peserta didiknya dan terus melibatkan mereka untuk membuat
keputusan tentang kelas. Hasilnya peserta didik menjadi pembelajar yang lebih mandiri.
Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai. Dalam kelas yang bervariasi, tujuan
guru adalah agar setiap peserta didik merasa tertantang terus, sehingga pekerjaannya menarik
atau menyenangkan. Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus
dari kebutuhan belajar peserta didik. Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik
diharapkan dapat dihargai dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan
pembelajaran. Prinsip ini mengingatkan kita akan hubungan dekat antara penilaian dan tugas.
Kita bisa mengajar lebih efektif jika kita tahu kebutuhan dan minat peserta didik.

Dalam kelas yang bervariasi, seorang guru melihat semua hal yang dikatakan peserta didik
atau menciptakan informasi yang berguna untuk dipahami peserta didik. Kelas dengan
kondisi peserta didik yang beragam. Guru dan peserta didik memahami materi, cara
mengelompokkan peserta didik, cara mengases pembelajaran dan elemen kelas lainnya
merupakan alat yang bisa digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan keberhasilan
individu dan seluruh kelas. Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan
tertentu melalui prosesbelajar.

D. Pendekatan Pembelajaran Sesuai Dengan Perbedaan Individu

Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik tertentu atau kelompok
kecil peserta didik, dari pola pembelajaran yang lebih khusus untuk seluruh kelas agar peserta
didik menyukainya. Beberapa prinsip mendasar yang mendukung keberagaman.

Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment” terhadap perilaku-perilaku


tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu bentuk perilaku yang sesuai dengan
system nilai dalam kebudayaan tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap
perilaku-perilaku yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu masyarakat
budaya tertentu.

Hasil/produk. Guru dapat membedakan hasil belajar yang dicapai peserta didik. Berbagai
hasil belajar tersebut dapat digunakan peserta didik untuk menunjukkan apa yang telah
dipelajari dan dipahami. Misalnya, sebuah produk bisa berupa portofolio karya peserta didik,
penampilan solusi dari suatu soal/masalah, laporan akhir, soal-soal eksplorasi. Hasil belajar
yang baik membuat peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dipelajari, menerapkan
apa yang dapat dilakukan, dan memperluas pemahaman dan ketrampilan. Aktivitas. Suatu
kegiatan yang efektif meliputi kemampuan menggunakan keterampilan untuk memahami ide
utama dan mempunyai tujuan pembelajaran.

Menggunakan teks, tape recorder, poster dan video sebagai cara untuk menyampaikan konsep
utama kepada berbagai peserta didik, Mengulang kembali pembelajaran untuk peserta didik
yang membutuhkan dengan cara lain; dan, Menggunakan variasi pengaturan mitra membaca
untuk mendukung dan memberikan tantangan kepada peserta didik yang bekerja dengan
materi teks, Menggunakan teks lebih dari satu sebagai bahan bacaan, Menggunakan objek
dengan beberapa peserta didik untuk membantu temannya memahami konsep matematika
atau IPA, Pemenuhan Kebutuhan yang Beragam. Dalam suatu kelas diferensiasi yang baik,
fakta penting, materi harus dipahamani dan keterampilan tetap konstan untuk semua peserta
didik. Apa yang biasanya berubah dalam kelas yang beragam adalah bagaimana peserta didik
mendapatkan akses materi pelajaran yang dipelajari.

Menurut Hamalik (2008:187) mengemukakan ada beberapa cara pendekatan pembelajaran


sesuai dengan gaya belajar individu

a. Gaya Visual

1. Gunakan materi visual seperti gambar-gambar, diagram dan peta.

2. Gunakan warna untuk memperjelas hal-hal penting

3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi

4. Gunakan multimedi

5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.


b. Gaya Auditori

1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi

2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

3. Gunakan musik

4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal

5. Biarkan anak merekam materi

c. Gaya Kinestik

1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya.

3. Izinkan anak untuk mengunyah permenkaret pada saat belajar.

4. Gunakan warna terang untuk memperjelas hal-hal penting dalam bacaan.

5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Anda mungkin juga menyukai

  • Unggah 3
    Unggah 3
    Dokumen6 halaman
    Unggah 3
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Unggah 2
    Unggah 2
    Dokumen5 halaman
    Unggah 2
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Upload
    Upload
    Dokumen3 halaman
    Upload
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Upload
    Upload
    Dokumen3 halaman
    Upload
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Unduh
    Unduh
    Dokumen4 halaman
    Unduh
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Unggah 1
    Unggah 1
    Dokumen5 halaman
    Unggah 1
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Unggah 4
    Unggah 4
    Dokumen3 halaman
    Unggah 4
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Unggah 3
    Unggah 3
    Dokumen6 halaman
    Unggah 3
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume 8
    Resume 8
    Dokumen3 halaman
    Resume 8
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • TEORI BELAJAR KOGNITIF
    TEORI BELAJAR KOGNITIF
    Dokumen3 halaman
    TEORI BELAJAR KOGNITIF
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • TRANSFER DAN KEJENUHAN
    TRANSFER DAN KEJENUHAN
    Dokumen4 halaman
    TRANSFER DAN KEJENUHAN
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume 11)
    Resume 11)
    Dokumen3 halaman
    Resume 11)
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume 7
    Resume 7
    Dokumen4 halaman
    Resume 7
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume Pertemuan 15
    Resume Pertemuan 15
    Dokumen7 halaman
    Resume Pertemuan 15
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume Pertemuan 12
    Resume Pertemuan 12
    Dokumen3 halaman
    Resume Pertemuan 12
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume 8
    Resume 8
    Dokumen3 halaman
    Resume 8
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • PenegakanHukum
    PenegakanHukum
    Dokumen8 halaman
    PenegakanHukum
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume Pertemuan 12
    Resume Pertemuan 12
    Dokumen5 halaman
    Resume Pertemuan 12
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume 5
    Resume 5
    Dokumen4 halaman
    Resume 5
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume 3
    Resume 3
    Dokumen7 halaman
    Resume 3
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Konsep Identitas Nasional
    Konsep Identitas Nasional
    Dokumen7 halaman
    Konsep Identitas Nasional
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume 2
    Resume 2
    Dokumen3 halaman
    Resume 2
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • ENGLISH CURRICULUM
    ENGLISH CURRICULUM
    Dokumen37 halaman
    ENGLISH CURRICULUM
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume 4
    Resume 4
    Dokumen9 halaman
    Resume 4
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume 6
    Resume 6
    Dokumen3 halaman
    Resume 6
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Teks Interaksi
    Teks Interaksi
    Dokumen7 halaman
    Teks Interaksi
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Konsep dan Urgensi Konstitusi
    Konsep dan Urgensi Konstitusi
    Dokumen7 halaman
    Konsep dan Urgensi Konstitusi
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Konsep Identitas Nasional
    Konsep Identitas Nasional
    Dokumen7 halaman
    Konsep Identitas Nasional
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resume Pertemuan 9
    Resume Pertemuan 9
    Dokumen7 halaman
    Resume Pertemuan 9
    Rita Nurmansyah
    Belum ada peringkat