Anda di halaman 1dari 21

PERENCANAAN METODE PENGUMPULAN DATA

DAN ANALISA DATA

A. Strategi Advokasi Kesehatan


1. Pengertian Advokasi Kesehatan
Advokasi kesehatan adalah pendekatan kepada para pimpinan atau
pengambil keputusan agar dapat memberi dukungan, kemudahan, perlindungan
pada upaya pembangunan kesehatan.
2. Tujuan Advokasi Kesehatan:
a. Mempengaruhi peraturan dan kebijakan yang mendukung program KSPAN.
b. Mempengaruhi pihak lain (program, sektor, LSM peduli
kesehatan,profesional) agar mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
melalui kemitraan dan jaringan kerja.
c. Meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah khususnya
kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum.
d. Menggalang dukungan lewat pendapat umum melalui media komunikasi
tentang program perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Luaran (Hasil yang diharapkan):
a. Adanya dukungan politik dari para pengambil keputusan baik dalam bentuk
instruktur/surat daran/surat keputusan maupun himbauan untuk
melaksanakan program KSPAN.
b. Keterlibatan LSM (lembaga swadaya masyarakat) dalam mendukung
kegiatan KSPAN.
c. Adanya anggaran rutin yang dinamis dari APBD dan sumber lain untuk
pelaksanaan kegiatan KSPAN.
4. Sasaran
Sasaran advokasi meliputi sasaran kepada perorangan dan kepada
sasaran publik (masyarakat). Sasaran perorangan dapat dilakukan melalui
komunikasi interpersonal sedangkan untuk sasaran publik dilakukan melalui
media massa dan kampanye. Sasaran menurut jenjang administrasi adalah :
1. Pengambilan kebijakan di tingkat pusat seperti : DPR (komisi 7),
parpol,Menteri Dirjen departemen terkait,BAPPENAS, Lembaga Donor
(WHO, World Bank, UNICEF, ADB), organisasi profesi, LSM Nasional dan
Internasional.
2. Pengambilan kebijakan di tingkat daerah/Propinsi seperti: DPRD (Komisi E),
parpol, BAPPEDA, Gubernur dan asisten kesejahteraan rakyat,Ka.Din.Kes
Tkt I, Lembaga donor, organisasi profesi, LSM internasional, nasional dan
propinsi.
3. Pengambil kebijakan di tingkat Kabupaten dan Kota seperti : DPRD
Kabupaten/Kota/Komisi E, parpol BAPPEDA, Bupati/Walikota dan Bagan
Kesejahteraan rakyat, Ka.Din.Kes Tkt I, Lembaga donor, organisasi profesi,
LSM, Institusi pendidikan, Institusi Kesehatan dan Non Kesehatan, Lembaga
swasta /industri (tempat umum dan tempat Akerja)

i. Metode Advokasi.

Kegiatan yang bernuansa advokasi dapat berupa :


1. Seminar sehari.
2. Orientasi.
3. Lobby.
4. Kampaye.
5. Sarasehan (penyuluhan).
6. Bentuk kegiatan lain yang sesuai.

ii. Langkah-langkah Advokasi.

Secara umum menurut Jhon Hopkins University (JHU) advokasi


kesehatan ditempuh melalui kerangka advokasi yang memuat 6 langkah yaitu :
1. Melakukan analisa
a. Identifikasi masalah.
b. Kebijakan yang ada.
c. Program-program komunikasi yang telah dilaksanakan untuk membuat
kebijakan.
d. Perubahan kebijakan yang diinginkan oleh tingkat tertentu.
e. Stakeholder (mitra kerja) yang terkait dengan perubahan kebijakan.
f. Jejaring untuk penentu kebijakan dan pesan yang tepat.
g. Sumber daya yang memungkinkan untuk pelaksanaan kebijakan.
2. Menyusun Strategi.
a. Membentuk kelompok kerja PHBS.
b. Identifikasi sasaran primer dan sekunder.
c. Mengembangkan tujuan “SMART” (Specific/spesifik, Measurable/dapat
diukur, Appropriate/tepat, Realistic/nyata, Time Bound/sesuai jadwal).
d. Menentu indicator.
e. Menyiapkan dukungan dana dan kebijakan pelaksana.
f. Menempatkan "issue” yang pantas mendapat dukungan dari penentu
kebijakan.
g. Merencanakan perbaikan sarana komunikasi.
3. Menggalang kemitraan (mobilisasi)
a. Menyusun POA (plan of action) bersama-sama.
b. Mendorong kemitraan.
c. Mendelegasikan tanggung jawab.
d. Merencanakan koordinasi peliputan berita dan data oleh media.
4. Tindakan/pelaksanaan
a. Melaksanakan rencana advokasi (POA).
b. Mengumpulkan mitra.
c. Menyajikan pesan yang tepat.
d. Menepati jadwal.
e. Mengembangkan jaringan komunikasi dengan mitra.
5. Evaluasi.

Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian tujuan (proses dan


output) melalui pengecekan dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan yang
seharusnya dilaksanakan, materi KIE yang telah diterbitkan dan
disebarluaskan serta produk-produk kebijakan yang diterbitkan.
6. Kesinambungan proses
Melaksanakan proses komunikasi secara terus menerus dengan
memanfaatkan hasil evaluasi.
Langkah-langkah berikut ini :
 Persiapan
1. Identifikasi masalah dari data yang ada seperti :
a. Data 10 penyakit terbanyak di kabupaten/kota.
b. Status gizi.
c. Angka kesakitan.
d. Angka kematian.
e. Perlaku spesifik masyarakat yang terkait dengan perilakum PHBS.
f. Data dasar (kualitatif dan kuantitatif) pengkajian PHBS.
g. Hasil pemetaan wilayah/klasifikasi PHBS tiap tatanan.
h. Rencana detail tat kota (RDTK) dan rencana umum tata ruang kota
(RUTRK).
2. Mempelajari kebijakan apa saja yang mendukung dan menghambat
program perilaku PHBS.
3. Mempelajari program komunikasi yang telah dilaksanakan dengan
menggali pengalaman dari orang lain tentang program komunikasi yang
telah dilaksanakan untuk dpat dimanfaatkan sebagai pengalaman belajar
dalam program PHBS.

Hal-hal yang dapat digali antara lain :


1. Strategi yang berkelanjutan.
2. Isu advokasi yang tajam (fokus).
3. Sasaran yang spesific.
4. Tindak lanjut kegiatan.
4. Mempelajari perubahan kebijaksanaan yang terjadi, contoh : sekitar tahun
1998 kebijaksanaan paradigma sakit mengalami perubahan menjadi
paradigma sehat. Hal ini memberi peluang kepada para ahli kesehatan
masyarakat untuk mengkampanyekan paradigma sehat dengan tema
“Menjaga kesehatan lebih murah dan mudah dari pada mengobati”.
5. Menentukan mitra kerja terkait yang berpengaruh dalam program PHBS
dan membuat jejaring bagi penentu kebijakan dan kelompok peduli
kesehatan.
6. Memanfaatkan dan menggali sumber daya yang memungkinkan untuk
pelaksanaan PHBS.
7. Menyiapkan materi yang berkaitan dengan PHBS serta menentukan
metode advokasi kesehatan.
8. Menempatkan issue atau gagasan untuk mendapatkan dukungan dari
penentu kebijakan pada waktu yang tepat untuk menyampaikan gagasan
tersebut, minsalnya pada kesehatan sedunia (7 april), hari kesehatan
nasional (12 november), hari sadar pangan dan gizi, hari AIDS sedunia
dan lain-lain.
 Pelaksanaan
1. Lakukan advokasi PHBS dengan penyajiann yang menarik dengan
menggunakan metode dan teknik yang tepat.
2. Adanya tanya jawab, tanggapan dan masukan-masukan untuk
menyempurnakan program yang sudah ada.
3. Simpulkan dan sepakati hasilnya.
4. Buat laporan tertulis hasil advokasi dan sebarluaskan pada sasaran yang
terkait.
5. Lakukan tindak lanjut kegiatan berdasarkan kesepakan bersama.

iii. Indikator Kebersilan Advokasi

Untuk mengukur keberhasilan advokasi dapat dilihat adanya


tanggapan/respon para individu dan publik dalam bentuk :
1. Adanya peraturan, surat keputusan, surat edaran, instruksi, himbauan
tentang pentingnya program PHBS.
2. Adanya anggaran dari APBD II atau sumber lain yang rutin dan dinamis
untuk pelaksanaan PHBS.
3. Adanya jadwal koordinasi dan pemantauan pelakanaan PHBS.
4. Kemampuan pengambil keputusan dalam menjelaskan PHBS dalam
setiap kegiatan.
5. Terbentuknya dan berfungsinya kelompok kerja PHBS.

iv. Bentuk-bentuk Kegiatan Advokasi Menurut Sasaran.

NO SASARAN ALTERNATIF BENTUK KEGIATAN


1. Lintas sektor -Loby (pendekatan)
-Pertemuan rutin
-Lokakarya
-Rapat koordikasi
-Sarasehan
-Dialog interaktif

2. Lintas program -Loby (pendekatan)


-Rapat koordikasi
-presentasi
-negosasi
-koordinasi
3. Kemitraan -Loby (pendekatan)
-kampanye
-presentasi
-demonstrasi
-dialog interaktif

v. Etika Advokasi
1. Mulai dengan sisi yang positif dari sasaran, minsalnya perhatian yang
ditunjukan kepada sasaran di bidang kesehatan yang merupakan
program unggulan.
2. Mau kompromi, sabar dan tegar serta tidak menyalahkan sasaran.
3. Pusatkan pada pesan pokok dengan bahasa yang menggugah.
4. Kemukakan hai-hal baru yang relavan dengan materi sasaran.

vi. Kendala dalam Advokasi


1. Para pembuat kebijakan masih belum mempunyai persepsi yang sama
terhadap promosi kesehatan dan paradigma sehat.
2. Penyelenggara kesehatan masih mementingkan budaya kuratif.
3. Masih adanya budaya ketergantungan masyarakat terhadap petugas
dalam upaya kesehatan.
vii. Kiat untuk Advokator
1. Kiat advokator sebagai pengelola program.
1) Menetapkan, menerima tanggung jawab dan bekerjasama dalam tim.
2) Memahami misi, rician tujuan, menentukan apa/mana yang diutamakan.
3) Tahu teknik yang tepat untuk menyamakan persepsi.
2. Kiat advokator sebagai pimpinan rapat atau kelompok kerja.
1) Sudah membuat persiapan yang rinci sebelum memimpin rapat, semua
yang harus hadir sudah diberi tahu sebelumnya, agenda rapat dan
akomodasi siap sedia.
2) Dia nomor satu diantara yang hadir (primus interpares), bukan tuan
besar yang sok resmi di tengah kelompok, melainkan seorang
pelayanan yang ceria dan ramah.
3) Dia membuat anggota tim tidak canggung bahkan membuat orang lain
percaya diri, bisa membuat yang pendiam dan pemalu berani bicara
serta menegahi yang agresif dengan tegar dan sikap bersahabat.
4) Dia menguasai keadaan, tahu bahwa potensi setiap anggotanya untuk
mencapai sukses.
5) Dia menghargai orang lain dan memperlakukan semua orang sederajat.
6) Dia pendengar yang baik.
7) Dia selalu antusias dan menaruh minat, terampil mengajukan
pertanyaan dn membagi pertanyaan.
8) Dia memulai rapat tepat waktu, menjelaskan maksud dan tujuan dengan
semangat dan membuat diskusi hidup, mampu menentukan kapan rapat
selesai.
3. Cara menyiapkan model media advokasi.
1) Media advokasi dapat dibuat sederhana, berupa tulisan, ilustrasi, tetapi
dapat juga dibuat canggih.
2) Inti pembicaraan harus jelas dan tidak terlalu banyak informasi.
3) Jika meminta sumbangan/bantuan sebutkan kgunaannya dan berupa
apa (fikiran,tenaga atau dana).
4) Tunjukkan aspek manuasiawi sehingga yang baca mau berbuat.
5) Desain harus bagus termasuk ukuran, gambar,/ilustrasi, huruf jika
menyajikan data ilmiah sajikan dengan bahasa sederhana,mantap dan
efektif.
6) Cantumkan logo.

Distribusikan media

A. Perencanaan Pengumpulan Data

Perencanaan kegiatan pengumpulan data serta aspek-aspek yang terdapat di dalamnya perlu dipahami secara
baik. Setiap pengumpulan bukti haruslah direncanakan menurut tujuannya secara beraturan. Namun, dalam
kenyataannya tidak dapat dihindarkan adanya tumpang tindih dan saling terkaitnya diantara tahap-tahap
kegiatan. Adanya saling ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, menuntut kegiatan-
kegiatan tersebut dilakukan secara bersamaan.

Perencanaan atas bagaimana mengumpulkan data harus dilakukan berdasarkan "APA" yang dilakukan,
"BAGAIMANA" cara melakukannya, "SIAPA" yang akan melaksanakan setiap aspek pekerjaan, "KAPAN"
kegiatan dilakukan, dan "DI MANA" akan dilakukan.

Dengan kata lain, pengumpulan bukti audit mencakup langkah-langkah berikut:


1. Menentukan tujuan kegiatan yang terdiri dari kegiatan (APA):
a. Tujuan pengumpulan data
b. Ruang lingkup pengumpulan data
c. Buat narasi dan tabel yang merupakan simpulan perencanaan kegiatan.
d. Pada Kegiatan Audit Kinerja, tahap-tahap perencanaan di atas ditetapkan dalam program kerja
audit.
2. Melaksanakan pengumpulan bukti sesuai prosedur audit yang telah ditetapkan.
3. Menganalisa bukti-bukti yang dikumpulkan dan membandingkan dengan informasi lain yang ada
(BAGAIMANA).
4. Memutuskan apakah masih perlu untuk mengumpulkan bukti-bukti lebih banyak lagi, apakah bukti-
bukti telah cukup dan memadai untuk mengukur kinerja (KAPAN DAN DIMANA).

B. Proses Pengumpulan Data

Dalam audit kinerja yang meliputi beberapa tahap mulai dari tahap memahami informasi kinerja klien,
perencanaan, survai pendahuluan, tahap pekerjaan lapangan, laporan audit, dan tindak lanjut.

Di semua tahap itu diperlukan data-data pendukung yang perlu dikumpulkan dari berbagai sumber untuk
dianalisa. Untuk mempermudah pengumpulan data auditor perlu memahami sumber data itu berasal.

1. Sumber Data
Sumber data merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan
data. Sumber data pada dasarnya terdiri dari Data Primer dan Data Sekunder.
Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (tidak melalui
perantara). Data primer dapat berupa opini/persepsi orang secara individual dan kelompok serta hasil
observasi terhadap suatu benda atau kegiatan.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu:
a. metode survai dan
b. metode observasi.

Data Sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(dicatat oleh orang lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan yang disimpan (data dokumenter)
yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.

Metode yang umum digunakan untuk mengumpulkan data sekunder adalah melalui reviu dokumen ataupun
penelitian arsip.

Data sekunder bisa berupa data internal maupun eksternal perusahaan. Data yang bersumber dari internal
dapat berupa ketentuan, kebijakan, data yang dihasilkan oleh sistem informasi yang diterapkan oleh
perusahaan.

Data dari hasil sistem informasi adalah data yang telah tersedia dalam bentuk dokumen seperti laporan
keuangan tahunan/triwulan/bulanan, RKAP, RJPP, kebijakan direksi dan Iain-Iain. Data dari sumber
eksternal berupa dokumen yang diterbitkan oleh pihak eksternal dan hasil kuesioner/wawancara yang
diajukan oleh auditor kepada pihak eksternal perusahaan.

Disamping sumber data, jenis data juga dipertimbangkan dalam penentuan metode pengumpulan data.

2. Jenis data

Dari jenisnya, data yang menjadi bukti audit dapat dibedakan menjadi bukti fisik, dokumenter, dan
kesaksian (testimonial).
a. Bukti fisik adalah bukti yang berasal dari data yang berupa objek atau benda-benda fisik, yaitu:
1) Bukti-bukti audit yang berupa foto yang dibuat oleh auditor dianggap sebagai bukti audit yang
lebih meyakinkan daripada penjelasan tertulis.
2) Apabila pengamatan terhadap kondisi-kondisi fisik akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan
audit, maka bukti-bukti audit harus bisa dikonfirmasikan. Hal ini bisa dilakukan dengan
melakukan pengamatan oleh dua orang auditor, dan apabila mungkin didampingi oleh wakil dari
auditan.
3) Pembicaraan melalui telepon yang direkam dengan persetujuan pembicara dapat dimasukkan ke
dalam kelompok bukti fisik.
b. Bukti dokumen adalah bukti yang berasal dari data yang memuat apa, kapan, serta siapa yang terlibat
dalam suatu kejadian, yaitu:
1) Bukti-bukti audit berupa dokumen, baik dalam bentuk foto maupun elektronik yang dibuat oleh
auditan adalah bentuk bukti-bukti audit yang paling umum. Bukti-bukti audit, dapat berasal dari
dalam atau luar auditan.
2) Bukti audit berupa dokumen yang berasal dari luar, bisa berupa surat atau memorandum yang
diterima oleh entitas, seperti faktur-faktur, kontrak-kontrak, laporan-laporan audit dan laporan-
laporan lainnya yang berasal dari pihak ketiga.
3) Bukti-bukti audit berupa dokumen yang berasal dari dalam, dapat berupa catatan-catatan
akuntansi, salinan surat-surat keluar, uraian kerja {Job descriptions), rencana-rencana kerja,
anggaran, laporan audit oleh Satuan Auditor Intern, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-
prosedur yang ada, dan sebagainya.
c. Bukti Subjek atau Testimonial adalah bukti yang datanya berupa opini, sikap, pengalaman, dari
seseorang ataupun kelompok yang menjadi subjek.

Bukti Subjek bisa diperoleh dari pernyataan-pernyataan yang biasanya sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan atau interviu. Pernyataan-pernyataan tersebut bisa berasal dari pegawai auditan,
para ahli, konsultan dan pihak-pihak lain yang dihubungi untuk memberikan bukti-bukti audit tersebut.
Konfirmasi terhadap bukti-bukti kesaksian sangat diperlukan, antara lain dengan:

1) menentukan pernyataan tertulis dari orang yang diwawancarai.


2) menilai bukti audit yang sama oleh sumber-sumber atau orang-orang yang berbeda.
3) melakukan cek ulang terhadap catatan-catatan yang ada.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sebagaimana telah dikemukakan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Reviu Dokumen
Metode ini banyak digunakan dalam tahap-tahap Audit Kinerja. Hasil reviu dokumen diharapkan dapat
memberikan gambaran sejauh mana suatu kondisi atau fakta dalam perusahaan memenuhi kriteria
yang ada. Beberapa kriteria dapat langsung terpenuhi dari ada atau tidaknya suatu dokumen, namun
ada beberapa kriteria yang hanya dapat terpenuhi melalui analisis lebih lanjut.
Untuk topik yang belum/tidak terdukung oleh dokumen karena ketiadaan dokumen atau
ketidakcukupan dokumen harus dilakukan teknik lain misal kuesioner, wawancara, atau observasi.

b. Survai melalui Kuesioner

Metode survai observasi seperti yang disebutkan sebelumnya adalah metode pengumpulan data primer
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Metode survai merupakan metode yang menggunakan
pertanyaan lisan dan tertulis, Metode tertulis mengunakan kuesioner sebagai alat bantunya. Kuesioner
adalah seperangkat pertanyaan/pernyataan yang telah disusun sebelumnya. Kuesioner bertujuan
mengumpulkan informasi guna menjawab kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Kuesioner merupakan
mekanisme pengumpulan data yang efisien apabila auditor mengetahui dengan tepat variabel atau data
penting apa yang ingin di peroleh dan bagaimana cara mengukurnya. Namun demikian, meskipun
perancangan kuesioner telah disusun dengan sangat hati-hati, jelas dan tidak bias, kurangnya
pengetahuan responden mengenai permasalahan yang dipertanyakan akan sangat berpengaruh pada
hasil akhir kuesioner. Dengan memahami bahwa perancangan kuesioner merupakan hal yang kritis
dalam perolehan informasi, diharapkan kesalahan dalam perancangannya dapat diminimalisir.

Sehubungan dengan evaluasi Kinerja, kuesioner merupakan bagian dari metodologi evaluasi kinerja
yang dipakai mulai dari penilaian SPM (berupa check list) sampai penilaian capaian kinerja. Adapun
informasi yang ingin diperoleh melalui kuesioner adalah:

1) Informasi yang tidak dapat diperoleh melalui reviu dokumen ataupun observasi;

2) Pendalaman dan/atau validasi, serta uji silang dari informasi lain yang sudah diperoleh
sebelumnya.

Mempertimbangkan manfaat, kelebihan, dan kekurangan dari kuesioner, sangatlah penting untuk
memperhatikan langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner sehingga tujuan pengumpulan informasi
dapat diperoleh semaksimal mungkin.

c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survai yang menggunakan pertanyaan
secara lisan kepada subjek pemeriksaan.

Teknik wawancara dilakukan jika memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. Data
yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitif atau
kontrovesial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan teknik kuesioner akan kurang memperoleh
tanggapan responden. Teknik wawancara dilakukan terutama untuk responden yang tidak dapat
membaca dan menulis, atau pertanyaan yang memerlukan pernjelasan dari pewawancara atau
memerlukan penerjemaahan. Hasil wawancara selanjutnya dicatat oleh pewawancara sebagai data
penelitan untuk bahan evaluasi.

Teknik wawancara dapat dilakukan dengan cara tatap muka atau melalui telepon.
Wawancara tatap muka dilakukan antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan secara lisan
dengan responden yang menjawab pertanyaan secara lisan.

Teknik ini memungkinkan untuk mengajukan banyak pertanyaan dan memerlukan waktu lebih
lama dibandingkan dengan wawancara melalui telepon.

Pertanyaan peneliti dan jawabanjawaban dapat pula melalui telepon. Teknik ini dapat mengatasi
kelemahan wawancara tatap muka karena dapat mengumpulkan data dari responden yang letak
geografisnya terpencar dengan biaya relatif lebih murah dan diperoleh dengan waktu yang relatif lebih
cepat. Jumlah tenaga pengumpul data relatif lebih sedikit dibandingkan dengan tenaga yang diperlukan
dalam wawancara tatap muka. Namun kelemahan yang paling utama dari metode ini adalah masalah
validitas bukti apabila responden berbohong. (untuk rincian lengkap kelebihan dan kekurangan metode
di atas lihat lampiran 2)

d. Observasi

Metode pengumpulan data lainnya adalah observasi, yaitu proses pencatatan pola perilaku subjek
(orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan
individu sebagai narasumber.

Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode survai bahwa data yang dikumpulkan umumnya
tidak terdistorsi, lebih akurat, dan menghasilkan data lebih rinci mengenai objek tertentu.

Metode observasi, meskipun demikian, tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Pengamat kemungkinan
memberikan catatan tambahan yang bersifat subjektif, seperti halnya terjadinya
BAB III
PENGOLAHAN DATA

TUJUAN PEMELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini peserta diharap mampu menjelaskan teknik pengolahan data dan
aplikasinya dalam pelaksanaan audit kinerja pada sektor publik.

A. Tujuan Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan untuk mendapatkan simpulan hasil evaluasi

B. Pendekatan Pengolahan Data

Pendekatan yang dilakukan dalam pengolahan data dalam modul ini adalah pendekatan kuantitatif terutama
untuk data yang diperoleh dari hasil survai.

Analisis data kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan statistik tergantung pada tujuannya. Bila
tujuan analisis hanya bersifat eksploratif dan deskriptif, maka teknik statistiknya pun cukup dengan statistik
deskriptif. Sedangkan bila tujuan analisis adalah untuk melihat hubungan dan atau perbedaan antar variabel,
atau membuat prediksi, maka teknik statistik yang dibutuhkan adalah statistik inferensial.

Dikaitkan dengan tahapan dalam audit kinerja sektor publik maka teknik statistik yang sesuai adalah statistik
deskriptif, yaitu menentukan tingkat keandalan pengendaiian manajemen khususnya soft control, indeks
kepuasan pegawai dan indeks kepuasan pelanggan.

C. Tahap Persiapan Dalam Pengolahan Data

Secara garis besar pengolahan atau analisis data dilakukan setelah seluruh data yang diperlukan telah terkumpul.
Sebelum dilakukan analisis perlu dilakukan persiapan data untuk memudahkan proses analisis data dan
interpretasi hasilnya, yaitu: pengeditan, pemberian kode dan pemrosesan data.

1. Pengeditan (Editing)
Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang diperlukan terhadap data untuk
memudahkan proses pemberian kode dan pemrosesan data dengan teknik statistik. Data yang diperoleh dari
hasil survai atau observasi perlu diedit dari kemungkinan kekeliruan dalam proses pencatatan yang
dilakukan oleh pengumpul data, serta dari pengisian kuesioner yang tidak lengkap atau tidak konsisten.
Tujuan pengeditan data adalah untuk menjamin kelengkapan, konsistensi dan kesiapan data dalam proses
analisis. Proses pengeditan dapat dilakukan di lapangan (field editing) sesaat setelah melakukan
pengecekan terhadap isian kuesioner. Pengeditan dapat juga dilakukan di tempat pemrosesan data (in
house editing) setelah beberapa atau semua data terkumpul, misalnya karena field editing sulit dilakukan.
Prosedur pengeditan akan memudahkan proses pemberian kode dan data entry.
2. Pemberian Kode (Coding)
Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data ke dalam skor numerik.

Proses pemberian kode (coding) ini diperlukan terutama untuk data yang dapat diklasifikasikan, misal:
jawaban dari tipe pertanyaan tertutup (close-ended questions) yang tidak memberikan alternatif kepada
responden selain pilihan jawaban yang tersedia.

Pemberian kode pada jawaban dari tipe pertanyaan terbuka (open-ended questions) relatif lebih sulit
karena memerlukan judgement dalam menginterpretasikan jawaban responden. Tujuan pemberian kode
pada tipe pertanyaan terbuka adalah untuk mengurangi variasi jawaban responden menjadi beberapa
kategori umum sehingga dapat diberi skor numerik. Teknis pemberian kode dapat dilakukan sebelum atau
setelah pengisian kuesioner. Proses pemberian kode akan memudahkan dan meningkatkan efisiensi proses
data entry ke dalam komputer.

3. Pemrosesan Data (Data Processing)


Setelah kedua tahap di atas dilaksanakan, maka data siap untuk diolah atau dianalisis. Analisis yang sesuai
dengan tahapan audit kinerja sektor publik adalah analisis statistik deskriptif. Berikut akan dibahas
secara rinci teknik analisis tersebut.

a. Definisi

Statistik deskriptif pada dasarnya merupakan proses transformasi data dalam bentuk tabulasi sehingga
mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan
data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain
berupa: frekuensi, tendensi sentral (rata-rata, median, modus), dan dispersi (deviasi standar dan
varian).

b. Tujuan Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk melihat data secara apa adanya untuk memperoleh
gambaran umum mengenai variabel-variabel yang diukur pada sampel.

c. Jenis-jenis Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif yang umum dilakukan diantaranya adalah:

1) Analisis potret data (frekuensi dan persentase).


2) Analisis kecenderungan sentral data (nilai rata-rata, median, dan modus).
3) Analisis sebaran data (range/kisaran dan simpangan baku atau varian).

Penjelasan lebih lanjut dari jenis analisis statistik adalah sebagai berikut:

1) Analisis potret data

Potret data adalah penghitungan frekuensi suatu nilai dalam suatu variabel. Nilai dapat disajikan
sebagai jumlah absolut atau persentase dari keseluruhan. Sebagai contoh misalnya dari 50 siswa
yang dijadikan sampel pada suatu analisis, 25 siswa dapat dikategorikan siswa berbakat, 10 orang
dapat dikategorikan siswa biasa-biasa saja, dan
15 siswa dapat dikategorikan sebagai siswa yang "berprestasi rendah". Secara persentase, maka
dapat dituliskan bahwa 50% siswa adalah siswa berbakat, 20% siswa
adalah siswa rata-rata, dan 30% siswa termasuk siswa dengan prestasi rendah. Hasil analisis
protret data dapat disajikan dalam berbagai format seperti tabel, histrogram, diagram pie.

2) Analisis Kecenderungan Nilai Tengah (Central Tendency)

Nilai rata-rata (mean) merupakan nilai rata-rata secara aritmetik dari semua nilai dalam variabel
yang diukur. Misalnya, dari suatu analisis nilai ulangan akhir Matematika terhadap 5 siswa kelas
II SD diperoleh data bahwa: siswa 1 mendapat nilai 8, siswa 2 nilai 5, siswa 3 nilai 9, siswa 4 nilai
8, dan siswa 5 nilai 7. Maka nilai rata-ratanya adalah:
(8+ 5 + 9 + 8 + 7 ) : 5 = 7,4.

Sedangkan median adalah nilai tengah dari sekumpulan nilai suatu variabel yang telah diurutkan
dari nilai yang terkecil kepada nilai yang tertinggi. Atau dengan kata lain, nilai median adalah
nilai yang membagi suatu urutan nilai menjadi dua. Pada contoh ini, maka nilai-nilai siswa
tersebut dapat diurutkan menjadi: 5, 7, 8, 8, 9. Dari urutan nilai ini,
mediannya adalah 8.

Modus (mode) adalah nilai yang paling sering muncul pada suatu distribusi nilai variabel. Dalam
contoh tadi, modusnya adalah nilai 8 yang muncul dua kali (terbanyak dibandingkan nilai lain
yang hanya muncul satu kali).

3) Analisis sebaran data

Analisis ini dilakukan untuk melihat sebaran nilai dalam distribusi keseluruhan nilai suatu variabel
dari nilai tengahnya. Dengan kata lain, analisis ini untuk melihat seberapa besar nilai-nilai suatu
variabel berbeda dari nilai tengahnya. Pengukuran variansi nilai biasanya dilakukan dengan
melihat kisaran data (range) atau simpangan baku (standard deviation).

Kisaran memperlihatkan interval nilai dari yang terkecil hingga yang terbesar, atau selisih nilai
terkecil dan terbesar. Misalnya, bila data hasil ulangan Matematika 5 orang siswa yang diteliti
adalah: 5, 7, 8, 8, dan 9 pada contoh tadi, maka kisaran datanya adalah 9 -
5 = 4.

Sedangkan simpangan baku (biasa ditulis SD) menunjukkan selisih rata-rata nilai-nilai suatu
variabel dari nilai tengahnya. Pada contoh nilai ulangan Matematika 5 orang siswa tadi, kita sudah
menghitung nilai rata-ratanya adalah 7,4 sedangkan nilai tengah adalah 8, maka simpangan
bakunya adalah -0,6 dan +0,6.

D. Pengolahan Data dalam Audit Kinerja

1. Pengumpulan Data

Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, data dikumpulkan pada tahapan diagnosis
pengendalian manajemen, penilaian IKK dan capaian kinerja serta audit rinci. Pada tahapan tersebut data
diperoleh melalui teknik reviu dokumen, penyebaran kuesioner, wawancara maupun observasi.
a. Reviu Dokumen
Reviu dokumen merupakan langkah awal auditor dalam tahap perolehan informasi mengenai Kinerja
perusahaan yakni pada saat survai pendahuluan. Reviu dilakukan atas dokumen umum yang didapat.
Hasil reviu dokumen diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana suatu kondisi atau fakta
dalam perusahaan memenuhi kriteria yang ada. Beberapa kriteria dapat langsung terpenuhi dengan ada
atau tidaknya suatu dokumen namun ada beberapa yang hanya dapat terpenuhi melalui analisis lebih
lanjut.

Yang harus diperhatikan dalam penggunaan dokumen sebagai sumber data adalah
keterkaitan (relevansi) dan kecukupan

informasi yang terkandung dalam mendukung fakta yang dikumpulkan untuk mengukur kriteria
tertentu. Auditor harus cermat dalam memilih dokumen yang dibutuhkan dan menentukan
relevansinya dengan kondisi yang akan dievaluasi.

Selain relevansinya, dokumen yang digunakan sebagai sumber data harus mengandung informasi yang
cukup secara kualitatif maupun kuantitatif. Suatu dokumen dapat dikatakan cukup secara kuantitatif
apabila jumlahnya telah mewakili populasi yang ada.

Dalam menentukan kecukupan kuantitatif dan kualitatif data yang ada, auditor dapat menggunakan
pendekatan statistik atau pertimbangan profesional (judgment) auditor termasuk metode yang akan
dipakai.

Setelah mempelajari dokumen yang ada, auditor hendaknya membuat simpulan hasil reviu yang
dilakukan, yaitu mengenai:

1) Tingkat keandalan sistem pengendalian manajemen.


2) Kecukupan Indikator Kinerja Kunci.
3) Capaian kinerja dibandingkan dengan target maupun benchmark.
4) Bukti-bukti pendukung untuk temuan pada audit rinci.

b. Kuesioner

Metode penyebaran kuesioner digunakan untuk menjaring tanggapan responden atas pertanyaan
maupun pernyataan yang diberikan. Biasanya responden diharapkan memberikan tanggapan yang
berupa penilaian skala (mis. 1 s.d. 5) atas pertanyaan tertutup dan/atau jawaban atas pertanyaan
terbuka.

Dalam hal ini, kuesioner bermanfaat untuk:

1) Membantu memperoleh informasi dengan menerjemahkan tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan.
2) Membantu menstandarisasi kategori pertanyaan dan respon terhadap pertanyaan yang dapat
mengarahkan responden pada pemahaman yang sama.
3) Membantu memotivasi responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan melalui penggunaan
kata-kata yang praktis, urutan pertanyaan yang baik, serta penyajian yang baik pula.
4) Menjadi arsip permanen dalam suatu kegiatan.
5) Mempercepat analisis data dengan penggunaan komputer.

Dibandingkan teknik pengumpulan data lainnya, kuesioner mempunyai kelebihan dan kekurangan
yang perlu diperhatikan.

Kelebihan kuesioner:

1) Menjangkau banyak responden dalam satu waktu


2) Hasilnya Lebih mudah dikelompokkan karena sudah terarah
3) Informasi bersifat kuantitatif sehingga lebih mudah diolah secara statistik
4) Dapat menjadi dokumen riset / evaluasi yang permanen

Kekurangan kuesioner:

1) Informasi yang diperoleh bersifat subjektif


2) Kalimat kuesioner yang kurang tepat dapat menghasilkan informasi yang bias
3) Memerlukan pemahaman yang cukup mengenai bahasa / istilah yang lazim digunakan
responden
4) Terdapat kemungkinan bahwa yang mengisi kuesioner bukan orang yang dimaksud.

Hasil jawaban atas kuesioner ditabulasikan dengan menghitung mean (rata-rata) untuk setiap
kuesioner. Kemudian nilai rata-rata seluruh kuesioner dihitung berdasarkan nilai rata- rata setiap
kuesioner. Dari hasil penghitungan tersebut akan diperoleh nilai tunggal/skor/indeks.

Pengolahan kuesioner dilakukan hanya terhadap jawaban kuesioner yang valid. Jawaban kuesioner
dianggap tidak valid apabila:

1) Responden tidak memilih jawaban yang disediakan.


2) Responden memilih lebih dari satu jawaban yang disediakan untuk satu pertanyaan.

Walaupun faktanya semakin banyak responden yang dilibatkan dalam pengisian kuesioner akan makin
akurat hasil yang diperoleh, namun di lain pihak, akan makin banyak sumber daya yang diperlukan
untuk mengolah hasil kuesioner tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan sampling.

Sampling adalah mengumpulkan data dengan mencatat sebagian data populasi sehingga hasilnya
merupakan nilai karakteristik perkiraan (estimasi) dari populasi yang diteliti.

Dalam audit kinerja yang memakai metode sampling, penentuan sample adalah kegiatan yang penting
dan menentukan simpulan yang didapat. Penentuan sample ini banyak berguna pada saat survai
kepuasan pengguna jasa dan kepuasan karyawan dibanding tahap evaluasi lainnya.

Namun demikian dalam membuat simpulan yang lebih dapat dipertanggunjawabkan secara ilmiah,
pendekatan sample ini perlu diterapkan pada perencanaan untuk semua metode pengumpulan data
yang bersumber pada orang (data subjek).
Sampel yang baik adalah sampel yang representatif (mewakili) populasi. Berapa jumlah sampel yang
akan digunakan sebagai sumber data tergantung pada tingkat kepercayaan yang dikehendaki. Bila
dikehendaki sampel yang dipercaya 100% mewakili populasi, maka jumlah anggota sampel sama
dengan jumlah anggota populasi. Bila tingkat kepercayaan 95%, maka jumlah anggota sampel akan
lebih kecil dari jumlah anggota populasi. (lihat lampiran 1)

c. Wawancara dan observasi

Hasil wawancara memuat simpulan dari pendapat auditan terhadap masalah yang ditanyakan. Hasil
wawancara ditabulasikan dan atau dikategorisasikan berdasarkan jawaban yang diberikan.

Sementara itu untuk metode observasi juga harus dibuat simpulannya. Lembaran kerja observasi
setidaknya memuat informasi mengenai:

1) Teknik observasi yang digunakan


2) Hal-hal yang diobservasi dan
3) Simpulan Hasil observasi.

Simpulan hasil observasi akan menguatkan simpulan yang diperoleh dari metode pengumpulan data
lainnya.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam tahapan audit kinerja adalah sebagai berikut:

a. Tahap Diagnosis Pengendalian Manajemen

Pada tahap ini, auditor menilai tingkat keandalan pengendalian manajemen. Sesuai pedoman audit
kinerja, auditor diharapkan menetapkan skor dengan skala 1 sampai dengan
5. Skor 1 berarti sistem pengendalian manajemen dinilai sangat lemah, dan skor 5 berarti sangat kuat.
Skor tingkat keandalan pengendalian manajemen diperoleh dari hasil reviu dokumen, observasi dan
penyebaran kuesioner sesuai dengan teknik yang ditetapkan.

Untuk menetapkan skor hasil kuesioner dilakukan dengan teknik statistik deskriptif melalui
penghitungan nilai mean (rata-rata) terhadap skor yang diberikan responden atas jawaban kuesioner
yang valid. Dengan menggunakan program SPSS dapat diperoleh hasil yang lebih akurat. Hasil
pengukuran ini merupakan skor pengendalian manajemen dari metode penyebaran kuesioner.

Skor lainnya ditetapkan dari metode reviu dokumen dan observasi. Skor ini ditetapkan berdasarkan
pertimbangan profesional auditor (professionaljudgement) serta didukung bukti yang cukup.

Ketiga skor tersebut kemudian dihitung rata-ratanya untuk ditetapkan sebagai skor pengendalian
manajemen keseluruhan.
Gambar2. Skoring Penilaian Sistem Pengendalian Manajemen

b. Tahap Penilaian IKK dan Capaian Kinerja

Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap IKK dan capaian kinerja. Teknik yang biasanya digunakan
dalam tahap ini pada umumnya adalah reviu dokumen dan survai untuk mengukur indikator tingkat
kepuasan pegawai atau pelanggan.

Khusus untuk menetapkan indeks kepuasan pegawai ataupun pelanggan dilakukan dengan cara
menghitung mean (rata-rata) hasil penilaian responden yang tercakup dalam kuesioner. Teknik
statistik yang dapat digunakan adalah statistik deskriptif. Program komputer yang dapat digunakan
untuk membantu hal ini antara lain SPSS.

c. Tahap Audit Rinci

Pada tahap ini dilakukan pengujian rinci terhadap bukti awal yang diperoleh dari hasil tahap
sebelumnya. Pengolahan data yang dilakukan dalam tahap ini pada umumnya adalah reviu dokumen
dan observasi. Jika diperlukan dapat dilakukan survai. Analisis yang digunakan sama dengan tahapan
audit sebelumnya.

E. Pengolahan Data dengan Bantuan Komputer

Alat analisis yang disajikan pada bagian di atas merupakan sebagian dari alat analisis yang biasa dan bisa
digunakan pada penelitian/survai. Masih banyak jenis dan metode lain yang lebih kompleks dan lebih spesifik
untuk mencapai beragam tujuan survai.

Proses analisis data kuantitatif dapat dengan mudah dilakukan bila menggunakan program-program komputer
yang telah dirancang khusus untuk keperluan analisis data. Salah satu contoh program komputer yang banyak
digunakan untuk analisis data kuantitatif pada penelitian-penelitian ilmu sosial adalah Statistical Package for
Social Sciences (SPSS). Program ini mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis statistik dari yang
paling sederhana seperti melihat kecenderungan sentral data hingga yang paling kompleks. Program lain yang
bisa digunakan antara lain: Oracle, Microsoft Access, Foxpro Database, Dbase, dll. Dengan bantuan
program komputer, proses persiapan dan analisis data dapat dilakukan dengan cepat dan efisien serta hasilnya
lebih akurat.
1. Mengapa Memilih Program SPSS?

SPSS merupakan pilihan yang lebih efektif untuk analisis yang mendalam dari pada program aplikasi
spreadsheet yang lain. Dengan SPSS tercakup seluruh fungsi yang ada pada program spreadsheet lain
dan penggunaannya sangat mudah. Beberapa kelebihan program SPSS adalah:

a. Variasi grafik lebih banyak.

SPSS membantu dalam memahami data, karena bisa dengan cepat memberikan deskriptif dan
frekuensi data. SPSS lebih unggul daripada program spreadsheet lain karena memiliki lebih banyak
variasi grafik.

b. Eksplorasi data lebih mudah.

Dengan SPSS kita tidak akan khawatir bila merubah data sebab tidak perlu membentuk, menjalankan
dan memformat ulang tabel. Dengan menggunakan tabel pivot multi dimensional, SPSS membuat
eksplorasi data semakin mudah

c. Fungsi help yang lengkap.

SPSS memiliki serangkaian alat tes statistik untuk mengetahui pentingnya suatu hubungan atau
perbedaan. Ditambah fungsi help "What's This?" menerangkan segala hal yang ingin kita ketahui
seperti definisi, aturan, pedoman, dan Iain-Iain. Fungsi help dalam spreadsheet hanya memberitahu
perintah yang harus diikuti untuk melakukan suatu tugas, SPSS memberi pop-up definisi istilah
statistik dan patokan/pedoman untuk menginterpretasikan hasil. Online help tersedia pada SPSS for
Windows. Sebagai tambahan kita bisa mendapat panduan teknikal dan statistikal terbaik melalui
telepon, faks atau e-mail atau pada website SPSS

d. Menghemat waktu dan meningkatkan produktivitas.

SPSS menghemat waktu jika kita menghendaki laporan atau grafik hanya dengan satu klik mouse.
Berbeda dengan spreadsheet, yang dirancang untuk penghitungan baris dan kolom, interface SPSS
yang mudah dan dukungan database membuatnya begitu mudah mengolah dan memanipulasi data
untuk melakukan analisis yang mendalam

e. Lebih menyenangkan dengan fungsi view label.

SPSS memberi gambaran yang lebih baik mengenai data sebab dengan fungsi view label, kita akan
bekerja dengan kata-kata (label) daripada menggunakan angka (kode) dan label secara otomatis
digunakan pada grafik dan laporan kita

f. Hasil yang akurat bahkan jika beberapa data "hilang" /tidak tersedia.

Jika kita temui data hilang (missing data) pada saat pemrosesan data atau menginginkan untuk
menguantifikasikan perbedaan yang signifikan terhadap pemyataan survai yang tak
terjawab, SPSS secara otomatis memberikan pada kita informasi yang lebih baik dan akurat
dibandingkan dengan spreadsheet lain.

g. Mudah dan cepat untuk mengetahui jika ada masalah dengan data kita.

SPSS membantu kita melihat kesalahan data-entry atau data yang tidak biasa/menyimpang yang
mungkin ingin kita kesampingkan dari analisis atau melihat lebih dekat sebelum kita menulis laporan
akhir.

h. Mengolah data lebih mudah.

SPSS membuat analisis data dari spreadsheet, database dan file yang strukturnya kompleks menjadi
mudah. Dengan demikian, SPSS menghilangkan risiko data mengubah secara tak sengaja sewaktu
melakukan analisis.

i. Mampu bekerja dengan database yang ukurannya sangat besar.

Tak usah takut jika program spreadsheet tidak mampu bekerja dengan data base yang sangat besar,
SPSS dapat menganalisis seluruh data tanpa risiko.

j. Fungsi statistik yang sangat lengkap (program Add-on)

Spreadsheets membatasi kita hanya pada fitur statistik dasar, sementara SPSS memberi kita
seluruhnya pada produk standarnya. Kita dapat dengan mudah membawa tugas kita ke tingkat lanjutan
dengan memilih seperangkat modul add-on yang terintegrasi

2. Langkah-langkah dalam mengolah data menggunakan program SPSS

Uraian rinci mengenai prosedur pengolahan data menggunakan program SPSS dapat dibaca pada manual
program. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data adalah sebagai berikut:

a. Data Entry (memasukkan data) yang diperoleh dari survai ke dalam program SPSS. Hal ini biasa
dilakukan dengan memasukkan data langsung ke Data Editor atau menggunakan program lain yang
lebih dikuasai misalnya program spreadsheet, database atau file data teks. Dengan SPSS kita
bisa membuka file data yang sebelumnya telah kita simpan dengan SPSS, maupun membaca data dari
program lain.

b. Pada saat memasukkan data ke dalam program SPSS kita akan diminta menentukan
variable (nama, jenis data, jumlah karakter, desimal, dsb).

c. Setelah seluruh data tertabulasi, pilih prosedur analisis yang akan digunakan melalui menu
Tools baik untuk melakukan penghitungan statistik maupun membuat grafik.

d. Pilih variable yang akan dianalisis. Dengan SPSS, prosedur pemilihan variable yang akan kita
analisis disajikan dalam bentuk dialog box.

e. Jalankan prosedur yang kita pilih dan hasilnya dapat kita lihat pada jendela SPSS Viewer
seketika itu juga. Perubahan terhadap prosedur analisis yang dipilih dan variable yang akan
dianalisis sangat mudah dilakukan. Setiap perubahan akan selalu diminta konfirmasi
sehingga kita tidak takut kehilangan data kita.

F. Simpulan Hasil Pengolahan Data

Hasil akhir dari pengolahan data adalah simpulan. Simpulan pengolahan data tergantung pada tujuan
audit/tahapan audit. Pada tahap Diagnosis Pengendalian Manajemen, simpulannya berupa tingkat
keandalan pengendalian manajemen yaitu lemah, cukup dan kuat. Hasil penilaian tersebut dinyatakan
dalam skor dengan skala 1 sampai dengan 5. Skor tersebut didapat dari penghitungan rata-rata penilaian
semua teknik diagnosis baik survai, reviu dokumen maupun observasi.

Demikian pula pada tahapan survai kepuasan pelanggan maupun pegawai, hasil akhir pengolahan data
berupa indeks kepuasan. Indeks tersebut adalah nilai mean (rata-rata) hasil penilaian responden yang
diolah dari kuesioner yang dikembalikan. Indeks kepuasan biasanya dinyatakan dalam skala 1 sampai
dengan 5. Skor 1 adalah sangat tidak puas dan 5 adalah puas sekali.

G. Latihan

1. Mengapa kita perlu memiliki kemampuan dasar pengolahan data? Apa relevansinya dengan
penugasan audit kinerja sektor publik?
2. Dari berbagai teknik statistik yang kita ketahui, analisis deskriptif sudah cukup mamadai untuk
digunakan dalam audit kinerja sektor publik. Mengapa demikian, jelaskan!
3. Dalam audit kinerja, ada dua tahap yang menggunakan metode pengumpulan dan pengolahan data
yang sama yaitu survai pegawai. Kedua tahap tersebut adalah Diagnosis Pengendalian Intern
(terutama untuk jenis softcontrol) dan penilaian IKK untuk indikator kepuasan pegawai.

Diskusikan dengan kelompok Anda bagaimana caranya agar kedua tahap tersebut dapat efektif
dilaksanakan tanpa mengurangi kualitas hasilnya

Anda mungkin juga menyukai