35
UNTUK MENYIAPKAN GENERASI UNGGUL DAN BERBUDI PEKERTI
Abstrak
Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
mencapai salah satu dari sembilan agenda prioritas (Nawacita) yaitu melakukan revolusi karakter
bangsa. Gerakan Literatur Sekolah didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2015 bertujuan untuk menumbuhkan minat baca serta meningkatkan keterampilan
membaca peserta didik agar memiliki penguasaan pengetahuan lebih baik serta mengembangkan nilai-
nilai budi pekerti. Kajian ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya sekedar mencetak generasi
yang berpengetahuan dan cerdas, pendidikan juga mengembangkan budi pekerti peserta didik sesuai
kebudayaan bangsa. Untuk mencetak generasi yang memiliki nilai-nilai berbudi pekerti, tentunya
pendidikan harus memuat konten kearifan budaya khususnya budaya lokal. Permasalahan pendidikan
selama ini, sumber dan bahan ajar yang berkaitan dengan budaya lokal masih minim, maka Gerakan
Literasi Sekolah mengadopsi kearifan lokal serta vokasi yang beragam yang disesuikan dengan
kebutuhan geografis, bakat, serta potensi peserta didik. Tentunya materi baca dalam Gerakan Literasi
Sekolah ini harus diarahkan pada konten nilai-nilai budi pekerti yang diadopsi berdasarkan kearifan
budaya lokal namun tetap disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik.
Abstract
School Literacy Movement is an attempt Ministry of Education and Culture to achieve one of the nine
priority agenda (Nawacita) that is the revolution of national character. School Literacy Movement is
based on the Regulation of the Minister of Education and Culture 23, 2015 which aims to foster
interest in reading and improve reading skills of students in order to be a better understanding of
knowledge, and to develop character values. This study shows that education is not just make a
knowledgeable and savvy generation, also to developed a character of nation's culture. To Create a
generation of virtuous character, education must load the content of cultural wisdom especially local
wisdom. Issues of education and culture during this time, resources and teaching materials related to
local wisdom is less, so The School Literacy Movement must be adopt the cultural wisdom which is
customized by geographic needs, talents, and student potential. Of course reading material of School
Literacy Movement directed at the content of character values of local wisdom that is adapted to the
characteristics and students' development.
terciptanya identitas bangsa, dan ikut andil Potensi agama merupakan sumber
dalam melestarikan budaya bangsa. nilai fundamental dalam kehidupan
Nasir dan Hand (2006: 449) manusia yang menyangkut keyakinan akan
menjelaskan bahwa “...research on race, keselamatan, kedamaian, kebahagiaan
culture, and schooling has revealed many dunia dan akhir, dan petujuk agama yang
significant factors affecting school diyakini sebagai rujukan nilai baik-buruk,
achievement and has articulated many hukum halal-haram, pahala dan dosa, dan
details of how culture and learning nilai lainnya. Agama menjadi sumber
intersect in daily school life”. Kajian kearifan budaya lokal yang melahirkan
tersebut menunjukkan bahwa sekolah little tradition.
mempunyai peranan untuk Potensi budaya yang meliputi norma,
mengembangkan budi pekerti peserta didik bahasa, seni, tradisi, institusi, artifak,
sesuai dengan kearifan budaya bangsa, simbol, serta ide dan gagasan dapat
terlebih lagi budaya lokal peserta didik. dijadikan bahan pembelajaran yaitu
Oleh karena itu pendidikan harus orientasi sebagai konten pendidikan dan alat untuk
budaya untuk membentuk generasi yang membangun karakter budaya bangsa pada
memiliki spiritualitas dan nilai-nilai budi peserta didik.
pekerti luhur. Adapun karakter budaya bangsa yang
Berkaitan dengan hal tersebut, Diana dikembangkan sesuai dengan karakter
(2012:185) menjelaskan bahwa pendidikan siswa sekolah dasar berdasarkan kajian
berbasis kebudayaan adalah alat paling Rosala (2016) di antaranya adalah 1)
ampuh dalam rangka menanamkan mampu merasakan kasih sayang, 2) meniru
kedasaran berbudaya dengan karakter jati sikap, nilai dan perilaku orang lain, 3)
diri sesungguhnya dan melestarikan nilai- menghargai, memberikan, dan menerima,
nilai kearifan lokal (local wisdom) agar 4) mencoba memahami orang lain di
masyarakat tidak tercerabut dari akarnya. lingkungan sekitar, 5) anak mulai
Berkaitan dengan hal tersebut, Tilaar mengenal sopan santun, 6) anak mengenal
(2002:93) menjelaskan nilai, moral, dan mempraktikan aturan sekolah, 7) anak
kebiasaan, adat/tradisi, dan budaya tertentu mulai mengenal otoritas seperti anak mau
yang menjadi keseharian masyarakat diperintah. dan anak memahami aturan,
merupakan hal yang perlu diketahui dan norma, serta etika, seperti berdoa sebelum
dipelajari oleh siswa. memulai pelajaran.
Kedua kajian tersebut mencerminkan Potensi alam berkaitan dengan
tentang pentingnya melestarikan budaya sumber daya alam dan letak geografis
lokal melalui pendidikan. Rozikan suatu daerah yang menjadi potensi untuk
(2013:168-171) menjelaskan sumber- dilestarikan, dikembangkan, dan
sumber kearifan budaya lokal yaitu potensi dimanfaatkan oleh generasi penerus dalam
manusiawi, potensi agama, potensi budaya, menggerakan perekonomian.
dan potensi alam. Keempat potensi tersebut dapat
Potensi manusiawi yang dimaksud diajarkan melalui beberapa strategi.
adalah pendidikan disesuaikan dengan Pertama, mengintegrasikan dalam mata
struktur kepribadian manusia yang pelajaran. Contoh pengintegrasian ini dapat
memiliki komponen id, ego, dan superego. dilihat pada pembelajaran IPS di sekolah
Struktur kepribadian inilah yang dijadikan dasar.
dasar dalam mengembangkan program Mata pelajaran IPS di sekolah dasar
pendidikan berbasis kearifan budaya lokal. salah satunya ialah memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang Jawa, sampai pada etika Jawa. Jadi materi
majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan muatan lokal ini diajarkan sesuai dengan
global. Tujuan ini dicerminkan misalnya daerah masing-masing peserta didik.
pada standar kompetensi kelas 4 yaitu Ketiga, melalui kegiatan
memahami sejarah, kenampakan alam, dan pembiasaaan dan pengembangan diri
keragaman suku bangsa di lingkungan seperti ekstrakurikuler Pramuka dan
kabupaten/kota dan provinsi. Standar contohnya melalui Gerakan Literasi
kompetensi lainnya yaitu mengenal sumber Sekolah. Gerakan ini dilakukan sebagai
daya alam, kegiatan ekonomi, dan strategi untuk membiasakan membaca
kemajuan teknologi di lingkungan peserta didik.
kabupaten/kota dan provinsi. Kedua Gerakan literasi sekolah ini digagas
standar kompetensi ini diarahkan pada dan dikembangkan Direktorat Jenderal
pendidikan berbasis budaya lokal. Pendidikan Dasar dan Menengah
Nilai karakter yang dapat merupakan kepedulian atas rendahnya
dimunculkan pada materi tersebut ialah kompetensi peserta didik Indonesia.
yaitu jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, Data UNDP tahun 2014 seperti yang
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta dikaji Rahayu (2016: 179-180)
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat menunjukkan bahwa tingkat
dan komunikatif, peduli lingkungan, peduli kemelekhurufan di Indonesia sudah
sosial, dan tanggung jawab. mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa
Contoh lainnya, pada pembelajaran dan 98,8% untuk kategori remaja, namun
matematika materi bangun ruang, untuk dilihat pada tingkat membaca siswa
membangun konsep bangun ruang, guru Indonesia menduduki urutan 57 dari 65
dapat menggunakan replika rumah adat. negara yang diteliti. Data ini menunjukkan
Pada materi penjumlahan dan bahwa masih ada tantangan yang dihadapi
pengurangan, guru dapat menggunakan pendidikan Indonesia khususnya dalam
permainan tradisional seperti dakon dan literasi.
bekelan. Contoh lainnya pada materi
pencerminan dan simetri, guru dapat Data ini diperkuat dengan hasil
menggunakan contoh-contoh artifak, penelitian yang dilakukan Hartati (2016)
lukisan bermotif budaya lokal yang yang menyimpulkan bahwa akar
mempunyai nilai pencerminan. Kajian permasalahan dari rendahnya kemampuan
matematika berbasis budaya lokal ini literasi masyarakat Indonesia, khususnya
disebut dengan Ethnomathematics. murid-murid sekolah dasar karena
Berdasarkan contoh tersebut, pembelajaran membaca dan menulis.
pengintegrasian budaya lokal bukan hanya Permasalahan ini harus segera
dapat diaplikasikan pada sebuah materi diatasi, apalagi kita memiliki banyak
namun juga disertai dengan sumber dan kajian sebagai bahan literasi untuk
media pembelajaran yang memadai budaya diperkalkan kepada peserta didik.
lokal. Keberadaan masyarakat sebagai sumber
Kedua, mengintegrasikan kearifan nilai-nilai lokal-tradisional dapat
budaya lokal dalam mata pelajaran muatan dimanfaatkan untuk memperkaya materi
lokal. Misalnya muatan lokal di sekolah yang sudah tertulis dalam literasi. Stategi
dasar di Jawa Tengah diisi dengan mata ketiga inilah yang akan dibahas lebih lanjut
pelajaran Bahasa Jawa. Materi yang pada tulisan ini.
diajarkan tentang tata bahasa Jawa, cara
menulis aksara Jawa, peribahasa bahasa