Anda di halaman 1dari 10

Vol. 1 No.

2 ISSN 2442-9511

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP


1
Syahrir, 2Susilawati
1
Dosen Pendidikan Matematika IKIP Mataram, 2Pemerhati Pendidikan
Email : Syahrir.mandala@yahoo.com

ABSTRAK: Modul pembelajaran saat ini belum mampu membangkitkan kesadaran dan
kemampuan siswa dalam mengelolah pemikirannya sendiri, serta belum mampu untuk
memenuhi tuntutan kurikulum. Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengembangkan
modul pembelajaran dengan pendekatan problem based leraning pada materi persegi panjang
dan persegi yang menuntun siswa lebih aktif untuk mengeksplorasikan berdasarkan
kemampuannya sehingga tercipta belajar lebih mandiri dan mampu menyelesaikan permasalahan
yang ada. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah modul dan RPP yang mengacu
pada silabus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul pembelajaran dengan
pendekatan problem based learning pada materi segiempat untuk Kelas VII MTs. Hidayatullah
Mataram serta menguji tingkat kelayakannya. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan dengan rancangan model 4-D yang terdiri dari 4 tahap yaitu: (1) tahap (Define,
(2) tahap (Design), (3) tahap (Develop), dan tidak sampai tahap (disseminate) dengan beberapa
penyesuaian. Hasil pengembangan divalidasikan oleh ahli 4 validator dan diujicobakan pada
guru dan 10 orang siswa MTs. Hidayatullah Mataram. Hal ini ditunjukkan dari hasil validasi ahli
matematika terhadap modul pembelajaran menunjukkan skor rata-rata 82,73% yang berarti
sangat layak, pada validasi praktisi diperoleh 92,85% dengan katagori sangat layak, pada
ujicoba kelompok terbatas pada siswa MTs. Hidayatullah Mataram diperoleh rata-rata 80,89%
dengan kategori sangat layak. Dilihat dari persentase uji kelayakan bahwa produk pengembangan
modul pembelajaran telah berhasil dikembangkan dan produk yang dikembangkan layak untuk
digunakan di MTs. Hidayatullah Mataram.

Kata Kunci : Modul Pembelajaran, Problem Based Learning, Persegi Panjang, Persegi.

PENDAHULUAN pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan


Undang-Undang Republik Indonesia ketrampilan (psikomotor).
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Dalam pembelajaran seseorang butuh
Pendidikan Nasional adalah juga pendidikan, karena pendidikan
mengembangkan kemampuan dan merupakan peranan penting dalam
membentuk watak serta peradaban bangsa kehidupan suatu bangsa. Salah satu yang
yang bermartabat dalam rangka dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan masalah lemahnya proses pembelajaran.
untuk mengembangkan potensi peserta Tetapi pada kenyataan sekarang ini mutu
didik. Belajar merupakan proses yang terjadi pendidikan belum menunjukkan suatu
pada semua manusia dan berlangsung peningkatan itu disebabkan karena dalam
seumur hidup. Seseorang dikatakan berhasil proses pembelajaran anak kurang didorong
dalam belajarnya jika adanya perubahan untuk berfikir secara kreatif.
tingkah laku pada diri seseorang tersebut. Banyak kritik yang ditujukan pada
Berubahan yang dimaksud meliputi, para guru dalam proses pengajaran yang
menekankan pada penguasaan sejumlah

162
Vol. 1 No. 2 ISSN 2442-9511

informasi/konsep saja. Penumpukan pada merupakan pengetahuan dasar yang sangat


peserta didik hanya bermanfaat namun ada diperlukan oleh peserta didik untuk
baiknya tidak bermanfaat kalau hanya menunjang ke tingkat pendidikan
dikomunikasikan oleh guru kepada subyek selanjutnya.
didik melalui satu arah (Rampengan 1993). Dalam dunia pendidikan, siswa
Suatu konsep merupakan hal yang penting, sebagai objek dalam pendidikan sangat
namun tidak harus mengetahui juga diharapkan mampu memahami apa yang
bagaimana konsep itu bisa terapkan dan diajarkan, namun tidak bisa dielakan melihat
benar-benar dipahami oleh peserta didik. permasalahan yang terjadi dilapangan,
Pemaahaman konsep sangat penting bagi faktanya banyak siswa yang tidak menyukai
siswa karena bisa mempengaruhi sikap, pelajaran matematika. Dari hasil observasi
keputusan dan cara-cara pemecahan awal di MTs. Hidayatullah Mataram,
masalah. diperoleh bahwa dalam proses pembelajaran
Matematika merupakan ilmu terdapat beberapa masalah. Masalah-
universal yang mendasari perkembangan masalah tersebut diantaranya jarang siswa
teknologi modern, mempunyai peranan merespon pertanyaan guru pada saat proses
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan belajar mengajar, kurangnya perhatian siswa
memajukan daya pikir manusia. pada saat guru menjelaskan materi, dan
Perkembangan pesat dibidang teknologi, aktivitas.
informasi dan komunikasi dewasa ini Siswa hanya terbatas untuk melihat,
dilandasi oleh perkembangan matematika mendengar, serta mencatat apa yang ini
dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, mengakibatkan banyak siswa yang bermain-
teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk main, tidur, dan hanya duduk diam saja di
menguasai dan menciptakan teknologi kelas ketika proses belajar mengajar sedang
dimasa depan diperlukan penguasaan berlangsung. Hal ini akan sangat
matematika yang kuat sejak dini (Sutarto berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
dan Syarifuddin, 2013). dijelaskan oleh guru. Serta kurangnya
Matematika mempunyai ciri yang pemahaman siswa dalam menangkap
sangat menonjol yaitu konsep – konsep yang pelajaran matematika. Jika kita mampu
saling terkait artinya untuk dapat menguasai mendesain proses belajar mengajar baik dari
suatu konsep baru atau tertentu, siswa harus metode belajar atau media yang digunakan
sudah memahami konsep-konsep lain yang maka kita optimis bahwa permasalahan yang
terkait langsung atau tidak langsung dengan terjadi pada peserta didik akan mampu
konsep yang sedang dipelajarinya. Tapi kita diatasi.
sering menjumpai tentang keluhan siswa Pembelajaran dengan sistem modul
mengenai pelajaran matematika. Para siswa yang disertai metode PBL (Problem Based
selalu beranggapan bahwa matematika itu Learning) memberi kesempatan kepada
sulit dan menakutkan. Selain dari siswanya siswa untuk lebih mengeksplorasikan
sendiri, guru dalam penyampaian materi berdasarkan kemampuannya sehingga
kurang bisa dipahami oleh siswanya. tercipta belajar lebih mandiri dan hal ini
Kebanyakan guru menggunakan metode akan mengubah orientasi belajar yang
ceramah tanpa memperdulikan sejauh mana semula berpusat pada guru, kemudian
siswa itu memahami materi yang berubah menjadi berpusat pada kegiatan
disampaikan. Guru hanya mengejar materi, siswa sendiri.
agar materi cepat tuntas ketika menjelang
Ujian Akhir Sekolah. Padahal matematika

163
Vol. 1 No. 2 ISSN 2442-9511

Kajian Pustaka harus digunakanbersama-sama dengan


Menurut Ditjen PMPTK (2008), media pembelajaran lain. Jika modul
modul dapat dikatakan baik apabila terdapat tersebut masih berhubungan atau masih
karakteristik sebagai berikut : membutuhkan media lain, maka tidak
a. Self Instructional bisa dikatakan modul tersebut berdiri
Melalui penggunaan modul, siswa sendiri.
mampu belajar secara mandiri dan tidak d. Adaftive
selalu tergantung pada guru maupun Modul dapat menyusun perkembangan
pihak lainnya. Untuk memenuhi karakter ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
Self Instructional maka dalam modul fleksibel digunakan, ini merupakan
harus memenuhi kriteria (1) memuat suatu modul yang dikatakan Adaftive.
tujuan yang dirumuskan dengan jelas, Selain itu modul yang adaptive adalah
(2) memuat materi pembelajaran yang jika isi materi pembelajaran dapat
dikemas kedalam unit-unit kecil digunakan sampai dengan kurun waktu
sehingga memudahkan belajar secara tertentu.
tuntas, (3) memuat contoh dan ilustri e. User Friendly
yang mendukung kejelasan pemaparan Modul harus memiliki sifat bersahabat
meteri pembelajaran, (4) memuat latihan dengan pemiliknya. Dengan kata lain modul
soal dan tugas yang memungkinkan harus mudah dipahami sehingga
siswa memberikan respon dan dapat memudahkan siswa untuk memahami dari
mengukur tingkat penguasaannya, (5) isi modul yang sudah disediakan, sehingga
memuat permasalahan kontekstual, (6) tidak hanya sebagai buku pegangan saja
menggunakan bahasa yang sederhana namun juga sebagai pegangan dan buku
dan komunikatif, (7) memuat pelajaran yang harus dipelajari.
rangkuman materi pembelajaran, (8) Sanjaya W dalam Yoni Sunaryo
memuat instrumen penilaian yang (2014) menyatakan bahwa strategi
memungkinkan penggunaan melakukan pembelajaran berbasis masalah dapat
Self assessment , (9) memuat umpan diartikan sebagai rangkaian aktivitas
balik atas penilaian, sehingga pembelajaran yang menekankan kepada
penggunaannya mengetahui tingkat proses penyelesaian masalah yang dihadapi
penguasaan materi, (10) menyediakan secara ilmiah. Pada pelaksanaan model
informasi tentang rujukan atau referensi pembelajaran berbasis masalah, siswa
yang mendukung materi pembelajaran berkelompok dan berdiskusi dalam
dan modul. menyelesaikan masalah yang berkaitan
b. Self Contained dengan kehidupan nyata.
Seluruh materi pembelajaran dari satu Menurut Mutoharoh (2011)
unit kompetensi atau sub kompetensi pembelajaran berbasis masalah (Problem
yang dipelajari terdapat di dalam suatu Based Learning) merupakan pelaksanaan
modul secara utuh. Tujuan dari konsep pembelajaran berangkat dari sebuah kasus
ini adalahmemberi kesempatan sisiwa tertentu dan kemudian dianalisis lebih lanjut
untuk belajar secara tuntas dan modul guna untuk ditemukannya pemecahan
bisa memuat rangkaian kegiatan belajar masalahnya, dan Problem Based Learning
yang direncanakan dan sistematis. juga merupakan salah satu model
c. Stand Alone pembelajaran inovatif yang dapat
Modul yang dikembangkan tidak memberikan kondisi belajar aktif kepada
tergantung pada media lain atau tidak siswa.

164
Vol. 1 No. 2 ISSN 2442-9511

Menurut Dewey ( Rusman, 2012) Pembelajaran berbasis masalah


belajar berdasarkan masalah adalah mengutamakan proses pembelajaran, di
interaksi antara stimulus dengan respons, mana tugas guru harus menggunakan proses
merupakan hubungan antara dua arah pembelajaran yang akan menggerakkan
belajar dan lingkungan. Lingkungan siswa menuju kemandirian, kehidupan yang
memberi masukan kepada siswa berupa lebih luas, dan belajar sepanjang hayat.
bantuan dan masalah, sedangkan sistem Lingkungan belajar yang dibangun guru
syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan harus mendorong cara berfikir reflektif,
itu secara efektif sehingga masalah yang evaluasi kritis, dan cara berfikir yang
dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, berdaya guna. Peran guru dalam PBL
serta dicari pemecahannya dengan baik. berbeda dengan guru di dalam kelas pada
Pengalaman siswa yang diperoleh dari umumnya, Guru dalam PBL terus berfikir
lingkungan akan menjadikan kepadanya tentang beberapa hal, yaitu:
bahan dan materi guna memperoleh 1) Bagaimana dapat merancang dan
pengertian serta bisa dijadikan pedoman menggunakan permasalahan yang ada
dan tujuan belajarnya. langkah-langkah di dunia nyata, sehingga siswa dapat
pembelajaran berbasis masalah adalah menguasai hasil belajar?
sebagai berikut: 2) Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa
Tabel. Sintaks Model Pembelajaran dalam proses pemecahan masalah,
Problem Based Learning (PBL). pengarahan diri, dan belajar dengan
Fase Indikator Tingkah laku guru teman sebaya?
3) Dan bagaimana guru bisa memberikan
Orientasi siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran
pada masalah menjelaskan logistik yang kepercayaan pada diri siswa agar
diperlukan, memotivasi peserta mereka memandang diri mereka sendiri
1 didik untuk terlibat dalam aktivitas sebagai pemecah masalah yang aktif?
pemecahan masalah, dan Guru dalam model pembelajaran
mengajukan masalah. berbasis masalah PBM juga memusatkan
Mengorganisasi Membagi peserta didik ke dalam
waktu untuk kelompok, membantu peserta didik
perhatiannya pada beberapa hal yaitu:
belajar mendefinisikan dan 1) Memfasilitasi proses PBM, mengubah
2 mengorganisasikan tugas belajar cara berfikir, mengembangkan
yang berhubungan dengan masalah. keterampilan inquiri menggunakan
Membimbing Mendorong peserta didik untuk pembelajaran kooperatif.
pengalaman mengumpulkan informasi 2) Melatih siswa tentang strategi
individual/kelom eksperimen dan penyelidikan untuk pemecahan masalah; pemberian alasan
3 pok mendapatkan penjelasan dan yang mendalam, berpikir tingkat tinggi,
pemecahan masalah.
dan
Mengembangkan Membantu peserta didik dalam Menjadi perantara proses penguasaan
4 dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan informasi, meneliti lingkungan informasi,
hasil karya laporan, dokumen atau model dan
membantu mereka berbagi tugas mengakses sumber informasi yang beragam,
dengan sesame temannya. dan mengadakan koneksi.
Metode Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian
Menganalisis Membantu siswa untuk melakukan
dan refleksi atau evaluasi terhadap
Research and Development (R&D) yaitu
mengevaluasi penyelidikan mereka dan proses berupa prosedur penelitian yang dilakukan
5 proses yang mereka gunakan. dengan menciptakan suatu produk tertentu
pemecahan dan menguji keefektifan produk tersebut
masalah.

165
Vol. 1 No. 2 ISSN 2442-9511

(Sugiyono, 2010).Produk yang dihasilkan hanya terdiri dari deskripsi tingkat


dalam penelitian pengembangan ini berupa kelayakan hasil pengembangan. Data-data
modul pembelajaran matematika yang yang termasuk dalam keperluan analisis
memuat beberapa sub pokok materi persegi deskripsi tingkat kelayakan hasil
panjang dan persegi. pengembangan adalah data kuantitatif yang
Model pengembangan yang diperoleh melalui kegiatan penilaian dari
digunakan dalam penelitian ini adalah model ahli. Data kuantitatif dianalisis
4D yang merupakan singkatan dari Define, menggunakan teknik deskriptif gabungan
Design, Defelopment and Dessimination kuantitatif kualitatif untuk menentukan
yang dikembang oleh thiagrajan (1974). tingkat kelayakan yang diadaptasi dari
Alasan kenapa model 4D dipilih dalam uraian tentang teknik analisis deskriptif
penelitian ini antara lain; (a) model 4D kuantitatif dan teknik analisis deskriptif
disusun dengan urutan kegiatan yang kualitatif, yaitu menggunakan rumus
sistematis; (b) model 4D khusus persentase yang dituliskan sebagai berikut:
dikembangkan untuk tujuan pengembangan
model pembelajaran dan bukan rancangan
Keterangan:
pembelajaran; (c) model 4D sudah banyak
P = persentase hasil penskoran
digunakan dalam penelitian pengembangan
Σx
model pembelajaran. Sebagaimana telah
= jumlah total skor jawaban reponde
disampaikan pada bagian keterbatasan,
n (nilai nyata)
pengembangan ini terbatasa pada tahap
Σxi = jumlah total skor jawaban tertinggi
Define, Design Dan Development dan tidak
(nilai harapan)
sampai pada tahap Dessiminate yang
Tingkat kelayakan hasil
dikarenakan adanya penyesuain berdasarkan
pengembangan dideskripsikan dengan
kebutuhan pengembangan.
mengkonfirmasikan persentase hasil
Prosedur pengembangan merupakan
penskoran yang dicapai dengan kriteria
penjelasan dari model pengembangan yang
kelayakan sebagaimana disajikan pada tabel
telah di tetapkan. Adapun langkah-langkah
3.1 di bawah ini.
yang ditempuh dalam prosedur
Tabel 3.1 Kriteria Kelayakan
pengembangan 4-D, sebagaimana dijelaskan
Persentase Hasil Tingkat Kelayakan
di atas, prosedur penelitian antara lain:
Penskoran (%)
a. Tahap Pendefinisian (Define)
b. Tahap Perancangan (Design) 76 – 100 Sangat layak
c. Tahap Pengembangan (develop) 51 – 75 Layak
 Tahap Validasi Produk: 26 – 50 Kurang layak, perlu revisi
a. Validasi produk awal 0 – 25 Tidak layak, revisis total
b. Revisi I dan II Dalam penelitian diterapkan nilai
 Tahap Ujicoba: kelayakan produk minimal “51” kriteria
a. Uijcoba perorangan layak. Dengan demikian, dari penilaian para
b. Revisi III ahli jika memberi hasil akhir “51” atau
 Produk akhir: layak, maka produk pengembangan layak
Produk akhir yang sudah divalidasi dan digunakan sebagai bahan ajar.
sudah layak digunakan. HASIL PENELITIAN
Data-data yang telah diperoleh Penelitian pengembangan ini bersifat
dikelompokkan berdasarkan keperluan prototipe yakni berupa modul pembelajaran
tujuan analisis. Tujuan analisis tersebut yang materinya disusun berdasarkan tahapan

166
Vol. 1 No. 2 ISSN 2442-9511

pembelajaran problem based learning pada b. Materi


materi persegi panjang dan persegi untuk Materi yang dipilih yaitu persegi
siswa kelas VII MTs. Hidayatullah Mataram panjang dan persegi, telah ditentukan
yang bertujuan untuk memperoleh modul Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
pembelajaran yang baik. Nantinya modul untuk memudahkan dalam mengarahkan
yang dikembangkan diharapkan akan pembuatan modul pembelajaran agar lebih
menjadi referensi guru dalam penyampaian terfokus pada judul yang telah ditentukan.
materi pembelajran matematika khusunya c. Merumuskan Indikator Pembelajaran
materi persegi panjang dan persegi. Prosedur Indikator pembelajaran dibuat
penelitian yang digunakan adalah berdasarkan kompetensi dasar yang telah
penelitian pengembangan 4D Thiagarajan ditentukan, yaitu:
(1974) yang melalui beberapa tahap, yakni  Menjelaskan pengertian persegi panjang
tahap define ( pendefinisian), tahap design dan persegi menurut sifatnya.
(perancangan), dan tahap develop  Menurunkan rumus keliling persegi
(pengembangan) serta tahap desseminate panjang dan persegi.
(penyebaran).  Menurunkan rumus luas persegi panjang
a. Tahap Pendefinisian (Define). dan persegi.
1. Analisis awal-akhir (Front-end  Menyelesaikan masalah yang berkaitan
Analysis), analisis siswa (Learner dengan menghitung keliling dan luas
Analysis) dan analisis konsep persegi panjang dan persegi.
(Concept Analysis) d. Mengembangkan Item Soal
2. Analisis tugas (Task Analysis) Soal-soal yang dikembangkan adalah
3. Spesifikasi tujuan pembelajaran soal yang ditemukan jawabannya sendiri
(Specifying Instructional Objectives) berdasarkan langkah-langkah Problem
b. Tahap Perancangan (Design). Based Learning yang mengacu pada
Produk awal yang akan dikembangkan indikator pembelajaran untuk digunakan
yaitu modul yang mengacu pada silabus dan sebagai latihan tingkat pemahaman peserta
RPP. didik pada materi persegi panjang dan
1. Penyusunan tes (Constructing Criterion persegi.
Referenced Tests) a. Pemilihan format (Format Selection)
Berdasarkan alur penyusunan dan Perancangan awal (Initial
pembelajaran matematika, disusun tahapan- Design)
tahapan sebagai berikut: Kegiatan dalam bagian ini adalah
a. Mempelajari Standar Kompetensi (SK) membuat spesifikasi hasil pengembangan
dan Kompetensi Dasar (KD) yaitu bahan ajar berupa modul dengan
1. Standar Kompetensi pendekatan Problem Based Learning yang
Memahami konsep segiempat serta mengacu pada silabus.
menentukan ukurannya. 1. Pada bagian pendahuluan terdapat
2. Kompetensi Dasar SK, KD, indikator dan tujuan
6.2 Mengindentifikasi sifat-sifat pembelajaran.
persegi panjang dan persegi 2. Pada bagian isi, terdapat pertanyaan-
6.3 Menghitung keliling dan luas pertanyaan yang ada dalam modul.
bangun segiempat serta 3. Bagian penutup
menggunakannya dalam Glosarium dan Daftar pustaka
pemecahan masalah.

167
Vol. 1 No. 2 ISSN 2442-9511

c. Tahap Pengembangan (Develop) Tabel 4.5 Data kuantitatif kelompok kecil


Tahap ini berkaitan dengan validasi (Siswa)
hasil produk yang dikembangkan. Modul Ujicoba Interval
Jumlah
Kelomp Skor Kelayak Kategori
pembelajaran yang dikembangkan divalidasi Deskriptor
ok Kecil an
terlebih dahulu oleh para ahli (guru Siswa 1 42 14 75% Sangat
matematika, ahli bahasa, ahli pendidikan layak
Siswa 2 47 14 83,92% Sangat
matematika) untuk mengetahui kelayakan layak
dari produk kemudian diuji coba terbatas Siswa 3 49 14 87,5% Sangat
terhadap siswa. layak
Siswa 4 49 14 87,5% Sangat
a. Data Validasi Ahli layak
Hasil penilaian oleh ahli pendidikan Siswa 5 47 14 83,92% Sangat
matematika yakni Eliska Juliangkary, M. Pd, layak
Siswa 6 42 14 75% Sangat
Sri Yulianti, M. Pd, Syahrir, M. Pd, dan layak
Supriadin, M. Pd. Data hasil penilaian oleh Siswa 7 42 14 75% Sangat
ahli dapat dilihat pada tabel 4.3 layak
Tabel 4.3 Data kuantitatif uji ahli Siswa 8 45 14 80,35% Sangat
Produk Penilaian layak
Rata- Kate Siswa 9 44 14 78,57% Sangat
V1 V2 V3 V4 rata gori layak
72,61 95,2 92,8 70,2 82,7 Sang Siswa 44 14 78,57% Sangat
Modul
% 3% 5% 3% 3 at 10 layak
layak Rata-Rata Persentase 80.53% Sangat
RPP 75 % 93,7 83,3 75% 83,3 Sang Kelayakan layak
5% 3% 3 at
layak
Keterangan : PEMBAHASAN
V1 = validator pertama Berdasarkan hasil penelitian produk
V2 = validator kedua yang dihasilka pada penelitian ini adalah
V3 = validator ketiga modul pembelajaran dengan pendekatan
V4 = validator keempat problem based learning pada materi
b. Data Validasi Guru Bidang Studi segiempat untuk siswa kelas VII MTs.
Hasil peniaian oleh guru matematika Hidayatullah Mataram yang di kembangkan
MTs. Hidayatullah mataram yaitu Siti melalui tahapan-tahapan model 4D
Ma’arifah S. Pd terhadap modul yang Thiagarajan (1974). Tahap pertama model
dikembangkan data hasil penilaian guru pengembangan 4D yaitu tahap pendefinisian
dapat dilihat pada tabel 4.4. (define )yang merupakan langkah awal
Tabel 4.4 Data kuantitatif uji Guru Bidang mengembangkan bahan ajar berupa modul
Studi pembelajaran matematika. Oleh karena itu,
Produk Penilaian
Rata-rata Kategori
tahap ini berfokus pada situasi/permasalahan
yang dihadapi oleh guru dan siswa saat
Modul V1
92,85% 92,85%
Sangat layak kegiatan pembelajaran. Tahap awal peneliti
Keterangan : menetapkan masalah yang dihadapi oleh
V1 :validator Kesatu pihak sekolah khusunya pada mata pelajaran
c. Data Uji coba kelompok Terbatas matematika adalah masalah sarana dan
Penilaian peserta didik terhadap prasarana pendukung pada kegiatan
(Modul). Data hasil penilaian peserta didik pembelajaran dalam memberikan
dapat dilihat pada Tabel 4.5 pengalaman langsung kepada siswa.
Kegiatan selanjutnya pada tahap
pendefinisian (define) yaitu menganalisi

168
Vol. 1 No. 2 ISSN 2442-9511

konsep materi yang digunakan peneliti dengan pendekatan Problem Based


dalam modul khususnya materi persegi Learning.
panjang dan persegi yang mengacu pada Hasil analisis terhadap lembar
kompetensi dasar, peneliti menganalisis validasi di dapatkan nilai rata-rata dari para
latar belakang kemampuan siswa terhadap ahli sebesar 82,73% sedangkan dari hasil
pembelajaran matematika siswa MTs. analisis lembar validasi yang dinilai oleh
Hidayatulah Mataram kelas VII pada praktisi mendapatkan nilai rata-rata sebesar
umumnya kurang menyukai pelajaran 92,85%. Hal ini mengidentikasikan bahwa
matematika karena kurang memahami modul pembelajaran dengan pedekatan
konsep-konsep materi akibatnya siswa Problem Based Learning dengan kategori
menganggap pelajaran matematika sangat layak untuk digunakan dalam suatu
merupakan salah satu pelajaran yang sulit. proses pembelajaran matematika. Sedangkan
Tidak adanya interaksi timbal balik antara hasil analisis Rencana Pelaksanaan
guru dan siswa yang menyebabkan proses Pembelajaran (RPP) dari para ahli atau guru
pembelajaran berjalan satu arah yang bidang studi mendapatkan nilai rata-rata
menyebabkan keterampilan berfikir siswa 83,33% dengan kategori sangat layak untuk
kurang aktif. digunakan oleh guru matematika sebagai
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan panduan untuk melaksanakan proses belajar
adanya modul pembelajaran yang mampu mengajar. Penilaian yang dilakukan oleh
mengarah proses berfikirnya siswa dengan peserta didik sebagai uji coba kelompok
menghadirkan masalah-masalah yang harus terbatas terhadap penilaian modul hasil
dipecahkan yang ada di dalam modul. Oleh pengembangan mendapatkan nilai rata-rata
karena itu, peneliti menyediakan alternatif 80,89% dengan kategori sangat layak dan
dengan mengembangkan modul mendapatkan respon yang baik untuk
pembelajaran matematika dengan pendektan digunakan sebagai sumber belajar.
problem based learning sebagai bahan ajar
yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Produk yang dihasilkan pada
penelitian ini adalah modul pembelajaran
yang mengacuh pada RPP dan Silabus.
Modul ini dapat digunakan dalam proses
pembelajaran baik oleh guru maupun siswa
secara mandiri. Hal ini disebabkan karena
melalui modul siswa diarahkan untuk
menemukan masalah dan mampu
memecahkan masalah secara mandiri atau
kelompok .
Berdasarkan hasil analisis data
lembar validasi yang berupa modul
pembelajaran yang dinilai oleh para ahli
yang mencakup 4 kompenen. Keempat
komponen yang dinilai adalah penyajian,
kelayakn isi, bahasa, keterbacaan serta
kesesuaian antara model pembelajaran

169
Vol. 1 No. 2 ISSN 2442-9511

KESIMPULAN SARAN
Berdasarkan análisis data dan Berdasarkan hasil pengembangan, dapat
pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai diajukan saran antara lain:
berikut: 1. Masih diperlukan penelitian yang dapat
1. Pengembangan ini menghasilkan modul menunjukkan efektivitas penggunaan
pembelajaran matematika SMP/MTs modul dengan pendekatan problem
“Persegi dan Persegi Panjang” berbasis based learning pada materi segiempat
Problem Based Learning. untuk kelas VII MTs. Hidayatullah
2. Modul pembelajaran matematika Mataram dalam suatu pembelajaran.
SMP/MTs dengan pendekatan Problem 2. Masih diperlukan penelitian yang dapat
Based Learning yang layak digunakan. menunjukkan bahwa penggunaan modul
Modul tersebut sebagai salah satu dengan pendekatan problem based
instrumen pembelajaran pada learning pada materi segiempat untuk
pendekatan Problem Based Learning kelas VII MTs. Hidayatullah Mataram
yang mencakup materi persegi dan dapat memberikan hasil belajar yang
persegi panjang, setelah modul melalui lebih baik bagi siswa.
proses validasi dan dilakukan uji coba 3. Perlu diuji cobakan kepada peserta didik
terbatas Kelayakan modul hasil dalam kelompok besar, karena pada
pengembangan mangacu pada hasil penelitian ini hanya diujicobakan pada
penilaian para validator. Skor Dengan kelompok terbatas, sehingga dapat
kelayakan modul dengan skor rata-rata dibuktikan apakah penggunaan produk
dari para ahli sebesar 82,73% dengan hasil pengembangan dalam suatu
kategori sangat layak. Skor rata-rata pembelajaran dapat memberikan hasil
validasi sebesar 92,85% dengan belajar yang lebih baik.
kategori sangat layak. Sedangkan skor
rata-rata hasil ujicoba kelompok
terbatas sebesar 80,89% dengan
kategori sangat layak. Dengan demikian
modul pembelajaran yang di
kembangkan dnyatakan layak untuk di
gunakan.

170
Vol. 1 No. 2 ISSN 2442-9511

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakatra: RinekaCipta.
Huda, Mifatul, Model Pengajaran Dan
Pembelajaran. 2013. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Surabaya: Penerbit
SIC.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalism
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Edisi2. Jakarta:Rajawali
Pers.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatifdan R & D.
Bandung:Alfa Beta.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.
Bandung : Alfabeta.
Sutarto dan Syarifuddin. 2013. Desain
Pembelajaran Matematika.
Yogyakarta: Samudra Biru.
Syahrir, 2010. Metodelogi Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta : Naufa
Pustaka
Trianto.2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kharisma Putra Utama

171

Anda mungkin juga menyukai