Anda di halaman 1dari 5

TRACKING KASUS COVID-19

No
Dokumen
SOP No Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
UPT dr. ANTONIUS HERY P.
PUSKESMAS 19630621 199001 1 001
GONDOSARI

Pengertian SOP Covid-19 adalah Pedoman yang dapat dijadikan sebagai


acuan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan respon
pengendalian covid-19 di puskesmas.
Tujuan Sebagai acuan penerapan penanganan Covid-19 di puskesmas
Kebijakan
Referensi Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(Covid-19), Kementrian Kesehatan RI, Juli 2020

Contact 1. Identifikasi Kontak. Identifikasi kontak sudah dimulai sejak


Tracing ditemukannya kasus suspek, kasus probable dan/kasus
konfirmasi COVID-19. Identifikasi kontak erat ini bisa berasal dari
kasus yang masih hidup ataupun kasus yang sudah meninggal.
Proses identifikasi kontak merupakan proses kasus mengingat
kembali orang-orang yang pernah berkontak dengan kasus
dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari
setelah kasus timbul gejala
2. Pendataan Kontak Erat. Semua kontak erat yang telah
diidentifikasi selanjutnya dilakukan wawancara secara lebih
detail. Berikut tahap pendataan kontak erat:
a. Wawancara dapat dilakukan baik wawancara langsung
maupun via telepon/media komunikasi lainnya.
b. Sampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan pelacakan
kontak
c. Catat data-data kontak seperti nama lengkap, usia, alamat
lengkap, nomer telepon, tanggal kontak terakhir dan
sebagainya sesuai dengan formulir pemantauan harian
sebagaimana terlampir. Sampaikan teknis pelaksanaan
monitoring harian
d. Sampaikan kepada kontak erat untuk melakukan hal-hal
berikut ini:
i. Melakukan karantina mandiri
ii. Laporkan sesegera mungkin jika muncul gejala seperti
batuk, pilek, sesak nafas, dan gejala lainnya melalui
kontak tim monitoring. Sampaikan bahwa semakin
cepat melaporkan maka akan semakin cepat
mendapatkan tindakan untuk mencegah perburukan.
iii. Apabila kontak erat menunjukkan gejala dan harus

1.1
dibawa ke fasyankes dengan kendaraan pribadi,
perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Beritahu petugas fasyankes bahwa kontak yang
memiliki gejala akan dibawa.
2. Saat bepergian untuk mencari perawatan, kontak
harus memakai masker medis.
3. Hindari menggunakan transportasi umum ke
fasyankes jika memungkinkan. Ambulans dapat
dipanggil, atau kontak yang sakit dapat diangkut
dalam kendaraan pribadi dengan semua jendela
terbuka, jika memungkinkan.
4. Kontak dengan gejala harus disarankan untuk
selalu melakukan kebersihan pernapasan dan
tangan. Misalnya berdiri atau duduk sejauh
mungkin dari orang-orang di sekitar (setidaknya 1
meter) saat bepergian dan ketika berada di fasilitas
perawatan kesehatan.
5. Setiap permukaan yang terkena sekret pernapasan
atau cairan tubuh lainnya selama proses transfer
harus dibersihkan dengan sabun atau deterjen dan
kemudian didisinfeksi dengan produk rumah tangga
biasa yang mengandung larutan pemutih encer
0,5%.

3. Follow up kontak erat (Pemantauan dan Karantina)


a. Petugas surveilans yang telah melakukan kegiatan
identifikasi kontak dan pendataan kontak akan
mengumpulkan tim baik dari petugas puskesmas setempat,
kader, relawan dari PMI dan pihak-pihak lain terkait. Pastikan
petugas yang memantau dalam kondisi fit dan tidak memiliki
penyakit komorbid. Alokasikan satu hari untuk menjelaskan
cara melakukan monitoring, mengenali gejala, tindakan
observasi rumah, penggunaan APD, tindakan pencegahan
penularan penyakit lain serta promosi kesehatan untuk
masyarakat di lingkungan.
b. Laporan dilaporkan setiap hari untuk menginformasikan
perkembangan dan kondisi terakhir dari kontak erat. Seluruh
kegiatan pelacakan kontak sebaiknya dilakukan di ruangan
terbuka untuk meminimalkan potensi penularan
c. Pemeriksaan laboratorium kontak erat dilakukan ketika
menunjukkan gejala
Pemeriksaan
Swab

1.2
Pemeriksaan swab dilakukan pada kasus suspek, kontak erat yang
menunjukkan gejala, dan evaluasi pada kasus konfirmasi dengan
gejala berat/kritis. Pada kasus konfirmasi tanpa gejala, gejala
ringan, dan gejala sedang tidak perlu dilakukan follow up
pemeriksaan RT-PCR.
Kriteria Gejala Tanpa Gejala
Pasien tidak menunjukkan gejala apapun.
Sakit ringan
Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam, batuk, nyeri
tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot.
Perlu waspada pada usia lanjut dan imunocompromised karena
gejala dan tanda tidak khas
Sakit sedang
Pasien Remaja atau Dewasa dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, dyspnea, napas cepat) dan tidak ada tanda
pneumonia berat.
Anak mengalami batuk atau kesulitan bernapas + napas cepat:
frekuensi napas: <2 bulan: ≥60x/menit, 2-11 bulan: ≥50x/menit, 1-5
tahun: ≥40x/menit, dan tidak ada tanda pneumonia berat.
Sakit berat
Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi
napas >30 x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen
(SpO2) <90% pada udara kamar.
Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah
setidaknya satu dari berikut ini:
- sianosis sentral atau SpO2 <90%
- distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding
dada yang berat)
- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau
minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea
Diagnosis ini berdasarkan klinis; pencitraan dada dapat membantu
penegakan diagnosis dan dapat menyingkirkan komplikasi.
Pencegahan a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai
penularan sabun dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan
pada individu cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 –
30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan
tangan yang tidak bersih.
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi
hidung dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi
dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya
(yang mungkin dapat menularkan COVID-19).

1.3
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplet dari orang yang yang batuk atau
bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.

Pengendalian Untuk mencegah atau memutuskan rantai penularan infeksi COVID-


Infeksi di 19 di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dicapai dengan
Fasyankes penerapan prinsip pencegahan dan pengendalian risiko penularan
COVID-19.

Penerapan Kewaspadaan Isolasi.


Kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan transmisi
1) Kewaspadaan standar
a. Hand hygiene
Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini
sesuai 5 moment WHO:
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh
4. Setelah menyentuh pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

Selain itu hand hygiene juga dilakukan pada saat:

(a) Melepas sarung tangan steril


(b) Melepas APD
(c) Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek
termasuk peralatan medis
(d) Setelah melepaskan sarung tangan steril.
(e) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan
makanan

Kebersihan tangan dengan alkohol handrub selama 20-30


detik bila tangan tidak tampak kotor. Kebersihan tangan
dengan mencuci tangan di air mengalir pakai sabun selama
40-60 detik bila tangan tampak kotor

b. Alat Pelindung Diri (APD).


APD dipakai untuk melindungi petugas atau pasien dari
paparan darah, cairan tubuh sekresi maupun ekskresi yang
terdiri dari sarung tangan, masker bedah atau masker N95,
gaun, apron, pelindung mata (goggles), faceshield
(pelindung wajah), pelindung/penutup kepala dan pelindung
kaki.

Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti


meja, rangka tempat tidur, dan perabotan kamar tidur lainnya setiap
hari dengan disinfektan rumah tangga yang mengandung larutan

1.4
pemutih encer (pemutih 1 bagian hingga 99 bagian air). Untuk
permukaan yang tidak mentolerir pemutih maka dapat
menggunakan etanol 70%

2) Kewaspadaan transmisi
a. Melakukan triase dengan melakukan penyaringan dipintu
masuk ruang penerimaan pasien baru.
b. Pemisahan antara pasien dengan gangguan sistem
pernapasan dan tidak dengan gangguan sistem pernapasan
(1) Pasien dengan gangguan sistem pernapasan dimasukkan
dalam ruangan khusus dan pastikan agar alur gerak pasien
dan staf tetap satu arah. Petugas kesehatan yang
melakukan pemeriksaan menggunakan APD standar (gaun,
masker bedah, pelindung mata/wajah dengan kacamata
atau faceshield, dan sarung tangan).
(2) Pasien bukan dengan gangguan pernapasan boleh
langsung masuk ke ruang tunggu pasien poliklinik umum,
pasien dan petugas cukup menggunakan masker bedah.
c. Memberi penanda khusus untuk mengatur jarak minimal 1
meter di lokasi-lokasi antrian pasien/pengunjung.
d. Membuat penghalang fisik (barrier) antara petugas dan
pengunjung. Pembatas terbuat dari kaca atau mika dan dapat
dipasang pada: loket pendaftaran, apotek, penerimaan
spesimen, kasir, dan lain-lain.
e. Mengatur penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur
periksa dan kursi pasien dengan tenaga kesehatan, dan lain -
lain yang mencegah aliran udara dari pasien ke
pemeriksa/petugas.
f. Menempatkan kasus suspek atau terkonfirmasi positif di ruang
Isolasi

1.5

Anda mungkin juga menyukai