No
Dokumen
SOP No Revisi
Tanggal
Terbit
Halaman
UPT dr. ANTONIUS HERY P.
PUSKESMAS 19630621 199001 1 001
GONDOSARI
1.1
dibawa ke fasyankes dengan kendaraan pribadi,
perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Beritahu petugas fasyankes bahwa kontak yang
memiliki gejala akan dibawa.
2. Saat bepergian untuk mencari perawatan, kontak
harus memakai masker medis.
3. Hindari menggunakan transportasi umum ke
fasyankes jika memungkinkan. Ambulans dapat
dipanggil, atau kontak yang sakit dapat diangkut
dalam kendaraan pribadi dengan semua jendela
terbuka, jika memungkinkan.
4. Kontak dengan gejala harus disarankan untuk
selalu melakukan kebersihan pernapasan dan
tangan. Misalnya berdiri atau duduk sejauh
mungkin dari orang-orang di sekitar (setidaknya 1
meter) saat bepergian dan ketika berada di fasilitas
perawatan kesehatan.
5. Setiap permukaan yang terkena sekret pernapasan
atau cairan tubuh lainnya selama proses transfer
harus dibersihkan dengan sabun atau deterjen dan
kemudian didisinfeksi dengan produk rumah tangga
biasa yang mengandung larutan pemutih encer
0,5%.
1.2
Pemeriksaan swab dilakukan pada kasus suspek, kontak erat yang
menunjukkan gejala, dan evaluasi pada kasus konfirmasi dengan
gejala berat/kritis. Pada kasus konfirmasi tanpa gejala, gejala
ringan, dan gejala sedang tidak perlu dilakukan follow up
pemeriksaan RT-PCR.
Kriteria Gejala Tanpa Gejala
Pasien tidak menunjukkan gejala apapun.
Sakit ringan
Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam, batuk, nyeri
tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot.
Perlu waspada pada usia lanjut dan imunocompromised karena
gejala dan tanda tidak khas
Sakit sedang
Pasien Remaja atau Dewasa dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, dyspnea, napas cepat) dan tidak ada tanda
pneumonia berat.
Anak mengalami batuk atau kesulitan bernapas + napas cepat:
frekuensi napas: <2 bulan: ≥60x/menit, 2-11 bulan: ≥50x/menit, 1-5
tahun: ≥40x/menit, dan tidak ada tanda pneumonia berat.
Sakit berat
Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi
napas >30 x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen
(SpO2) <90% pada udara kamar.
Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah
setidaknya satu dari berikut ini:
- sianosis sentral atau SpO2 <90%
- distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding
dada yang berat)
- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau
minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea
Diagnosis ini berdasarkan klinis; pencitraan dada dapat membantu
penegakan diagnosis dan dapat menyingkirkan komplikasi.
Pencegahan a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai
penularan sabun dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan
pada individu cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 –
30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan
tangan yang tidak bersih.
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi
hidung dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi
dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya
(yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
1.3
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplet dari orang yang yang batuk atau
bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.
1.4
pemutih encer (pemutih 1 bagian hingga 99 bagian air). Untuk
permukaan yang tidak mentolerir pemutih maka dapat
menggunakan etanol 70%
2) Kewaspadaan transmisi
a. Melakukan triase dengan melakukan penyaringan dipintu
masuk ruang penerimaan pasien baru.
b. Pemisahan antara pasien dengan gangguan sistem
pernapasan dan tidak dengan gangguan sistem pernapasan
(1) Pasien dengan gangguan sistem pernapasan dimasukkan
dalam ruangan khusus dan pastikan agar alur gerak pasien
dan staf tetap satu arah. Petugas kesehatan yang
melakukan pemeriksaan menggunakan APD standar (gaun,
masker bedah, pelindung mata/wajah dengan kacamata
atau faceshield, dan sarung tangan).
(2) Pasien bukan dengan gangguan pernapasan boleh
langsung masuk ke ruang tunggu pasien poliklinik umum,
pasien dan petugas cukup menggunakan masker bedah.
c. Memberi penanda khusus untuk mengatur jarak minimal 1
meter di lokasi-lokasi antrian pasien/pengunjung.
d. Membuat penghalang fisik (barrier) antara petugas dan
pengunjung. Pembatas terbuat dari kaca atau mika dan dapat
dipasang pada: loket pendaftaran, apotek, penerimaan
spesimen, kasir, dan lain-lain.
e. Mengatur penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur
periksa dan kursi pasien dengan tenaga kesehatan, dan lain -
lain yang mencegah aliran udara dari pasien ke
pemeriksa/petugas.
f. Menempatkan kasus suspek atau terkonfirmasi positif di ruang
Isolasi
1.5