Anda di halaman 1dari 19

CONTOH LAPORAN PENELITIAN PAR

Implementasi program santunan teman yatim untuk meningkatkan kepedulian


terhadap anak yatim madrasah diniyah al Ulya Kandangan Kediri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
*DIISI LATAR BELAKANG PELAKSANAAN PENELITIAN DAN
PEMILIHAN TEMA PENELITIAN

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan program santunan teman yatim?
2. Bagaimana pelaksanaan program santunan teman yatim?
3. Bagaimana hasil program santunan teman yatim?
4. Apa saja hambatan pelaksanaan program santunan teman yatim?
C. Tujuan Penelitian
A. Untuk mengetahui perencanaan program santunan teman yatim.
B. Untuk mengetahui pelaksanaan program santunan teman yatim.
C. Untuk mengetahui hasil program santunan teman yatim.
D. Untuk mengetahui hambatan pelaksanaan program santunan teman yatim.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Yatim
Kata yatim berasal dari kata yutm yang berarti tersendiri, permata yang unik, yang
tidak ada tandingannya (dinamakan). 1 Yatim juga berarti anak yang terpisah dari ayahnya
(ditinggal mati) dan dalam keadaan belum dewasa (baligh). 2
Secara umum kata yatim bagi anak manusia adalah seseorang yang belum dewasa
dan telah ditinggal mati oleh ayahnya. 3 Ia dinamakan demikian karena ia bagaikan
sendirian, tak ada yang mengurusnya atau mengulurkan tangan (bantuan) kepadanya.
Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa yang dinamakan yatim adalah anak yang
bapaknya telah meninggal dan belum baligh (dewasa), baik ia kaya ataupun miskin, laki-
laki atau perempuan. Adapun anak yang bapak dan ibunya telah meninggal biasanya
disebut yatim piatu, namun istilah ini hanya dikenal di Indonesia, sedangkan dalam
literatur fikih klasik dikenal istilah yatim saja. 4
Menurut Raghib al-Isfahani, seorang ahli kamus al-Qur'an, bahwa istilah yatim bagi
manusia digunakan untuk orang yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum
dewasa, sedangkan bagi binatang yang disebut yatim adalah binatang yang ditinggal mati
ibunya. Hal ini dapat dipahami karena pada kehidupan binatang yang bertanggung jawab
mengurus dan memberi makan adalah induknya. Hal ini berbeda dengan manusia di mana
yang berkewajiban memberi makan dan bertanggung jawab adalah ayahnya. Selanjutnya
al-Isfahami mengatakan bahwa kata yatim itu digunakan untuk setiap orang yang hidup
sendiri, tanpa kawan. Misalnya terlihat dalam ungkapan " Durrah Yatimah ". kata Durrah
(intan) disebut yatim, karena ia menyendiri dari segi sifat dan nilainya.
Ada sebagian ulama yang memahami kata yatim pada ayat ke 6 dari surat ad-Dhuha,
sebagai seorang yang unik, tersendiri dalam keistimewaannya. Menurut mereka Nabi
Muhammad SAW sejak kecil telah memiliki keistimewaan yang unik, sehingga wajar
beliau dinamai yatim. Pendapat ini jelas tidak sejalan dengan penggunaan al-Qur'an
terhadap kata yatim yang terulang sebanyak 22 kali dalam berbagai bentuknya. AlQur'an
menggunakan kata ini dalam konteks kemiskinan dan kepapaan seperti yang telah
dijelaskan antara lain dalam surat al-Baqarah ayat 83, 176; dan 215; surat an-Nisa ayat 7,
35; dan sebagainya. Yatim digambarkan sebagai seseorang yang mengalami
penganiayaan dan perampasan hartanya, antara lain terdapat pada surat an-Nisa ayat 10,
surat al-An'am ayat 102, dan surat al-Isra’ ayat 34. 5
1
Louis Ma’luf, al-Munjid Fi al-Lughah, (Beirut:Der el-Masyriq,tt), 923.
2
Dahlan Addul Azizi, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Icktiar Baru Van Hoeve, 1997), 1962.
3
Ibid., 863.
4
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), 206.
5
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur'an Al-Karim, (Bandung: Pustaka Indah, 1997), 507.
Yatim juga digambarkan sebagai seseorang yang tidak memperoleh pelayanan yang
layak serta penghormatan, ia sering dihardik, didorong dengan kuat dan lain-lain.
Terminologi “anak yatim” yang terdapat dalam surat al-Ma’un menunjukkan makna yang
lebih luas, jauh dari pemahaman orang-orang awam sementara ini. Anak yatim jangan
kita artikan sebagai anak yang telah kehilangan nasab dari orang tuanya. Akan tetapi
secara kritis, kata yatim di tempatkan pada setiap anak yang tidak mendapatkan akses
sosial secara optimal, yakni masalah pendidikan, ekonomi, kesehatan, perlindungan
kekerasan dan masih banyak lagi yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
kejahatan terhadap anak. Artinya anak yatim adalah mereka yang terabaikan hak-hak
kehidupannya. Sebagaimana dalam Undangundang No. 23 tahun 2001 tentang
perlindungan anak telah ditegaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18
tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Oleh karena itu, dari sini jelaslah
sudah bahwa semua anak yang belum mencapai usia tersebut wajib dan harus
mendapatkan perlindungan secara penuh baik itu oleh pemerintah maupun oleh semua
lapisan masyarakat.6
Menurut Quraish Shihab, tidak ditemukan satu ayat pun di dalam alQur'an yang
menggambarkan yatim dengan gambaran keistimewaan dan keunikan, sehingga atas dasar
ini beliau merasa yakin bahwa yang dimaksud dengan kata tersebut dalam surat ad-Dhuha
ayat 6 adalah keadaan Nabi Muhammad SAW yang ditinggalkan ayahnya sejak beliau
masih dalam kandungan ibunya.7 Menurut K.H. Didin Hafidhudin, berdasarkan surat an-
Nisa ayat 2 ajaran Islam menempatkan pembinaan dan perlindungan anak yatim sebagai
tanggung jawab kaum muslimin terutama mereka yang masih memiliki hubungan
kekerabatan dengan anak yatim itu. Perbuatan menyantuni anak yatim akan membentuk
jiwa yang lembut, dipenuhi rasa cinta kasih dan kerelaan berkorban untuk orang lain. 8
B. Dalil Tentang Yatim
1. “Aku dan pemelihara anak yatim di surga seperti ini (dan beliau memberi
isyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya, lalu merenggangkannya sedikit
(HR. Bukhari, Turmudzi, Abu Daud)
2. “Barangsiapa mengambil anak yatim dari kalangan Muslimin, dan
memberinya makan dan minum, Allah akan memasukkannya ke surga, kecuali
bila ia berbuat dosa besar yang tidak terampuni.(HR. Turmudzi)

6
Team Redaksi Buletin Lengkong Besar dari Mahasiswa untuk Pembebasan, Anak, Mentalitas
Bangsa dan Pendidikan Kekerasan, Badan Penerbitan Pers Mahasiswa (BPPM), FISIP Universitas
Pasundan, Bandung, Edisi 12 / Bln IV / Thn 7 / 2004, 13.
7
Ibid., 497
8
Didin Hafidhudin, (ed)., Didin Saefuddin Buchari, Tafsir Al-Hijri; Surat AnNisa’, (Jakarta: PT.
Logos Wacana Ilmu, 2001), 2.
3. Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya
anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk
rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim
tapi ia diperlakukan dengan buruk. (HR. Ibnu Mubarak)
4. “Sesungguhnya, seorang laki-laki mengeluh kepada Nabi s.a.w., karena
hatinya yang keras. Nabi s.a.w. berkata: -’Usaplah kepala yatim, dan berilah
makan orang miskin’. (HR. Ahmad)
5. Anak yatim menangis, arasy berguncang. Sabda Tuhan: Demi keagungan-Ku,
siapa saja yang menghiburnya dan menghentikan tangisannya, Aku pastikan
baginya surga (Hadis Qudsi 208)
6. Barangsiapa meletakan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh
kasih sayang, maka Allah akan menuliskan kebaikan pada setiap lembar
rambut yang disentuh tangannya. (HR.Ahmad, Ath-Thabrani, Ibnu
Hibban, Ibnu Abi Aufa)
7. Harta-benda anak yatim tidak terkena zakat sampai dia baligh. (HR. Abu
Ya’la dan Abu Hanifah) Tidak disebut lagi anak yatim bila sudah baligh.
(HR. Abu Hanifah)
8. Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang
mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut
dan mengasihi keyatiman serta kelemahannya, dan tidak bersikap angkuh
dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya. Demi
yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menerima sedekah seorang
yang mempunyai kerabat keluarga yang membutuhkan santunannya sedang
sedekah itu diberikan kepada orang lain. Demi yang jiwaku dalam
genggamanNya, ketahuilah, Allah tidak akan memandangnya
(memperhatikannya) kelak pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)
9. “Tidak mungkin seorang yatim ikut memakan jamuan makanan, lalu setan
mendekati makanan itu”‘ (HR. Ath-Thabrani)
10. “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama itulah orang yang
menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin, maka
celakalah bagi orang-orang yang sholeh yaitu orang-orang yang lalai dari
sholatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan
barang berguna”. (QS. Al-Ma’un ayat 1-7)
11. Allah berfirman, artinya,“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin….”
(QS. an-Nisa: 36).
12. Allah berfirman,artinya, “Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu
berlaku sewenang-wenang”(QS. ad-Dhuha: 9)
13. Allah berfirman, artinya, “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-
nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin,” (QS. al-Baqarah 2:177)
14. “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan
masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (Q.S. An Nisaa’, 4:10)
15. “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, …,” (Q.S. An Nisaa 4:36)
16. “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,
anak yatim dan orang yang ditawan”. (Q.S. Al Insaan, 76:8)
17. “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia
memberikan kecukupan. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu
berlaku sewenang-wenang”. (Q.S. Adh Dhuhaa, 93:8-9)
18. “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
…”. (Q.S. Al Baqarah, 2 : 177)
19. “…Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah:
“Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik ….”. (Q.S. Al Baqarah,
2:220)

C. Program Teman Yatim


*DIISI TENTANG PROGRAM, PERSONEL/TEAM, PERENCANAAN
PROGRAM DLL.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang peneliti pilih adalah terletak di kota
Kandangan propinsi jawa timur. Tepatnya di Madrasah Diniyah Al-Ulya
Kandangan di jalan Jombang-Kandangan Dengan Kabuparen Kediri berjarak
kurang lebih 35 kilometer yang mana Madrasah Diniyah Al-Ulya Kandangan ini
berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Dusun Pengkol
Sebelah Barat : Jalan Raya Kandangan
Sebelah Timur : Persawahan
Sebelah Selatan : Persawahan
Suasana yang ada di Madrasah Diniyah Al-Ulya Kandangan ini sangat
berbeda dengan madrasah lainnya yang ada pada umumnya. Karena disini para
pendidiknya terutama ustadz/ustadzahnya sangat menekankan pada adanya budi
pekerti (sopan santun), kedisiplinan dan kebersihan bagi seluruh anggota
madrasah.
Ditinjau dari segi sejarahnya Madrasah Diniyah Al-Ulya Kandangan ini
tumbuh dan berkembang dari sebuah Madrasah Diniyah Maslahiah, Madrasah
tersebut berdiri tahun 1980 yang dipelopori oleh Bapak Ridwan, Lph (Alm)
sekaligus sebagai kepala madrasahnya. Madrasah ini terletak di Dusun Bobosan
Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
Dalam perkembangannya Madrasah Diniyah Al-Ulya Kandangan kurang
memenuhi harapan, terlebih setelah meninggalnya Bapak Ridwan pada akhir
tahun 1988, maka diadakan pergantian kepala madrasah yaitu Bapak Shaleh pada
tahun 1989 dan pada tahun 1990 Bapak Aly mendapat amanat sebagai Kepala
madrasah tersebut.
Atas saran dari tokoh masyarakat Kandangan, maka pada tahun 1990
Madrasah Diniyah Al-Ulya pindah tempat ke Kandangan.
Pada tahun 1998 Madrasah Diniyah Al-Ulya Kandangan dapat membeli
tanah seluas 50 m2 yang terletak di Dusun Pengkol Desa Kasreman Kecamatan
Kandangan. Pembelian tanah tersebut dengan swadana yang dikumpulkan dari
infaq semua guru dan wali murid selama dua tahun. Dan pada tahun 1999 baru
didirikan gedung baru sebanyak 4 ruang, seiring dengan perkembangan jumlah
siswa yang pesat. Dilihat dari kepemimpinan Kepala Madrasah, sejak berdirinya
Madrasah Diniyah Al-Ulya Kandangan mengalami pergantian adalah sebagai
berikut:
1. Bapak Ridwan, Lph mulai tahun 1980 s/d tahun 1988
2. Bapak Shaleh mulai tahun 1988 s/d tahun 1990
3. Bapak Aly mulai tahun 1990 s/d tahun 2004
4. Bapak Saiful mulai tahun 2004 s/d tahun 2010
5. Bapak Hasan mulai tahun 2010 s/d sekarang
B. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
PAR atau Participatory Action Research. Penelitian Participatory Action
Research merupakan salah satu model penelitian yang mencari sesuatu untuk
menghubungkan proses penelitian ke dalam proses perubahan sosial. Perubahan
sosial yang dimaksud adalah bagaimana dalam proses pemberdayaan dapat
mewujudkan tiga tolak ukur, yakni adanya komitmen bersama dengan
masyarakat, adanya local leader dalam masyarakat dan adanya institusi baru
dalam masyarakat yang dibangun berdasarkan kebutuhan. Penelitian ini
membawa proses penelitian dalam lingkaran kepentingan orang dan menemukan
solusi praktis bagi masalah bersama dan isu-isu yang memerlukan aksi dan
refleksi bersama, dan memberikan kontribusi bagi teori praktis.
Participatory Action Research melibatkan pelaksanaan penelitian untuk
mendefinisikan sebuah masalah maupun menerapkan informasi ke dalam aksi
sebagai solusi atas masalah yang telah terdefinisi. Menurut Yoland Wadworth
pada dasarnya Participatory Action Research (PAR) adalah penelitian yang
melibatkan semua pihak yang relevan dalam meneliti secara aktif secara bersama-
sama tindakan saat ini (yang mereka alami sebagai masalah) dalam rangka untuk
mengubah dan memperbaikinya. Mereka melakukan hal ini dengan merenungkan
secara kritis historis, politik, budaya, ekonomi, geografis dan konteks lain yang
memahaminya.9 Pandangan lain dikemukanan Mansour Fakih yang mengatakan
bahwa Participatory Action Research adalah kombinasi penelitian sosial, kerja
pendidikan, dan aksi politik menggunakan konsep penelitian partisipatif dalam

9
P. Reason,. and H. Bradbury,  The Sage Handbook of Action Research: Participative Inquiry and
Practice. (California: Sage, 2008), 1.
konteks metodologi materialis historis, yang didefenisikan oleh Kasam sebagai
penelitian yang disusun melalui interaksi demokratis antara peneliti dan kelas
rakyat yang tertindas.10 Interaksi demokratis sebab PAR merupakan “penelitian
oleh, dengan, dan untuk orang” bukan “penelitian terhadap orang”. PAR
mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari penelitian
untuk bekerja bersama-sama secara penuh dalam semua tahapan penelitian. Pada
dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-
pihak yang relevan (stakeholder) dalam mengkaji tindakan yang sedang
berlangsung (dimana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam
rangka melakukan perubahan dan perbaikan kearah yang lebih baik. Untuk itulah,
mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya,
ekonomi, geografis, dan konteks lain yang terkait. Yang mendasari dilakukannya
PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan.11
C. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data itu
diperolah.12 Dalam penelitian ini sumber data utamanya adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
berkaitan dengan ini jenis data tertulis, foto dan statistik. 13 Yang dimaksud data
dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari para
informan yang dianggap paling mengetahui secara rinci dan jelas mengenai fokus
penelitian yang diteliti. Selain data yang diperoleh melalui informan, data juga
diperolah dari dokumentasi yang menunjang terhadap data yang berbentuk kata-
kata maupun tindakan. Dalam penelitian ini akan mengekplorasi jenis data yang
terkait dengan masing-masing fokus penelitian yang sedang diamati.
D. Teknik PAR yang digunakan
1. Teknik Penelusuran Alur Sejarah Desa
Teknik penelusuran alur sejarah desa adalah teknik PAR yang
dipergunakan untuk mengungkap kembali sejarah masyarakat di suatu lokasi
tertentu berdasarkan penuturan masyarakat sendiri.  Peristiwa-peristiwa dalam
sejarah desa tersebut disusun secara beruntun menurut waktu kejadiannya (secara
10
Mansour Fakih Menggeser konsepsi gender dan transformasi sosial (Yogyakarta :Pustaka Pelajar,
2007), 28.
11
Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Reseacrh (PAR) (IAIN Sunan Ampel Surabaya:
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) 2013), 41.
12
Arikunto, Prosedur Penelitian., 102.
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 112.
kronologis), dimulai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang
masih dapat diingat, sampai dengan peristiwa-peristiwa saat ini.
2. Teknik Pembuatan Bagan Kecenderungan dan Perubahan
Teknik pembuatan bagan kecenderungan dan dan perubahan adalah teknik
PAR yang dapat menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan,
kejadian, serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. Dari besarnya
perubahan hal-hal yang diamati, yang dapat berarti berkurang,
tetap, atau bertambah, kita dapat memperoleh gambaran adanya kecenderungan
umum perubahan yang akan berlanjut di masa depan.
3. Teknik Penyusunan Kalender Musim
Teknik penyusunan kalender musim adalah teknik PAR yang memfasilitasi
pengkajian kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan yang terjadi berulang dalam
suatu kurun waktu tertentu (musiman) dalam kehidupan masyarakat. kegiatan-
kegiatan dan keadaan-keadaan itu dituangkan ke dalam 'kalender' kegiatan atau
keadaan-keadaan, biasanya dalam jarak waktu 1 tahun (12 bulan).
4. Teknik Pembuatan Peta Desa
Pemetaan adalah teknik PAR yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi
mengenai keadaan wilayah desa tersebut beserta lingkungannya.  Keadaan-
keadaan tersebut digambarkan ke dalam peta atau sketsa desa.  Ada peta yang
menggambarkan keadaan sumberdaya umum desa, dan ada peta dengan tema
tertentu yang menggambarkan hal-hal yang sesuai dengan ruang lingkup tema
tersebut (misalnya peta desa yang menggambarkan jenis-jenis tanah, peta
sumberdaya pertanian, peta penyebaran penduduk, peta pola pemukiman, dan
sebagainya).
5. Teknik Penelusuran Desa/Lokasi (Transect)
Secara harfiah, transek berarti gambar irisan muka bumi.  Pada awalnya,
transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati
wilayah-wilayah ekologi (pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat
khusus keadaannya).  Dalam pendekatan partisipatif, teknik penelusuran lokasi
(transek) merupakan teknik PAR untuk melakukan pengamatan langsung
lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri
wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati.  Hasil
pengamatan dan lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam bagan atau
gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut. 
6. Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan (Diagram Venn)
Teknik pembuatan bagan hubungan kelembagaan merupakan teknik PAR
yang digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan
lembaga-lembaga yang terdapat di lingkungannya.  Hasil pengkajian dituangkan
ke dalam diagram Venn (sejenis diagram lingkaran, diadaptasi dari disiplin ilmu
matematika), yang akan menunjukkan besarnya manfaat, pengaruh dan dekatnya
hubungan suatu lembaga dengan masyarakat. 
7. Kajian Mata Pencaharian
Teknik kajian mata pencaharian adalah teknik PAR yang digunakan
memfasilitasi diskusi mengenai berbagai aspek mata pencaharian masyarakat. 
jenis-jenis mata pencaharian beserta aspek-aspeknya digambarkan di dalam
sebuah bagan. Informasi yang dikaji yaitu jenis-jenis kegiatan atau keterampilan
masyarakat yang dapat/telah menjadi sumber mata pencaharian, baik pertanian
maupun bukan pertanian, ataupun bidang jasa.
8. Wawancara (Wawancara Semi Terstruktur)
Teknik wawancara adalah teknik PAR yang dipergunakan untuk mengkaji
sejumlah topik informasi mengenai aspek-aspek kehidupan, yang disusun dalam
pedoman wawancara.  Pedoman ini sifatnya semi terbuka, karena hanya
merupakan bahan acuan wawancara; artinya isi kajian dapat diubah dan
disesuaikan dengan proses diskusi untuntuk mencapai tujuan kajian.
9. Teknik Pembuatan Bagan Peringkat  (Teknik Matriks Ranking/ Teknik Kajian
Pilihan)
Teknik pembuatan bagan peringkat adalah teknik untuk mengkaji sejumlah
topik dengan memberi nilai pada masing-masing aspek kajian, berdasarkan
sejumlah kriteria perbandingan.  Kriteria perbandingan tersebut berdasarkan
pendapat masyarakat sehingga sesuai dengan keadaan setempat.  Biasanya yang
dibandingkan adalah topik-topik bahasan terpenting yang perlu dipertimbangkan
untuk pengembangan kegiatan-kegiatan.
Teknik ini sesungguhnya lebih merupakan cara analisis daripada untuk
mengumpulkan informasi.  Oleh karenanya, kegiatan ini biasanya dilakukan
untuk melengkapi kajian oleh teknik-teknik lainnya.  Informasi-informasi yang
dikaji ditentukan berdasarkan keperluan tertentu.
10. Observasi
Observasi adalah "suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis". 14 Data-data yang
diperoleh dalam observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi. Kegiatan
pencatatan dalam hal ini adalah merupakan bagian dari kegiatan pengamatan.
11. Dokumentasi
“Metode dokumentasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dari sumber noninsani, sumber ini terdiri dari dokumen, dan
rekaman seperti surat kabar, buku harian, naskah pribadi, foto-foto, catatan kasus,
dan lain sebagainya”.15 Melalui teknik dokumentasi ini penulis mengumpulkan
data-data yang diperlukan yang ada di tempat atau lokasi penelitian.

E. Trianggulasi
Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin (1978) dengan
meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada
penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu.
Keandalan dan kesahihan data dijamin dengan membandingkan data yang
diperoleh dari satu sumber atau metode tertentu dengan data yang di dapat dari
sumber atau metode lain. Konsep ini dilandasi asumsi bahwa setiap bias yang
inheren dalam sumber data, peneliti, atau metode tertentu, akan dinetralkan oleh
sumber data, peneliti atau metode lainnya. Istilah triangulasi yang dikemukakan
oleh Denzin dikenal sebagai penggabungan antara metode kualitatif dan metode
kuantitatif yang digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian. 16
Sementara itu, Lexy J Maleong mengemukakan bahwa triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 17
Sedangkan Triangulasi menurut Susan Stainback dalam Sugiyono (2007:330)
merupakan “the aim is not to determinate the truth about same social
phenomenon, rather than the purpose oftriangulation is to increase
one’sunderstanding of what ever is beinginvestigated.” 18  Dengan demikian

14
Wayan Nurkancana dan Sunarta, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 46.
15
Imron Arifin, Penelitian Kualitatif, 82.
16
Burhan Bungin.  Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publikdan Ilmu Sosial
Lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007), 256.
17
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008), 330.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2007), 330.
triangulasi bukan bertujuan mencari kebenaran, tapi meningkatkan pemahaman
peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya.
Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan
yang memanfaatkan penggunaan sumber data, metode, peneliti dan teori. Ke empat
jenis trinaggulasi yang dikemukakan Denzin sekaligus juga digunakan dalam
penelitian PAR ini dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber data, triangulasi dengan sumber data adalah penggunaan
beragam sumber data dalam suatu kajian. Misalnya, selain melalui wawancara
dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant
obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan
atau tulisan  pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara  itu akan
menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan
memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena
yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan
untuk memperoleh kebenaran handal.19
2. Triangulasi metode, triangulasi ini dipakai dengan cara menggunakan
beberapa teknik penggalian data untuk memperoleh data yang akurat, valid
dan paling mendekati realitas. Penggunaan beberapa teknik ini misalnya
adalah penggunaan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi untuk
memperoleh satu data tertentu. Yang membedakan dengan triangulasi ini
dengan triangulasi sumber data adalah yang dibandingkan adalah sumber
datanya. Triangulasi sumber data membandingkan beberapa sumber data,
sedangkan triangulasi metode membandingkan beberapa metode dalam
memperoleh suatu data.
3. Triangulasi peneliti, penggunaan beberapa peneliti lain yang menelaah
masalah/peristiwa yang memiliki nilai yang sama dengan apa yang sedang
diteliti. Triangulasi ini dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu
orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya
khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus
yang telah memiliki pengalaman penelitian dan  bebas dari konflik

19
Secara lebih terperinci Patton memaparkan bahwa triangulasi dengan sumber artinya
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331).
kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari
triangulasi.
4. Triangulasi teori, Triangulasi ini menggunakan prinsip bahwa semakin
banyaknya perspektif peneliti maka akan diperoleh gambaran yang lebih
menyeluruh dan absah. Jadi dalam triangulasi ini peneliti membandingkan
data yang diperolehnya dengan teori-teori yang telah ada agar diperoleh
keyakinan yang kuat terhadap data yang didapatnya. Hasil akhir penelitian
berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement.  Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman asalkan peneliti mampu  menggali pengetahuan teoretik secara
mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling
sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan
temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika  perbandingannya
menunjukkan hasil yang jauh berbeda.
F. Analisis data
Setelah berbagai data terkumpul, maka untuk menganalisisnya digunakan
teknik analisis deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali
data-data yang telah terkumpul mengenai Implementasi program santunan
teman yatim untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak yatim madrasah
diniyah al Ulya.
Sebagaiman pandangan Neong Muhadjir menyebutkan bahwa “analisis
data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil
observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti
tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang
lain”.20

20
Neong Muhadjir (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000).
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan program santunan teman yatim untuk meningkatkan


kepedulian terhadap anak yatim madrasah diniyah al Ulya

DIISI TEKNIS KEGIATAN PROGRAM !!!!!

B. Hasil program santunan teman yatim untuk meningkatkan kepedulian


terhadap anak yatim madrasah diniyah al Ulya

DIISI HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT KEHADIRAN PROGRAM


BAGI MASYARAKAT !!!!

C. Hambatan program santunan teman yatim untuk meningkatkan kepedulian


terhadap anak yatim madrasah diniyah al Ulya

DIISI HAMBATAN YANG DIJUMPAI SELAMA PELAKSANAAN


PROGRAM!!!!
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan program santunan teman yatim untuk meningkatkan kepedulian
terhadap anak yatim madrasah diniyah al Ulya yaitu.................

*DIISI RANGKUMAN TEKNIS KEGIATAN PROGRAM !!!!!

2. Hasil program santunan teman yatim untuk meningkatkan kepedulian terhadap


anak yatim madrasah diniyah al Ulya yaitu.................

*DIISI RANGKUMAN HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT


KEHADIRAN PROGRAM BAGI MASYARAKAT !!!! (POIN-POINNYA
SAJA)

3. Hambatan program santunan teman yatim untuk meningkatkan kepedulian


terhadap anak yatim madrasah diniyah al Ulya yaitu.....

* DIISI RANGKUMAN HAMBATAN YANG DIJUMPAI SELAMA


PELAKSANAAN PROGRAM!!!! (POIN-POINNYA SAJA)

B. Saran
Setelah melasanaan pemberdayaan berbasis penelitian PAR, terdapat beberapa
hal yang sebaiknya dilaksanakan yaitu antara lain adalah:
*DIISI SARAN-SARAN BAGI KAMPUS/ BAGI WARGA/ BAGI
TAKMIR MASJID/ BAGI PENELITI LAINNYA
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Agus dkk. 2013. Modul Participatory Action Reseacrh (PAR). IAIN Sunan
Ampel Surabaya: Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM).

Azizi, Dahlan Addul. 1997. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Icktiar Baru Van
Hoeve.

Bungin. Burhan. 2007.  Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publikdan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Fakih, Mansour. 2007. Menggeser konsepsi gender dan transformasi social.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007..

Hafidhudin, Didin (ed). 2001. Didin Saefuddin Buchari, Tafsir Al-Hijri; Surat
AnNisa’. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Ma’luf, Louis. tt. al-Munjid Fi al-Lughah, Beirut: Der el-Masyriq.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Moleong, Lexy. J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurkancana, Wayan. dan Sunarta. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional.

Reason, P. and H. Bradbury.  2008. The Sage Handbook of Action Research:


Participative Inquiry and Practice. California: Sage.

Shihab, M. Quraish. 1997. Tafsir Al-Qur'an Al-Karim. Bandung: Pustaka Indah.

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Team Redaksi Buletin Lengkong Besar dari Mahasiswa untuk Pembebasan, Anak,
Mentalitas Bangsa dan Pendidikan Kekerasan, Badan Penerbitan Pers
Mahasiswa (BPPM), FISIP Universitas Pasundan, Bandung, Edisi 12 / Bln
IV / Thn 7 / 2004.

Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam. 1997. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Lampiran 1
Cantumkan Dokumen/Foto Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai