Anda di halaman 1dari 19

Tugas Pengetahuan Lingkungan pertemuan 8

Nama : Indrajaya wahyu dwi putra


NIM : 21050085
Kelas : Pengetahuan lingkungan B

Tugas: Carilah contoh pembuatan makalah analisis mengenai dampak lingkungan


(AMDAL)
Contoh makalah yang dibuat oleh universitas Tribhuwana tungga dewi Malang,
mengenai AMDAL
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan
hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”.

Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan


terima kasih setinggi-tingginya kepada yang terhormat kepada Bapak dan Ibu yang
sebagai pengajar mata kuliah Analisa Sosial Dan Lingukungan, Karena adanya
pihak-pihak tersebut, penulis dapat memacu untuk segera menyelenggarakan tugas
belajar ini.

Semoga makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada
umumnya dan guru pada khususnya. Setiap saran, kritik, dan komentar sangat
penulis harapkan untuk meningkatkan kualitas makalah semacam ini di masa
mendatang.

Malang 2015
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------1

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------2

BAB I PENDAHULUAN -----------------------------------------------------3

1.1. Latar Belakang -------------------------------------------------------------3

1.2. Tujuan Umum ---------------------------------------------------------------3

1.3. Perumusan Masalah ------------------------------------------------------4

BAB II PEMBAHASAN-----------------------------------------------------------5

2.1. Pengertian AMDAL -----------------------------------------------------------5

2.2. Kegunaan AMDAL ------------------------------------------------------------5

2.3. Prosedur AMDAL -------------------------------------------------------------6

2.4 Siapa Yang Menyusun Amdal ------------------------------------------------6

2.5 Pihak – Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdal ---------------------7

2.6 Apa yang dimaksud UKL dan UPL ?-----------------------------------------7

2.7 Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya?----8

2.8 Apa dampak dari lingkungan yang buruk -----------------------------------9


BAB III PEMECAHAN MASALAH----------------------------------------------10

3.1.Penyebab terjadinya banjir---------------------------------------------------10

3.2 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir-----------------------------10

3.3 Yang Harus dilakukan setelah banjir---------------------------------------10

BAB IV PENUTUP--------------------------------------------------------------------11

4.1 Kesimpulan---------------------------------------------------------------------11

4.2 Saran – saran-------------------------------------------------------------------11

DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AMDAL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 oleh National


Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun 1997
tentang pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP no 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Jika Indonesia mempunyai Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang harus dibuat jika seseorang ingin
mendirikan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan, Belanda pun mempunyai milieu effect apportage
disingkat m.e.r. Sebenarnya Indonesia dan Belanda bukanlah penemu sistem ini,
tetapi ditiru dari Amerika Serikat yang diberi nama Environmental Impact
Assesment (EIA). AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.

Pada dasarnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah


keseluruhan proses yang meliputi penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur
dalam PP nomor 27 tahun 1999 yang terdiri dari:

a. Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai


dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.

b. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara


cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha atau
kegiatan.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya penanganan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari
rencana usaha dan atau kegiatan.

d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya pemantauan


komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari
rencana usaha atau kegiatan.

1.2 Tujuan umum

Agar mahasiswa lebih memahami tentang pengetian,kegunaan dan bagian – bagian


amdal serta mengetahui bagaimana proses dari amdal tersebut dan dampak yang
diakibatkan oleh buruknya pengaturan lingkungan bagi manusia.

1.3 Perumusan Masalah

· Apakah yang di maksud dengan Amdal ?

· Apa Guna Amdal ?

· Bagaimana Prosedur Amdal ?

· Siapa Yang Menyusun Amdal ?

· Siapa Saja Pihak Yang terlibat Dalam Proses Amdal ?

· Apa yang dimaksud UKL dan UPL ?

· Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya ?

· Apa Dampak dari lingkungan yang buruk ?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Amdal

AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.


AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-
ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi
kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan).

Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah
salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib
mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan.
AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.
2.2 Kegunaan Amdal

A. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

B. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan


hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan

C. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan

D. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan


lingkungan hidup

E. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan

F. memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negative

G. digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin


usaha dan/atau kegiatan

2.3 Prosedur Amdal

A. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

B. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat

C. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

D. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau
kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan
apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala


BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana
kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi
masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat
terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.
Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk
menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses
pelingkupan).

Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan


dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di
luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan
kembali dokumennya.

Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan
RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil
penilaian Komisi AMDAL).

Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa
mengajukan dokumen ANDAL,RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL
untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian
ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

2.4 Siapa Yang Menyusun Amdal

Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.

Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan


untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah
memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar
minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 09/2000.
2.5 Pihak – Pihak yang terlibat dalam penyusunan amdal

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL,
pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan.

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.
Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat
Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi,
dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola
lingkungan hidup Kabupaten/Kota.

Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang


terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan
komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai
AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota.

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala


bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain
sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan,
faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada
lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya.

Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi


masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

2.6 Apa yang dimaksud UKL dan UPL ?

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang
tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL
diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak
kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.

UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk


pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan
atau kegiatan.

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan
menggunakan formulir isian yang berisi :

A. Identitas pemrakarsa

B. Rencana Usaha dan/atau kegiatan

C. Dampak Lingkungan yang akan terjadi

D. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

E. Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

· Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup


Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota

· Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup


Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
· Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
dan pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu
propinsi atau lintas batas negara.

2.7 Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya ?

I. AMDAL-UKL/UPL
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi
diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH
17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi
dalam pengelolaan limbahnya.
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib.
Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan
lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan
perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa
dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan
Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang
Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang
sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan
kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan
kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kegiatan
dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit
Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

II. AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela


Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya
menghendaki untuk meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup
dapat melakukan audit lingkungan secara sukarela yang merupakan alat
pengelolaan dan pemantauan yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan
tersebut dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan.
Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang
wajib AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban
penyusunan dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini
sangat didorong untuk disusun oleh pemrakarsa karena sifatnya akan sangat
membantu efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan sekaligus dapat
“memperbaiki” ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen AMDAL. Dokumen
lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat berguna
bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan luar
negeri. Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela,
dokumen-dokumen yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang
dipromosikan penyusunannya oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan lainnya.

2.8 Apa dampak dari lingkungan yang buruk

Salah satu dampak yang paling dirasakan oleh manusia apabila dalam
pelaksanaan amdal yang tidak memadai ( buruk ) adalah banjir.

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena
pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk
maupun menimbulkan korban jiwa.

Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan


nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan
yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh
faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air
laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan
lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan,
penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai,
pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.
BAB III

PEMECAHAN MASALAH

3.1 Penyebab terjadinya banjir

A. Curah hujan tinggi

B. Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.

C. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran


air keiuar sempit.

D. Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.

E. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di


pinggir sungai.

F. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.

3.2 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir

A. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.

B. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai


yang sering menimbulkan banjir.

C. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah


banjir.

D. Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan


sungai.

E. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.

F. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta


mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
3.3 Yang Harus dilakukan setelah banjir

A. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup


lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.

B. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare
yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.

C. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau
binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.

D. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dewasa ini kesadaran terhadap lingkungan hidup di negara indonesia semakin


membaik, walaupun masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara
lain,hal ini di butkikan dengan gencarnya isu-isu lingkungan yang mulai banyak
digembar gemborkan di media massa,salah satunya adalah tentang analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL) suatu kawasan. namun ironisnya sampai
saat sekarang masih banyak masyarakat yang masih belum mengerti AMDAL,
bahkan AMDAL yang notabene Tata cara penyusunannya telah diatur di dalam
(PermenLH no 08 tahun 2006 tentang pedoman penyusunan AMDAL) secara jelas,
seringkali penyusunan AMDAL hanya dengan meng-copy paste dari AMDAL
yang lainnya.

Dalam pelaksanaan penyusunan amdal,terdapat beberapa hal yang harus


diperhatikan, yaitu:

Penentuan kriteriawajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan


penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one
step scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut,maka wajib menyusun
UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
86 Tahun 2002

penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan


Permen LH NO. 08/2006

Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008


4.2 Saran – saran

A. Untuk menangulangi atau mencegah masalah banjir adalah :

B. Mengeruk sungai/kali dan saluran air yang ada di sekitar kita, sebaiknya
jangan nungguin pemerintah yang melakukan, percuma kalau ditungguin
kelamaan.

C. Membuat sumur resapan air di sekitar rumah kita

D. Membuat lubang-lubang biopori

E. Memperlebar dan merehabilitasi kali/sungai, untuk menambah kapasitas


sungai dalam menampung debit air

F. Jangan membuang sampah di sungai atau saluran air

G. Memperbaiki Amdal

Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia belum memiliki arah yang jelas,hal


ini dapat dilihat dari kurangnya komitmen pemimpin dan masyarakat bangsa ini
untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan lingkungan hidup. Sejak
pencanangan program pembangunan nasional, berbagai masalah lingkungan hidup
mulai terjadi. Masalah lingkungan hidup tersebut antara lain, adanya berbagai
kerusakan lingkungan, pencemaran di darat, laut dan udara, serta berkurangnya
berbagai sumber daya alam. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan ketersediaan sumber daya alam yang
ada serta kurang kesadaran akan pentingnya keberlangsungan lingkungan hidup
untuk generasi sekarang maupun masa depan.

Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu sistem yang terdiri dari lingkungan
sosial (sociosystem), lingkungan buatan (technosystem) dan lingkungan alam
(ecosystem) dimana ketiga subsistem ini saling berinteraksi (saling
mempengaruhi). Ketahanan masing-masing subsistem ini dapat meningkatkan
kondisi seimbang dan ketahanan lingkungan hidup, dimana kondisi ini akan
memberikan jaminan keberlangsungan lingkungan hidup demi peningkatan
kualitas hidup setiap makhluk hidup di dalamnya. Ketika salah satu subsistem di
atas menjadi superior dan berkeinginan untuk mengalahkan atau menguasai yang
lain maka di sanalah akan terjadi ketidakseimbangan. Contohnya adalah ketika
manusia dengan teknologi ciptaannya ingin memanfaatkan alam demi
kelangsungan hidup dan menyebabkan kerusakan pada lingkungan alam.

Eksploitasi alam tentu saja tidak dapat dicegah, karena sudah merupakan fitrah
manusia memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya. Tetapi tingkat kerusakan
akibat pemanfaatan alam ataupun pengkondisian kembali (recovery) alam yang
sudah dimanfaatkan merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya ketidakseimbangan. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan telaah secara mendalam mengenai kegiatan/usaha yang akan dilakukan
di lingkungan hidup sehingga dapat diketahui dampak yang timbul dan cara untuk
mengelola dan memantau dampak yang akan terjadi tersebut. Metode ini dikenal
juga dengan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) atau environmental
impact assessment.

Environmental impact assessment atau analisa mengenai dampak lingkungan


diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969 oleh National Environmental Policy
Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan PP No. 27 tahun1999 tentang Analisis mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.

A mdal merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. yang
dikaji dalam proses Amdal: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-
budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di
satu sisi merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini
dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul dari usaha
dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi
dampak negatif dan mengembangkan dampak positif
Pemerintah berkewajiban memberikan keputusan apakah suatu rencana kegiatan
layak atau tidak layak lingkungan. Keputusan kelayakan lingkungan ini
dimaksudkan untuk melindungi kepentingan rakyat dan kesesuaian dengan
kebijakan pembangunan berkelanjutan. Untukmengambil keputusan, pemerintah
memerlukan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, baik yang berasal dari
pemilik kegiatan/pemrakarsa maupun dari pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Informasi tersebut disusun secara sistematis dalam dokumen AMDAL. Dokumen
ini dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL untuk menentukan apakah informasi yang
terdapat didalamnya telah dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan
untuk menilai apakah rencana kegiatan tersebut dapat dinyatakan layak atau tidak
layak berdasarkan suatu kriteria kelayakan lingkungan yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Pemerintah.

Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan
atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa inilah yang berkewajiban
melaksanakan kajian AMDAL. Meskipun pemrakarsa dapat menunjuk pihak lain
(seperti konsultan lingkungan hidup) untuk membantu melaksanakan kajian
AMDAL, namun tanggung jawab terhadap hasil kajian dan pelaksanaan ketentuan-
ketentuan AMDAL tetap di tangan pemrakarsa kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet#205 Maret 2009


Marsono, Dj, 1992. Dampak Pelaksanaan Amdal Hak Pengusahaan Hutan. Buletin
Instiper Vol. 3. Nomor.1, Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Fandeli, Ch, 2004. Analisis Mengenai Dampak Linkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai