Anda di halaman 1dari 129

PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING ACTIVITY TERHADAP

REPURCHASE INTENTION PADA INDUSTRI E-COMMERCE

RESEARCH

2001878483 – Gilbert Nabasha


2001884284 – Hangestyo Bowo Leksono

BINUS BUSINESS SCHOOL


PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN BISNIS MANAJEMEN
BINUS UNIVERSITY
2021

i
PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING ACTIVITY TERHADAP

REPURCHASE INTENTION PADA INDUSTRI E-COMMERCE

RESEARCH

2001878483 – Gilbert Nabasha


2001884284 – Hangestyo Bowo Leksono

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar
Magister Management
Pada
BINUS BUSINESS SCHOOL
BINUS UNIVERSITY

ii
PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING ACTIVITY TERHADAP

REPURCHASE INTENTION PADA INDUSTRI E-COMMERCE

RESEARCH

2001878483 – Gilbert Nabasha


2001884284 – Hangestyo Bowo Leksono

Pembimbing :

Dr. Adilla Anggraeni


Tanggal : 08-01-2020

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Kami, Gilbert Nabasha – 2001878483 dan Hangestyo Bowo Leksono - 2001884284, menyatakan
dengan sebenar-benarnya bahwa tesis kami berjudul “PENGARUH SOCIAL MEDIA
MARKETING ACTIVITY TERHADAP REPURCHASE INTENTION PADA INDUSTRI E-
COMMERCE” adalah merupakan gagasan dan hasil penelitian kami sendiri dengan bimbingan
Dosen Pembimbing. Kami juga menyatakan dengan sebenarnya bahwa isi tesis ini tidak
merupakan jiplakan dan bukan pula dari karya orang lain, kecuali kutipan dari literatur dan atau
hasil wawancara tertulis yang kami acu dan telah kami sebutkan di daftar pustaka. Demikian
pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan kami bersedia menerima sanksi apabila ternyata
pernyataan kami ini tidak benar.

Jakarta, 08 / 01 / 2021

Yang menyatakan

Gilbert Nabasha – 2001878483


Hangestyo Bowo Leksono – 2001884284

iv
PERNYATAAN

Dengan ini kami,

Nama : Gilbert Nabasha, Hangestyo Bowo Leksono

NIM : 2001878483, 2001884284

Judul Tesis : PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING ACTIVITY TERHADAP


REPURCHASE INTENTION PADA INDUSTRI E-COMMERCE

Memberikan kepada Universitas Bina Nusantara hak non-eksklusif untuk menyimpan,


memperbanyak, dan menyebarluaskan tesis kami, secara keseluruhan atau hanya sebagian atau
hanya ringkasannya saja, dalam bentuk format tercetak dan atau elektronik. Menyatakan bahwa
kami, akan mempertahankan hak exclusive kami, untuk menggunakan seluruh atau sebagian isi
tesis kami, guna pengembangkan karya di masa depan, misalnya dalam bentuk artikel, buku,
perangkat lunak, ataupun sistem informasi.

Jakarta, 08 / 01 / 2021

Gilbert Nabasha, Hangestyo Bowo Leksono

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta kasih
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis ini. Penelitian tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Manajemen. Kami menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan penelitian tesis ini, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan penelitian tesis
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Adilla Anggraeni, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk memberi pengarahan, diskusi dan bimbingan serta persetujuan sehingga penelitian
tesis ini ini dapat selesai dengan baik.
2. Willy Gunadi, S.Kom., M.M., Ph.D, selaku ketua Business Management Master Program
yang telah memberikan saran-sarannya sehingga tesis ini dapat selesai.
3. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan bantuan dukungan material dan
moral.
4. Rekan-rekan mahasiswa Bina Nusantara yang telah membantu dan memberikan semangat
kepada kami dalam menyelesaikan penelitian tesis ini.

Akhir kata, penulis menyadari dalam penulisan penelitian tesis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Besar harapan penulis agar penelitian tesis ini dapat menambah wawasan pengetahuan
serta bermanfaat bagi berbagai pihak dikemudian hari.

Jakarta, 08 Januari 2021

Penulis

vi
ABSTRAK

Perkembangan internet yang semakin bertambah tiap tahunnya. Perkembangan internet di


Indonesia di tahun 2018 bertambah sebanyak 27,91 juta (10,12%) atau bertambah dari data
tahun 2017 menjadi 171,18 juta jiwa. Artinya penetrasi pengguna internet di tanah air
meningkat menjadi 64,8% dari total penduduk yang mencapai 264,16 juta jiwa. Perkembangan
internet di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan e-commerce dimana Indoensia tercatat
nomor 1 di dunia pada tahun 2018 sebesar 78%. Pertumbuhan e-commerce tentunya membuat
masing- masing perusahaan memiliki strategi untuk menawarkan produk dan jasa yang mereka
miliki. Harapan strategi yang dilakukan perusahaan membuat konsumen melakukan pembelian
kembali terhadap produk dan jasa yang mereka tawarkan sehingga dengan komunikasi dan
hubungan dengan pelanggan terjaga. Kesalahan dalam pemilihan strategi tentunya dapat
menimbulkan kerugian yang sangat besar. Salah satu strategi yang digunakan untuk
memasarkan produk dan jasa e-commerce di Indonesia yaitu menggunakan strategi social
media marketing activity terhadap repurchase intention. Dengan adanya persaingan strategi
social media marketing activity maka penelitian ini akan melihat secara empiris dampak social
media activity marketing pada e-commerce menggunakan metode SEM. Metode SEM ini
mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu dapat melihat indikator pembentuk suatu variabel, dapat
langsung mengetahui validitas dan reliabilitas data. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
customer relationship tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap repurchase intention secara
langsung namun menunjukkan hubungan positif yang kuat dan signifikan antara social media
marketing activities terhadap brand equity sebagai mediasi terhadap repurchase intention
sehingga brand equity menjadi faktor utama dan terbesar yang mempengaruhi repurchase
intention. Dalam penelitian ini perusahaan dapat mengambil manfaat dalam meningkatkan
beberapa faktor penting dalam perusahaan terutama repurchase intention yang menjadi
pembahasan utama dalam penelitian ini pada industri e-commerce sehingga perusahaan dapat
mengambil gambaran terhadap kondisi e-commerce di Indonesia

Kata Kunci : social media activity marketing, repurchase intention, Metode SEM, E-
commerce, brand equity, customer relationship

vii
DAFTAR ISI

JUDUL TESIS..................................................................................................................................i
PERNYATAAN TESIS .................................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................................iii
PERNYATAAN ORIGINALITAS................................................................................................iv
PERNYATAAN EKSLUSIFITAS..................................................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................................................vi
ABSTRAK....................................................................................................................................vii
DAFTAR ISI................................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................xii
BAB I...............................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................7
1.3. Pembatasan Masalah.........................................................................................................9
1.4. Pertanyaan Penelitian........................................................................................................9
1.5. Tujuan Penelitian............................................................................................................10
1.6. Manfaat Penelitian..........................................................................................................11
1.7. Sistematika Penulisan.....................................................................................................13
BAB II...........................................................................................................................................15
2.1. E-commerce....................................................................................................................15
2.2. Social Media...................................................................................................................17
2.3. Social Media Marketing..................................................................................................19
2.3.1 Entertaiment................................................................................................................20
2.3.2 Interaction...................................................................................................................21
2.3.3 Trendiness...................................................................................................................21
2.3.4 Customization..............................................................................................................22
2.4. Brand Equity...................................................................................................................23
2.4.1 Brand Awareness.........................................................................................................24

viii
2.4.2 Brand Association.......................................................................................................25
2.4.3 Brand Loyalty..............................................................................................................26
2.4.4 Perceived quality.........................................................................................................27
2.5. Customer Relationship....................................................................................................27
2.6. Repurchase Intention......................................................................................................29
2.7. Penelitian Sebelumnya....................................................................................................30
2.8. Hipotesa Penelitian.........................................................................................................34
2.9. Model Penelitian.............................................................................................................37
BAB III..........................................................................................................................................38
4.1 Desain Penelitian.............................................................................................................38
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian......................................................................................39
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................................40
4.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................................................41
3.5 Skala pengukuran............................................................................................................48
3.6 Structural Equation Modeling........................................................................................49
BAB IV..........................................................................................................................................53
4.1 Identitas Responden........................................................................................................53
4.2 Model Penelitian.............................................................................................................59
4.3 Confirmatory Factor Analysis........................................................................................61
4.4 Reliabilitas......................................................................................................................72
4.5 Goodness of Fit...............................................................................................................73
4.6 Uji Normalitas.................................................................................................................76
4.7 Squared Multiple Correlation.........................................................................................81
4.8 Analisis Koefisien Jalur..................................................................................................83
4.9 Uji Hipotesis...................................................................................................................84
4.10 Pembahasan.....................................................................................................................86
BAB V...........................................................................................................................................98
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................98
5.2 Implikasi Manajerial.....................................................................................................100
5.3 Batasan Penelitian.........................................................................................................104
5.4 Saran..............................................................................................................................105

ix
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................107

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Pengguna Internet di Indonesia (1998-2018)………………………………………………………………………1

Gambar 1. 2 Sepuluh Negara dengan Pertumbuhan e-commerce Tercepat…………………………………………….

Gambar 1. 3 Statistik kunjungan dan ranking aplikasi mobile untuk e-commerce Indonesia….……………….4

Gambar 1. 4 Platform Social media Paling Aktif di Indonesia ……….………………………..………………………………5

Gambar 1. 5 Persentase Tujuan Penduduk Indonesia Mengakses Internet 2019…….………………………………7

Gambar 1. 6 Belanja Iklan e-commerce periode januari - november 2019………………………………………………8

Gambar 2.1 Model Penelitian………………………………………………………………………………………………………………..35

Gambar 4.1 Identitas Gender………………………………………………………………………………………………………………..53

Gambar 4.2 Identitas Usia……………………………………………………………………………………………………………..…..….54

Gambar 4.3 E-commerce…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…...…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..55

Gambar 4.4 Social media………………………………………………………………….………………………………..…..…….………56

Gambar 4.5 Konsumen E-commerce…………………………………………………………………………………….………..…..…57

Gambar 4.6 Followers Akun Resmi……………………………………………………………………………………….…………..….58

Gambar 4.7 Identitas Pekerjaan……………………………………………………………………………………………….…..…..…59

Gambar 4.8 Full Model……………………………………………………………………………………………………….………..…..…60

Gambar 4.9 CFA Sosial Media Marketing…………………………………………………………………………….……………….63

Gambar 4.10 CFA Customer Relationship……………………………………………………………………………….…………….66

Gambar 4.11 CFA Brand Equity…………………………………………………………………………………………….……..…..….68

Gambar 4.12 CFA Repurchase Intention………………………………………………………………………………….……………71

Gambar 4.13 Goodness of Fit Test…………………………………………………………………………………………………….….75

Gambar 4.14 Modification Model…………………………………………………………………………………………….……..…..79

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu………………………………………………………………………………………………………………30

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel……………………………………………………………………………………………………….42

Tabel 4.1 Standardized Regression Weights: Social Media Marketing……………………………………………………64

Tabel 4.2 Standardized Regression Weights: Customer Relationship…………………………………………………….67

Tabel 4.3 Standardized Regression Weights: Brand Equity………………………………………………….……………….69

Tabel 4.4 Standardized Regression Weights: Brand Equity………………….……………………….………………………71

Tabel 4.5 Reliability………………….…………………….…………………….…………………….…………………….……….……….73

Tabel 4.6 Goodness of Fit Index……………………….……………………….………………………………………………….….…76

Tabel 4.7 Mahalanobis……………………….……………………….……………………….……………………….……………………77

Tabel 4.8 Outliers……………………….……………………….……………………….……………………….……………………….…. 77

Tabel 4.9 Model Fit Indices……………………….……………………….……………………….……………………….…………….78

Tabel 4.10 Modification……………………….……………………….……………………….……………………….…………………80

Tabel 4.11 Squared Multiple Correlation……………………….……………………….……………………….…………….….82

Tabel 4.12 Standardized Direct Effects……………………….……………………….……………………….……………………83

Tabel 4.13 Regression Weights……………………….……………………….……………………….……………………….………84

Tabel 4.14 Hasil Hipotesis………………….………………………...……………………….………………………….………………86

xii
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang

Menurut Supriyanto (2006) Internet adalah suatu hubungan antara berbagai jenis

komputer dan juga dengan jaringan di dunia yang punya sistem operasi dan juga aplikasi yang

berbeda-beda, dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan perangkat komunikasi

semacam telepon dan satelit yang memakai protokol standar dalam melakukan hubungan

komunikasi. Saat ini perkembangan internet mengalami kemajuan yang sangat signifikan

sehingga mengubah sebagian besar cara hidup dan aktivitas manusia sehari-hari [ CITATION Coh18

\l 1033 ]. Dalam perkembangannya, internet sebagai media yang digunakan oleh setiap orang

untuk mendapatkan informasi berhasil menghadirkan layanan-layanan yang dapat mendukung

kegiatan masyarakat dan bisnis sehingga penggunaan internet sendiri menjadi sangat tinggi

[CITATION Rio19 \l 1033 ].

Gambar 1. 1 Pengguna Internet di Indonesia (1998-2018)

Sumber : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) (2019)

1
Dengan perkembangan internet yang semakin bertambah tiap tahunnya di Indonesia kita

dapat melihat gambar penggunaaan internet yang diambil dari hasil survei APJI dan Polling

Indonesia, jumlah pengguna internet di Indonesia di tahun 2018 bertambah sebanyak 27,91 juta

(10,12%) atau bertambah dari data tahun 2017 menjadi 171,18 juta jiwa. Artinya penetrasi

pengguna internet di tanah air meningkat menjadi 64,8% dari total penduduk yang mencapai

264,16 juta jiwa. [ CITATION Aso19 \l 1033 ].

Semakin bertambahnya pengunaan internet di Indonesia mulai dilirik oleh sektor

perdagangan dengan munculnya perdagangan elektronik [CITATION Rio19 \l 1033 ]. Perdagangan

elektronik atau sering disebut sebagai e-commerce sudah dimulai pada tahun 1995 membuat

perubahan preferensi belanja konsumen yang awalnya dari toko fisik konvensional menjadi toko

online [ CITATION Sah15 \l 1033 ].

Gambar 1. 2 Sepuluh Negara dengan Pertumbuhan e-commerce Tercepat

Sumber : Databoks.katadata.co.id mengutip dari Merchant Machine (2019)

Melihat penggunaan internet yang semakin banyak mengakibatkan penggunaan e-

commerce di Indonesia sendiri menjadi sangat tinggi dan terus meningkat, terlihat pada gambar

di atas. Menurut riset dari Merchant Machine, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan e-

2
commerce tercepat nomor 1 di dunia. Indonesia memiliki pertumbuhan e-commerce sebesar 78%

pada 2018.

Saat ini terdapat banyak jenis e-commerce di Indonesia diantaranya e-commerce

pengiklanan, e-commerce market/marketplace, e-commerce shopping mall, e-commerce social

media, dan e-commerce online shop. e-commerce market/marketplace merupakan salah satu

jenis e-commerce yang sukses diterapkan di Indonesia. e-commerce market/marketplace

bertujuan menjembatani transaksi antara penjual dengan konsumen sehingga proses jual beli

dirasa lebih aman. Marketplace juga memberikan kesempatan untuk seller mengiklankan

produknya di lapak yang telah disediakan.

Gambar 1. 3 5 Statistik kunjungan dan ranking aplikasi mobile untuk e-commerce

Indonesia

Sumber : [CITATION iPr19 \l 1033 ]

3
Menurut data statistic diatas yang disajikan [CITATION iPr19 \l 1033 ] mengutip dari iprice

insight, Shopee merupakan e-commerce yang paling banyak dikunjungi bulanan yaitu sebanyak

72.973.300 pengunjung berdasarkan traffic di browser (desktop dan mobile). Disusul pada urutan

kedua oleh Tokopedia dengan total kunjungan bulanan sebesar 67.900.000 pengunjung,

Bukalapak dengan total kunjungan bulanan sebesar 39.263.300 pengunjung, Lazada dengan total

kunjungan bulanan sebesar 28.383.300 pengunjung dan diposisi ke 5 ada Blibli dengan total

kunjungan bulanan sebesar 26.863.300 pengunjung.

Berdasarkan data pengunjung e-commerce di Indonesia membuat adanya persaingan

bisnis antar platform. Tingginya persaingan membuat masing-masing e-commerce harus

memiliki strategi yang tepat agar dapat terus dipilih dan digunakan oleh konsumen. Salah satu

cara yang dapat digunakan oleh e-commerce adalah menerapkan strategi marketing yang baik

seperti iklan pada media offline maupun online sehingga meningkatkan jumlah pengguna

aplikasinya. Salah satu strategi marketing yang digunakan adalah social media marketing

activity. Social media marketing activity ialah strategi marketing secara online yang

menggunakan konteks kultural dari komunitas sosial meliputi jejaring sosial, dunia virtual, situs

berita sosial, dan situs berbagi pendapat sosial untuk tujuan komunikasi [ CITATION Mil18 \l 1033 ] .

Social media marketing activity dapat dilakukan pada beberapa platform social media seperti:

Instagram, Facebook, Twitter, LinkedIn dan Youtube.

4
Gamb

ar 1.4 Platform Social media Paling Aktif di Indonesia

Sumber : Hootsuite (2019)

Kehadiran e-commerce di social media memiliki beberapa keuntungan bagi e-commerce

seperti meningkatkan penjualan, nilai brand, menyalurkan informasi tentang brand serta

menciptakan customer relationship.

Hadirnya e-commerce di social media dianggap lebih tulus kepada konsumen dalam

mengkomunikasikan suatu brand sehingga konsumen cenderung memilih brand yang tidak asing

dari mereka [ CITATION Ash17 \l 1033 ]. Pengunaan social media marketing activity diharapkan

dapat membantu mencapai beberapa tujuan penting perusahaan seperti membangun brand

equity. Brand equity penting untuk dibangun oleh e-commerce karena dengan brand yang kuat

akan membantu meningkatkan penjualan [CITATION Uth11 \l 1033 ], meningkatkan loyalitas

konsumen [CITATION Ema12 \l 1033 ] dan meningkatkan competitive advantage [ CITATION Bek16 \l

1033 ] agar dapat bersaing dengan kompetitor yang ada. Social media marketing activity akan

meningkatkan brand equity dengan cara berinteraksi, memberikan dan membagikan informasi

5
terbaru dan memberikan konten hiburan yang positif [ CITATION Kim12 \l 1033 ]. Penambahan

brand equity perusahaan akan menumbuhkan nilai pada benak masyarakat sesuai dengan apa

yang dipersepsikan, dirasakan, dan apa yang ada pada memori masyarakat [ CITATION Put18 \l

1033 ].

Selain mempengaruhi brand equity, social media marketing activity juga merupakan

salah satu faktor yang dapat meningkatkan komunikasi antara perushaan dengan konsumen. Hal

ini menuntut perusahaan untuk selalu memiliki customer relationship yang baik dengan

konsumen. Customer relationship sangat penting untuk dibangun oleh perusahaan agar dapat

meningkatkan competitive advantages[CITATION nve19 \l 1033 ]. Dengan social media marketing

activity perusahaan dapat dengan mudah menjalin customer relationship dengan cara melakukan

komunikasi dua arah dengan konsumen, menyediakan tempat kepada konsumen untuk berdiskusi

serta menerima kritik dan ulasan dari konsumen[ CITATION Alv16 \l 1033 ]. Sarana komunikasi

tersebut akan membuat konsumen menjadi mengerti dan sadar akan nilai tambah dari suatu e-

commerce. Proses terjadinya hubungan konsumen itu terjadi pada saat calon pembeli melakukan

aktivitas di social media maupun e-commerce. Sangat penting bagi e-commerce untuk

membangun customer relationship yang positif karena dapat memberikan kontribusi baik

terhadap kepuasan konsumen. Keberhasilan membangun customer relationship dapat dievaluasi

melalui trust dan intimacy.

Social media marketing activity (Savitri, et al, 2016) , customer relationship (Gautam &

Sharma, 2017; Kim & Ko, 2010; Hakim, Susanti, & Ujianto, 2017) dan brand equity (Pitaloka

dan Gumanti, 2019) merupakan faktor – faktor mempengaruhi repurchase intention. Repurchase

intention adalah keinginan untuk membeli kembali suatu produk pada brand tertentu.

Repurchase intention sangat penting bagi perusahaan agar dapat meningkatkan keuntungan.

6
Berdasarkan riset, 5% dari pembelian kembali pelanggan dapat meningkatkan keuntungan

perusahaan mulai dari 25-85 % (Pitaloka dan Gumanti, 2019). Repurchase intention dipengaruhi

oleh promosi seperti yang disampaikan oleh Kotler & Amstrong (2012, p.221) salah satu tujuan

promosi adalah reminding (mengingatkan) pada konsumen terhadap merek perusahaan. Banyak

promosi yang dapat dilakukan melalui sosial media. Faktor penting dalam meningkatkan minat

beli ulang adalah dengan membuat konsumen mengingat kembali suatu merek atau produk

dengan bantuan media promosi di social media.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, terlihat bahwa

pertumbuhan e-commerce di Indonesia meningkat sangat tinggi, hal ini tentunya membuat

masing- masing perusahaan memiliki strategi untuk menawarkan produk dan jasa yang mereka

miliki. Kesalahan dalam pemilihan strategi tentunya dapat menimbulkan kerugian yang sangat

besar bahkan tidak menutup kemungkinan untuk bangkrut.

Gambar 1.5 : Persentase Tujuan Penduduk Indonesia Mengakses Internet 2019

Sumber : https://www.bps.go.id/

7
Berdasarkan gambar 1.5, 87,20% penggunaan internet di Indonesia bertujuan untuk

menggunakan social media . Melihat tingginya intensitas penggunaan internet untuk social

media membuat strategi social media marketing activity menjadi sangat relevan. Strategi social

media marketing activity seperti berkomunikasi, memberikan informasi dengan konsumen,

memasang iklan, promosi maupun berkolaborasi di social media.

900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Shopee blibli.com Traveloka Misteraladin.com Tokopedia

E-commerce

Gambar 1. 6 Belanja Iklan e-commerce periode januari - november 2019

Sumber :[ CITATION Ads19 \l 1033 ]

Di Indonesia sendiri strategi social media marketing activity telah di lakukan oleh banyak

e-commerce , hal ini terlihat dari gambar 1.6 besarnya belanja iklan yang di lakukan oleh e-

commerce di social media . Strategi social media marketing activity juga masih menjadi kajian

hangat yang masih banyak dibahas dalam tataran penerapan marketing karena penerapan social

media marketing activity dapat memberikan hasil yang sangat mendetail dan kompleks.

Tidak hanya itu, Social media marketing activitydikatakan dikatakan dapat

meningkatkan brand equity seperti menciptakan bBrand awareness, bBrand association,

8
pPerceived quality, dan bBrand loyalty; serta menciptakan customer relationship seperti trust

dan intimacy; dan re purchase intention.

Maka dari itu, mMelihat besarnya social media marketing activity yang dilakukan oleh e-

commerce tentunya menimbulkan pertanyaan seberapa besar pengaruh social media marketing

activity yang diterima perusahaan e-commerce terhadap brand equity, customer relationship dan

repurchase intention . Maka dari itu sangat penting bagi e-commerce untuk memperhatikan

strategi social media marketing activity mereka guna membangun brand equity yang kuat dan

customer respond yang baik. Untuk mengetahui itu dibutuhkan rumusan penelitian sebagai

berikut Juga seberapa besar pengaruh brand equity dan customer relationship dari suatu

perusahaan e-commerce terhadap repurchase intention.

:ika social media marketing activity dianggap berpengaruh terhadap brand equity , maka

seharusnya jika e-commerce mengimplementasikan social media makerting activity dengan baik

maka akan memberikan dampak positif terhadap brand equity.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa batasan penelitian untuk mengurangi bias pada

permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Penelitian ini hanya akan membatasi pembahasan

tentang e-commerce marketplace, social media marketing activity, brand equity, customer

relationship dan repurchase intention yang berada di Indonesia. Agar penelitian ini tepat sasaran

pemilihan responden juga difokuskan kepada pengguna e-commerce yang memiliki sosial media

dan telah melakukan pembelian di e-commerce dalam waktu 3 bulan terakhir. Bahasan lain yang

berada di luar ini tidak akan dimasukkan dalam pembahasan penelitian.

9
1.4. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi

pertanyaan penelitian yaitu:

1. Apakah social media marketing activity memberikan pengaruh terhadap brand equity

pada e-commerce di Indonesia?

2. Apakah social media marketing activity memberikan pengaruh terhadap customer

relationship pada e-commerce di Indonesia?

3. Apakah social media marketing activity memberikan pengaruh terhadap repurchase

intention pada e-commerce di Indonesia?

4. Apakah brand equity memberikan pengaruh terhadap repurchase intention pada e-

commerce di Indonesia?

5. Apakah customer relationship management dari e-commerce memberikan pengaruh

terhadap repurchase intention pada e-commerce di Indonesia?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka penelitian ini

memiliki tujuan utama, yaitu untuk menyelidiki secara empiris dampak social media activity

marketing pada e-commerce. Selain itu melalui penelitian ini diharapkan kami bisa memberikan

saran dan masukan kepada manajemen perusahaan khususnya pada e-commerce mengenai hal-

hal berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh social media marketing activity terhadap brand equity pada

e-commerce di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh social media marketing activity terhadap customer

relationship pada e-commerce di Indonesia.

10
3. Untuk mengetahui pengaruh social media marketing activity terhadap repurchase

intention pada e-commerce di Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh brand equity terhadap repurchase intention pada e-

commerce di Indonesia.

5. Untuk mengetahui pengaruh customer relationship terhadap repurchase intention pada e-

commerce di Indonesia.

Pada akhirnya kami berharap melalui hasil penelitian ini, perusahaan khususnya yang

bergerak pada perusahaan e-commerce memiliki pilihan alternatif solusi dalam usaha untuk

meningkatkan repurchase intention mereka melalui social media marketing activity.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantanya adalah :

1. Bagi e-commerece

Melalui penelitian ini diharapkan perusahaan e-commerce bisa mendapatkan manfaat

untuk meningkatkan brand equity, customer relationship dan repurchase intention pada

perusahaan mereka dan juga penelitian ini dapat memberi gambaran secara jelas sejauh

apa hubungan social media marketing activity terhadap brand equity, customer

relationship dan repurchase intention.

2. Bagi akademisi

Melalui penelitian ini diharapkan memberi kontrubusi ilmiah pada kajian tentang social

media marketing activity. Kajian tentang social media marketing activity memang sudah

11
cukup beragam, namun baru sedikit riset yang secara spesifik fokus pada industri e-

commerce. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan mampu menyediakan referensi baru

tentang pengaruh social media marketing activity pada industri e-commerce.

3. Bagi pembaca maupun praktisi social media marketing

Melalui penelitian ini diharapkan pembaca mendapatkan referensi terkait pengaruh Sosial

Media Marketing Activity pada e-commerce terhadap brand equity dan repurchase

intention secara langsung di Indonesia.

12
1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk memberikan gambaran dari permasalahan pokok yang

digambarkan dalam uraian ringkas pada masing-masing bab. Adapun sistematika penulisan ini

sebagai berikut:

BAB I: LATAR BELAKANG

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kumpulan dari teori yang berhubungan dengan penelitian dan dijadikan

dasar untuk penelitian. Pada landasan teori dijelaskan lebih dalam mengenai variable, metode

yang dipakai dan informasi yang berhubungan dengan penelitian lainnya,

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi desain penelitian yang menggambarkan alur penelitian, metode yang dipilih

untuk menyelesaikan permasalahan, populasi dan sampel yang digunakan, sumber data

diperoleh, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, dan pengukurannya, analisis data, dan

pengujian hipotesis.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini menyajikan proses analisis data dan temuan penelitian. Kemudian pada akhir bab

akan menjelaskan tentang hasil data dan representasinya, Pada bab ini juga terdapat jawaban atas

hipotesis yang telah dinyatakan pada bab sebelumnya.

13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini ialah akhir atau penutup dari penelitian. Pada bab ini dirangkum kesimpulan

mengenai isi dari keseluruhan penelitian. Kemudian bab ini juga memaparkan saran untuk

perusahaan berdasarkan hasil dari penelitian ini.

14
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. E-commerce

Electronic Commerce atau biasa disebut E-commerce yaitu suatu transaksi online untuk

membeli atau menjual barang dagangan dan layanan. E-commerce saat ini sudah diadopsi oleh

hampir semua industry, yang dimana perdagangan elektronik memperkaya cara manajer

melakukan transaksi bisnis serta mengelola organisasi mereka. [CITATION Placeholder2 \l 1033 ]

Menurut Habibi & Hajati (2015), E-commerce adalah bisnis tanpa kertas. Dengan E-

commerce, pertukaran informasi untuk pembelian, penjualan dan transportasi barang dapat

dilakukan dengan lebih mudah. E-commerce juga membuat hubungan antara perusahaan dan

semua entitas terkait menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Dapat dikatatakan bahwa E-

commerce adalah jembatan antara pusat komersial, pembeli dan penjual.

Sedangkan menurut Sheikh & Bast (2015) E-commerce adalah fenomena yang

menyediakan tempat untuk iklan, produksi, distribusi, dan penjualan barang dan jasa melalui

jaringan yang membutuhkan telekomunikasi. E-commerce ialah pertukaran informasi yang

dimediasi secara elektronik antara perusahaan dan pemangku kepentingan eksternal. E-

commerce dari sisi pembelian adalah interaksi antara organisasi dengan pemasoknya sedangkan

E-commerce dari sisi penjualan adalah interaksi antara organisasi dan pelanggannya.

Pada peningkatan persaingan dan dominasi negara ekonomi serta kebijakan akan

dipengaruhi oleh penggunaan E-commerce. Penggunaan E-commerce sendiri semakin tidak

dapat dihindari karena memberikan banyak manfaat, namun seperti yang dikutip dari Habibi &

Hajati (2015) ada beberapa kelebihan dan kekurangan menggunakan E-commerce yaitu:

15
 Kurangnya broker

 Komunikasi dan layanan yang lebih baik kepada pelanggan

 Mengurangi biaya barang internasional

 Pengiriman cepat produk ke pelanggan

 Kewirausahaan dalam jangka panjang

 Penghematan biaya

 Kemudahan berbisnis

 Informasi yang cepat dan tepat waktu

 Meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat

 Memperpendek waktu pengiriman

 Potensi dampaknya pada hubungan sosial dan hilangnya komunikasi tatap muka.

Menurut pendapat Khan (2016) E-commerce juga menghadirkan beberapa tantangan

utama baik bagi penjual maupun pembeli diantaranya seperti:

 Perusahaan swasta dan publik tidak terlibat bersama untuk menumbuhkan bisnis E-

commerce. Sedangkan inisiatif bersama antara swasta dan publik diperlukan untuk

mengembangkan bisnis e-niaga. Inisiatif bersama membawa kredibilitas di dalam diri

orang, yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis E-commerce.

 Tidak adanya keamanan sistem, keandalan, standar, dan beberapa protokol komunikasi.

Masalah paling umum dari situs E-commerce adalah tidak memiliki keamanan cyber

yang cukup.

16
 Lembaga keuangan dan perantara: pedagang memerlukan keterlibatan bank untuk

memperluas jangkauan dan daya tarik e-niaga dan membantu mencegah penipuan dan

potensi kerugian yang diakibatkan oleh penipuan kartu kredit.

 Di negara-negara berkembang terdapat budaya pembelian produk dengan menegosiasikan

harga dengan penjual, yang tidak mudah dilakukan pada e-commerce di negara-negara

berkembang karena kurangnya fasilitas infrastruktur.

 Mengurangi harga internet. Tingginya biaya perataan jaringan internet dan biaya

operasional jadi kendala besar untuk menekan harga bagi internet.

 Ketika sistem hukum dan peradilan tidak dikembangkan, transaksi berbasis e-commerce

berada pada posisi yang kurang menguntungkan karena kurangnya keamanan baik nyata

maupun yang dirasakan. Di banyak negara berkembang bahkan saat ini pembayaran tunai

merupakan sistem yang paling dipilih, sedangkan cek dan kartu kredit masih sulit

diterima.

 Metode baru untuk melakukan transaksi, instrumen baru, dan penyedia layanan baru akan

memerlukan definisi hukum, pengakuan, dan izin.

Dari pendapat yang telah dikumpulkan diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa

electronic commerce atau biasa disebut E-commerce merupakan tempat pertukaran informasi

untuk kegiatan pembelian, penjualan dan transportasi barang dengan memanfaatkan internet.

Kemudian E-commerce juga menyediakan tempat untuk beriklan, produksi, distribusi, dan

penjualan barang ataupun jasa. Serta E-commerce juga banyak dimanfaatkan sebagai sumber

informasi untuk membandingkan harga atau melihat produk terbaru yang sedang ditawarkan.

17
2.2. Social Media

Sosial Media adalah aplikasi berbasis internet yang memungkinkan pengembangan,

konsumsi, dan berbagi konten buatan pengguna. Aplikasi ini telah menciptakan banyak peluang

untuk membuat konten pribadi, membagikannya, dan bertukar gagasan dalam kerangka kerja

interaktif, yang mengambil bentuk berbeda, dari blog, wiki, microblogging, dan situs web

jejaring sosial umum [ CITATION Vin17 \l 1033 ].

Menurut Whiting & Deshpande (2016) sosial media adalah suatu gambaran kegiatan

praktik dan perilaku di antara komunitas orang yang berkumpul secara online untuk berbagi

informasi, pengetahuan, dan pendapat menggunakan media percakapan aplikasi berbasis web.

Sosial Media ini biasa digunakan untuk membuat dan mengirimkan konten secara mudah baik

dalam bentuk kata-kata, gambar, video, maupun audio.

Sedangkan menurut Alhaddad (2015) Sosial Media adalah sebuah fenomena yang telah

menarik banyak perhatian baik dari organisasi maupun individu yang berinteraksi di jaringan

sosial media. Sosial Media juga telah mengubah komunikasi tradisional yang dapat

memungkinkan konsumen untuk membuat pengaruh positif maupun negatif.

Pada saat ini banyak platform besar social media yang telah dikembangkan untuk

memuluskan kemajuan berbagi informasi dan generasi konten dalam konteks online, diantara

adalah:

1. Facebook  menurut Clement (2020) Facebook memiliki lebih dari 1.69 miliar pengguna di

seluruh dunia, dan saat ini telah menjadi aplikasi komunikasi universal. karena

popularitasnya banyak media tradisional menggunakannya untuk berkomunikasi dengan

18
audiens mereka. Pada saat yang sama Facebook sekarang menjadi platform penting untuk

promosi dan komunikasi publik.

2. Instagram  menurut Al-Kandari , Al-Hunaiyyan & Al-Hajri (2016) bahwa instagram

adalah social media untuk berbagi foto dan video yang mudah digunakan, dengan hanya

pengunduhan, memilih nama pengguna dan kata sandi kemudian dapat memposting gambar

yang diinginkan serta pengguna Instagram dapat mengupload posting yang diambil secara

instan atau foto yang telah ada di ponsel.

3. Twitter  menurut Lin (2019) twitter saat ini memiliki lebih dari 300 juta pengguna

terdaftar. Pengguna twitter dapat memposting pesan pendek kurang dari dari 140 karakter

yang disebut "tweets" dan juga dapat menyisipkan foto, video, dan tautan ke tweet mereka.

4. Youtube  menurut Alexa (2019) youTube adalah platform sosial media untuk melihat

video serta gabungan pilihan hiburan tradisional televisi, musik, dan film. Youtube

merupakan sosial media di urutan kedua yang paling banyak dikunjungi di dunia setelah

Google.

2.3. Social Media Marketing

Social Media Marketing ialah sebuah strategi dengan memanfaatkan social media untuk

kepentingan marketing perusahaan. Social Media Marketing didefinisikan sebagai alat

pemasaran baru, yang mendorong perhatian dan partisipasi tinggi dari konsumen melalui social

media [ CITATION Jar14 \l 1033 ].

Menurut Karman (2015) Social Media Marketing didefinisikan sebagai suatu proses

strategis dan metode untuk membangun pengaruh, reputasi, serta merek di dalam komunitas

pelanggan potensial, pembaca, maupun pendukung. Kemudian Social Media Marketing juga

19
dapat menawarkan banyak peluang untuk membantu mencapai tujuan bisnis [ CITATION Gun11 \l

1033 ].

Tujuan paling umum dari Social Media Marketing menurut Gunelius (2011), yaitu:

1. Relationship Building: kemampuan untuk membangun hubungan dengan konsumen

yang terlibat secara aktif, teman sebaya, dan yang lainnya.

2. Brand Building: Percakapan yang terjadi didalam sosial media adalah langkah awal

yang baik bagi perusahaan untuk meningkatkan Brand Awareness, meningkatkan

Brand Recognition dan Recall, serta meningkatkan Brand Loyalty.

3. Publicity: Social Media Marketing menyediakan tempat dimana perusahaan dapat

berbagi informasi dengan para konsumennya.

4. Promotion: Perusahaan dapat memberikan diskon eksklusif dan kesempatan bagi

konsumen dengan menggunakan sosial media marketing untuk membuat konsumen

merasa dihargai dan khusus, serta untuk memenuhi tujuan jangka pendek.

5. Market Research: Sosial Media dapat digunakan untuk mempelajari perilaku

konsumen, kebutuhan, keinginan konsumen, dan dapat digunakan juga untuk

mempelajari para kompetitor.

Terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi Social Media Marketing yaitu

Entertaiment, Interaction, Trendiness, Customization dan Electronic Word-of-Mouth (e- (WOM).

2.3.1 Entertaiment

Menurut Seo & Park (2018) Entertainment adalah hasil kesenangan dan bermain

yang diperoleh melalui sosial media, sedangkan menurut Al-Menayes (2015)

Entertainment merupakan komponen penting yang dapat memancing emosi positif,

meningkatkan perilaku berpartisipasi, dan menghasilkan keinginan untuk

20
menggunakannya terus menerus. Tidak hanya itu, Entertainment juga dianggap sebagai

bentuk keinginan pribadi untuk mengekspresikan perasaan.

Entertainment dalam konteks social media biasa digunakan sebagai sebuah

motivasi untuk mendapatkan perasaan terentu seperti bersantai[ CITATION AlM15 \l 1033 ],

kenikmatan [ CITATION Sha15 \l 1033 ], pelarian dir [CITATION Orc14 \l 1033 ] dan

menghabiskan waktu[ CITATION Dog11 \l 1033 ] dimana tergantung dari kebutuhannya.

[ CITATION Mun11 \l 1033 ] Mengatakan Entertainment merupakan faktor yang penting

untuk membuat orang menggunakan, membuat ataupun berkontribusi terhadap konten

online yang berhubungan dengan brand.

2.3.2 Interaction

Dalam konteks social media, menurut Seo & Park (2018) Interaction adalah salah

satu fungsi yang dapat digunakan untuk bertukan pemikiran dan pendapat antara satu

pengguna dengan pengguna lainnya. Sedangkan menurut Abu Rumman (2014)

Interaction yang sering dilakukan dalam social media seperti menciptakan, menyebarkan

dan bertukan informasi dan ide dalam komunitas virtual. Interaction yang dilakukan di

social media juga dapat menciptakan dan memanfaatkan kesempatan yang ada[CITATION

Fis11 \l 1033 ] . Interaction dalam social media sering digunakan oleh para enterprenuer

untuk memasakan produk mereka[ CITATION Fis11 \l 1033 ]. Tidak hanya itu interaction

juga membantu meningkatkan penjualan dan mengurangi resiko kegagalan [ CITATION

Mae16 \l 1033 ]

2.3.3 Trendiness

Menurut Creusen & Schoormans (2005), Trendiness biasa diartikan oleh orang

dengan kata yang sama dengan trend, modern, terbaru dan muda. Sedangkan menurut

21
Hsiao & Chen (2006) bisa juga diartikan bahwa Trendiness adalah hasil dari sesuatu yang

sedang popular diwaktunya. Dalam konteks brand pada kutipan Seo & Park (2018)

Trendiness didefinisikan sebagai menyediakan informasi terbaru tentang produk atau

brand perusahaan. Pada social media, trendiness digunakan sebagai alat untuk

mendapatkan perhatian dari publik dan pengguna sosial media dengan memberikan

informasi tentang trend terbaru[ CITATION Naa11 \l 1033 ]. Trendiness pada social media

menciptakan orang lebih mempercayai informasi yang diberikan secara daring dari pada

informasi yang diberikan oleh brand tradistional[ CITATION Man09 \l 1033 ].

2.3.4 Customization

Menurut Schmenner (1986) hal yang utama dari Customization adalah kepuasan

pelanggan, yang dimana bahwa tingkat Customization dilihat dari sejauh mana layanan

atau informasi yang diberikan dapat memenuh keinginan dari seseorang. Dalam konteks

social media Customization berkaitan dengan informasi yang di sampaikan Zhu & Chen

(2015) hal tersebut dibagi menjadi dua prespektif yang berbeda yaitu Customized

Message ( facebook message) dan Customized Broadcast ( tweet twitter). Pada kutipan

Martin & Todorov (2010) menyatakan bahwa Social Media sebuah brand dapat

melakukan Customized sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan mengekspresikannya

secara individual, hal ini tentu menciptakan keloyalan pelanggan terhadap suatu brand.

2.3.5 Electronic Word-of-Mouth (e- (WOM).

Menurut Westbrook (1987) electronic word-of-mouth (eWOM) bisa diartikan

sebagai semua komunikasi informal yang ditujukan kepada konsumen melalui teknologi

berbasis internet yang berkaitan dengan penggunaan atau karakteristik barang dan jasa

tertentu, atau penjual. Brown dan Reingen (1987) menyatakan bahwa komunikasi dari

22
mulut ke mulut memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku

konsumen. Kemudian Kiel dan Layton (1981) menyatakan bahwa dalam hal promosi

mulut ke mulut telah terbukti memiliki pengaruh yang substansial pada pilihan produk,

serta dalam memilih layanan (Ennew, Banerjee, dan Li 2000; Keaveney, 1995).

Misalnya, menurut Katz dan Lazarsfeld (1955) bahwa promosi dari mulut ke mulut

merupakan sumber pengaruh yang terpenting dalam pembelian produk.

2.4. Brand Equity

Menurut Sari (2017) didalam bukunya, Brand Equity adalah sekumpulan asset dan

kewajiban yang berhubungan dengan merek, namanya, dan simbolnya, yang dapat menambah

atau mengurangi nilai yang diberikan oleh produk atau jasa kepada perusahaan atau kepada

pelanggan perusahaan. Brand Equity dapat dikatakan sebagai nilai tangible maupun intangible

yang diberikan sebuah brand baik secara positif maupun negative.

Sedangkan menurut Sujani & Harjoko (2014) Brand Equity atau ekuitas merek

merupakan daya tarik yang ditambahkan untuk pelanggan yang berbentuk penghargaan bagi

sebuah merek produk atau jasa dan nilai dari sebuah nama merek yang ditambahkan pada suatu

produk merupakan gambaran dari Brand Equity. Kemudian Soebianto (2014) menyatakan bahwa

Brand Equity merupakan seperangkat asosiasi dan perilaku yang dimiliki oleh pelanggan brand,

anggota saluran distribusi, dan perusahaan yang memungkinkan suatu brand mendapatkan

kekuatan, daya tahan dan keunggulan yang dapat memberikan perbedaan dengan brand

kompetitor.

Selanjutnya menurut Farid & Faridha (2017) Brand Equity merupakan suatu hal sangat

penting bagi pemasar dikarenakan Brand Equity dapat meningkatkan preferensi konsumen

23
terhadap sebuah brand. Brand Equity akan merefleksikan persepsi dari konsumen mengenai baik

atau buruknya suatu brand. Dengan memiliki Brand Equity yang tinggi akan memberikan banyak

manfaat kompetitif perusahaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Brand

Equity berasal dari kontribusi empat dimensi aset merek yaitu Brand Awareness, Brand

Associations dan Brand Loyalty [ CITATION Aak96 \l 1033 ]. Hal ini juga diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Uth11 \l 1033 ] tentang pengaruh Brand Equity terhadap

brand sabun di Sri Lanka dan [ CITATION San14 \l 1033 ] terhadap brand baterai di Indonesia.

2.4.1 Brand Awareness

Menurut Aaker (2009) Brand Awareness adalah seberapa kuat sebuah brand yang

ada dipikiran pelanggan. Sedangkan menurut Kim & Kim (2004) Brand Awareness juga

bisa dikatakan kemampuan brand untuk dapat muncul dipikiran pelanggan ketika

pelanggan memikirkan suatu kategori produk. Kemudian Brondoni (2001) meyakini

bahwa Brand Awareness adalah salah satu poin penting sebagai perbedaan antara suatu

brand dengan pesainngnya.

Humdiana (2005) Mempercayai bahwa Brand Awareness dapat ditentukan

melalui tingkat kedekatan pelanggan dengan suatu brand yang dapat diukur dengan

empat kategori yaitu:

1. Unware of brand adalah situasi ketika pelanggan tidak dapat mengenali brand

tersebut walaupun sudah dilakukan bantuan pengingatan (aided recall).

2. Brand recognition adalah situasi dimana pelanggan dapat mengenali brand

tersebut setelah dilakukan bantuan pengingatan.

3. Brand recall adalah situasi dimana pelanggan dapat mengenali brand ketika

disebutkan tanpa bantuan pengingatan.

24
4. Top of mind adalah situasi dimana pelanggan menyebutkan atau memikirkan

nama brand dan merupakan puncak pemikiran pelanggan tersebut.

2.4.2 Brand Association

Menurut Aaker (2009) Brand association adalah sesuatu yang ada di pemikiran

atau memori pelanggan yang tersambung dengan suatu brand termasuk atribut produk,

keuntungan pelanggan, kegunaan, gaya hidup, kelas produk, persaingan dan negara asal

brand. Sangat penting bagi suatu perusahaan untuk memiliki brand association yang

tepat karena akan mempengarahui brand equity[ CITATION Cam14 \l 1033 ].

Keller (1993) menyatakan bahwa brand association bisa dikategorikan menjadi

beberapa tipe yaitu:

1. Brand attribute

Digunakan untuk mengkategorikan ciri suatu produk atau layanan. Dibagi

menjadi dua hal yaitu: atribut yang terkait dengan produk maupun tidak terkait

dengan non-produk.

a. Atribut yang terkait dengan produk

Atribut yang terkait produk adalah produk yang terkait dengan komposisi

fisik atau persyaratan layanan, variasi kategori produk atau layanan.

b. Atribut tidak terkait dengan non-produk.

Atribut tidak terkait dengan non-produk adalah aspek eksternal produk

atau layanan yang terkait dengan pembeliannya termasuk informasi harga,

khayalan pengguna, khayalan penggunaan dan informasi pengemasan.

2. Brand benefits

25
Dimana assosiasi dari suatu brand berhubungan dengan manfaat dari brand itu

sendiri, yang membuat pelanggan terikat dengan brand tersebut. Manfaat itu

sendiri dapat dibagi mejadi tiga tipe yaitu:

a. Functional benefits

Dimana biasanya manfaat berhubungan dengan kebutuhan dasar dari

suatu produk seperti kebutuhan keamanan, pencegahan dan lainya.

b. Experiental benefits

Dimana manfaat yang di dapat dari perasaan atau pengalaman dari

pelanggan saat menggunakan produk atau jasa tersebut.

c. Symbolic benefits

Dimana manfaat yang didapat saat menggunakan produk untuk

mendapatkan pengakuan sosial atau mengekpresikan diri seperti

kemewahan dan eksklusifitas.

3. Brand attitudes

Brand attitudes merupakan evaluasi lengkap yang dilakukan oleh pelanggan

terhada suatu brand. Brand attitudes memberikan dasar tindakan dan perilaku

yang dilakukan konsumen terkait dengan brand, dimana bergantung dengan

attributes dan benefits yang diberikan dari brand itu sendiri.

2.4.3 Brand Loyalty

Menurut Aaker (2009), Brand Loyalty adalah alat pengukuran seberapa besar

terikatan pelanggan terhadap suatu brand. Brand Loyalty menseleksikan apakah

pelanggan akan berpindah ke brand lain jika terjadi pergantian harga maupun fitur yang

diberikan. [ CITATION Kha12 \l 1033 ] mempercayai Brand Loyalty adalah komitmen tak

26
bersayarat yang dilakukan pelanggan dan hubungan yang kuat dengan suatu brand,

dimana tidak berpengaruh dalam keadaan normal.

Jalilvand, Samiei & Mahdavinia (2011) menyatakan pelanggan yang loyal

tehadap suatu brand, akan sulit berpindah ke brand lain meskipun brand tersebut tidak

ada di suatu tempat. Serta Keller K (1998) mempercayai bahwa loyalty mengikat dengan

kebiasaan konsumen untuk membeli kembali brand yang mereka pilih menjadi pilihan

utama. Dengan menciptkan brand loyality, perusahaan dapat meminimaliris biaya

pemasaran [ CITATION Cha01 \l 1033 ]dan meningkatkan market share[ CITATION Gou04 \l

1033 ].

2.4.4 Perceived quality

Menurut Tjiptono (2005, p40), perceived quality merupakan penilaian konsumen

terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Oleh sebab itu

Perceived Quality didasarkan pada evaluasi subjektif konsumen terhadap kualitas produk.

Adapun menurut Durianto, Sugiarto dan Sitinjak (2004) perceived quality dapat diartikan

sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk

atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan.

Sedangkan menurut Aaker (1996) persepsi kualitas merek adalah persepsi

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan

berkaitan dengan maksud yang diharapkan, yang dapat meningkatkan nilai ekonomi dari

merek tersebut.

27
2.5. Customer Relationship

Menurut Morissan (2006) customer relationship management merupakan segala sesuatu

cara yang dilakukan perusahaan untuk menjaga konsumen yang sudah ada atau sudah menjadi

pelanggan tetap. Dalam kehidupan sekarang 60 persen program di dunia CRM dianggap menjadi

hal yang sangat penting [ CITATION Sol11 \l 1033 ]. Tidak hanya itu CRM juga membantu

perusahaan memahami kebutuhan konsumen untuk menentukan strategi yang terbaik bagi

perusahaan[ CITATION Won11 \l 1033 ]. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan customer relationship, salah satunya melalui social media .

Menurut Megha (2014) melakukan customer relationship menggunakan platform sosial

media dapat memberikan beberap keuntungan seperti

1. Meningkatkan interaksi peer-to-peer dalam menawarkan dukungan pelanggan

2. Riset ulasan pasar

3. Manajemen idea

4. Pemosisian dan promosi brand

5. Peluncuran produk

Menurut [ CITATION Kim10 \l 1033 ] customer relationship memiliki dua dimensi penting

yaitu trust dan intimacy.

2.5.1. Trust

Trust sering dipahami sebagai hubungan antara agen (trustor) dan agen lain atau

objek (trustee)[ CITATION Tad11 \l 1033 ] . Dalam dunia digital, Trust telah didefinisikan

sebagai “ kesediaan salah satu pihak untuk rentan terhadap tindakan pihak lain

berdasarkan ekspektasi bahwa pihak lain akan melakukan tindakan tertentu penting bagi

28
(trustee), terlepas dari kemampuan untuk memantau dan mengontrol pihak lain

"[ CITATION May95 \l 1033 ]. Dalam pengaplikasiannya, trust telah dianggap sebagai salah

satu kunci utama dalam hubungan antara konsumen dengan suatu brand, dan telah

dikenal sebagai variabel penting dalam hubungan jangka panjang dengan pelanggan

[ CITATION Kim10 \l 1033 ].

2.5.2. Intimacy

Intimacy didenisikan sebagai suatu perasaan kedekatan, keterhubungan, dan

keterikatan (Sternberg, 1996). Dalam konteks consumer relationship, intimacy adalah

Konsumen menjalin hubungan emosional , keterhubungan dengan suatu brand atau

produk. Persepsi intimacy diperlukan sebelum konsumen akan melakukan investasi

emosional pada suatu brand atau produk dan mengembangkan persepsi kepercayaan atau

trust (Elliot dan Yannopoulou, 2007). Intimacy juga dianggap sebagai pengetahuan yang

terkumpul dari waktu ke waktu (Carroll dan Ahuvia, 2006) dan berlangsung lebih lama

dari hubungan emosional lainnya (Sternberg, 1996).

2.6. Repurchase Intention

Menurut Kimppa (2014) repurchase intention adalah sebuah keinginan untuk membeli

kembali suatu produk pada brand tertentu. Menurut Wanke dan Fiese (2004) repurchase

intention merupakan suatu kebiasaan yang menghasilkan pembelian suatu produk atau jasa lebih

dari satu kali. Peyrot dan Van Doren (1994) mengatakan secara mayoritas, pembeli yang sudah

melakukan pembelian memiliki potensi untuk melakukan pembelian kembali.

Ketika kostumer mendapatkan respon yang baik pada pembelian sebelumnya, akan ada

penguatan positif untuk melakukan pembelian kembali pada produk atau jasa yang sama

29
(Sutisna, 2001). Kepuasan yang didapatkan pada pembelian sebelumnya juga merupakan salah

satu faktor untuk meningkatkan keinginan untuk melakukan pembelian kembali (Nurhayati dan

Murti, 2012).

Menurut kuo et al (2013) mempertahakan repurchase intention dari pelanggan

merupakan hal yang penting dan sulit dilakukan oleh perusahaan. Repurchase adalah salah satu

elemen yang sangat penting bagi keuntungan perusahaan (Pitaloka dan Gumanti, 2019).

Berdasarkan riset, 5% dari pembelian kembali pelanggan dapat meningkatkan keuntungan

perusahaan mulai dari 25-85 % (Pitaloka dan Gumanti, 2019). Ditambah lagi, biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan pelanggan baru mencapai lima kali lipat dari

menjaga pelanggan yang sudah ada (kuo et al., 2013). Karena itu perusahaan akan lebih suka

menjaga pelanggan lama mereka dan mencoba meningkatkan repurchase intention.

2.7. Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan studi literatur yang peneliti lakukan maka terdapat beberapa penelitian

sebelumnya yang menjadi dasar penelitian ini atau memiliki pembahasan yang kurang lebih

sama dengan penelitian ini sebagai acuan dalam pembahasan, sebagaimana disajikan pada tabel

berikut ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian


1 Alhaddad The Effect of Advertising Advertising

(2015) Advertising awareness, Brand awareness menjadi

Awareness on awareness, Brand faktor berpengaruh

Brand Equity in Image, Brand terhadap brand

30
Social Media Equity image, brand

awareness, brand

equity
2 Pitaloka dan The Effects Of Brand equity , Brand equity

Gumanti Brand Equity On Repurchase menjadi faktor

(2019) Repurchase intention berpengaruh

Intention: The terhadap Repurchase

Role Of Brand intention

Relationship

Quality

In Muslim Wear

Brand Surabaya-

Indonesia
3 Nora (2019) Testing customer’s Knowledge, Terdapat empat

knowledge on Intimacy , faktor yang

customer intimacy Repurchase mempengaruhi

and its impact intention purchase intention

on repurchase yaitu

intention customer knowledge,

customer intimacy

mempengaruhi

repurchase

intention.

4 Siboro (2015) The Impact of Brand Image, Brand image, Brand

31
Brand Image and Brand Awareness, awareness, perceive

Brand Awareness Perceive Quality, quality memiliki

on Repurchase Repurchase pengaruh positif

Intention Through Intention terhadap repurchase

Perceive Quality intention

5 Setyorini dan The Effect of Trust Trust, Perceived Trust memiliki

Nugraha Towards Online usefulness, online pengaruh positif

(2016) Repurchase repurchase terhadap repurchase

Intention with intention intention

Perceived

Usefulness As An

Intervening

Variable: A Study

on KASKUS

Marketplace

Customers
6 As'ad, H. Abu- The Impact of Social media Social media

Rumman, Anas Social Media application, brand application memiliki

Y. Alhadid Marketing on equity pengaruh positif

(2014) Brand terhadap brand

Equity: An equity

Empirical Study on

Mobile Service

32
Providers in

Jordan
7 Yusuf BİLGİN The Effect of Social Media Social media

(2018) Social Media Marketing marketing activites

Marketing Activities, Brand memiliki pengaruh

Activities on Brand Awareness, Brand yang signifikan

Awareness, Brand Image, Brand terhadap brand

Image and Brand Loyalty awareness, brand

Loyalty. image dan brand

loyalty
8. Kim & Ko Impacts of Luxury Social media Social media

(2010) Fashion Brand’s marketing marketing activities

Social Media activities, Customer memiliki pengaruh

Marketing on relationship, Brand positif terhadap

Customer equity Customer

Relationship and relationship dan

Purchase Intention brand equity.


9 GAUTAM, The Mediating Social media Customer

DR VIKAS & Role of Customer marketing relationship

Sharma, Relationship on activities, Customer Memediasi antara

Vikram (2017) the Social Media relationship, Social media

Marketing and Purchase Intention marketing activities

Purchase Intention dan purchase

Relationship with intention.

Special Reference

33
to Luxury Fashion

Brands

2.8. Hipotesa Penelitian

Menurut Tatar & Erdogmus (2016) bahwa Social Media Marketing Activities memiliki

banyak efek terhadap konsumen mulai dari memberi informasi, berbagi ide dan untuk

mendapatkan pengertian dan pemahaman, dan memvisualisasikan apa yang mereka dapat setelah

melakukan pembelian. Kemudian Bilgin (2018) menyatakan bahwa hal ini menciptakan bisnis

menjadi lebih inovatif dan lebih terjangkau dengan menggunakan Social Media.

Social Media Marketing Activities tentunya juga dianggap dapat meningkatkan Brand

Awareness, Brand Loyalty[CITATION Bil18 \t \l 1033 ] dan brand association [ CITATION Par17 \l

1033 ]. Tidak hanya itu, Melissa (2015) telah melakukan survey terhadap 122 orang dan

menemukan bahwa Social Media Marketing Activities juga memiliki efek positif secara langsung

terhadap Brand Equity. Kemudian Godey, et al (2016) juga mengatakan adanya hubungan positif

dan signifikan dari Social Media Marketing Activities dengan Brand Equity. Dimana Social

Media Marketing Activities diperlakukan sebagai variabel independen yang mempengaruhi

Brand Equity terhadap konsumen, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku konsumen.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diajukan hipotesa berikut:

H1: Social Media Marketing Activities berpengaruh positif terhadap Brand Equity pada industri

E-commerce

Social media marketing activity juga telah dikaitkan dengan customer relationship.

Dikatakan bahwa kegiatan social media marketing activites yang dilakukan oleh suatu brand

34
mempengaruhi customer relationship dari brand tersebut [ CITATION Kim10 \l 1033 ]. Dengan

meningkatkan customer relationship, hubungan antara konsumen dan brand akan semakin

kuat[ CITATION GAU17 \l 1033 ].

Menurut [ CITATION Kim10 \l 1033 ] entertainment dan word of mouth mempengaruhi

intimacy, dimana intimacy dengan brand tertentu dibentuk oleh eksposur dengan perasaan yang

familiar dan informasi yang positif. Trust sebagai dimensi customer relationship juga didapat

dipengaruhi oleh entertainment[ CITATION GAU17 \l 1033 ] , trendiness dan customization

[ CITATION Kim10 \l 1033 ], dimana ketiganya memuaskan apa yang pelanggan inginkan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diajukan hipotesa berikut :

H2: Social Media Marketing Activities berpengaruh positif terhadap Customer Relationship pada

industri E-commerce

Selain dikaitkan dengan Brand Equity dan Customer Relationship, Social Media

Marketing Activities juga sering dikaitkan dengan Repurchase Intention. Social Media

Marketing Activities dikatakan dapat mempengaruhi Repurchase Intention konsumen Savitri, et

al (2016). Subawa, et al (2020) juga menemukan bahwa meningkatnya penggunaan social media

marketing membuat meningkatnya repurchase Intention dapat meningkatkan karena adanya

feedback atau ulasan yang diberikan kepada suatu produk melalui medium Social Media

Marketing. Serta Almas (2018) menyatakan bahwa social media sebagai alat pemasaran yang

baik untuk meningkatkan repurchase Intention konsumen. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

diajukan hipotesa berikut:

H3: Social Media Marketing Activities berpengaruh positif terhadap Repurchase Intention pada

industri E-commerce

35
Berdasarkan peneltian Bendixen, Bukasa, & Abratt, (2004) dan Erdem, Swait, &

Louviere, (2002) Brand Equity memiliki banyak sekali keuntungan terhadap perusahaan, mulai

dari mempermudah diferensiasi dan memposisikan perusahaan serta peningkatan efisiensi dan

efektivitas program pemasaran, dan dapat juga memiliki harga yang lebih tinggi dan margin

keuntungan yang lebih besar. Selain penemuan diatas, Kusuma dan Miartana (2018) menyatakan

Brand Equity juga telah dikaitkan dengan Repurchase Intention hasil penelitian telah dilakukan

dalam beberapa konteks bahwa Brand Equity ( Brand Loyalty, Brand Association, Brand

Awareness , Perceived Quality) memiliki pengaruh yang positif terhadap Repurchase Intention.

Penelitian Pitaloka dan Gumanti (2019) mengatakan Brand Equity (Brand Awareness ,

Perceived Quality) mempengaruhi secara signifikan dan simultan dampak terhadap Repurchase

Intention. Uthayakumar & Senthilnathan (2011) juga mengatakan bahwa Repurchase Intention

konsumen bisa diprediksi dengan sifat konsumen terhadap Brand Equity. Berdasarkan uraian

diatas maka dapat diajukan hipotesa berikut:

H4: Brand Equity berpengaruh positif terhadap Repurchase Intention pada industri E-commerce.

Berdasarkan (Gautam & Sharma, 2017; Kim & Ko, 2010; Hakim, Susanti, & Ujianto,

2017) bahwa Customer Relationship mempengaruhi Purchase Intention. Chiu, et al (2010)

Mengatakan bahwa Trust menjadi faktor yang mempengaruhi repurchase intention, dimana

ketika seorang pelanggan memberikan kepercayaan kepada suatu brand maka akan

meningkatkan repurchase intention. Intimacy dalam bentuk mengerti akan kebutuhan konsumen

juga dianggap meningkatkan Repurchase Intention (Nora, 2019). Gautam dan Sharma (2017)

Juga mengatakan penggunaan social media sebagai salah satu cara untuk menjaga customer

relationship akan meningkatkan repurchase intention dari pelanggan. Berdasarkan uraian diatas

maka dapat diajukan hipotesa berikut:

36
H5: Customer Relationship berpengaruh positif terhadap Repurchase Intention pada industri E-

commerce.

2.9. Model Penelitian

Berdasarkan hipotesa yang ada, berikut model penelitian yang akan digunakan:

Gambar 2.1 Model Penelitian

37
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan sebuah kerangka kerja yang dapat digunakan

dalam melakukan riset, dimana desain penelitian ini berguna untuk memberikan

langkah-langkah dalam mendapatkan informasi yang akan digunakan dalam riset,

untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian[ CITATION Mal07 \l 1033 ]. Pada

umumnya ada dua desain penelitian yang sering digunakan oleh peneliti, yaitu

metode kualitatif dan metode kuantitatif. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan

desain penelitian denga metode kuantitatif. Dimana penelitian metode kuantitatif

menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan pengumpulan data dari

populasi yang besar dan mengukurnya melalui tindakan dan pendapat yang dapat

membantu peneliti mendeksripsikan untuk menintreprasikan data [ CITATION Rah17 \l

1033 ].

Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah

menggunakan

metode survei. Metode survei adalah metode pengumpulan data yang dilakukan

menggunakan angket sebagai alat penelitian, yang dapat digunakan baik pada

populasi besar maupun kecil, namun yang dipelajari adalah data dari sample yang

berasal dari populasi tersebut, sehingga dapat ditemukan hubungan antar variabel

[CITATION Sug161 \t \l 1033 ]. Pada penelitian ini, survei dilakukan dengan cara

38
menyebarkan kuisioner kepada responden secara online dimana sampel penelitian

akan diberikan beberapa pertanyaan terkait dengan kebiasaan dan tingkah laku

responden.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi Penelitian

Menurut Zikmund, Babin, & Griffin (2013), populasi adalah sekelompok

yang memiliki kesamaan karakteristik. Sedangkan elemen dari suatu populasi adalah

masing-masing individu dalam suatu populasi tersebut. Untuk penelitian ini, peneliti

menetapkan pengguna social media di Indonesia sebagai populasi penelitian. dengan

kriteria responden yaitu pria ataupun wanita yang telah menggunakan social media

dan melalukan pembelian di e-commerce dalam kurun waktu tiga bulan terakhir

serta mengetahui media social dari e-commerce yang bersangkutan.

3.2.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian atau sebagian dari populasi [ CITATION Zik13 \l 1033 ].

Pengambilan sampel terdapat dua jenis yaitu nonprobability sampling dan probability

sampling. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan nonprobability sampling, yaitu

teknik sampling di mana unit sampel dipilih berdasarkan pertimbangan pribadi atau

kenyamanan peneliti [ CITATION Zik13 \l 1033 ]. Nonprobability sampling terbagi

beberapa jenis teknik, yaitu convenience sampling, judgment sampling, quota

sampling, dan snowball sampling. Untuk penelitian ini, peneliti menetapkan

menggunakan judgment sampling. Judgment sampling adalah teknik nonprobability

sampling di mana peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan pribadi

39
mengenai beberapa karakteristik yang sesuai dari anggota sampel [ CITATION Zik13 \l

1033 ]. Peneliti menggunakan judgment sampling karena penelitian ini bertujuan

meneliti tentang perilaku respon terhadap social media marketing activity di social

media sehingga peneliti memilih responden yang memiliki karakteristik tertentu,

yaitu pengguna social media, berdomisili di Indonesia dan telah melakukan

pembelian di e-commerce dalam kurun waktu tiga bulan terakhir serta menjadi

follower/pengikut media social e-commerce yang bersangkutan.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan sampel karena peneliti tidak dapat

menjangkau keseluruhan populasi dari seluruh pengguna social media di Indonesia.

Menurut Hair et al. (2010), untuk menentukan ukuran sampel suatu populasi yang

tidak dapat dihitung adalah sebagai berikut:

• Disarankan di atas 30 sampel.

• Untuk survei bisnis, sampel diatas 100 dianggap memadai.

• Atau berkisar 5 hingga 10 kali dari ljumah pertanyaan variabel.

Dari teori di atas, jika dikaitkan dengan penelitian, itu akan masuk ke dalam

titik survei bisnis, di mana sampel sekitar 210 dianggap memadai,sehingga untuk

efisiensi waktu dan pengolahan data untuk menghasilkan hasil yang akurat, peneliti

menggunakan sampel 210 orang yang berdomisili di Indonesia.

40
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta dengan sampel penelitian

adalah 100 orang pengguna social media di Indonesia. Waktu penelitian dilakukan

pada bulan September hingga Oktober 2020.

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti mengidentifikasi variabel-

variabel penelitian. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi atau perubahan dari satu

contoh ke contoh yang lainnya yang dapat menunjukkan perbedaan dalam nilai

seperti besaran, kekuatan, atau arah (Zikmund, Babin, & Griffin, 2013). Pada

penelitian ini meneliti hubungan antar variabel yang dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis,

yaitu variabel independen, variabel dependen, variabel mediasi.

1. Variabel independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau

menyebabkan perubahan di variabel dependen. Dalam penelitian ini

variabel independen adalah social media marketing activity .

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel tetap yang berubah dalam responnya

terhadap perubahan variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependen

adalah purchase intention.

3. Variabel mediasi

Variabel mediasi merupakan variabel yang menghubungkan antara relasi

antara variabel independen dan dependen agar mendapatkan sifat yang

41
lebih akurat dan fungsional. Dalam penelitian ini variabel mediasi adalah

brand equity dan customer relationship.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabel Kode Indikator Sumber


Social Media Akun social media dari [CITATION Placeholder3
Marketing E-commerce yang saya \t \l 1033 ]
EN1
Activity pilih menyenangkan
untuk di ikuti
Konten yang diberikan [CITATION Placeholder3
oleh akun social media \t \l 1033 ]
EN2
dari E-commerce yang
saya pilih terlihat menarik
Akun social media E-
EN3 commerce yang saya pilih
membuat saya nyaman
Akun social media E- [CITATION Placeholder3
commerce yang saya pilih \t \l 1033 ]
I1 memungkinkan saya
untuk berbagi informasi
dengan orang lain.
Akun social media E- [CITATION Placeholder3
commerce yang saya pilih \t \l 1033 ]
memungkinkan saya
I2 untuk melakukan
percakapan atau bertukar
pendapat dengan orang
lain.
I3 Sangat mudah untuk [CITATION Placeholder3

42
mengungkapkan pendapat \t \l 1033 ]
saya melalui akun social
media E-commerce yang
saya pilih
Informasi yang dibagikan [CITATION Placeholder3
di social media E- \t \l 1033 ]
T1
commerce yang saya pilih
adalah informasi terbaru.
Social media E- [CITATION Placeholder3
commerce yang saya pilih \t \l 1033 ]
T2
mengikuti trend sekarang.

Social media E-
commerce yang saya pilih
T3
memberikan konten yang
menarik dan inovatif
Informasi yang saya [CITATION Bil181 \t \l
butuhkan dapat 1033 ]
C1 ditemukan di akun social
media E-commerce yang
saya pilih.
Akun social media E- [CITATION Bil181 \t \l
commerce yang saya pilih 1033 ]
C2
memberikan informasi
yang saya butuhkan.
Akun social media E-
commerce yang saya pilih
C3 menawarkan layanan
yang disesuaikan untuk
saya sebagai pelanggan.
W1 Saya akan menyebarkan [CITATION Placeholder3
informasi brand,produk \t \l 1033 ]

43
dan servis dari Akun
social media E-commerce
yang saya pilih
Saya akan mengunggah [CITATION Placeholder3
konten E-commerce yang \t \l 1033 ]
W2
saya pilih ke akun social
media saya.
Saya akan memberi
ulasan di akun social
W3
media E-commerce yang
saya pilih
Brand Equity E-commerce yang saya [CITATION Seo18 \t \l
BA1 pilih dapat saya ingat 1033 ]
dengan baik
Saya dapat mengenali E- [CITATION Seo18 \t \l
commerce yang saya pilih 1033 ]
BA2
melalui desain logo,warna
dan atribut lainnya
Ketika berbicara tentang [CITATION Seo18 \t \l
E-commerce, saya dapat 1033 ]
BA3
mengingat E-commerce
yang saya pilih
Ketika berbicara tentang [CITATION Seo18 \t \l
E-commerce, E- 1033 ]
BA4 commerce yang saya pilih
menjadi yang pertama
saya pikirkan
Fitur-fitur dalam E- [ CITATION Par19 \l 1033 ]
commerce yang saya pilih
BAS1
memenuhi kebutuhan
saya
BAS2 Saya dapat menggunakan [ CITATION Par19 \l 1033 ]

44
E-commerce yang saya
pilih untuk berbelanja
untuk kebutuhan sehari-
hari saya
E-commerce yang saya [ CITATION Par19 \l 1033 ]
pilih menyediakan
BAS3
teknologi untuk menjaga
keamanan transaksi
Saya merasa nyaman saat [ CITATION Par19 \l 1033 ]
BAS4 berbelanja di E-
commerce yang saya pilih
Saya tidak dapat dengan [ CITATION Aak96 \l 1033 ]
BL1 mudah beralih ke E-
commerce lain
Saya akan [ CITATION Aak96 \l 1033 ]
merekomendasikan E-
BL2
commerce yang saya pilih
kepada orang lain
Saya membeli di E- [ CITATION Aak96 \l 1033 ]
commerce yang saya pilih
BL3
karena produk yang dijual
sangat lengkap
Karena saya mendapatkan [ CITATION Aak96 \l 1033 ]
banyak manfaat dari
membeli produk di E-
BL4 commerce yang saya
pilih, saya akan membeli
produk di E-commerce
lagi
PQ1 E-commerce yang saya [CITATION Seo18 \t \l
pilih memiliki pelayanan 1033 ]
yang baik

45
E-commerce yang saya [CITATION Seo18 \t \l
PQ2 pilih selalu memberikan 1033 ]
kualitas produk yang baik
Secara menyeluruh, saya [CITATION Seo18 \t \l
puas dengan produk yang 1033 ]
PQ3
saya beli di E-commerce
yang saya pilih
E-commerce yang saya
pilih memiliki pelayanan
PQ4
yang lebih baik dibanding
E-commerce lainnya
Customer E-commerce yang saya
Relationship IT1 pilih memahami setiap
kebutuhan saya
E-commerce yang saya
pilih menciptakan
IT2 hubungan yang harmonis
dengan saya sebagai
pelanggan
Saya menggunakan E-
IT3 commerce yang saya pilih
secara berkala
Saya percaya dengan E-
TS1
commerce yang saya pilih
E-commerce yang saya
TS2 pilih memiliki sistem
pembelian yang baik
TS3 Saya yakin dapat
mengandalkan E-
commerce yang saya pilih
karena memeberikan
informasi yang jujur saat

46
bertransaksi.
E-commerce yang saya
TS4 pilih memiliki reputasi
yang baik
Saya berkemungkinan
besar untuk berbelanja
RPI1
kembali di E-commerce
yang saya pilih
Saya akan menggunakan
RPI2 E-commerce yang saya
pilih di kemudian hari
Jika saya harus
Repurchase
melakukan pembelian
Intention
RPI3 lagi, saya akan
menggunakan E-
commerce yang saya pilih
Saya ingin terus
menggunakan E-
RPI4 commerce yang saya pilih
untuk memenuhi
beberapa kebutuhan saya

3.5 Skala pengukuran

Untuk dapat mengubah angka menjadi atribut dari suatu objek diperlukan

skala. Skala adalah alat atau mekanisme yang membedakan individu-individu yang

diteliti dengan dengan individu lainnya pada variabel-variabel yang diteliti oleh

peneliti [ CITATION Sek16 \l 1033 ]. Skala dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu

skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dalam penelitian ini,

skala pengukuran yang akan digunakan pada kuisioner yaitu skala interval. Pada

skala interval, setiap unit skala memiliki jarak yang setara. Skala interval

47
memungkinkan peneliti untuk membandinngkan perbedaan diantara objek-objek

penelitian [ CITATION Sek16 \l 1033 ].

Selain skala pengukuran, skala attitudinal juga digunakan dalam penelitian ini.

Pada penelitian kuantitatif, ada tiga jenis skala yang dikembangkan untuk ‘mengukur’

attittude, yaitu skala Likert, skala Thurstone, dan skala Guttman. Setiap skala

didasarkan pada asumsi-asumsi yang berbeda dan mengikuti prosedur yang berbeda

dalam pemebentukannya [ CITATION Kum11 \l 1033 ]. Pada penelitian ini skala

attitudinal yang digunakan yaitu skala Likert. Skala Likert memiliki asumsi dasar

yaitu setiap pernyataan atau item pada skala memiliki nilai attitudinal yang setara.

Skala Likert membantu membantu responden unntuk menempatkan intensitas attitude

mereka terhadap suatu isu [ CITATION Kum11 \l 1033 ]. Skala Likert pada kuisioner ini

memiliki skor 1 hingga 5, dimana nilai 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3

= Netral, 4 = Setuju, dan 5 = Sangat Setuju.

3.6 Structural Equation Modeling

Structural Equation Modeling atau sering disingkat SEM adalah sebuah

model pengujian dan peningkatan metode yang efektif dan memungkinkan model

teoritis untuk diuji secara keseluruhan kemudian dapat menjelaskan hubungan sebab

danakibat dari variabel dalam hipotesis campuran yang terkait dengan model

berdasarkan ketergantungan statistik [ CITATION Koc14 \l 1033 ].

Menurut [ CITATION Wid17 \l 1033 ], structural equation modeling ialah salah

satu jenis dari teknik multivariat yang akan membantu peneliti menunjukkan

48
bagaimana cara merepresentasikan suatu seri atau deret hubungan kausal (causal

relationship) menjadi suatu diagram jalur (path diagram).

Sedangkan menurut Karakaya-Ozyer & Aksu-Dunya (2018) Structural

Equation Modeling (SEM) adalah teknik untuk membantu memeriksa hubungan

sebab dan akibat antar variabel di berbagai bidang. SEM juga digunakan untuk

mengidentifikasi penyebab linear antara variabel laten dan yang diamati. Variabel

laten dapat diwakili oleh beberapa variabel yang diamati.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Structural

Equation Modeling (SEM) adalah teknik multivariate untuk membantu memeriksa

hubungan sebab dan akibat antar variable yang kemudian dapat menjelaskannya

dalam hipotesis campuran yang terkait dengan model berdasarkan ketergantungan

statistic dan kemudian merepresentasikannya menjadi suatu diagram jalur (path

diagram)..

Paradigma penelitian yang dinyatakan dalam bentuk Structural Equation

Modeling (SEM) adalah sebagai berikut [ CITATION Ass16 \l 1033 ]:

Y1 = ɤ1 X1 + ε..... Persamaan 1

Y2 = ɤ2 X1 + ε..... Persamaan 2

Y3 = ɤ3 X1 + ε..... Persamaan 3

Y4 = ɤ4 X1 + β1 Y1 + β2 Y2 + β3 Y3 + ε..... Persamaan 4

49
Dimana :

ɤ : Koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen ke variabel

endogen. Seperti dari X1 ke Y1, X1 ke Y2, dan X1 ke Y3.

ᵝ : Koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen ke variabel

endogen lainnya. Seperti Y1 ke Y4 , Y2 ke Y4 dan Y3 ke Y4.

ε : Residual variable yang berkaitan dengan variabel endogen [ CITATION Ass16 \l

1033 ].

Structural Equation Modeling memiliki dua komponen fundamental yaitu

model pengukuran dan model structural. Model pengukuran adalah model dari

analisis faktor konfirmatori yang mengkonfirmasi apakah data cocok dengan model

yang diusulkan. Model pengukuran membangun hubungan antara variabel laten dan

beberapa variable yang diamati. Sedangkan model struktural mengidentifikasi

hubungan timbal balik antara variabel laten menjadi model hipotesis [ CITATION

Kar18 \l 1033 ].

Ada beberapa aplikasi program komputer yang dapat digunakan untung

menganalisa structural equation modeling. Yang paling sering digunakan adalah

aplikasi LISREL (Linear Structural Relations), AMOS (Analysis of Moment

Structures), MPlus, dan EQS (Equation Modeling Software) [ CITATION Mus18 \l

1033 ].

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

51
4.1 Identitas Responden

Pada tahapan awal dalam penelitian ini akan dibahas mengenai identitas

responden berupa pertanyaan awal dalam kuisioner untuk mengetahui demografi

responden sebagai dasar tambahan analisa pada hasil statistik dan pembahasan yang

akan di bahas pada sub bab selanjutnya.

Gender

Pria
37%

Wanita
63%

Gambar 4.1 Identitas Gender

Pada pie chart di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berasal dari

kalangan wanita yaitu sebesar 63% sedangkan dari kalangan pria sebesar 37% hal ini

dikatakan wajar dikarenakan dalam beberapa penelitian sebelumnya tingkat

konsumsi pembelian dalam pembelanjaan online didominasi oleh kalangan wanita

dibandingkan pria (Hussain et al., 2020), sehingga banyak penelitian yang

melakukan uji beda diantara gender dalam tingkat pembelian.

52
Usia
36-45<18
26-35 5% 1%
8%

18-25
85%

Gambar 4.2 Identitas Usia

Pada pie chart di atas diketahui bahwa mayoritas dari responden dalam

penelitian ini berusia 18-25 tahun yaitu sebesar 85%, usia 26-35 tahun sebesar 8%,

usia 36-45 tahun sebesar 5%, dan usia kurang dari 18 tahun sebesar 2%. Usia 18-25

tahun memang merupakan usia produktif dan paling mengenal dengan kemajuan

teknologi atau yang biasa disebut dalam dunia marketing dengan istilah generasi

digital native (Prensky, 2001) yang mana generasi yang paling cepat dalam adopsi

teknologi terutama ketika teknologi berkembang dalam e-commerce dikarenakan

generasi ini telah tumbuh Bersama kehadiran internet.

53
E-Commerce
Blibli.com
Bukalapak
4% 4% Lazada
Tokopedia 3%
23%

Shopee
66%

Gambar 4.3 E-commerce

Pada pie chart di atas diketahui bahwa mayoritas responden paling sering

menggunakan pembelanjaan online di Shopee yaitu sebesar 66%, Tokopedia sebesar

23%, Bukalapak sebesar 4%, Blibli.com sebesar 4%, dan Lazada sebesar 3%.

Shopee memang menjadi E-commerce yang memiliki pertumbuhan pengguna baru

terbanyak saat ini (Lis, 2018) sehingga hasil dari ini tidak mengejutkan bahwa

sebagian besar responden lebih banyak menggunakan Shopee dalam menggunakan

pembelanjaan online mereka.

54
Social Media

Ya Tidak

Gambar 4.4 Social media

Pada pie chart di atas diketahui bahwa seluruh responden menjawab YA atas

pertanyaan apakah anda memiliki sosial media? Pertanyaan ini merupakan salah satu

pertanyaan filter pada penelitian ini, dikarenakan bagi responden jika ada yang

menjawab tidak maka akan dikeluarkan sebagai data, hal ini dikarenakan tidak valid

untuk mengukur sosial media marketing jika responden tidak memiliki sosial media.

Pertanyaan penyaringan ini cukup penting untuk menghindari bias dalam penelitian

ini, dikarenakan perlu bagi peneliti untuk memastikan keabsahan responden dalam

menjawab responden yang dibagikan kuesioner dalam penelitian ini.

55
Konsumen E-Commerce

Ya Tidak

Gambar 4.5 Konsumen E-commerce

Pada pie chart di atas memberikan informasi bahwa seluruh responden

menjawab YA dalam pertanyaan apakah mereka sebagai konsumen pada suatu e-

commerce. Pertanyaan ini seperti pertanyaan sebelumnya merupakan pertanyaan

penyaringan untuk memastikan bahwa para responden merupakan bagian dari

konsumen salah satu e-commerce di Indonesia. Pentingnya responden sebagai

konsumen e-commerce untuk memahami konteks e-commerce di Indonesia, fokus

kajian utama dalam penelitian ini adalah dalam industri e-commerce di Indonesia.

56
Mengikuti Akun E-Commerce di Sosial Media

Ya Tidak

Gambar 4.6 Followers Akun Resmi

Pada pie chart di atas diketahui bahwa seluruh responden menjawab YA atas

pertanyaan responden dalam mengikuti akun resmi e-commerce di sosial media.

Pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan penting untuk memahami konsep

marketing e-commerce di sosial media. Pada beberapa fenomena banyak terjadi

konsumen e-commerce yang memiliki sosial media mereka tidak mengikuti akun

resmi e-commerce yang mereka gunakan, sehingga akan menjadi bias jika beberapa

pertanyaan kuesioner memiliki pernyataan mengenai aktivitas pemasaran e-

commerce di sosial media yang sebagian besar dilakukan melalui akun resmi

mereka. Penelitian ini akan menjadi presisi jika semua responden mengikuti akun

resmi e-commerce pada sosial media.

57
Pekerjaan

Pengusah
Pegawai
Negeria
Pegawai
Swasta1% 6%
8%

Pelajar/M
ahasiswa
85%

Gambar 4.7 Identitas Pekerjaan

Pada pie chart menjelaskan bahwa sebagian besar responden di dominasi oleh

pelajar dan mahasiswa sebesar 85%, pegawai swasta 8%, pengusaha 6%, dan

pegawai negeri 1%. Pelajar atau mahasiswa memang salah satu pasar utama pada

sosial media marketing karena aktivitas mereka di social media jauh lebih banyak

dibandingkan yang lain dikarenakan waktu dan adopsi yang lebih cepat

dibandingkan generasi lainnya. Pemasaran social media dalam beberapa penelitian

memang cukup tepat untuk menyasar ke pasar anak muda atau digital native.

4.2 Model Penelitian

Pada model penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penelitian ini

menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dan perangkat lunak

yang digunakan untuk penelitian ini adalah IBM SPSS AMOS. Model teoritis yang

58
telah digambarkan pada diagram jalur akan dianalisis berdasarkan data yang

diperoleh.

Model struktural adalah hubungan antara variabel laten (Joe F Hair et al.,

2011). Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dan

memerlukan beberapa variabel indikator untuk analisis faktor konfirmatori. Pada

sebuah Model SEM, sebuah variabel laten dapat berfungsi sebagai variabel

independen atau dependen (Ghozali, 2018). Model pengukuran menunjukkan

bagaimana variabel manifes (indikator) merepresentasikan variabel laten untuk

diukur yaitu dengan menguji validitas dan reliabilitas variabel laten melalui analisis

faktor konfirmatori.

59
Gambar 4.8 Full Model

Pada gambar model di atas diketahui bahwa terdapat model menggunakan

beberapa konstruk, yaitu SMM sebagai konstruk eksogen dan BE, CR, dan RPI

sebagai konstruk endogen. Model penelitian ini menggunakan model second order

sehingga penelitian ini berusaha melakukan analisa mendalam sampai pada level

dimensi dari sebuah variabel (Hair et al., 2014), akan tetapi konstruk RPI adalah

satu-satunya variabel yang tidak menggunakan second order dikarenakan variabel

ini merupakan konstruk endogen murni yang dilakukan analisa faktor yang

menjelaskan variabel tersebut, maka dapat diukur secara langsung dengan

menggunakan item indikator tanpa second order (dimensi).

4.3 Confirmatory Factor Analysis

Uji Validitas dengan Uji CFA atau Uji Validitas konstruk adalah mengukur

kemampuan konstruk (indikator) merefleksikan variabel latennya (Lind et al., 2018).

Dari uji validitas tersebut, hasilnya dapat dinyatakan seluruh indikator valid

memenuhi kriteria atau dapat dinyatakan pula bahwa item indikator dan dimensi

mampu merefleksikan variabel latennya, karena nilai Critical Ratio (CR) lebih besar

dari 1,96 dan Probability (P) lebih kecil dari 0,05. Tanda *** adalah signifikan yang

kecil dari 0,001.

60
Uji validitas data merupakan tahapan yang harus dilalui sebuah model

penelitian sebelum sampai pada uji pengaruh maupun uji korelasi (Lind et al., 2018).

Secara umum, validitas data menggambarkan kecocokan tiap indikator terhadap

variabelnya. Sedangkan reliabilitas data menunjukkan kehandalan data penelitian.

Hasil Uji Validitas sebagai output SEM ditampilkan pada gambar di bawah ini.

Pada pengujian validitas SEM diketahui melalui nilai estimate. Perlu diingat

bahwa validitas dilakukan untuk menguji setiap item indikator variabel, apakah

mampu dalam mengukur sebuah variabel dalam sebuah penelitian, hal ini

dikarenakan penelitian ini menggunakan instrument kuesioner sehingga perlu ada

konfirmatori faktor analisis. Ghozali (2018) menjelaskan bahwa item indikator dari

variabel disebut valid jika nilai estimate > 0,05.

61
Gambar 4.9 CFA Sosial Media Marketing

62
Hasil validitas dapat dilihat pada besaran nilai estimate pada gambar di atas.

Berdasarkan hasil validitas estimate tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh

indikator dinyatakan valid karena memiliki nilai estimate lebih dari 0,05 dalam

mengukur dimensi yang dimiliki oleh variabel Social Media Marketing. Pada tahapan

selanjutnya dalam memperjelas gambar di atas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Standardized Regression Weights: Social Media Marketing

Estimat
e

<--
EN3 EN ,759
-

<--
EN2 EN ,844
-

<--
EN1 EN ,782
-

<--
I3 I ,728
-

<--
I2 I ,781
-

<--
I1 I ,638
-

<--
T3 T ,837
-

<--
T2 T ,715
-

<--
T1 T ,713
-

C3 <-- C ,730

63
Estimat
e

<--
C2 C ,768
-

<--
C1 C ,781
-

<--
W3 W ,691
-

<--
W2 W ,802
-

<--
W1 W ,794
-

Pada tabel di atas diketahui bahwa item indikator EN2 memiliki koefisien

terbesar dalam mengukur dimensi entertainment yaitu sebesar 0,844 dan seluruh item

indikator yang lain telah lolos uji validitas dalam mengukur dimensi entertainment.

Pada tabel di atas diketahui bahwa item indikator I2 memiliki koefisien terbesar

dalam mengukur dimensi interaction yaitu sebesar 0,781 dan seluruh item indikator

yang lain telah lolos uji validitas dalam mengukur dimensi interaction. Pada tabel di

atas diketahui bahwa item indikator T3 memiliki koefisien terbesar dalam mengukur

dimensi trendiness yaitu sebesar 0,837 dan seluruh item indikator yang lain telah

lolos uji validitas dalam mengukur dimensi trendiness. Pada tabel di atas diketahui

bahwa item indikator C1 memiliki koefisien terbesar dalam mengukur dimensi

customization yaitu sebesar 0,781 dan seluruh item indikator yang lain telah lolos uji

64
validitas dalam mengukur dimensi customization. Pada tabel di atas diketahui bahwa

item indikator W2 memiliki koefisien terbesar dalam mengukur dimensi E-Wom yaitu

sebesar 0,802 dan seluruh item indikator yang lain telah lolos uji validitas dalam

mengukur dimensi E-Wom.

Gambar 4.10 CFA Customer Relationship

Hasil validitas dapat dilihat pada besaran nilai estimate pada gambar di atas.

Berdasarkan hasil validitas estimate tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh

65
indikator dinyatakan valid karena memiliki nilai estimate lebih dari 0,05 dalam

mengukur dimensi yang dimiliki oleh variabel Customer Relationship. Pada tahapan

selanjutnya dalam memperjelas gambar di atas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Standardized Regression Weights: Customer Relationship

Estimate

<--
IT3 IT ,712
-

<--
IT2 IT ,742
-

<--
IT1 IT ,793
-

<--
TS4 TS ,795
-

<--
TS3 TS ,714
-

<--
TS2 TS ,710
-

<--
TS1 TS ,845
-

Pada tabel di atas diketahui bahwa item indikator IT1 memiliki koefisien

terbesar dalam mengukur dimensi intimacy yaitu sebesar 0,793 dan seluruh item

indikator yang lain telah lolos uji validitas dalam mengukur dimensi intimacy. Pada

tabel di atas diketahui bahwa item indikator TS1 memiliki koefisien terbesar dalam

66
mengukur dimensi trust yaitu sebesar 0,845 dan seluruh item indikator yang lain telah

lolos uji validitas dalam mengukur dimensi trust.

67
Gambar 4.11 CFA Brand Equity

68
Hasil validitas dapat dilihat pada besaran nilai estimate pada gambar di atas.

Berdasarkan hasil validitas estimate tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh

indikator dinyatakan valid karena memiliki nilai estimate lebih dari 0,05 dalam

mengukur dimensi yang dimiliki oleh variabel Brand Equity. Pada tahapan

selanjutnya dalam memperjelas gambar di atas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Standardized Regression Weights: Brand Equity


Estimate

BA4 <--- BA ,670

BA3 <--- BA ,733

BA2 <--- BA ,699

BA1 <--- BA ,737

BAS BA
<--- ,731
4 S

BAS BA
<--- ,756
3 S

BAS BA
<--- ,705
2 S

BAS BA
<--- ,728
1 S

PQ4 <--- PQ ,696

PQ3 <--- PQ ,761

PQ2 <--- PQ ,694

PQ1 <--- PQ ,806

BL4 <--- BL ,798

BL3 <--- BL ,813

69
Estimate

BL2 <--- BL ,673

BL1 <--- BL ,509

Pada tabel di atas diketahui bahwa item indikator BA1 memiliki koefisien

terbesar dalam mengukur dimensi brand awareness yaitu sebesar 0,737 dan seluruh

item indikator yang lain telah lolos uji validitas dalam mengukur dimensi brand

awareness. Pada tabel di atas diketahui bahwa item indikator BAS3 memiliki

koefisien terbesar dalam mengukur dimensi brand association yaitu sebesar 0,756

dan seluruh item indikator yang lain telah lolos uji validitas dalam mengukur dimensi

brand association. Pada tabel di atas diketahui bahwa item indikator PQ1 memiliki

koefisien terbesar dalam mengukur dimensi perceive quality yaitu sebesar 0,806 dan

seluruh item indikator yang lain telah lolos uji validitas dalam mengukur dimensi

perceive quality. Pada tabel di atas diketahui bahwa item indikator BL3 memiliki

koefisien terbesar dalam mengukur dimensi brand loyalty yaitu sebesar 0,803 dan

seluruh item indikator yang lain telah lolos uji validitas dalam mengukur dimensi

brand loyalty.

70
Gambar 4.12 CFA Repurchase Intention

Hasil validitas dapat dilihat pada besaran nilai estimate pada gambar di atas.

Berdasarkan hasil validitas estimate tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh

indikator dinyatakan valid karena memiliki nilai estimate lebih dari 0,05 dalam

mengukur variabel Repurchase Intention. Pada tahapan selanjutnya dalam

memperjelas gambar di atas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Standardized Regression Weights: Brand Equity


Estimate

RPI
<--- RPI ,742
1

RPI
<--- RPI ,854
2

RPI
<--- RPI ,835
3

RPI <--- RPI ,690

71
Estimate

Pada tabel di atas diketahui bahwa item indikator RPI2 memiliki koefisien

terbesar dalam mengukur variabel repurchase intention yaitu sebesar 0,854 dan

seluruh item indikator yang lain telah lolos uji validitas dalam mengukur variabel

repurchase intention.

4.4 Reliabilitas

Pada dasarnya Uji Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur yang

dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali

pada subyek yang sama. Uji Reliabilitas dalam SEM dapat diperoleh melalui rumus

sebagai berikut (Ghozali, 2018):

Keterangan:

1. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap indikator

yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

2. ΣEj adalah measurement error dari tiap indikator. Measurement error dapat

diperoleh dari 1- (reliabilitas indikator)2. Variabel dikatakan reliable bila

mempunyai koefesien reliabilitas alpha sebesar 0,5 atau lebih. Tabel di bawah

ini menunjukkan uji reabilitas variabel.

72
Tabel 4.5 Reliability

Variabel Reliability

SMM 0.913

BE 0.920

CR 0.883

RPI 0.861

Berdasarkan hasil output reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa semua

variabel penelitian memiliki nilai reliabilitas di atas 0,7, Social Media Marketing

memiliki construct reliability 0,913 hal ini memberikan informasi bahwa variabel

Social Media Marketing telah lolos uji reliabilitas karena nilainya di atas 0,7. Brand

Equity memiliki construct reliability 0,920 hal ini memberikan informasi bahwa

variabel Brand Equity telah lolos uji reliabilitas karena nilainya di atas 0,7. Customer

Relationship memiliki construct reliability 0,883 hal ini memberikan informasi

bahwa variabel Customer Relationship telah lolos uji reliabilitas karena nilainya di

atas 0,7. Repurchase Intention memiliki construct reliability 0,861 hal ini

memberikan informasi bahwa variabel Repurchase Intention telah lolos uji reliabilitas

karena nilainya di atas 0,7. Dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan

dalam setiap variabel memiliki reliabilitas yang baik atau mampu mengukur konstruk.

73
4.5 Goodness of Fit

Goodness of fit index (GFI) adalah ukuran kesesuaian antara model yang

dihipotesiskan dan matriks kovariansi yang diamati. Adjusted goodness of fit index

(AGFI) mengoreksi GFI yang dipengaruhi oleh banyaknya indikator dari masing-

masing variabel laten. GFI dan AGFI berkisar antara 0 dan 1, dengan nilai lebih dari

0,9 secara umum menunjukkan kecocokan model yang dapat diterima.

Indeks kecocokan relatif (juga disebut "indeks kecocokan inkremental" dan

"indeks kecocokan komparatif" membandingkan chi-kuadrat untuk model yang

dihipotesiskan dengan model dasar (Byrne, 2012). Model nol ini hampir selalu berisi

model di mana semua variabel tidak berkorelasi, dan sebagai hasilnya, memiliki chi-

square yang sangat besar (menunjukkan kecocokan yang buruk). Indeks kecocokan

relatif mencakup indeks kecocokan normed dan indeks kecocokan komparatif.

Comparative fit index (CFI) menganalisis kecocokan model dengan memeriksa

ketidaksesuaian antara data dan model yang dihipotesiskan, sambil menyesuaikan

masalah ukuran sampel yang melekat dalam uji chi-kuadrat kecocokan model. Nilai

CFI berkisar dari 0 hingga 1, dengan nilai yang lebih besar menunjukkan kesesuaian

yang lebih baik (Hair et al., 2014). Sebelumnya, nilai CFI 0,90 atau lebih besar

dianggap menunjukkan kecocokan model yang dapat diterima. Namun, penelitian

terbaru menunjukkan bahwa nilai yang lebih besar dari 0,90 diperlukan untuk

memastikan bahwa model yang salah spesifikasi tidak dianggap dapat diterima

(Kline, 1998). Dengan demikian, nilai CFI 0,95 atau lebih tinggi saat ini diterima

74
sebagai indikator kecocokan yang baik (Byrne, 2012). Pada gambar di bawah ini

dilakukan uji model sebagai berikut:

Gambar 4.13 Goodness of Fit Test

Berdasarkan hasil uji model di atas diketahui masih terdapat beberapa

kekurangan terkait dengan pengukuran uji kelayakan model dalam penelitian ini. Hal

ini dapat diketahui dari beberapa indeks pengukuran yang dapat melakukan

pengukuran model yang dibuat. Hasil di atas dibandingkan dengan nilai kritis yang

telah dirumuskan sebelumnya untuk menentukan apakah sudah cukup baik atau tidak.

Hal ini dapat diketahui dengan melihat perbandingan antara hasil dan nilai kritis

sebagaimana tabel di bawah ini.

75
Tabel 4.6 Goodness of Fit Index

No Indeks Nilai Kritis Hasil Evaluasi Model

1 Chi-Square Mendekati nol 1640,864 Marjinal

2 Probability level ≥ 0,05 0,00 Buruk

3 CMIN/DF < 2,00 2,043 Marjinal

4 CFI ≥ 0,95 0,843 Marjinal

5 RMSEA ≤ 0,08 0,070 Baik

6 TLI ≥ 0,90 0,832 Marjinal

7 GFI ≥ 0,90 0,741 Marjinal

8 AGFI ≥ 0,90 0,708 Marjinal

Pada tabel di atas diketahui masih terdapat beberapa hasil indeks yang masih di

bawah standar dan hanya RMSEA yang memenuhi syarat, maka diperlukan uji

normalitas untuk memenuhi uji kelayakan model. Pada tahapan selanjutnya

diperlukan uji normalitas untuk mendapatkan hasil uji kelayakan model yang lebih

baik.

4.6 Uji Normalitas

Pada saat melakukan model persamaan struktural (SEM) atau analisis faktor

konfirmatori (CFA), sering direkomendasikan untuk menguji normalitas multivariat.

Beberapa paket perangkat lunak SEM populer (seperti AMOS) menganggap variabel

bersifat kontinu dan memberikan hasil terbaik saat data penelitian didistribusikan

secara normal.

76
Pertama, dimungkinkan untuk menguji normalitas multivariat plot kuantil jarak

Mahalanobis untuk menguji normalitas. Penyimpangan yang ditandai dari garis lurus

menunjukkan bahwa data tidak normal multivariat. Pada tabel di bawah ini yang

memiliki nilai p1 0,000 maka akan dihapus.

Tabel 4.7 Mahalanobis

Observation Mahalanobis d-
p1 p2
number squared
89 116,508 ,000 ,000
3 105,132 ,000 ,000
61 92,187 ,000 ,000
78 89,214 ,000 ,000
182 88,688 ,000 ,000
94 87,902 ,000 ,000
26 80,184 ,000 ,000
76 78,988 ,000 ,000
129 78,428 ,000 ,000
179 77,162 ,000 ,000

Pada analisis melalui perangkat lunak AMOS, uji bawaan untuk normalitas

melibatkan perhitungan nilai Kurtosis yang lebih besar dari 3,00 dapat menunjukkan

bahwa suatu variabel tidak berdistribusi normal (Westfall & Henning, 2013). Untuk

menilai normalitas, memeriksa indeks normalitas univariat dan multivariat sering

membantu dalam melakukan uji kelayakan model. Distribusi univariat dapat

diperiksa untuk mengetahui outliers dan kemiringan serta kurtosis. Distribusi

multivariasi diperiksa untuk normalitas dan outliers multivariat.

Tabel 4.8 Outliers

77
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
1,00
BA3 5,000 -1,150 -6,834 1,861 5,532
0
3,00
BA2 5,000 -,817 -4,858 -,405 -1,203
0
1,00
C2 5,000 -,694 -4,126 ,628 1,866
0
3,00
RPI1 5,000 -,893 -5,310 -,229 -,679
0

Pada tabel di atas karena nilai dari item indikator di bawah ketentuan maka

keempat item indikator tersebut dihapus dari model penelitian. Pada tahapan

selanjutnya dalam memodifikasi model diperlukan melakukan hubungan antara error

yang memiliki nilai M.I tertinggi maka akan dihapus untuk mendapatkan model yang

lebih baik (Gaskin, 2013). Pada tabel di bawah ini terdapat 2 eror tertinggi yang

didapat berdasarkan model fit indices di dalam perangkat lunak AMOS yang secara

otomatis dapat mendeteksi nilai M.I tertinggi.

Tabel 4.9 Model Fit Indices

M.I. Par Change

e13
<--> e134 76,718 ,067
3

e13
<--> e133 40,910 ,050
2

Berdasarkan tiga tahapan dalam memperbaiki normalitas data sehingga data

yang digunakan dalam penelitian ini lolos uji normalitas maka gambar model dapat

diubah seperti di bawah ini.

78
Gambar 4.14 Modification Model

Berdasarkan model di atas maka terjadi perubahan seperti penghapusan

beberapa kelompok data, penghapusan beberapa item indikator dalam model

penelitian yang tidak sesuai dengan ketentuan normalitas, dan penghubungan eror

yang memiliki nili M.I tinggi dalam model ini. Pada tabel di bawah ini diketahui

bahwa terjadi banyak perbaikan dalam model, walaupun tidak semua indeks

memenuhi asumsi, akan tetapi hal ini dikatakan wajar dikarenakan mendekati nilai

yang direkomendasikan, maka model tersebut masih layak untuk dilanjutkan. Ini artinya

model tersebut cukup fit dan layak untuk digunakan. Menurut (Hair et al., 2014), meskipun

nilai probability level tidak sesuai rekomendasi, tetapi nilai indeks yang lain mendekati

rekomendasi sehingga evaluasi model masih layak digunakan.

79
Tabel 4.10 Modification

No Indeks Nilai Kritis Hasil Evaluasi Model

1 Chi-Square Mendekati nol 1254,239 Baik

2 Probability level ≥ 0,05 0,00 Buruk

3 CMIN/DF < 2,00 1,939 Baik

4 CFI ≥ 0,95 0,875 Marjinal

5 RMSEA ≤ 0,08 0,068 Baik

6 TLI ≥ 0,90 0,864 Marjinal

7 GFI ≥ 0,90 0,763 Marjinal

8 AGFI ≥ 0,90 0,728 Marjinal

Hasil tersebut menunjukkan bahwa model yang digunakan dapat diterima. CFI

dan TLI sudah mendekati nilai acuan mereka, yang bisa dikatakan sangat baik. Dari

beberapa uji kelayakan model, jika setidaknya satu metode uji kelayakan model

terpenuhi, maka model tersebut dapat dinyatakan layak (Hair et al., 2014). Dalam

studi empiris, peneliti tidak harus memenuhi semua kriteria “goodness of fit”, tetapi

bergantung pada penilaian masing-masing peneliti. Dalam penelitian ini nilai chi-

square cukup baik. Kline (1998) menyatakan bahwa Chi-Square tidak dapat

digunakan sebagai satu-satunya ukuran kesesuaian model secara keseluruhan. Salah

satu alasannya adalah chi-square sensitif terhadap ukuran sampel. Dengan

bertambahnya ukuran sampel, meskipun perbedaan antara matriks kovarian sampel

dan matriks kovarian model kecil, nilai chi-kuadrat akan meningkat dan

menyebabkan model ditolak.

80
Chi-square juga berhubungan erat dengan nilai derajat kebebasan, jika derajat

kebebasan besar maka akan mempengaruhi nilai chi-square. Nilai “derajat

kebebasan” dalam penelitian ini sangat besar yaitu 647, sehingga akan mempengaruhi

nilai chi-square. Berdasarkan hasil uji kelayakan model pada tabel sebelumnya

beberapa standar berada pada nilai marginal. Nilai marjinal adalah kondisi untuk

mengukur penerapan model di bawah standar pemasangan absolut dan pemasangan

inkremental, tetapi karena mendekati standar pemasangan yang baik, analisis lebih

lanjut masih dapat dilanjutkan (Hair et al., 2014).

4.7 Squared Multiple Correlation

Pada tahap berikutnya dilakukan model pengukuran dengan koefisien korelasi

ganda kuadrat pada variabel endogen yaitu variabel brand equity, customer

relationship, dan repurchase intention. Pada analisa pengukuran determinasi ini

digunakan untuk mengetahui besar keseluruhan variabel eksogen terhadap variabel

endogen. Analisa ini untuk melihat besarnya nilai Squared Multiple Correlation.

Pada tabel di bawah ini disajikan masing-masing nilai dari variabel endogen dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

Tabel 4.11 Squared Multiple Correlation

81
Variabel Endogen Estimate

Brand Equity ,488

Customer Relationship ,505

Repurchase Intention ,807

Pada tabel tersebut di atas diketahui bahwa nilai dari brand equity sebesar

0,488. Hal ini memberikan informasi bahwa social media marketing sebagai variabel

eksogen memiliki kontribusi dalam menentukan brand equity sebesar 48,8% (0,488 x

100). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa model penelitian ini dalam

menentukan brand equity sudah cukup baik karena nilai yang dibentuk predictor

(eksogen) terhadap variabel endogen cukup besar.

Pada tabel di atas juga diketahui bahwa nilai dari customer relationship

sebesar 0,505. Hal ini memberikan informasi bahwa social media marketing yang

merupakan variabel eksogen memiliki kontribusi dalam menentukan variabel

customer relationship sebesar 50,5% (0,505 x 100). Dari hasil tersebut dapat

diketahui bahwa model penelitian ini dalam menentukan customer relationship sudah

cukup baik karena nilai yang dibentuk predictor (eksogen) terhadap variabel endogen

cukup besar.

Pada tabel di atas juga diketahui bahwa nilai dari repurchase intention sebesar

0,887. Hal ini memberikan informasi bahwa seluruh variabel eksogen, dalam hal ini

social media marketing, brand equity, dan customer relationship memiliki kontribusi

dalam menentukan Organizational Performance sebesar 80,7% (0,807 x 100). Dari

82
hasil tersebut kita dapat mengetahui bahwa model penelitian ini dalam menentukan

repurchase intention sudah cukup baik karena nilai yang dibentuk predictor

(eksogen) terhadap variabel endogen cukup besar. Hal ini dianggap wajar

dikarenakan pada variabel ini diketahui memiliki 3 predictor sehingga hasilnya lebih

besar dibandingkan variabel endogen yang lain yang hanya memiliki 1 predictor saja.

Jumlah predictor akan menambah nilai square multiple correlation.

4.8 Analisis Koefisien Jalur

Tabel 4.12 Standardized Direct Effects

Variabel Brand Equity Customer Repurchase

Relationship Intention

Social Media
0,698 0,711 -0,279
Marketing

Brand Equity 0,936

Customer
0,161
Relationship

Pada Tabel di atas dapat kita ketahui bahwa variabel endogen brand equity

dipengaruhi searah atau positif oleh social media marketing sebesar 0,698. Variabel

customer relationship dipengaruhi searah atau positif sebesar 0,711 hasil ini diketahui

lebih besar dengan variabel sebelumnya yaitu brand equity. Variabel repurchase

intention dipengaruhi tidak searah atau negative sebesar -0,279. Hal ini memberikan

informasi bahwa pengaruh dari social media marketing terhadap repurchase intention

menjadi satu-satunya yang memiliki pengaruh negatif.

83
Pada Tabel di atas dapat kita ketahui bahwa variabel endogen repurchase

intention dipengaruhi searah atau positif oleh brand equity sebesar 0,936. Hasil ini

merupakan nilai koefisien terbesar diantara beberapa jalur yang diteliti dalam

penelitian ini dalam pengaruhnya terhadap repurchase intention. Selanjutnya

repurchase intention juga dipengaruhi searah atau positif oleh customer relationship

sebesar 0,161. Hasil koefisien ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan koefisien

pada variabel lain.

4.9 Uji Hipotesis

Kriteria goodness of fit model structural yang diestimasi dapat terpenuhi, maka

tahap selanjutnya adalah analisis terhadap hubungan Structural Model seperti yang

ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Hubungan antar konstruk dalam hipotesis

ditunjukkan oleh nilai regression weights (Hair et al., 2014)

Tabel 4.13 Regression Weights


Estimate S.E. C.R. P Label
<--
BE SMM ,575 ,088 6,504 *** par_5
-
<--
CR SMM ,931 ,117 7,963 *** par_6
-
RP <--
SMM -,318 ,100 -3,175 ,001 par_3
I -
RP <--
BE 1,300 ,216 6,012 *** par_4
I -
RP <--
CR ,141 ,117 1,201 ,230 par_7
I -

Tabel di atas menjelaskan terdapat pengaruh yang positif yaitu dengan nilai

estimate sebesar 0,575 antara social media marketing terhadap brand equity.

84
Pengaruh ini memiliki P-value sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

pengaruh tersebut ialah signifikan maka H0 ditolak dan hipotesis diterima.

Tabel di atas menjelaskan terdapat pengaruh yang positif yaitu dengan nilai

estimate sebesar 0,931 antara social media marketing terhadap customer relationship.

Pengaruh ini memiliki P-value sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

pengaruh tersebut ialah signifikan maka H0 ditolak dan hipotesis diterima.

Tabel di atas menjelaskan terdapat pengaruh yang negatif yaitu dengan nilai

estimate sebesar -0,318 antara social media marketing terhadap repurchase intention.

Meskipun pengaruh ini memiliki P-value sebesar 0,001 < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa pengaruh tersebut ialah signifikan, akan tetapi karena tidak searah

atau negatif maka H0 diterima dan hipotesis ditolak.

Tabel di atas menjelaskan terdapat pengaruh yang positif yaitu dengan nilai

estimate sebesar 1,300 antara brand equity terhadap repurchase intention. Pengaruh

ini memiliki P-value sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh

tersebut ialah signifikan maka H0 ditolak dan hipotesis diterima.

Tabel di atas menjelaskan terdapat pengaruh yang positif yaitu dengan nilai

estimate sebesar 0,141 antara customer relationship terhadap repurchase intention.

Pengaruh ini memiliki P-value sebesar 0,230 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

pengaruh tersebut ialah tidak signifikan maka H0 diterima dan hipotesis ditolak.

85
Tabel 4.14 Hasil Hipotesis

No Hipotesis Hasil
H1 Social Media Marketing Activities berpengaruh positif Diterima
terhadap Brand Equity pada industri E-commerce
H2 Social Media Marketing Activities berpengaruh positif Diterima
terhadap Customer Relationship pada industri E-commerce
H3 Social Media Marketing Activities berpengaruh positif Ditolak
terhadap Repurchase Intention pada industri E-commerce
H4 Brand Equity berpengaruh positif terhadap Repurchase Diterima
Intention pada industri E-commerce.
H5 Customer Relationship berpengaruh positif terhadap Ditolak
Repurchase Intention pada industri E-commerce.

4.10 Pembahasan

Social Media Marketing Activities berpengaruh positif terhadap Brand Equity pada

industri E-commerce

Dari sudut pandang peneliti dan berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan

hubungan yang kuat antara social media marketing terhadap brand equity. Hasil

positif dari sudut pandang peneliti ini bisa jadi karena peningkatan jumlah pengguna

pemasaran social media dan meningkatnya kesadaran akan penggunaannya, sehingga

perusahaan melakukan pemasaran melalui social media dan membawa pelanggan

mereka pada brand perusahaan dengan serius, yang akan membawa brand equity

perusahaan ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan karakteristik responden berusia muda dan mulai masuk dunia kerja

sehingga mayoritas responden memiliki kemampuan finansial secara mandiri.

Preferensi merek terutama sebagian besar responden tinggal di Jakarta sangat tinggi,

social media menjadi salah satu alat komunikasi terbaik untuk perusahaan tetap dapat

86
berkomunikasi dan menguatkan merek mereka kepada responden yang memiliki latar

belakang ini. Penelitian ini didominasi oleh generasi yang disebut sebagai digital

native seringkali komunikasi mereka di dunia digital seperti sosial media lebih

banyak dibandingkan dunia aslinya. Ibu kota Jakarta menjadi pusat ekonomi dan

menjadi kota dengan tingkat pendapatan tertinggi di Indonesia, akan terasa tepat jika

perusahaan melakukan pemasaran melalui social media karena pada saat ini beberapa

fitur di sosial media dapat mengatur spesifik audiens seperti lokasi, usia, dan gender

yang sesuai dengan target perusahaan mereka. Fenomena ini menjadikan pemasaran

digital lebih efektif menjangkau konsumen pada generasi ini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Melissa

(2015) yang telah melakukan survey terhadap 122 orang dan menemukan bahwa

Social Media Marketing Activities juga memiliki efek positif secara langsung

terhadap Brand Equity. Kemudian Godey, et al (2016) juga mengatakan adanya

hubungan positif dan signifikan dari Social Media Marketing Activities dengan Brand

Equity.

Social media marketing memiliki kekuatan untuk menjadi aset paling menarik

yang dimiliki oleh sebuah bisnis, membantu meningkatkan hubungan dengan

pelanggan dan mendorong brand equity yang lebih kuat. Adopsi social media yang

meluas oleh konsumen dan brand telah mengubah hubungan brand dan audiens

secara drastis. Kehadiran brand secara online pada social media, dapat menjadi aset

yang membangun brand equity serta menambah nilai bagi konsumen dan perusahaan.

87
Topik penelitian penting lainnya adalah brand equity dipandang sebagai dasar

untuk kerangka kerja strategis baru untuk membangun program pemasaran yang lebih

kuat dan berpusat pada pelanggan yang dapat dipertanggungjawabkan dan diukur

secara finansial. Brand equity menjadi pembahasan penting mengingat dapat menjadi

dasar dalam menyusun strategi suatu perusahaan terutama dalam ranah social media.

Customer-based Brand Equity (CBBE) ditunjukkan dengan peningkatan

kekuatan sikap, dimana sikap dapat mengacu pada asosiasi objek dan evaluasi objek

tersebut dalam memori konsumen (Farquhar, 1989). Sebagaimana dijelaskan pada

bab awal bahwa aktivitas pemasaran dapat meningkatkan sikap konsumen terhadap

asosiasi dan evaluasi objeknya, oleh karena itu Yoo, Donthu, dan Lee (2000)

menyatakan brand equity sebagai “perbedaan dalam pilihan konsumen antara fokus

produk bermerek dan produk tidak bermerek mengingat tingkat fitur produk yang

sama”. Oleh karena itu, tindakan untuk menunjukkan brand equity dapat dilakukan

dengan membandingkan dua produk yang masing-masing identik kecuali namanya

melalui penilaian niat untuk membeli atau preferensi terhadap merek.

Banyak perusahaan telah memanfaatkan social media untuk pemasaran dan

periklanan. Penggunaan pemasaran social media itu sendiri telah menciptakan lebih

banyak kemungkinan peluang bisnis sehingga pelanggan sekarang dihadapkan pada

pesan merek dengan cara membangun lebih banyak interaksi (Kim & Ko, 2010).

Pesan atau informasi merek yang disampaikan melalui social media dapat

mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap brand equity. Melalui kegiatan

pemasaran, perusahaan berusaha menciptakan evaluasi merek yang positif dengan

88
mengembangkan sikap merek yang mudah diakses dan citra merek yang konsisten

untuk menciptakan dampak yang maksimal terhadap perilaku pembelian. Oleh karena

itu brand equity yang dipersepsikan akan berkontribusi dalam mempengaruhi niat

beli di kemudian hari.

Social Media Marketing Activities berpengaruh positif terhadap Customer

Relationship pada industri E-commerce

Social media marketing activities adalah faktor kunci dalam hubungan

konsumen: Pelanggan melakukan penelitian tentang produk atau layanan, mereka

bersedia membeli, melalui social media. Untuk memperluas komunikasi dengan

klien, perusahaan menggunakan social media dan hasilnya adalah: interaksi

pelanggan yang lebih baik. Customer relationship membahas mengenai cara semakin

dekat dengan konsumen, terutama mengenai komunikasi dengan konsumen.

Berdasarkan karakteristik responden yang berusia muda dan didominasi oleh

responden wanita yang mana mereka biasa mencari referensi mengenai suatu produk

yang sedang mereka bandingkan di sosial media, maka dari itu social media

marketing sangat penting untuk kelompok ini, persaingan e-commerce di Indonesia

cukup ketat sehingga perusahaan berusaha mempertahankan konsumen mereka dan

menggarap konsumen potensial. Hasil dari pengaruh social media marketing

activities menjadi yang terbesar pengaruhnya ke customer relationship hal ini karena

memang sosial media adalah alat yang paling tepat saat ini dalam menjali hubungan

antara perusahaan dengan konsumen mereka, tidak jarang kita lihat perusahaan e-

89
commerce menggunakan beberapa endorsement yang dilakukan oleh celebrity untuk

meningkatkan hubungan mereka dengan konsumen atau calon konsumen potensial

mereka.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Ko (2010)

bahwa kegiatan social media marketing activites yang dilakukan oleh suatu brand

mempengaruhi customer relationship dari brand tersebut. Hasil ini juga didukung

oleh penelitian Gautam dan Sharna (2017) yang menjelaskan bahwa dengan

meningkatkan customer relationship, hubungan antara konsumen dan brand akan

semakin kuat.

Di era teknologi yang semakin maju, komunikasi sebagian besar berada di

social media. Social media sebenarnya adalah komunikasi terbuka mengenai

kepuasan dan ketidakpuasan, suka dan tidak suka. Jika semakin dekat dengan

konsumen berarti perusahaan harus beradaptasi dengan kebangkitan social media ini

agar tetap kompetitif di pasar. Inilah alasan mengapa organisasi harus menggunakan

sosial media dalam pemasaran dan mereka harus menerima transisi ini dari customer

relationship tradisional (email, telepon, brosur) ke customer relationship model baru.

Kami menyebutnya transisi karena perusahaan tidak boleh melupakan praktik lama

customer relationship, tetapi mengintegrasikan yang baru dan memfokuskan

perhatian mereka pada praktik tersebut.

Sebagian besar perusahaan menggunakan social media untuk berkomunikasi

dengan pelanggan dan menanggapi pertanyaan dan keluhan mereka, sementara lebih

90
dari setengahnya menggunakan social media untuk meningkatkan penjualan:

menghasilkan arahan penjualan dan menjual produk. Survei pada penelitian ini juga

mengungkapkan bahwa lebih dari 50% perusahaan e-commerce menggunakan social

media untuk mempromosikan platform mereka. Perusahaan juga menggunakan social

media untuk review konsumen, dalam memberikan dukungan atau mencari tahu ide

konsumen. Mereka menggunakan social media sebagai alat pemasaran lebih dari

sekadar mengumpulkan dan menganalisis data.

Social Media Marketing Activities berpengaruh negatif terhadap Repurchase

Intention pada industri E-commerce

Pada saat perusahaan melakukan pemasaran melalui social media, perusahaan

tidak memiliki kendali atas apa yang dilakukan pengikut atau konsumennya.

Beberapa pengguna berinteraksi dengan setiap kiriman, dan mereka bebas

menyebarkan pesan di antara teman-teman mereka. Meskipun ini bisa

menguntungkan perusahaan, ini juga bisa menjadi bumerang ketika postingan

memberi kesan negatif tentang perusahaan. Interaksi seperti tweet ulang, komentar,

suka, dan berbagi dapat mempopulerkan postingan dalam beberapa menit.

Pemasaran melelaui social media memang efektif dalam beberapa penelitian

terutama terkait dengan purchase intention akan tetapi dalam hasil penelitian ini

terbukti bahwa justru hal itu memiliki pengaruh yang negative terhadap repurchase

intention, sehingga dapat disimpulkan jika pemasaran social media yang dilakukan

oleh e-commerce hanya efektif untuk customer potential bukan untuk konsumen yang

91
telah existing sebelumnya. Pada beberapa penelitian menjelaskan bahwa lebih sulit

mempertahankan konsumen yang telah ada dibandingkan mencari konsumen baru

yang potensial (Zheng et al., 2017).

Berdasarkan karakteristik responden dalam penelitian ini diketahui bahwa

sebagian besar responden memang mayoritas menggunakan e-commerce Shopee jika

dibandingkan dengan e-commerce lain Shopee menjadi salah satu perusahaan yang

sedikit melakukan sosial media marketing activities dibandingkan Tokopedia dan

Bukalapak. Shopee memfokuskan binsisnya pada pricing strategy dan kupon serta

gratis ongkir yang mana lebih menarik konsumen untuk melakukan pembelian

kembali terutama pada generasi muda yang juga mayoritas responden dalam

penelitian berusia 18-25 tahun yang merupakan usia kuliah dan fresh graduate.

Hasil penelitian ini memiliki pengaruh tidak searah atau negatif dan

bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Savitri et al.

(2016) bahwa Social Media Marketing Activities dikatakan dapat mempengaruhi

Repurchase Intention konsumen dan Subawa, et al (2020) juga menemukan bahwa

meningkatnya penggunaan social media marketing membuat meningkatnya

repurchase Intention dapat meningkatkan karena adanya feedback atau ulasan yang

diberikan kepada suatu produk melalui medium Social Media Marketing. Serta

Almas (2018) menyatakan bahwa social media sebagai alat pemasaran yang baik

untuk meningkatkan repurchase Intention konsumen. Tidak semua ulasan atau yang

dibicarakan pada sosial media mengenai perusahaan e-commerce adalah baik ada

92
juga ulasan yang tidak baik yang dapat mempengaruhi konsumen dalam repurchase

intention.

Pengikut perusahaan akan dapat melihat konten seperti halnya pelanggan

potensial lainnya yang telah berinteraksi dengan perusahaan. Setelah beberapa saat,

perusahaan mulai merasa tidak berdaya karena perusahaan tidak dapat mengontrol

apa yang dikatakan tentang perusahaan. Mencoba menyampaikan cerita dari sisi

perusahaan tidak selalu menghasilkan respons positif. Tidak ada yang dapat

menyangkal bahwa social media adalah alat yang sangat efektif untuk meningkatkan

keterlibatan dan meningkatkan penjualan. Namun, perusahaan tidak boleh

menganggapnya sebagai satu-satunya jalan pemasaran yang harus dikejar. Menjadi

tergantung pada platform social media tertentu membuat perusahaan rentan terhadap

perubahan masa depan yang mungkin dilakukan terhadap cara komunikasi tersebut.

perusahaan harus menjelajahi opsi pemasaran yang berbeda dan kemudian

menetapkan kombinasi yang sesuai untuk layanan dan produk perusahaan.

Diversifikasi upaya pemasaran perusahaan diperlukan jika perusahaan ingin

mendapatkan efek positif dari jejaring sosial. Namun, sebagian besar perusahaan pada

akhirnya terlalu memprioritaskan social media.

Brand Equity berpengaruh positif terhadap Repurchase Intention pada industri E-

commerce

Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa brand equity menjadi faktor utama

dan terbesar yang mempengaruhi repurchase intention pada model penelitian ini.

93
Tahap awal yang dibutuhkan untuk membangun sebuah merek adalah bagaimana

produsen membangun Brand Awareness melalui informasi dalam memori. Kesadaran

merek penting sebelum asosiasi merek dan ekuitas merek dapat dibentuk. Ketika

konsumen memiliki sedikit waktu untuk mengkonsumsi, kedekatan dengan nama

merek akan cukup untuk menentukan pembelian. Konsep brand equity adalah

kemampuan pembeli untuk mengidentifikasi (mengenali atau mengingat) merek yang

cukup rinci untuk melakukan pembelian. Brand equity merupakan langkah awal bagi

setiap konsumen dari setiap produk atau merek baru yang ditawarkan melalui

periklanan.

Berdasarkan identitas responden dalam penelitian ini diketahui sebagian besar

terdiri dari kalangan wanita yang memiliki karakteristik preferensi merek yang tinggi

dalam beberapa penelitian (Hussain et al., 2020). Brand equity menjadi hal paling

penting dalam menentukan apakah seorang konsumen membeli kembali atau tidak

terutama dalam pembelanjaan online yang disediakan oleh e-commerce. Akumulasi

pengalaman dan pengetahuan konsumen tentang suatu merek merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli kembali merek yang sama. Ekuitas

merek tidak hanya memberikan manfaat langsung, tetapi juga manfaat jangka panjang

dengan mempertahankan konsumen untuk terus membeli kembali produknya Merek

yang kuat akan membuat konsumen selalu mengingat merek tersebut.

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

Bendixen, Bukasa, & Abratt, (2004) dan Erdem, Swait, & Louviere, (2002) bahwa

Brand Equity memiliki banyak sekali keuntungan terhadap perusahaan, mulai dari

94
mempermudah diferensiasi dan memposisikan perusahaan serta peningkatan efisiensi

dan efektivitas program pemasaran, dan dapat juga memiliki harga yang lebih tinggi

dan margin keuntungan yang lebih besar. Selain penemuan diatas, Kusuma dan

Miartana (2018) menyatakan Brand Equity juga telah dikaitkan dengan Repurchase

Intention hasil penelitian telah dilakukan dalam beberapa konteks bahwa Brand

Equity (Brand Loyalty, Brand Association, Brand Awareness , Perceived Quality)

memiliki pengaruh yang positif terhadap Repurchase Intention. Penelitian Pitaloka

dan Gumanti (2019) mengatakan Brand Equity (Brand Awareness, Perceived

Quality) mempengaruhi secara signifikan dan simultan dampak terhadap Repurchase

Intention. Uthayakumar & Senthilnathan (2011) juga mengatakan bahwa Repurchase

Intention konsumen bisa diprediksi dengan sifat konsumen terhadap Brand Equity.

Berdasarkan model CBBE dalam membangun menuju brand equity yang tinggi

hanya terjadi pada konsumen yang menyadari keberadaan suatu merek dan memiliki

image/asosiasi kuat, menguntungkan, dan menyadari keunikan atau keunggulan

merek tertentu. Keller et al. (2011) mengemukakan proses langkah dalam

membangun sebuah merek, menyusun identitas merek yang tepat, menciptakan

makna merek yang sesuai dengan yang dirumuskan, menstimulasi respon merek yang

diharapakan, menjalin relasi merek yang tepat dengan konsumen. Hasil dari

keseluruhan itu akan berdampak kepada perusahaan karena kredibilitas dari merek

dan kredibilitas perusahaan sangat berkaitan erat.

Customer Relationship tidak berpengaruh signifikan terhadap Repurchase

Intention pada industri E-commerce

95
Repurchase intention menjadi pembahasan menarik saat ini ketika semua

transaksi dapat dilakukan secara online. Banyak pemain dalam industry e-commerce

membuat setiap perusahaan berusaha mempertahankan konsumen mereka yang mana

konsumen tersebut dapat juga sekaligus menjadi konsumen perusahaan pesaingnya di

industri yang sama. Transaksi digital telah melakukan pergeseran mengenai

pembelian kembali dikarenakan konsumen dapat berpindah tempat (platform) hanya

dalam hitungan detik tidak seperti transaksi tradisional yang biasanya. Hasil

penelitian ini menjelaskan bahwa customer relationship tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap repurchase intention.

Berdasarkan data responden yang penelitian ini dapatkan dikethui bahwa

responden memang aktif dalam social media dan memiliki lebih dari 1 aplikasi e-

commerce. Pengalaman dan brand equity masih menjadi pertimbangan utama dalam

repurchase intention. Pada penelitian ini seperti yang diketahui bahwa sebagian besar

responden berusia muda dan dalam beberapa survei bahwa konsumen yang berusia

muda kurang memiliki ketertarikan terhadap perusahaan yang masif melakukan iklan

di social media, karena mereka menganggap iklan sebagai gangguan ketika mereka

menggunakan social media (Ishadi & Djastuti, 2012). Fungsi utama customer

relationship pada awalnya dan saat ini adalah berusaha menjangkau konsumen

mereka lebih luas terutama terkait pembelian akan tetapi hal ini tidak terbukti pada

pembelian kembali terutama pada penelitian ini.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Gautam dan Sharma (2017), Kim dan Ko (2010) serta Hakim, Susanti,

96
dan Ujianto (2017) bahwa Customer Relationship mempengaruhi Purchase Intention.

Terutama penelitian yang dilakukan oleh Gautam dan Sharma (2017) yang

mengatakan penggunaan social media sebagai salah satu cara untuk menjaga

customer relationship akan meningkatkan repurchase intention dari pelanggan.

Customer relationship dalam penelitian tidak menemukan hal itu bahwa tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap repurchase intention.

97
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

E-commerce sekarang memainkan peran penting dalam kehidupan kita sehari-

hari. Ini mendefinisikan ulang aktivitas komersial di seluruh dunia. Selama bertahun-

tahun, e-commerce telah berkembang pesat menjadi sebuah gaya hidup baru dalam

berbelanja online. Penelitian ini berusaha merumuskan faktor-faktor penting dalam

pembelian ulang dalam industri e-commerce di Indonesia dengan menggunakan 3

variabel yaitu aktivitas pemasaran social media, ekuitas merek, dan hubungan

konsumen.

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan positif yang kuat dan signifikan

antara social media marketing activities terhadap brand equity. Hasil positif dari

sudut pandang peneliti ini bisa jadi karena peningkatan jumlah pengguna pemasaran

social media dan meningkatnya kesadaran akan penggunaannya, sehingga perusahaan

melakukan pemasaran melalui social media dan membawa pelanggan mereka pada

brand perusahaan dengan serius, yang akan membawa brand equity perusahaan ke

arah yang lebih baik.

Hasil dari pengaruh social media marketing activities menjadi yang terbesar

pengaruhnya secara positif ke customer relationship dan signifikan hal ini karena

memang sosial media adalah alat yang paling tepat saat ini dalam menjali hubungan

98
antara perusahaan dengan konsumen mereka, tidak jarang kita lihat perusahaan e-

commerce menggunakan beberapa endorsement yang dilakukan oleh celebrity untuk

meningkatkan hubungan mereka dengan konsumen atau calon konsumen potensial

mereka.

Hasil penelitian ini memiliki pengaruh tidak searah atau negatif dan

bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Savitri et al.

(2016) bahwa Social Media Marketing Activities dikatakan dapat mempengaruhi

Repurchase Intention konsumen dan Subawa, et al (2020) juga menemukan bahwa

meningkatnya penggunaan social media marketing membuat meningkatnya

repurchase Intention dapat meningkatkan karena adanya feedback atau ulasan yang

diberikan kepada suatu produk melalui medium Social Media Marketing. Serta

Almas (2018) menyatakan bahwa social media sebagai alat pemasaran yang baik

untuk meningkatkan repurchase Intention konsumen. Penelitian ini menjelaskan

bahwa tidak semua ulasan atau yang dibicarakan pada sosial media mengenai

perusahaan e-commerce adalah baik ada juga ulasan yang tidak baik yang dapat

mempengaruhi konsumen dalam repurchase intention.

Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa brand equity menjadi faktor utama

dan terbesar yang mempengaruhi repurchase intention secara positif dan signifikan

pada model penelitian ini. Akumulasi pengalaman dan pengetahuan konsumen

tentang suatu merek merupakan faktor yang dapat mempengaruhi konsumen untuk

membeli kembali merek yang sama. Ekuitas merek tidak hanya memberikan manfaat

langsung, tetapi juga manfaat jangka panjang dengan mempertahankan konsumen

99
untuk terus membeli kembali produknya Merek yang kuat akan membuat konsumen

selalu mengingat merek tersebut.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa customer relationship tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap repurchase intention. Fungsi utama customer

relationship pada awalnya dan saat ini adalah berusaha menjangkau konsumen

mereka lebih luas terutama terkait pembelian akan tetapi hal ini tidak terbukti pada

pembelian kembali terutama pada penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Gautam dan Sharma (2017),

Kim dan Ko (2010) serta Hakim, Susanti, dan Ujianto (2017) bahwa Customer

Relationship mempengaruhi Purchase Intention. Terutama penelitian yang dilakukan

oleh Gautam dan Sharma (2017) yang mengatakan penggunaan social media sebagai

salah satu cara untuk menjaga customer relationship akan meningkatkan repurchase

intention dari pelanggan. Customer relationship dalam penelitian tidak menemukan

hal itu bahwa tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap repurchase intention.

5.2 Implikasi Manajerial

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan di atas maka penelitian ini memiliki

beberapa implikasi manajerial yang dapat bermanfaat untuk dijadikan pembelajaran

pada industri e-commerce yaitu sebagai berikut:

Pada beberapa dekade terakhir kita telah melihat perubahan yang belum pernah

terjadi sebelumnya dalam bisnis global terutama terkait revolusi pada teknologi

informasi dan komunikasi. Perkembangan dalam TI mengubah strategi yang diikuti

100
oleh perusahaan untuk mengatasi perubahan baru dalam lingkungan bisnis. Pengaruh

ini merubahh cara dan sumber titik kontak pelanggan dan cara daya tarik dan retensi

pelanggan. Dalam skenario yang berubah ini mereka yang tertinggal akan

menghadapi kehilangan pelanggan yang tinggi dan akhirnya keluar dari pasar, kecuali

mereka mengembangkan pemasaran melalui social media dan mengelola hubungan

pelanggan secara virtual dalam menciptkana nilai merek.

Perusahaan dapat menggunakan social media sebagai alat pemasaran terutama

untuk para audiens yang memiliki latar belakang seperti identitas responden dalam

penelitian ini. Di dunia di mana percakapan merek dan audiens terjadi di ruang

publik, semua aspek bisnis ini dapat dianggap sebagai bagian dari pemasaran. Kisah

positif atau negatif yang muncul dan menyebar secara online tentang bisnis

membantu menginformasikan pilihan konsumen. Sementara kecerdasan sosial dapat

meningkatkan praktik pemasaran tradisional, perannya telah meluas untuk

menginformasikan beberapa titik kontak pelanggan. Meningkatkan pengalaman

pelanggan di setiap titik akan menguntungkan konsumen, mendorong percakapan

yang lebih baik, dan meningkatkan ekuitas merek.

Social media dengan cepat menggantikan media tradisional sebagai sumber

informasi utama yang terkait dengan customer relationship. Jumlah saluran

komunikasi online yang tak terbatas yang tersedia bagi pelanggan memiliki implikasi

positif dan negatif untuk manajemen hubungan pelanggan yang tepat. Manfaat utama

dari social media adalah memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk dengan

cepat dan mudah mendapatkan umpan balik mengenai pengembangan produk dan

101
upaya pemasaran perusahaan saat ini. Satu-satunya cara untuk mengelola pro dan

kontra social media adalah dengan membangun hubungan pelanggan yang kuat yang

didasarkan pada kolaborasi, kepercayaan, dan loyalitas.

Perusahaan yang sukses membangun hubungan dengn konsumen mereka

disebabkan mereka mampu memahami peran yang dimainkan social media dalam

menciptakan hubungan pelanggan jangka panjang. Misalnya, pada beberapa tahun

lalu, Shopee memasukkan pendekatan yang berpusat pada pelanggan ke dalam proses

pengembangan produk mereka. Mereka meluncurkan satu menu khusus terkait hal

tersebut yang mendorong konsumen untuk menyuarakan pendapat mereka tentang

produk saat ini dan masa depan melalui jajak pendapat pelanggan dan forum saran

pelanggan. Dengan menempatkan pelanggan di garis depan dalam proses

pengambilan keputusan, Shopee telah membedakan diri mereka dari pesaing mereka.

Perusahaan dapat mempertimbangakn opsi lain dalam meningkatkan pembelian

kembali selain pemasaran social media, hal ini dikarenakan pemasaran melalui social

media lebih tepat untuk potensial konsumen melakukan pembelian awal (purchase

intention) akan tetapi kurang tepat jika dijadikan strategi pembelian kembali pada

industri e-commerce. Semakin banyak konsumen beralih ke web untuk

mengekspresikan ide dan pendapat mereka tentang berbagai merek, perusahaan perlu

melengkapi diri mereka dengan perangkat yang tepat untuk mendengarkan dan

menanggapi percakapan online ini.

102
Perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk menjangkau individu-

individu ini secara efektif, membangun hubungan pelanggan yang berkualitas, dan

mengatasi persaingan dalam meningkatkan repurchase intention. Mengumpulkan

data yang benar dari pelanggan yang tepat akan memastikan inisiatif pengembangan

produk perusahaan selaras dengan harapan pelanggan dalam meningkatkan

repurchase intention pada industri e-commerce.

Perusahaan perlu memperhatikan faktor terpenting dalam meningkatkan

repurchase intention yaitu brand equity penelitian ini mendapatkan bahwa

pengaruhnya adalah yang terbesar. Perusahaan dapat menerapkan strategi khusus

yang meningkatkan brand equity. Brand equity merupakan komponen penting dari

identitas bisnis perusahaan dan akan meningkatkan pelanggan serta

mempertahankannya karena tetap melakukan transaksi secara berulang dalam jangka

panjang.

Jika perusahaan ingin meningkatkan brand equity, perusahaan harus

meningkatkan loyalitas konsumen pada merek perusahaan, mengasosiasikan merek

perusahaan dengan nilai atau kualitas yang lebih baik, atau meningkatkan kesadaran

konsumen terhadap merek perusahaan. Idealnya, perusahaan mampu melakukan

keempatnya. Periklanan adalah cara perusahaan dalam meningkatkan brand equity

untuk mendorong peningkatan kesadaran merek dan asosiasi merek, yang akan

mengarah pada peningkatan repurchase intention jika dilakukan dengan benar.

Kuncinya adalah membedakan antara jenis periklanan ini dan pemasaran yang

didorong penjualan.

103
Perusaaan perlu menggunakan strategi lain dalam meningkatkan repurchase

intention hal ini dikarenakan dalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang

signifikan karena variabel ini tidak memiliki pengaruh pada hal tersebut akan lebih

tepat untuk keputusan pembelian. Hubungan pelanggan yang kuat sangat penting

untuk kesuksesan bisnis. Tapi, mereka tidak dibangun dalam semalam. Sama seperti

hubungan pribadi, penting untuk memupuk dan memelihara hubungan pelanggan.

Ketika perusahaan mengembangkan hubungan yang kuat dengan pelanggan mereka,

hal itu dapat mengarah pada klien setia, kabar positif dari mulut ke mulut, dan

peningkatan penjualan maka variabel ini sangat memiliki dampak besar pada

keputusan pembelian dan penjualan akan tetapi bukan pada pembelian ulang.

Di sisi lain, meskipun hubungan yang bermakna membutuhkan waktu dan

upaya untuk dibangun, hubungan tersebut dapat cepat rusak. Hubungan yang

dianggap biasa memburuk dalam sekejap. Filosofi utama yang harus diingat adalah

bahwa hubungan yang kuat dibangun untuk membuat orang lain merasa penting.

Continuance intention merupakan hal yang penting bagi e-commerce di Indonesia

saat ini dengan ini perusahaan dapat mempertahankan konsumen mereka untuk tetap

setia menggunakannya dalam jangka panjang.

5.3 Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan secara khusus baik dari metode penelitian

yang hanya menggunakan kuantitatif serta pengambilan sampel, jika dilihat dari

pengambilan sampel dapat diketahui hampir sampel dalam penelitian bersifat

homogen baik dari usia maupun pekerjaan. Konsumen sebagai responden memiliki

104
ketimpangan hal ini disebabkan sebagian besar responden merupakan pelanggan atau

konsumen salah satu perusahaan saja, sehingga dapat menjadi bias dalam sebuah

penelitian. Penggunaan sampel masih terlalu kecil untuk menggambarkan populasi

yang cukup besar pada konsumen e-commerce di Indonesia. Penggunaan variabel

terbatas hanya beberapa variabel yang dirasa cukup penting dalam membangun

model penelitian mengenai e-commerce di Indonesia.

5.4 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini perusahaan dapat memanfaatkan informasi data

di sosial media dari para pengikutnya untuk meningkatkan customer relationship

management, data merupakan hal penting dalam dunia digital saat ini misalnya

melakukan komunikasi melalui nomor handphone pelanggan atau email pelanggan

untuk dapat menjaga komunikasi antara perusahaan dan pelanggan. Pada aspek

lainnya perusahaan dapat mengambil manfaat dalam meningkatkan beberapa faktor

penting dalam perusahaan terutama repurchase intention yang menjadi pembahasan

utama dalam penelitian ini pada industri e-commerce. Penelitian selanjutnya dapat

menggunakan beberapa variabel tambahan yang lebih lengkap seperti e-loyalty

karena banyak pembahasan penting pada pembelanjaan online dan pemasaran digital

melalui social media yang menjelaskan hubungan kedua variabel tersebut.

Jumlah sampel dan perusahaan dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk

dapat lebih banyak agar mendapatkan hasil yang lebih presisi menggambarkan

mengenai industri e-commerce di Indonesia. Penggunaan sampel dan responden

dalam penelitian ini cukup terbatas karena waktu dan biaya sehingga penelitian

105
selanjutnya dapat membuat lebih lengkap dan komprehensif. Penelitian selanjutnya

juga dapat menambahkan metode kualitatif seperti wawancara dengan konsumen atau

pelaku bisnis pada perusahaan e-commerce agar mendapatkan hasil yang lebih baik

dalam menggambarkan bisnis e-commerce di Indonesia.

106
DAFTAR PUSTAKA

(APJII), A. P. (2019). Laporan Survey APJII 2018. APJII.

Aaker, D. A. (1996). Measuring Brand Equity across Products and Markets. California
Management Review, 38, 102-120.

Aaker, D. A. (2009). Managing brand equity. New York: Simon and Schuster.

Adstensity. (2019, 12 12). Riset Monitoring Iklan Televisi “Adstensity” bermaksud bagikan
data-data belanja iklan televisi sektor e-commerce. Retrieved from
http://www.adstensity.com/.

Aji Supriyanto. (2005). ”Pengantar Teknologi Informasi”. Edisi Pertama. Penerbit

Salemba Empat. Jakarta.

Alexa. (2019). The top 500 sites on the web. Retrieved May 9, 2019, from Alexa:
https://www.alexa.com/topsites

Alhaddad, A. A. (2015). The Effect of Advertising Awareness on Brand Equity in Social Media.
International Journal of e-Education, e-Business, e-Management and e-Learning,
5(2), 73-84.

Al-Kandari, A., Al-Hunaiyyan, A., & Al-Hajri, R. (2016). The Influence of Culture on Instagram
Use. Journal of Advances in Information Technology, 7(1), 54-57.

Al-Menayes, J. J. (2015). Motivations for using social media: An exploratory factor analysis.
Journal of Psychological Studies, 7(1), 43-50.

Angga Primanda Kusuma, N. B., & Miartana, I. P. (2018). Brand Awareness, Brand Loyalty,
Perceived Quality, Brand Association Brand Preference dan Purchase
Intention. Jurnal Manajemen Bisnis, 15(2), 100-119.
https://doi.org/10.38043/jmb.v15i2.595

Alves, H., Fernandes, C., & Raposo, M. (2016). ocial Media Marketing: A Literature Review
and Implications: IMPLICATIONS OF SOCIAL MEDIA MARKETING. Psychology &
Marketing, 33, 1029-1038.

As’ad, H. Abu-Rumman. (2014). The Impact of Social Media Marketing on Brand Equity: An
Empirical Study on Mobile Service Provider in Jordan. Science Private University,
Amman, Jordan. Rev. Integr. Bus. Econ. Res. Vol 3(1)

107
Ashraf, M., Naeem, M., & Shahzadi, M. (2017). Impact of Branding on Consumer Buying
Behavior: An Evidence of Footwear Industry of Punjab, Pakistan. International
Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 7(7), 592-603.

Ass, S. B., Pahlevi, C., & Munir, A. (2016). IMPLIKASI STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (SEKTOR MANUFAKTUR BEI). Jurnal Analisis, 5(1), 78-84.

Bekk, M., Spörrle, M., & Kerschreiter, R. (2016). Greening the competitive advantage:
Antecedents and consequences of green brand equity. Quality and Quantity, 1727-
1746.

Bendixen, Michael & Bukasa, Kalala & Abratt, Russell. (2004). Brand equity in the business
to-business market. Industrial Marketing Management. 33. 371-380.
10.1016/j.indmarman.2003.10.001.

Bilgin, Y. (2018). The Effect Of Social Media Marketing Activities On Brand Awareness, Brand
Image And Brand Loyalty. BMIJ, 128-148.

Brondoni, Silvio, Brand Policy and Brand Equity (2001). Symphonya. Emerging Issues in
Management, n. 1, 2000-2001, pp. 5-25, Available at SSRN:
https://ssrn.com/abstract=2213233

Brown, J.J. and Reingen, P.H. (1987). Social ties and word of mouth referral behavior,Journal
of ConsumerResearch, 14 (3), pp. 350-362.

Byrne, B. M. (2012). Choosing structural equation modeling computer software: Snapshots


of LISREL, EQS, AMOS, and Mplus. In Handbook of structural equation modeling. (pp.
307–324). The Guilford Press.

Camiciottoli, B. C., Ranfagni, S., & Guercini, S. (2014). Exploring brand associations: An
innovative methodological approach. European Journal of Marketing, 48, 1092-
1112.

Carroll, Barbara & Ahuvia, Aaron. (2006). Some Antecedents and Outcomes of Brand Love.
Marketing Letters. 17. 79-89. 10.1007/s11002-006-4219-2.

Chaudhuri, A., & Holbrook, M. B. (2001). The Chain of Effects From Brand Trust and Brand
Affects to Brand

Chiu, Chao-Min & Chang, Chen-chi & Cheng, Hsiang-Lan & Fang, Yu-Hui. (2009).
Determinants of customer repurchase intention in online shopping. Online
Information Review. 33. 761-784. 10.1108/14684520910985710. Performance: The
Role of Brand Loyalty. Journal of Marketing, 65(2), 81-93.

108
Civelek, M. E. (2018). Essentials of Structural Equation Modeling. Lincoln: Zea Books.

Clement, J. (2020). Countries with the most Facebook users 2020. Retrieved from
https://www.statista.com/statistics/268136/top-15-countries-based-on-number-of
facebook-users/

Cohen-Almagor, R. (2018). Social Responsibility on the Internet: Addressing the Challenge of


Cyberbullying. Aggression and Violent Behavior, Vol. 39, 42-52.

Creusen, Mariëlle & Schoormans, Jan. (2004). The Different Roles of Product Appearance in
Consumer Choice*. Journal of Product Innovation Management. 22. 63 - 81.
10.1111/j.0737-6782.2005.00103.x.

dailysocial.id. (2019, October 02). Mengungkap Layanan E-commerce Terpopuler di


Indonesia. Retrieved September 21, 2019, from dailysocial.id.

Dogruer, N., Menevis, I., & Eyyam, R. (2011). What is the motivation for using Facebook?
Procedia Social & Behavioral Sciences, 15, 2642-2646.

Durianto, Darmadi, Sugiarto dan Tony Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui
Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, cetakan ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Elliott, Richard & Yannopoulou, Natalia. (2007). The nature of trust in brands: A psychosocial
model. European Journal of Marketing - EUR J MARK. 41.
10.1108/03090560710773309.

Emari, H., Jafari, A., & Mogaddam, M. (2012). The mediatory impact of brand loyalty and
brand image. African Journal of Business Management Vol. 6(17), 5692-5701.

Ennew, Christine & Banerjee, Ashish & Li, Derek. (2000). Managing word of mouth
communication: Empirical evidence from India. International Journal of Bank
Marketing. 18. 75-83. 10.1108/02652320010322985.

Erdem, Tülin & Swait, Joffre & Louviere, Jordan. (2002). The impact of brand credibility on
consumer price sensitivity. International Journal of Research in Marketing. 19. 1-19.
10.1016/S0167-8116(01)00048-9.

Fandy Tjiptono. 2005. Brand Management and strategy. Edisi Pertama. Andi :Yogyakarta.

Farid, & Faridha, S. (2017). PENGARUH CORPORATE BRANDING TERHADAP KEPUTUSAN


PEMBELIAN DENGAN EKUITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL MEDIASI PADA RUMAH
SAKIT IBU DAN ANAK KOTA BANDA ACEH. Jurnal Manajemen dan Inovasi, 8(2), 134-
156.

109
Fisher, E., & Reuber, R. (2011). Social interaction via new social media: (How) can
interactions on Twitter affect effectual thinking and behavior? Journal of Business
Venturing, 26, 3-21.

Gaskin, J. (2013). Post-hoc power analysis in SmartPLS and AMOS. Gaskination’s Statistics.

GAUTAM, D., & Sharma, V. (2017). The Mediating Role of Customer Relationship on the
Social Media Marketing and Purchase Intention Relationship with Special Reference
to Luxury Fashion Brands. Journal of Promotion Management, 1-17.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. (Edisi 9).
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Godey, Bruno & Manthiou, Aikaterini & Pederzoli, Daniele & Rokka, Joonas & Aiello,
Gaetano & Donvito, Raffaele & Singh, Rahul. (2016). Social media marketing efforts of
luxury brands: Influence on brand equity and consumer behavior. Journal of Business
Research. 69. 10.1016/j.jbusres.2016.04.181.

Gounaris, S., & Stathakopoulos, V. (2004). Antecedents and consequences of brand loyalty:
An empirical study. Journal of Brand Management, 11(4), 283-306.

Gunelius, S. (2011). 30 Minute Social Media Marketing. United State: McGraw Hill.

Habibi, R., & Hajati, Z. (2015). Trust in e-commerce. International Journal of Innovation and
Applied Studies, 10(3), 917-922.

Hair, Joe F, Ringle, C. M., & Sarstedt, M. (2011). PLS-SEM : Indeed a Silver Bullet PLS-SEM :
Indeed a Silver Bullet. Journal of Marketing Theory and Practice, 19(2), 139–152.
https://doi.org/10.2753/MTP1069-6679190202

Hair, Joseph F, Gabriel, M., & Patel, V. (2014). AMOS Covariance-Based Structural Equation
Modeling (CB-SEM): Guidelines on Its Application as a Marketing Research Tool by
Joseph F. Hair, Marcelo Gabriel, Vijay Patel :: SSRN. Brazilian Journal of Marketing,
13(2). https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2676480#references-
widget

Hakim, L., Susanti, N., & Ujianto (2017). Influence of Customer Relationship Management,
Brand Equity, Perceived Product Quality, Perceived Price on Customer Value and
Purchase Intention (Studies Philips Light Bulb in Batam). International journal of
economics and finance, 9, 122-131.

Hepp A. (2019) Katz/Lazarsfeld (1955): Personal Influence. In: Holzer B., Stegbauer C.
(eds) Schlüsselwerke der Netzwerkforschung. Netzwerkforschung. Springer VS,
Wiesbaden. https://doi.org/10.1007/978-3-658-21742-6_67

110
Hsiao, K. A., & Chen, L. L. (2006). Fundamental dimensions of affective responses to product
shapes. International Journal of Industrial Ergonomics, 36(6), 553-564.

Humdiana. (2005). Analisis Elemen-elemen Merek Produk Nokia. Jurnal of Marketing


Manajemen, 12(1).

Hussain, S., Melewar, T. C., Priporas, C. V., Foroudi, P., & Dennis, C. (2020). Examining the
effects of celebrity trust on advertising credibility, brand credibility and corporate
credibility. Journal of Business Research, 109(November 2019), 472–488.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.11.079

Ishadi & Indi Djastuti. (2012). Analisis Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Iklan Pesaing Dan
Perilaku Mencari Variasi Terhadap Perilaku Perpindahan Merek Pada Konsumen
Shampo Sunsilk. Diponegoro Journal of Management.

Jalilvand, Samiei, N., & Mahdavinia, S. H. (2011). The effect of brand equity components on
purchase intention: an application of aaker's model in the automobile industry.
International Business & Management, 2(2).

Jara, A., Parra, M., & Skarmeta, A. (2014). Participative marketing: Extending social media
marketing through the identification and interaction capabilities from the internet
of things. Personal and Ubiquitous Computing, 997-1011.

Karakaya-Ozyer, K., & Aksu-Dunya, B. (2018). A Review of Structural Equation Modeling


Applications in Turkish Educational Science Literature, 2010-2015. International
Journal of Research in Education and Science, 4(1), 279-291.

Karman, M. A. (2015). The Impact of Social Media Marketing on Brand Equity toward the
Purchase Intention of Starbucks Indonesia. iBuss Management, 3(2), 77-88.

Keaveney, S. M. (1995). Customer switching behavior in service industries: An exploratory


study. Journal of Marketing, 59(2), 71 82. https://doi.org/10.2307/1252074

Keller, K. (1998). Strategic Brand Management(1st ed.). Upper Saddle River: Prentice Hall.

Keller, K. L. (1993). Conceptualizing, Measuring and Managing Customer-Based Brand


Equity. Journal of Marketing, 57, 1-22.

Keller, K. L., Parameswaran, M. G., & Jacob, I. (2011). Strategic brand management:
Building, measuring, and managing brand equity. Pearson Education India.

Khan, A. G. (2016). Electronic Commerce: A Study on Benefits and Challenges in an Emerging


Economy. Global Journal of Management and Business Research: B Economics and
Commerce, XVI(1), 19-22.

111
Khan, M. A., & Mahmood, Z. (2012). Impact of Brand Loyalty Factors on Brand Equity.
International Journal of Academic Research, 4(1), 33-37.

Kiel, G. C. and R. A. Layton (1981), "Dimensions of Consumer Information Seeking Behavior,"

Journal of Marketing Research.

Kim, A. J., & Ko, E. (2012). Do social media marketing activities enhance customer equity? An
empirical study of luxury fashion brand. Journal of Business Research, 65(10), 1480-
1486.

Kim, A., & Ko, E. (2010). Impacts of Luxury Fashion Brand’s Social Media Marketing on
Customer Relationship and Purchase Intention. Journal of Global Fashion Marketing,
164-171.

Kimppa, K., Whitehouse, D.,Kuusela, T., & Phahlamhlaka, J. (2014). ICT and Society: 11th IFIP
TC 9 International Conference on Human Choice and Computers, HCC11 2014,
Turku, Finland, July 30 - August 1, 2014. Heidelberg, New York, Dordrecht, London:
Springer

Kline, R. B. (1998). Software Review: Software Programs for Structural Equation Modeling:
Amos, EQS, and LISREL. Journal of Psychoeducational Assessment, 16(4), 343–364.
https://doi.org/10.1177/073428299801600407

Kocakaya, S., & Kocakaya, F. (2014). A Structural Equation Modeling on Factors of How
Experienced Teachers Affect the Students’ Science and Mathematics Achievements.
Education Research International, 1-8.

Kotler, Philip and Gary Amstrong. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13.

Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Kumar, R. (2011). Research Methodology: A Step-by-Step Guide for Beginners. 3rd Edition.
New Delhi: Sage.

Kuo, N., Chang, K., Cheng, Y., & Lai, C. (2013). How service quality affects customer loyalty in
the travel agency:The effects of customer satisfaction, service recovery, and
perceived value. Asia Pacific Journal of Tourism Research, (18)7, 803–822.

Lin, Ying, (2019), 10 Twitter Statistics Every Marketer Should Know in 2019, Retrieved From
https://www.oberlo.com/blog/twitter-statistics

Lind, D. A., Marchal, W. G., & Wathen, S. A. (2018). Statistical Techniques in Business &
Economics (17th ed.). McGraw Hill Education.

112
Lis. (2018, December). Tokopedia dan Shoppe Paling Banyak Dikunjungi dan Dibeli.
Wartakota.

Maecker, O., Barrot, C., & Becker, J. U. (2016). The effect of social media interactions on
customer relationship management. Bus Res, 9.

Malhotra. (2007). International Journal of Economics & Management Sciences. International


Edition: Pearson.

Mangold, W., & Faulds, D. J. (2009). Social media: the new hybrid element of the promotion
mix. Business Horizons, 52, 357-365.

Martin, K., & Todorov, I. (2010). How Will Digital Platforms Be Harnessed in 2010, and How
Will They Change the Way People Interact with Brands? Journal of Interactive
Advertising, 10(2), 61-66.

Mayer, R., Davis, J., & Schoorman, F. (1995). An Integrative Model of Organizational Trust.
The Academy of Management Review, 20(3), 709-734.

Megha, Y. P. (2014). Social Media and Customer Relationship Management. Journal of


Business and Management, 27-32.

Mehelmi, H. E., & Sadek, H. (2019). Investigating the usage of social customer relationship
management (SCRM) and its impact on firm performance in the mobile
telecommunication services: Egypt case. Journal of Business and Retail
Management Research, 13(3), 282-291.

Mileva, L., & DH, A. (2018). Pengaruh Social Media Marketing Terhadap Keputusan
Pembelian. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 58(1).

Muntinga, D. G., Moorman, M., & Smit, E. G. (2011). Introducing COBRAs: Exploring
motivations for brand-related social media use. International Journal of Advertising,
30(1), 13-46.

Naaman, M., Becker , H., & Gravano, L. (2011). Hip and trendy: Characterizing emerging
trends on twitter. J. Am. Soc. Inf. Sci. Technol, 62, 902-918.

nielsen.com. (2020, 03 11). belanja iklan 2019 ditutup dengan tren positif. Retrieved from
nielsen.com: https://www.nielsen.com/id/id/press-releases/2020/belanja-iklan-
2019-ditutup-dengan-tren-positif/.

113
Nora, Liza. (2019). Testing customer’s knowledge on customer intimacy and its impact on
repurchase intention. VINE Journal of Information and Knowledge Management
Systems. ahead-of-print. 10.1108/VJIKMS-03-2019-0041.

Nurhayati dan Wahyu Wijaya Murti. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Minat Beli Ulang Masyarakat Terhadap Produk Handphone. Value Added, Vol.8,
No.2,Maret 2012 – Agustus 2012 http://jurnal.unimus.ac.id

Orchard, L. J., Fullwood, C., Galbraith, N., & mors, N. (2014). Individual differences as
predictors of social networking. Journal of Computer-Mediated Communication,
19(3), 388-402.

Parganas, P., Anagnostopoulos, C., & Chadwick, S. (2017). Effects of Social Media
Interactions on Brand Associations: A Comparative Study of Soccer Fan Clubs.
International Journal of Sport Management and Sponsorship, 149-165.

Park, J. A., Sung, J. M., Son, J. M., Na, K., & Kim, S. K. (2019). Athletes’ brand equity,
spectator satisfaction, and behavioral intentions. Asia Pacific Journal of Marketing
and Logistics.

Peyrot, M., Van Doren, D., (1994). Effect of a class action suit on consumer repurchase
intentions. J. Consum. Aff. 28 (2), 361379.

Pitaloka, I.W. & Gumanti, Tatang. (2019). The effects of brand equity on repurchase
intention: The role of brand relationship quality in Muslim Wear Brand Surabaya
Indonesia. International Journal of Scientific and Technology Research. 8. 196-199.

Prensky, M. (2001). Digital natives, digital immigrants. On the Horizon, 9(5).

Putra, R. P., Yulianita, N., Hamdan, Y., & Ratnasari, A. (2018). ANALISIS BRAND EQUITY
PERUSAHAAN MELALUI SOCIAL MEDIA (STUDI KASUS PADA BAGIAN MEDIA
KOMUNIKASI PT. POS INDONESIA PERSERO). IDEA (Jurnal Humaniora), 1(1), 50-62.

Rahi, S. (2017). Research Design and Methods: A Systematic Review of Research Paradigms,
Sampling Issues and Instruments Development. International Journal of Economics
& Management Sciences, 6(2).

Safa, N.S. & Von Solms, R.,2016, ‘Customers repurchase intention formation in e-
commerce’, South African Journal of Information Management 18(1), a712.
http://dx.doi.org/10.4102/sajim.v18i1.712

Saha, A. (2015). The impact of online shopping upon retail trade business. IOSR Journal of
Business and Management, 74-78.

114
Santoso, C. R., & Cahyadi, T. (2014). Analyzing the Impact of Brand Equity towards Purchase
Intention in Automotive Industry: A Case Study of ABC in Surabaya. iBuss
Management, 2(2), 29-39.

Sari, A. P., & Setiawan, A. (2018). The Development of Internet-Based Economic Learning
Media using Moodle Approach. International Journal of Active Learning, 3(2), 100-
109.

Sari, C. A. (2017). Teknik Mengelola Produk dan Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Savitri, E. A., Zahara, Z., & Ponirin. (2016). Pengaruh Promosi Melalui Social media Terhadap
Repurchase Intention Melalui Word of Mouth. Jurnal Ilmu Manajemen Universitas
Tadulako, 2443-1850

Schmenner, R. W. (1986). "How Can Service Businesses Survive and Prosper?". Sloan
Management Review, 27(3), 21.

Sekaran, & Bougie. (2016). Research Methods for Business: A skill Building Approach (7th.
Ed.). New York: John wiley@Sons.

Seo, E.-J., & Park, J.-W. (2018). A study on the effects of social media marketing activities on
brand equity and customer response in the airline industry. Journal of Air Transport
Management 66, 36-41

Setyorini, R., & Nugraha, R. (2017). The Effect of Trust Towards Online Repurchase Intention
With Perceived Userfulness As An Intervening Variable: A Study on KASKUS
Marketplace Customers. JURNAL INTERNASIONAL, 9(1), 1-7..

Sharma, R., & Verma , R. (2015). Social networkers’ motivation to use online social
networking sites: Implications for leveraging digital marketing. International Journal
of Applied Business & Economic Research, 13(3), 1159-1171.

SHEIKH, S., & BAST, M. (2015). Customer Satisfaction in Business to Consumer (B2C) E-
commerce: A Comparative Study of Turkey and Pakistan. Eurasian Journal of
Business and Economics, 73-100.

SIBORO, M. Y. (2015). THE IMPACT OF BRAND IMAGE AND BRAND AWARENESS ON


REPURCHASE INTENTION THROUGH PERCEIVED QUALITY (Study on Lake Toba,
North Sumatera).

Soebianto, A. (2014). Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Brand Equity Sepeda Motor Merek
Honda Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Di Kota Bandung. E-Journal
Graduate Unpar, 1(1), 14-37.

115
Soliman, D. S. (2011). Customer Relationship Management and Its Relationship to the
Marketing. International Journal of Business and Social Science, 2(10), 168-182.

Sternberg, Robert J.(2006) 'The Nature of Creativity', Creativity Research Journal, 18: 1, 87-
98

Subawa, S. N., Widhiasthini, W. N, and Suastika, S, W. M. N. P. (2020). The Effect of


Experiential Marketing, Social Media Marketing, and Brand Trust on Repurchase
Intention in OVO Application. International Research Journal Management, IT &
Social Sciences. Vol. 7, No. 3, pp. 11-21.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Sujani, & Harjoko, I. (2014). PENGARUH BRAND EQUITY DAN CUSTOMER VALUE TERHADAP
CUSTOMER SATISFACTION RUMAH SAKIT. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan,
18(4), 470-486.

Sutisna. (2001). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. RemajaRosdakarya,


Bandung.

Taddeo, M. (2011). Defining Trust and E-Trust. International Journal of Technology and
Human Interaction, 23-35.

Tatar, Sahika & Erdogmus, Irem. (2016). The effect of social media marketing on brand trust
and brand loyalty for hotels. Information Technology & Tourism. 16.
10.1007/s40558-015-0048-6.

Uthayakumar, T., & Senthilnathan, S. (2011). The Relationship of Brand Equity to Purchase
Intention. SSRN Electronic Journal.

Vineran, S. (2017). Importance of Strategic Social Media Marketing. Expert Journal of


Marketing, 5(1), 28-35.

Wanke, M., & Fiese, M. (2004). The role of experience in consumer decisions: The case of
brand loyalty. In T. Betsch, & Haberstroh, S. (Ed.), The Routines of Decision Making
(Vol. 1 Edition, pp. 289-308). NJ: Lawrence Erlbaum Associates Publisher, Inc.

Westbrook, R. A. (1987). Product/consumption based affective responses and post purchase


processes. Journal of Marketing Research, 24, 258-270.doi:10.2307/3151636zhu

Westfall, P., & Henning, K. S. S. (2013). Understanding advanced statistical methods. CRC
Press.

116
Whiting, A., & Deshpande, A. (2016). Towards Greater Understanding of Social Media
Marketing: A Review. Journal of Applied Business and Economics, 18(4), 82-91.

Widiyasari, R., & Mutiarani. (2017). PENGGUNAAN METODE STRUCTURAL EQUATION


MODELLING UNTUK ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR
MAHASISWA FIP UMJ. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika, 3(2), 147-
160.

Widowati, H. (2019, April 25). Indonesia Jadi Negara dengan Pertumbuhan E-commerce
Tercepat di Dunia. Retrieved September 19, 2019, from
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/20/berapa-jumlah-pengguna-
internet-di-indonesia.katadata.co.id.

Wong, K. K. (2011). CRM in Action –Maximizing Value through Market Segmentation,


Product Differentiation, and Customer Retention. Bloomington: iUniverse, Inc.

Yang, Y.-J., Wang, C.-C., & Chen, C.-C. (2017). Recent Development Trend of Electronic
Commerce Research: 2000 to 2016. Contemporary Management Research, 13(2),
131-142.

Yunanto, R., & Paizal, G. A. (2019). E-commerce in Online Business. IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering,

Zheng, X., Lee, M., & Cheung, C. M. K. (2017). Examining e-loyalty towards online shopping
platforms: The role of coupon proneness and value consciousness. Internet Research.
https://doi.org/10.1108/IntR-01-2016-0002

Zhu, Y. Q., & Chen, H. G. (2015). Social Media and Human Need Satisfaction: Implications for
Social Media Marketing. Business Horizons, 58(3), 335-345.

Zikmund, W., Babin, J., & Griffin , M. (2013). Business Research Method. South Western:
Cengange Learning.

117

Anda mungkin juga menyukai