Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN YANG

BERWAWASAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

PENDAHULUAN

Tak ada negara yang tidak melakukan pembangunan bagi


negaranya. Sejatinya, pembangunan merupakan proses perubahan menuju
sesuatu yang lebih baik. Kondisi yang lebih baik dari keadaan semula
menjadi tujuan dari dilaksanakannya pembangunan. Pembangunan yang
dilakukan pun seyogyanya memperhatikan hal-hal penting yang
mendukung setiap prosesnya. Persoalan yang timbul adalah apabila dalam
pelaksanaan pembangunan, terdapat aspek-aspek yang merasa dirugikan.
Disini, muncullah pertanyaan apakah pembangunan benar-benar
membawa perubahan menuju ke arah yang lebih baik atau perubahan lebih
baik yang dihasilkan oleh pembangunan juga dapat memberikan resiko
yang dapat merugikan. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis mengamati
aspek penting yang turut dipengaruhi oleh keberlangsungan
pembangunan, yaitu pada aspek lingkungan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan memiliki hubungan
erat dengan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa pembangunan yang
memberi manfaat merupakan pembangunan yang di dalam prosesnya
memperhatikan konsep kelestarian lingkungan. Apabila, pembangunan
yang dilakukan mengabaikan konsep tersebut, maka resiko pembangunan
yang muncul adalah dampak negatif akibat pembangunan. Hal itu sejalan
dengan pernyataan Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Nur Hidayati, dalam diskusi
publik tentang kebijakan lingkungan di Denpasar Bali pada Rabu, 20 Maret
2013 lalu. Nur Hidayati menyatakan bahwa:
“perencanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia selama ini sangat
jarang mempertimbangkan aspek lingkungan. Sebagai salah satu bukti
adalah kesalahan dalam pembuatan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) dalam pembangunan jalan di atas perairan (JDP) di
Bali yang menghubungkan Denpasar (Bandara Ngurah Rai) dan Nusa
Dua”.
Pernyataan di atas menegaskan kembali bahwa kegiatan
pembangunan terutama pembangunan infrastruktur mengenai
implementasi program Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) masih dinilai mengabaikan
konsep kelestarian lingkungan oleh lembaga lingkungan hidup. Tidak
hanya lembaga lingkungan hal hidup yang mengomentari permasalahan
lingkungan ini, tetapi juga Menteri Pekerjaan Umum (periode 2009-2014),
Djoko Kirmanto menyatakan bahwa sejauh ini antisipasi terhadap setiap
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan infrastruktur
telah dilakukan oleh pemerintah. Tidak hanya itu, disamping pertumbuhan
ekonomi, pengurangan kemiskinan dan pertumbuhan lapangan kerja,
upaya memelihara kelestarian lingkungan menjadi salah satu hal penting di
dalam pembangunan. Tidak tanggung-tanggung, persoalan tersebut
masuk ke dalam daftar pilar pembangunan Indonesia.
Konsep pembangunan yang bertahan lama atau berkelanjutan pun
diharapkan dapat memfasilitasi persoalan lingkungan yang terjadi.
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan
paradigma pembangunan yang berkaitan langsung dengan keseimbangan
alam atau lingkungan. Keraf menyebutkan bahwa paradigma
pembangunan berkelanjutan diterima sebagai sebuah agenda politik
pembangunan untuk semua negara di dunia. Sementara menurut
Panayotou, hubungan antara ekonomi dan ekologi merupakan hal penting
di dalam pembahasan pembangunan berkelanjutan itu sendiri.

KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian Pembangunan
Secara etimologi, pembangunan berarti bangun, bangun berarti
sadar siuman, bergerak, bangkit, dan berdiri. Dalam arti bentuk (ilmu
bangun), bangun berarti bangun persegi panjang sedangkan dalam arti kata
kerja, bangun adalah membuat, mendirikan atau membina. Apabila dilihat
dari segi etimologi, konsep pembangunan meliputi anatomik bentuk),
fisiologi (kehidupan), behavioral (perilaku). Sementara menurut pendapat
beberapa ahli terkait pengertian pembangunan, adalah sebagai berikut:
1. Pontoh dan Kustiwan mendefinisikan mengenai pembangunan
adalah suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya
secara sadar dan terencana; sedangkan perkembangan adalah proses
perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya
pembangunan
2. Kartz mengartikan pembangunan sebagai perubahan yang lebih
luas dari masyarakat terhadap suatu keadaan kehidupan yang
kurang bernilai kepada keadaan yang lebih bernilai.
3. Tjokrowinoto menyimpulkan beberapa makna dari
pembangunan sebagai berikut :
a. Pembangunan sebagai proses perubahan sosial menuju
ketatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
b. Pembangunan sebagai upaya manusia yang sadar, terencana
dan terlembaga.
c. Pembangunan sebagai proses sosial yang bebas nilai (value
free).
d. Pembangunan memperoleh sifat dan konsep transedental
sebagai metadiciplinary phenomenon, bahkan memperoleh
bentuk sebagai ideologi, the ideology of developement.
e. Pembangunan sebagai konsep yang sarat nilai (value loaded)
menyangkut proses pencapaian nilai yang dianut suatu
bangsa secara makin meningkat.
f. Pembangunan menjadi culture specific, situation specific, dan
time specific.

Berdasarkan berbagai definisi pembangunan yang bervariasi di atas,


maka kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa Pembangunan adalah
kegiatan atau usaha secara sadar, terencana dan berkelanjutan untuk
merubah kondisi suatu masyarakat menuju kondisi yang lebih baik
menyangkut semua aspek kehidupan fisik-nonfisik, material-spiritual,
meliputi berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Definisi Pembangunan Berkelanjutan

Forum for the Future, UK, memberikan gambaran untuk memahami pembangunan
berkelanjutan sebagai berikut (Forum for the Future, 2003:13):

Sustainable = capacity to continue


Development = path of human progress

Jadi sustainable development adalah (Forum for the Future, 2003:13):

“A path for human progress that has the capacity to continue”

Definisi ini sesuai dengan definisi pembangunan berkelanjutan yang telah dikenal oleh
masyarakat luas yang dituangkan dalam Our Common Future atau Brundtland Report
(WCED 1987:43):

“Development that meets the needs of the present without compromising the ability of future
generations to meet their own needs”

Namun ternyata setelah 10 tahun ‘pembangunan berkelanjutan’ dicanangkan pada konferensi


di Rio de Janeiro, konferensi di Johannesburg mencatat bahwa masih banyak sekali masalah-
masalah yang terjadi di segala aspek pembangunan berkelanjutan.

Pada prinsipnya, ada tiga dimensi utama pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan hidup,
sosial dan ekonomi. Berikut ini adalah masalah-masalah utama yang ada pada setiap dimensi
tersebut.

a. Dimensi Ekologi
Salah satu tema/masalah pokok dalam dimensi ini adalah perubahan iklim. Selama 50
tahun terakhir telah dapat dibuktikan bahwa pemanasan global yang sekarang ini kita
rasakan terjadi terutama karena ulah manusia sendiri. Emisi dari gas-gas rumah kaca
seperti CO2 dan N2O dari aktivitas manusia adalah penyebabnya. Konsentrasi gas CO2 di
atmosfer naik 30% selama 150 tahun terakhir. Kenaikan jumlah emisi CO2 ini terutama
disebabkan karena pembakaran sumber energi dari bahan fosil (antara lain minyak bumi).
Selain itu, perubahan dalam penggunaan sumber daya alam lainnya juga memberikan
kontribusi pada kenaikan jumlah CO2 di atmosfer: 15% oleh penggundulan dan
pembakaran hutan dan lahan untuk diubah fungsinya (misalnya dari hutan lindung
menjadi hutan produksi) (WRI 2000, UBA 2002, TIME Magazine 2006).

Masalah ekologi lainnya adalah degradasi tanah atau hilangnya kesuburan tanah. Ini dapat
diakibatkan oleh erosi akibat air dan angin, penggaraman dan pengasaman tanah, dll.
Penyebab hilangnya kesuburan tanah lainnya adalah hilangnya lapisan humus dan mikro
organisme, zat makanan pada tanah, dan kemampuan tanah menguraikan sampah/limbah.
Tanah yang tandus (kering) adalah akibat dari degradasi sumber daya tanah seperti yang
sudah lama terjadi pada beberapa daerah tandus di Indonesia, seperti di Jawa pada daerah
Gunung Kidul, Yogyakarta. Di seluruh dunia, 15% tanah mengalami degradasi. Selain
diakibatkan erosi oleh air dan angin, degradasi tanah ini juga disebabkan oleh penggunaan
zat-zat kimia (pestisida) (WRI, 2000).

Terancamnya kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati oleh tangan manusia juga
menjadi masalah ekologi lainnya. Setiap tahunnya 6000 jenis hewan punah yang terdiri
dari 13% unggas, 25% mamalia, dan 34% ikan (Le Monde diplomatique 2003, WRI
2000). Hilang atau punahnya keanekaragaman biologis tidak hanya berarti sumber daya
alam yang tidak ternilai yang dapat digunakan untuk obat-obatan dan tempat berekreasi
hilang, tapi juga mengancam keberlangsungan ekosistem secara keseluruhan, mengancam
kemampuan alam sebagai penyedia sumber daya untuk produksi (fungsi ekonomis) dan
dalam melakukan fungsi regulasinya (lihat bagian “Interaksi antara Ekonomi dan
Ekologi”).

Konsumsi air dari tahun ke tahun juga terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan
jumlah penduduk, industri dan usaha-usaha di sektor pertanian. Dari total konsumsi air di
seluruh dunia, sekitar 70% digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor pertanian.
Pencemaran air dan tanah semakin memperburuk ketersediaan air bersih bagi
kelangsungan hidup manusia. Pencemaran air dan tanah ini terutama disebabkan oleh
penggunaan pupuk dan pestisida untuk pertanian dan perkebunan (Gambar 1) (WRI,
2000).

Gambar 1: Penggunaan pestisida pada sektor pertanian (Foto koleksi BaliBisnis.com)

b. Dimensi Sosial
Masalah utama dalam dimensi ini adalah pertumbuhan jumlah penduduk dunia. Dalam
kurun waktu seratus tahun terakhir, pertumbuhan penduduk melonjak cepat terutama pada
negara berkembang (UNDP, 2002). Diperkirakan jumlah penduduk dunia akan naik
sampai 7,8 milyar orang pada tahun 2025, dimana 6,7 milyar orang hidup di negara
berkembang. Kenaikan jumlah penduduk ini antara lain disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya rendahnya tingkat pendidikan, tidak memadainya jaminan sosial pada negara
yang bersangkutan, budaya dan agama/kepercayaan, urbanisasi, dan diskriminasi terhadap
wanita (Enquete Commission, 2002).

Faktor-faktor diatas menimbulkan tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali,


kemiskinan, dan kekurangan air yang tentunya berujung pada masalah kekurangan gizi
pada manusia. Antara tahun 1998-2000, menurut perkiraan FAO, terdapat 840 juta
manusia yang mengalami kekurangan gizi kronis, 800 juta diantaranya hidup di negara
berkembang (FAO, 2002). Enam juta anak di bawah 5 tahun meninggal akibat kekurangan
gizi setiap tahunnya (Gambar 2). Kesehatan manusia yang hidup di negara berkembang
juga diperburuk dengan adanya peperangan (Gambar 3) dan pencemaran air. Saat ini lebih
dari setengah milyar manusia hidup tanpa akses ke air bersih dan 2,5 milyar manusia
hidup tanpa prasarana sanitasi (kebersihan) yang layak (UNDP, 2002). Akibatnya adalah
penyakit dan kematian sekitar 5 juta manusia setiap tahunnya.

Gambar 2: Anak kurang gizi (Foto koleksi PSP)

Gambar 3: Peperangan (Foto koleksi Al-Jazeera)

Kesenjangan antara negara miskin dan kaya juga semakin besar pada tahun-tahun
belakangan ini (UNDP, 2002). Data pada tahun 1999, di negara miskin, 2,8 milyar
manusia hanya memperoleh 2 US Dollar untuk hidup tiap harinya, 1,2 milyar lainnya
bahkan harus hidup hanya dengan 1 US Dollar. Kesenjangan ini tidak hanya terjadi antara
negara kaya dan miskin/berkembang, bahkan kesenjangan pendapatan ini juga terjadi di
dalam satu negara sendiri (Gambar 3).
Gambar 3: Gambaran kesenjangan antara si kaya dan si miskin di Jakarta (Foto koleksi
Patmadiwiria 2000)

c. Dimensi Ekonomi
Masalah utama pada dimensi ekonomi adalah perubahan global dan globalisasi. Maksudnya
adalah perubahan keadaan lingkungan hidup (ekologi) global, globalisasi ekonomi, perubahan
budaya dan konflik utara-selatan. Globalisasi yang muncul sejak tahun 1990-an, tidak dapat
dibendung kehadirannya dan mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap negara. Kemajuan
teknologi, komunikasi dan telekomunikasi serta transportasi semakin mendukung arus
globalisasi sehingga hubungan ekonomi antar negara dan region menjadi sangat mudah.
Dukungan pemerintah melalui kemudahan bea cukai semakin mendorong perdagangan bebas
(Enquete Commission, 2002). Dalam era globalisasi, semua negara harus mempersiapkan diri
setangguh mungkin agar tidak terlindas oleh negara yang lebih kaya dan maju.

3. Interaksi antara Ekonomi dan Ekologi

SISTEM LINGKUNGAN

Pendukung kehidupan
global
Dampak pada
biodiversitas

SISTEM
EKONOMI

Input sumber daya Nilai kepuasan/


kebahagiaan

Sampah/limbah (polusi global,


regional, dan lokal)

Gambar 4: Interaksi antara Ekonomi dan Ekologi (Hanley et al., 2001:5)


Berbagai masalah yang timbul pada dimensi lingkungan dan sosial, pada dasarnya tidak
terlepas dari aktivitas yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya melalui sistem
ekonominya dalam memproduksi barang dan jasa.

Dari gambar 4 di atas, kita dapat memahami bahwa alam menyediakan/mensuplai sistem
ekonomi dengan sumber daya alam berupa bahan baku dasar dan energi, baik yang dapat
diperbaharui (dari hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, perikanan) maupun yang tidak
dapat diperbaharui (batubara, minyak bumi) yang menjadi input bagi mesin ekonomi. Sistem
ekonomi kemudian mentransformasikan input ini menjadi output untuk memenuhi kebutuhan
manusia (kayu menjadi kertas, minyak bumi menjadi BBM).

Selain itu, alam juga memberikan servis dalam memungkinkan sistem ekonomi menjalankan
aktivitasnya. Dukungan ini dapat berupa regulasi iklim, operasi dari siklus air, regulasi dari
komposisi gas-gas di atmosfer, siklus nutrisi, dsb. Tanpa adanya berbagai dukungan ini (basic
life support) mustahil kelangsungan hidup manusia dapat terjaga, apalagi sampai mampu
menjalankan sistem ekonomi.

Tidak berhenti sampai disitu, alam juga memberikan manusia nilai kepuasan/kebahagiaan
yang dapat dinikmati secara langsung (amenity values). Manusia akan mendapatkan
kesenangan atau kepuasan dengan melihat langsung atau menikmati pesona keindahan alam
(flora dan fauna), dengan melakukan hiking, mendaki gunung/panjat tebing, dengan
memancing, dsb (Gambar 5). Ini semua adalah nilai kepuasan yang ditawarkan oleh alam.

Gambar 5: Berjalan-jalan di dalam hutan (Foto koleksi PhotoCase)

Namun sebaliknya, apa balas jasa yang diberikan oleh sistem ekonomi kepada alam?
Ekonomi menggunakan alam sebagai tempat sampah, yang dimulai dari eksploitasi sumber
daya alam (material dan energi) untuk dijadikan bahan baku, proses produksi, sampai pada
aktivitas konsumsi, yang kesemuanya menghasilkan sampah baik sampah padat, cair maupun
gas.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa sistem ekonomi dan ekologi sangat terkait satu sama lain.
Kelangsungan sistem ekonomi sangatlah tergantung dari sistem ekologi. Namun yang terjadi
saat ini adalah sistem yang tidak mutualisme. Sistem yang satu hanya menjadi parasit bagi
sistem yang lain.

Memperhatikan masalah-masalah lingkungan, sosial dan ekonomi yang masih bermunculan,


maka sustainability communication atau yang dapat diterjemahkan sebagai komunikasi
pembangunan berkelanjutan (KPB) antara pemerintah dan warga negaranya atau antara
perusahaan dengan stakeholdernya, tampaknya dapat menjadi solusi yang patut ditawarkan.
Secara teoritis, instrumen ini dapat digunakan sebagai media dialog untuk menyadarkan
semua pihak akan bahaya yang mungkin muncul akibat populasi manusia dari tahun ke tahun
yang terus bertambah. Hal ini berarti bahwa produksi barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia juga akan terus bertambah yang pada akhirnya akan mendorong konflik
dengan ketersediaan sumber daya alam yang tidak tak terbatas. Keadaan ini mau tidak mau
menuntut manusia untuk dapat mengubah/memperbaiki pola produksi dan konsumsinya ke
arah yang mendorong terjalinnya hubungan yang harmonis antara manusia dan alam, juga
antara manusia satu dengan lainnya. Manusia modern haruslah mampu mengembangkan dan
memanfaatkan kemajuan teknik dan teknologi agar pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya alam dapat sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang menekankan
keadilan, tidak hanya inter-generasi tapi juga intra-generasi (Cahyandito 2001; 2002; 2005).
yang diharapkan dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan persoalan
polusi akibat pembangunan industri yang dilakukan. Atas dasar itulah
Konferensi Stockholm diselenggarakan pada tahun 1972 diikuti dengan
pembentukan The First Governing Council di Nairobi. Konferensi yang
dibentuk bertujuan untuk menyelesaikan persoalan lingkungan fisik global
baik yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang.
Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan
pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Sementara Mannion menebutkan bahwa konsep
sustainable development adalah suatu kebutukan guna melakukan
rekonsiliasi pembangunan ekonomi, kualitas kehidupan, dan lingkungan
dalam kerangka politik yang beragam yang saling berkaitan pada tingkat
internasional dan global.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna
pembangunan berkelanjutan tidak lepas dari kelestarian lingkungan.
Lingkungan yang lestari diharapkan dapat menopang kehidupan manusia.
Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan mampu meningkatkan mutu hidup generasi masa sekarang
dan masa depan.

Hubungan Pembangunan dan Lingkungan


Hakekatnya, pelaksanaan pembangunan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Ibarat suatu sistem, maka keduanya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Secara umum, pembangunan bertujuan
untuk meningkatkan mutu hidup rakyat dan mmenuhi kebutuhan dasar
(human needs) rakyat yang lebih baik. Dalam upaya memperbaiki mutu
hidup rakyat, sebagaimana tujuan dari pembangunan, maka kemampuan
lingkungan hidup dalam mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih
tinggi seharusnya dipelihara dari kerusakan. Pemeliharaan lingkungan
hidup diupayakan dalam rangka menghindari terjadinya kepunahan
kehidupan. Dengan kata lain, apabila terjadi kerusakan, kemerosotan
yang parah pada ekosistem tempat hidup manusia, maka kedepannya
kehidupan manusia akan mengalami kesulitan yang banyak. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak
terjadi.
Ada beberapa hal yang seyogyanya diperhatikn dalam
pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber alam yang
dapat diperbaharui, yaitu sebagai berikut:
a. Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang
masih penuh sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan
kepada mereka
b. Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang
terdapat di alam
c. Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya
pelestarian alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak
terjadinya autoregenerasi dari sumber alam tersebut.
d. Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan
dan terciptanya kepuasan baik fisik, ekonomi, sosial, maupun
kebutuhan spritual.
Selain itu dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
pembangunan dan penggalian sumber daya alam untuk kehidupan harus
disertai dengan :
1. Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahn lingkungan
hidup, dengan dampak ekologi yang sekecil-kecilnya.
2. Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan
persyaratan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk
puluhan tahun yang akan datang (kalau mungkin untuk selamanya)
3. Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau
kelestarian lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan
menghancurkan daya autoregenerasinya
4. Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan
penghidupan hendaknya dengan tujuan mencapai suatu
keseimbangan dinamis dengan lingkungan hinggga memberikan
keuntungan secara fisik, ekonomi, sosial dan spritual.
5. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan
untuk memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek
pembangunan, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan
6. Pemakaian sumber alam tidak dapat diganti, harus sehemat dan
seefisien mungkin.
Isu Pembangunan Berkelanjutan
Beberapa isu dalam pembangunan berkelanjutan telah dijelaskan
secara rinci oleh Mudiyarso, yaitu:
a. Perubahan iklim global;
b. Penipisan lapisan ozon;
c. Menurunnya keanekaragaman hayati;
d. Menurunnya kualitas lingkungan;
e. Masalah kemiskinan.
Di samping isu di atas, beberapa contoh permasalahan lingkungan
yang diakibatkan oleh pembangunan, antara lain:
Tabel 1.
Permasalahan Lingkungan Akibat Pembangunan
No. Akibat Dari Masalah Lingkungan
1. Pembangunan Pertanian, - Menciptakan siklus karbon
Perkebunan, dan Peternakan pemanasan bumi, perubahan
iklim.
- Siklus tata air terganggu (erosi,
banjir, dan kekeringan).
2. Pembangunan Industri yang - Pencemaran sungai.
menghasilkan limbah padat, - Pencemaran air sawah dan air
limbah cair, imbah gas, bau, laut
dan kebisingan. - Pencemaran air dan udara yang
digunakan masyarakat
Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Yang


Berwawasan Lingkungan di Indonesia
Pembangunan merupakan proses yang pada umumnya
direncanakan dengan sengaja dalam masyarakat untuk menuju pada
keadaan hidup yang lebih baik. Dalam membicarakan pembangunan
berkelanjutan, maka ada dua aspek penting yang saling mempengaruhi satu
sama lain, yaitu aspek lingkungan dan aspek pembangunan. Konsep dasar
pembangunan berkelanjutan berawal dari kebutuhan hidup manusia yang
tidak terbatas jumlahnya yang tidak sejalan dengan keberadaan sumber
daya alam yang terbatas. Oleh karena itu, pelestarian sumber daya alam
harus diperhatikan.. Dalam rangka menyeimbangkan keberadaan
sumberdaya alam dengan kegiatan ekonomi diperlukan pembangunan
berwawasan lingkungan. Terlihat jelas bahwa perwujudan harmonisasi
antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta
sumberdaya menjadi dua hal pokok yang perlu diperhatikan. Dengan
demikian, pembangunan yang dilakukan tidak hanya berguna untuk masa
sekarang akan tetapi dapat berkelanjutan untuk masa yang akan datang
Sejalan dengan itu, The Global Tomorrow Coalition menyebutkan
bahwa ada empat (4) hal yang menjadi alasan dasar dari pembangunan
berkelanjutan. Keempat hal tersebut adalah:
1. Pembangunan ekonomi dan kesehatan lingkungan merupakan dua hal
pokok yang saling berkaitan. Proses pengambilan keputusan atau
perumusan kebijakan mengawali integrasi yang terjadi antara lingkungan
dan ekonomi .
2. Persoalan lingkungan merupakan hal yang saling terkait satu sama lain.
3. Masalah ekonomi dan lingkungan juga berhubungan dengan faktor sosial
dan politik.
4. Pentingnya kerjasama dan komunikasi internasional diakibatkan oleh
faktor-faktor ekonomi, polusi, dan ekosistem yang tidak mempedulikan
batas-batas negara.

Emil Salim mendefinisikan pembangunan berwawasan lingkungan


merupakan upaya sadar dan berencana dalam menggunakan dan
mengelola sumber daya alam secara bijaksana dalam pembangunan yang
berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup. Emil Salim
berpendapat bahwa pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi manusia. Secara umum pembangunan yang berkelanjutan pada
hekekatnya dilaksanakan dalam rangka menjamin keberlangsugan hidup
generasi masa akan datang melalui pemerataan pembangunan. Sejalan
dengan pemerataan pembangunan tersebut, Sutamihardja (2004),
menyatakan enam (6) sasaran pembangunan berkelanjutan, sebagai berikut:
a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi
(intergenaration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya
alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-
batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta
diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan
serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.
b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan
ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik
bagi generasi yang akan datang.
c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk
kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan
pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar
generasi.
d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan
baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).
e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat
jangka panjang ataupun lestari antar generasi.
f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi
sesuai dengan habitatnya.

Sementara Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan pola


kebijaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk tidak mengganggu
keseimbangan ekosistem yaitu pembangunan yang berorientasi kepada
pengelolaan sumber daya alam sekaligus melakukan upaya perlindungan
dan pengembangannya. Pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan
pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan
kesejahteraan manusia. Dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan
lingkungan, Lonergan menegaskan bahwa terdapat tiga (3) dimensi
penting yang harus menjadi pertimbangan. Ketiga dimensi tersebut adalah:
1. Dimensi ekonomi yang menghubungkan antara pengaruh-pengaruh
unsur makroekonomi dan mikroekonomi pada lingkungan dan
bagaimana sumberdaya alam diperlakukan dalam analisis ekonomi.
2. Dimensi politik yang mencakup proses politik yang menentukan
penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan
degradasi lingkungan pada semua negara. Dimensi ini juga termasuk
peranan agen masyarakat dan struktur sosial dan pengaruhnya terhadap
lingkungan.
3. Dimensi Sosial Budaya yang mengaitkan antara tradisi atau sejarah
dengan dominasi ilmu pengetahuan barat, serta pola pemikiran dan
tradisi agama. Ketiga dimensi ini berintegrasi satu sama lain untuk
mendorong terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Menurut Otto Soemarwoto pembangunan berkelanjutan tidak


memiliki sifat serakah yang mementingkan kepentingan diri sendiri, akan
tetapi pembangunan berkelanjutan pun memikirkan kebutuhan bagi
generasi penerus selanjutnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat
secara jelas bahwa terdapat hubungan erat antara pembangunan
berkelanjutan dengan pembangunan berwawasan lingkungan. Dapat
dikatakan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan merupakan kunci
dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan. Lebih lanjut, menanggapi
hubungan antara keduanya, M. Daud Silalahi menegaskan bahwa antara
pembangunan berwawasan lingkungan dengan pembangunan
berkelanjutan dapat diibaratkan bagaikan dua sisi dari mata uang yang
sama dimana keduanya saling berkaitan. Oleh karena itu konsepsi
pembangunan berkelanjutan dan pembangunan berwawasan lingkungan
dipadukan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa:
"Pembangunan berkelanjutan (berwawasan lingkungan) adalah upaya sadar
dan terencana yang memadukan yang memadukan aspek lingkungan hidup,
sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan,
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan."

Secara garis besar, pembangunan berkelanjutan yang berwawasan


lingkungan merupakan pembangunan yang tidak mengabaikan kelestarian
lingkungan, menjaga keharmonisan lingkungan dan sumber daya agar
pembangunan berkelanjutan bagi generasi masa kini dan nanti dapat
ditopang oleh keberadaan lingkungan dan sumberdaya yang lestari. Dalam
hal ini pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan berarti
mengelola sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan generasi
sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi masa akan datang untuk
mengelola sumberdaya guna meningkatkan kesejahteraannya.
Berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di
Indonesia, pemerintah telah mengupayakan terbentuknya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam pelaksanaannya, instrumen atau
alat pengendali kerusakan lingkungan sangat diperlukan. Menindaklanjuti
hal tersebut, Hadi dan Samekto menyatakan bahwa ada beberapa instrumen
pengendalian kerusakan lingkungan. Instrumen tersebut adalah:
a) tindakan bersifat pre-emptif, seperti penyusunan tata ruang, penyusunan
dokumen AMDAL (Analisis mengenai Dampak Lingkungan), dokumen
UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan);
b) tindakan bersifat preventif, seperti pengawasan atas baku mutu
lingkungan, pelaksanaan program penilaian peringkat perusahaan
(Program Proper);
c) tindakan bersifat proaktif. Seperti sertifikasi ISO 14001, audit lingkungan
atas prakarsa sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu instrumen yang sangat


penting dilakukan pada tahap awal dalam rangka mencegah perusakan dan
pencemaran lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL). AMDAL merupakan dokumen wajib bagi pelaksana
pembangunan apabila pembangunan yang dilakukan berdampakbesar dan
penting bagi lingkungan. Dokumen AMDAL berisikan tentang prosedur
atau tahapan pokok yang wajib dilalui oleh pelaksana pembangunan.
Adapun yang termasuk ke dalam usaha dan/atau kegiatan yang
memumungkinkanmenimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup antara lain sebagai berikut:
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbarui maupun yang tak
terbarui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta
kemerosotan sumber daya alamdalam pemanfaatan
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan
alam, lingkungan buatan, serta lingkungan social dan budaya
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau mempengaruhi
pertahanan negara.

Sementara kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu


usaha dan atau kegiatan terhadap lingkungan hidup adalah:
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2. Luas wilayah penyebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. Sifat kulatif dampak
6. Berbalik (reversible) atau tidak berberbaliknya (irrrever-sible) dampak.

Upaya yang Dapat Dilakukan Dalam Pelaksanaan Pembangunan


Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
Seiring dengan berjalannya waktu, dalam pelaksanaan
pembangunan di Indonesia diharapkan dapat berkelanjutan. Meski, dalam
kenyataannya, pembangunan di Indonesia tak jarang masih lalai dalam
memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, mengingat
pentingnya pembangunan berkelanjutan, maka diperlukan upaya-upaya
yang diharapkan dapat menjadi pembuka jalan dalam mendukung dan
melestarikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di
Indonesia.
Terdapat beberapa hal pokok dan penting yang seyogyanya
diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan sumber-
sumber alam yang dapat diperbaharui, yaitu sebagai berikut:
1. Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih
penuh sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada
mereka.
2. Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang
terdapat di alam.
3. Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya
pelestarian alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak
terjadinya autoregenerasi dari sumber alam tersebut.
4. Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan
dan terciptanya kepuasan baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan
spiritual.

Tidak hanya beberapa hal di atas, beberapa hal yang harus


diikutsertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan
dan penggalian sumber daya alam untuk kehidupan, adalah sebagai
berikut:
1. Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan lingkungan
hidup, dengan dampak ekologi yang sekecil-kecilnya.
2. Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan
persyaratan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk
puluhan tahun yang akan datang (kalau mungkin untuk selamanya).
3. Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau
kelestarian lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan
menghancurkan daya autoregenerasinya.
4. Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan
penghidupan, hendaknya dengan tujuan mencapai suatu
keseimbangan dinamis dengan lingkungan hingga memberikan
keuntungan secara fisik, ekonomi, dan sosial spiritual.
5. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan
untuk memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek
pembangunan tadi, dalam rangka menjaga kelestraian lingkungan.
6. Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat
dan seefisien mungkin.

Emil Salim menegaskan bahwa terdapat lima pokok usaha yang


perlu dilakukan untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan
lingkungan, yaitu:
1. Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling membutuhkan
antara satu dengan yang lain.
2. Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber
alam dalam menghasilkan barang dan jasa.
3. Mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menanggapi
tantangan pembangunan tanpa merusak lingkungan.
4. Mengembangkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat
sehingga tumbuh menjadi kesadaran berbuat.
5. Menumbuhkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang dapat
mendayagunakan dirinya untuk menggalakkan partisipasi masyarakat
dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup.

Lebih lanjut, dalam mewujudkan konsep pembangunan berkelanjutan,


Emil menegaskan bahwa diperlukannya segitiga kemitraan antara
pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat madani dalam hubungan
kesetaraan tanpa mengabaikan hukum ekonomi, alam-ekologi dan
peradaban.
Selain beberapa uraian di atas, hal yang tidak kalah pentingnya adalah
fokus pemerintah dalam menegakkan hukum lingkungan.Penegakan
hukum lingkungan merupakan proses terakhir dalam siklus pengaturan
perencanaan kebijakan lingkungan setelah Perundang-undangan,
Penentuan standar, pemberian izin, dan Penerapan.1 Penegakan hukum
lingkungan yang dimaksud adalah pemberian hukuman kepada
pemrakarsa atau pelaksana pembangunan yang benar-benar melanggar
ketentuan dalam membangun. Baik berupa hukuman administrasi,
perdata, maupun pidana seperti yang tertulis di dalam peraturan
perundang-undangan.
Selain itu, diperlukan adanya pemeriksaan sekaligus pengawasan
yang benar-benar dilaksanakan oleh pejabat berwenang. Pemeriksaan dan
pengawasan dilakukan sebelum pembangunan berlangsung. Dalam hal ini
peran AMDAL amat dibutuhkan guna pemeriksaan (pemberian izin),
pengawasan, dan penegakan hukum lingkungan. Hakekatnya, AMDAL
dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh
pembangunan.Sejalan dengan peran AMDAL tersebut, Hadi menyatakan
bahwapada dasarnya AMDAL dilakukan sebagai alat yang
menyempurnaan suatu proses perencanaan proyek pembangunan yang
tidak saja diperhatikan aspek sosial proyek itu, melainkan juga aspek
pengaruh proyek itu terhadap sosial budaya, fisika, kimia, dan lain-
lain.2Secara teknis instansi yang bertanggung jawab dalam merumuskan
dan memantau penyusunan AMDAL di Indonesia adalah BAPEDAL
(Badan Pengendali Dampak Lingkungan). Dalam melaksanakan perannya,
seyogyanya pemerintah dapat melakukan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) guna memperhatikan pembangunan berkelanjutan yang
tidak mengabaikan kelestarian lingkungan.
Selanjutnya, selain beberapa hal pokok dan peran pemerintah di atas,
masyarakat pun memiliki peran dalam pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan. Masyarakat dapat memberi saran atau pendapat
terhadap dokumen AMDAL.Di samping itu, masyarakat pun diharapkan
dapat turut serta aktif dalam memelihara kelesetarian lingkungan. Sejalan
dengan hal itu, sumber daya alam menjadi milik bersama akan lebih
terpelihara kelestariannya disaat seluruh masyarakat memahami dan
memeliharanya.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembangunan memiliki hubungan erat dengan lingkungan.
Lingkungan merupakan pendukung setiap kegiatan pembangunan.
Akan tetapi apabila pembangunan yang dilakukan ternyata tidak
memberi manfaat terhadap lingkungan, maka dapat dipastikan pada
pelaksanaannya, pembangunan tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan. Padahal, sejatinya lingkungan yang rusak atau tidak lestari
dapat berdampak pada kepunahan kehidupan. Oleh karena itu,
pembangunan berkelanjutan sangat diperlukan keberadaannya.
2. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang
dilakukan guna meningkatkan mutu hidup generasi masa sekarang dan
masa yang akan datang. Sementara pembangunan berwawasan
lingkungan adalah pembangunan dalam pelaksanaannya tidak
mengabaikan kelestarian lingkungan. Dengan demikian, lingkungan
hidup yang lestari tidak hanya dapat menjamin keberlangsungan hidup
generasi masa kini tetapi juga generasi masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah.2005. Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika: Jakarta.


Arikunto, Suharmi. 2010. Prosedur Penelitian. Reneka Cipta: Jakarta.
Dr. I. Supardi, 1980. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Alumni
Angkasa: Bandung.
Eggi Sudjana dan Riyanto. 1999. Penegakan Hukum Lingkungan dalam
Perspektif Etika Bisnis Di Indonesia, Gramedia pustaka utama.
Hadi, Sudharto P. dan Samekto, Adji FX., 2007.Dimensi Lingkungan Dalam
Bisnis, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
Harun M. Husein. 1992.Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan
Hukumnya, Bumi Aksara: Jakarta
Imam Supardi,2003. Lingkungan Hidup dan Kelesteriannya. Alumni: Bandung.
Keraf, A.S. 2002. Etika Lingkungan. Kompas: Jakarta.
Kristanto, Ir. Philip. 2000. Ekologi Industri. Andhi Offset dan LPPM UK Petra:
Surabaya.
Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto: Implikasinya bagi Negara Berkembang.
Kompas: Jakarta.
Moh. Askin.2003. Penegakan Hukum Lingkungan & Pembicaraan di DPR RI.
Penerbit Yarsif Watampone: Jakarta.
Moleong, Lexi J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
M. Daud Silalahi, 1992, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia, Cet. Ke-1,Alumni: Bandung.
Panayotou, T. 1994. Economy and Ecology in Sustainable Development.
Gramedia Pustaka Utama in cooperation with SPES Foundation:
Jakarta.
R.M. Gatot P. Soemartono, 1966. Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar Grafika:
Jakarta.
Siswanto Sunarso. 2005. Hukum Pidana Lingkungan Hidup Dan Strategi
Penyelesaian Sengketa. Rineka Cipta.
Sutamihardja, 2004 Perubahan Lingkungan Global; Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana: IPB.
Soerjono Soekanto. 1976. Permasalahan Dalam Kerangka Pembangunan di
Indonesia, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta
S.P Hadi. 1995. Aspek Sosial AMDAL Sejarah, Teori dan Metode, Gadjahmada
University Press: Yogyakarta.
The Global Tomorrow Coalition (1990) dalam Tim Pengajar Subyek .2010.
Teori Pembangunan. Alqaprint: Jatinangor.
Otto Soemarwoto, 1992, Indonesia Dalam Kancah Isu LingkunganGlobal, Cet.
Ke-2, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai