Anda di halaman 1dari 17

TEORI

KOMUNIKASI

Baiq Vira Sa3itri, S.I.Kom., M.I.Kom.


Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Mataram


1. Symbolic Interaction Theory (Teori Interaksi Simbolik)

a.  Latar belakang:


Pemikiran George Herbert Mead mengenai
pen3ngnya komunikasi bagi kehidupan dan
interaksi sosial melalui makna yang
diciptakan.

b.  Tema dasar:


•  Makna (pen3ngnya makna bagi perilaku manusia)
•  Konsep diri (pen3ngnya konsep mengenai diri)
•  Interaksi (hubungan antara individu dengan masyarakat)
C. Asumsi

1.  Makna
•  Manusia ber3ndak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka.
•  Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia
•  Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpre3f

2. Konsep diri
•  Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain
•  Konsep diri memberikan mo3f yang pen3ng untuk perilaku
Berawal dari pertayaan, “Siapakah Saya?”, menimbulkan sense of self, hingga prediksi pemenuhan diri
(self fulfilling prophecy)

3. Interaksi
•  Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial
Asumsi yang mengakui norma-norma sosial membatasi perilaku individu.
•  Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial
Asumsi yang mempertanyakan pandangan bahwa struktur sosial 3dak berubah serta mengakui bahwa
individu dapat memodifikasi situasi sosial.
D. Konsep Penting

a.  Pikiran (mind)


•  Bahasa (language)
•  Pemikiran (thought)
•  Pengambilan peran (role taking)

b.  Diri (self)


•  Kemampuan untuk merefleksikan diri sendiri dari perspek3f orang
lain.
•  Kemampuan kita untuk melihat diri kita sebagaimana diri kita
dilihat oleh orang lain, atau disebut sebagai cermin diri (looking-
glass self)
•  Persepsi orang mengenai bagaimana orang lain melihat mereka,
disebut juga pantulan penilaian (reflected appraisals)
•  Kemampuan mengatur 3ndakan sesuai harapan-harapan orang
lain atas diri kita, disebut juga efek Pygmalion (Pygmalion effect)

c. Masyarakat (society)
Dua bagian pen3ng masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri:
•  Orang lain secara khusus (par3cular others), adalah individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita.
•  Orang lain secara umum (generalized others), adala cara pandang dari sebuah keluarga sosial dan budaya sebagai satu
keseluruhan, disebut juga sikap dari keseluruhan komunitas.

2. Coordinated Management of Theory (Teori Koordinasi Makna)

a.  Latar belakang:

Berawal dari konsep BarneP Pearce dan Vernon Cronen yang


berpendapat bahwa individu berkomunikasi berdasarkan aturan
untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui
percakapan.

b. Tema dasar:

•  Konsep-konsep komunikasi
•  Realitas sosial
•  Makna

c. Asumsi:

•  Manusia hidup dalam komunikasi
•  Manusia saling menciptakan realitas sosial
•  Transaksi informasi bergantung kepada makna pribadi dan
interpersonal
d. Hierarki dari Makna yang Terorganisasi

1. Isi (content)
Merupakan tahap awal dimana data mentah dikonversikan menjadi
makna.

2. Tindak Tutur (speech acts)
Tindakan-3ndakan yang kita lakukan melalu cara berbicara,
termasuk: memuji, menghina, berjanji, mengancam, menyatakan,
dan bertanya)

3. Episode (episode)
•  Ru3nitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan dan akhir
yang jelas
•  Dalam interaksi, individu mungkin akan memiliki perbedaan dalam
bagaimana mereka menandai (punctuate) atau menekankan
sebuah episode.
•  Percakapan yang koheren membutuhkan 3ngkat penandaan
(punctua;on) yang terkoordinasi.

4. Hubungan (rela4onship)
•  Dikatakan sebagai kontrak, dimana terdapat tuntutan dalam
berperilaku.
•  Dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra
dalam sebuah hubungan.
•  Keterlibatan (enmeshment) menggambarkan batasan dimana
orang mengiden3fikasi dirinya sebagai bagian dari suatu sistem
hubungan.
d. Hierarki dari Makna yang Terorganisasi

5. Naskah Kehidupan (life scripts)


Kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang
menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama
dengan orang lain.

6. Pola Budaya (cultural pa6ern)
•  Gambaran yang sangat luas mengenai dunia dan
bagaimana hubungan seseorang dengan hal tersebut.
•  Manusia mengiden3fikasi diri mereka dengan kelompok
tertentu dalam kebudayaan tertentu.
•  Individu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat.
•  Individualisme (individualism), pandangan dimana
kepen3ngan individu didahulukan daripada kepen3ngan
kelompok. Berfokus pada kebebasan dan inisia3f.
•  Kolek3visme (collec;vism), pandangan dimana kepen3ngan
kelompok harus didahulukan daripada kepen3ngan pribadi.

e. Koordinasi Makna, mengarMkan urutan
Koordinasi (coordina;on), usaha untuk mengar3kan pesan-pesan yang
berurutan.
Koordinasi terjadi ke3ka dua orang berusaha untuk mengar3kan pesan-
pesan yang berurutan dalam percakapan mereka.

f. Pengaruh terhadap Proses Koordinasi


•  Koordinasi dipengaruhi beberapa hal termasuk moralitas dan
ketersediaan sumber daya
•  Moralitas: penghargaan, martabat dan karakter.
•  Sumber daya (resources), merujuk pada cerita, simbol, gambar dan
ins3tusi yang digunakan oleh orang untuk memahami dunia mereka.

g. Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan


•  Aturan kons3tu3f (cons;tu;ve rules), merujuk pada bagaimana perilaku harus diinterpretasikan dalam suatu konteks, untuk
memberitahu apa makna dari suatu perilaku tertentu.
•  Aturan regula3f (regula;ve rules), merujuk pada urutan 3ndakan yang dilakukan oleh seseorang dan menyampaikan apa
yang akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan.
•  Pola berulang yang 3dak diinginkan adalah episode konflik yang berurutan dan terjadi berulang kali yang kerap 3dak
diinginkan terjadi oleh individu yang terlibat konflik.
3. Cogni4ve Dissonance Theory (Teori Disonansi KogniMf)

a. Latar belakang:
Menurut Leon Fes3nger, keyakinan individu dapat berubah pada saat
mereka sedang pada suatu situasi konflik (ke3dakseimbangan) dan
akan mengambil langkah demi mengurangi ke3daknyaman itu.

b. Tema dasar:
•  Disonansi kogni3f: perasaan 3dak nyaman yang diakibatkan oleh
sikap, pemikiran dan perilaku yang 3dak konsisten.
•  Hubungan konsonan: ke3ka elemen-elemen yang berada pada
posisi seimbang satu sama lain.
•  Hubungan disonan: ke3ka elemen-elemen dalam
ke3dakseimbangan dengan lainnya
•  Hubungan 3dak relevan: ke3ka elemen-elemen 3dak
mengimplikasikan apa pun mengenai satu sama lain.

c. Asumsi:
•  Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap dan perilakunya.
•  Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis.
•  Disonansi adalah perasaan 3dak suka yang mendorong orang untuk melakukan 3ndakan-3ndakan dengan dampak yang dapat
diukur.
•  Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi.
d. Model
e. Konsep
•  Tingkat disonansi (magnitude of dissonance) merujuk pada jumlah kuan3ta3f disonansi yang dialami
seseorang, serta menentukan 3ndakan yang akan diambil seseorang dan kognisi yang mungkin
digunakannya untuk mengurangi disonansi
•  Tiga faktor yang mempengaruhi:
ü  Kepen3ngan (importance), merujuk pada seberapa signifikan suatu masalah
ü  Rasio disonansi (ra;o dissonance), merupakan jumlah kognisi konsonan berbanding dengan
yang disonan
ü  Rasionalitas (ra;onale), merujuk pada alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan
inkonsistensi
•  Mengatasi disonansi
ü  Mengurangi pen3ngnya keyakinan disonan
ü  Menambahkan keyakinan yang konsonan
ü  Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu
f. Proses Perseptual Disonansi
•  Terpaan selek3f (selec;ve exposure), mencari informasi yang konsisten yang belum ada, membantu untuk mengurangi
disonansi.
•  Perha3an selek3f (selec;ve a>en;on), melihat infoemasi secara konsisten begitu konsistensi itu ada.
•  Interpretasi selek3f (selec;ve interpreta;on), melibatkan penginterpretasian informasi yang ambigu sehingga menjadi
konsisten.
•  Retensi selek3f (selec;ve reten;on), mengingat dan mempelajari informasi yang konsisten dengan kemampuan yang lebih
besar dibandingkan yang kita lakukan terhadap informasi yang 3dak konsisten.

g. Aplikasi
•  Pembuatan Keputusan
•  Paksaan untuk mengalah pada suatu kondisi publik
•  Fokus pada informasi
•  Dukungan sosial

h. Efek
•  Selain menjadi awal peneli3an yang berfokus pada
persuasi, terutama yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan.
•  Ditemukan adanya periode penyesalan setelah
pengambilan sebuah keputusan.
4. Expectancy Viola4ons Theory (Teori Pelanggaran Harapan)

a. Latar belakang:
Judee Burgoon menyatakan bahwa individu memiliki harapan
mengenai perilaku nonverbal orang lain. Dalam interaksi, ke3ka
norma-norma komunikasi dilanggar, pelanggaran dapat
dipandang dengan posi3f atau nega3f, tergantung dari persepsi
penerima terhadap pelanggar.

b. Tema dasar:
•  Struktur-struktur pesan nonverbal
•  Norma-norma komunikasi

c. Asumsi:
•  Harapan mendorong terjadinya interaksi antarmanusia
•  Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari
•  Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal
d. Gagasan:

•  Peran komunikasi nonverbal: dalam sebuah percakapan, cara individu mengatakan
sesuatu dapat menjadi lebih pen3ng dari apa yang sebenarnya individu itu katakan.
•  Perubahan jarak yang 3dak diharapkan bisa menjadi sangat ambigu atau
membangkitkan nuansa tertentu sedangkan pada sisi lain se3ap orang diyakini
memiliki harapan/dugaan yang berbeda-beda tentang jarak dan penggunaannya.
•  Manusia selalu memiliki harapan-harapan yang dibawanya dalam interaksi dan
mempengaruhi perilakunya dalam interaksi itu dengan orang lain.
•  Harapan bukanlah bawaan lahir atau bersumber dari sesuatu yang alamiah. Harapan
merupakan sesuatu yang dipelajari manusia dari budaya masyarakatnya atau
individu-individu yang menjadi bagian dari kebudayaan itu.
•  Perilaku nonverbal mempengaruhi jalannya percakapan dan perilaku ini mendorong
orang lain untuk melakukan prediksi apa yang akan terjadi berikutnya dan memberi
reaksi sesuai terhadap perilaku nonverbal tersebut.
e. Unsur

1.  Proksemik (proxemics)
2.  Kewilayahan (territoriality)
3.  Harapan (expectancy)
4. Valensi Penghargaan Komunikator (communicator reward
valence)
Individu memiliki potensi baik untuk memberikan penghargaan
mau pun memberi hukuman dalam percakapan dan berpendapat
bahwa individu membawa karakteris3k posi3f dan nega3f dalam
sebuah interaksi.

5. Rangsangan (arousal)
Rangsangan adalah minat atau perha3an yang meningkat ke3ka
pelanggaran harapan terjadi.
•  Rangsangan Kogni3f, mencakup kesiagaan mental akan adanya
penyimpangan harapan.
•  Rangsangan Fisik, melipu3 perubahan dalam tubuh sebagai
akibat dari penyimpangan harapan.

6. Batas Ancaman (thread threshold)


Toleransi bagi pelanggaran jarak. Ke3ka jarak disamakan dengan
ancaman, maka semakin dekat jarak maka situasi akan dianggap
mengancam, begitu pun sebaliknya.

7. Valensi Pelanggaran (viola4on valence)


Pemberian nilai posi3f atau nega3f dari pelanggaran terhadap
harapan, yang lahir dari proses interpretasi dan evaluasi.
Credits: Charles Luna

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai