Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MEMAHAMI PERATURAN PEMERINTAH


TENTANG KETENAGAKERJAAN

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Nama : RIRIN ANDINI


Kelas : XI OTKP 2
Mapel : Otomatisasi Kepegawaian
Jurusan : Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran
Pembimbing : Lisna Fitri

SMK NEGERI 1 SIGLI


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
kemudahan, sehingga kami dapat menyelesaian Makalah dengan judul
“Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan” dengan lancar.
Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang kami miliki,
kekurangan pasti masih ada dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Sigli, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Maksud dan Tujuan Penulisan................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Pengertian Ketenagakerjaan.................................................................... 3
B. Ruang Lingkup Ketenagakerjaan............................................................ 5
C. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia........................................................ 9
D. Realita Ketenagakerjaan Indonesia......................................................... 17
BAB III PENUTUP........................................................................................... 18
A. Kesimpulan............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tenaga kerja (SDM) merupakan satu aspek yang sangat berpengaruh
terhadap semua perkembangan perekonomian di dunia. Tenaga kerja tidak
terlepas dari pembangunan, Tenaga kerja tidak terlepas dari kehidupan,
dan  tenaga kerja merupakan tonggak utama perekonomian suatu bangsa,
di samping SDA dan teknologi.
Di Indonesia, masalah  ketenagakerjaan mulai menjadi perhatian sejak
masuknya penjajahan. Dimulai dengan belanda, portugis, inggris, dan
kemudian jepang. Semuanya menerapkan sistemnya masing – masing.
Meskipun demikian, perlindungan terhadap tenaga kerja baru mulai
mendapat perhatian setelah Belanda di bawah pimpinan Deandels
menerapkan etische politik (politik balas budi). Semenjak saat itu, maka
mulai lahir peraturan – peraturan (hukum) tentang ketenagakerjaan, yang
mana peraturan yang dibuat mulai memeperhatikan sisi – sisi
kemanusiaan.
Seiring perjalanan bangsa sampai memasuki era kemerdekaan,
peraturan demi peraturan dibuat untuk melindungi, dan menjamin
kesejahteraan, keselamatan, dan keberlangsungan hidup (secara
kemanusiaan) para pekerja.
Kini, kita sudah lebih dari setengah abad merdeka. Namun, masalah
yang menyangkut tentang ketenagakerjaan mulai dari Upah,
Kesejahteraan, dll masih menjadi sorotan. Semuanya masih jauh dari
harapan. Kita bisa melihat bahwa hampir semua aksi Buruh memperingati
hari buruh sedunia (mayday) selalu menuntut keadilan atas dasar
kemanusiaan. Para buruh selalu meneriakan tentang sistem kerja kontrak,
upah, dll yang semuanya berujung pada kesejahteraan para pekerja.

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 1


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat ditetapkan
masalah pokok dalam penulisan ini ialah :
1. Apa itu ketenagakerjaan?
2. Siapa yang disebut sebagai tenaga kerja?
3. Bagaimana sejarah ketenagakerjaan Indonesia?
4. Bagaimana hukum yang mengatur tentang ketenagakerjaan indonesia?
5. Bagaimana penerapan dari peraturan tersebut?
6. Bagaimana Realita ketenagakerjaan Indonesia?
7. Apa kesimpulan yang dapat kita ambil?

C. Maksud dan Tujuan Penulisan


1. Maksud Penulisan
Maksud penulisan ini adalah untuk membantu kami dalam
menyelesaikan tugas terstruktur mata kuliah Sistem Hukum Indonesia.
Selain itu juga menambah wawasan dan pengetahuan saya terhadap
analisis fakta dan realita yang terjadi di lapangan.

2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah:
a. Mengetahui dan memahami secara menyeluruh tentang Hukum
Ketenagakerjaan.
b. Mempelari secara mendalam tentang sejarah dan realita
ketenagakerjaan Indonesia
c. Memberikan pengetahuan dan gambaran polemik kepada pembaca
dan orang-orang sekitar tentang fakta empirik yang terjadi di
lapangan dalam dunia ketenagakerjaan.
d. Sebagai bahan ajaran dan renunagan agar nanti mampu dan siap
turun ke lapangan.

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ketenagakerjaan
Di Indonesia, pengertian tenaga kerja atau manpower mulai sering
diperdengarkan. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan
kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Persoalan
pokok ketenagakerjaan bersumber dari kurangnya daya saing tenaga kerja
terhadap laju pertumbuhan angkatan kerja secara nasional. Persoalan ini
sesungguhnya tidaklah berdiri sendiri tetapi merupakan mata rantai yang
saling berhubungan dalam proses pembangunan nasional secara
keseluruhan.
Masalah lain yang sering timbul dalam ketenagakerjaan adalah
terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran tenaga kerja (supply of
labor) dan permintaan akan tenaga kerja (demand of labor) pada tingkat
upah tertentu. Ketidakseimbangan ini dapat berupa excess supply of
labor, yaitu apabila penawaran lebih besar dari pada permintaan tenaga
kerja, atau terjadi excess demand of labor, yaitu apabila terjadi permintaan
akan tenaga kerja lebih besar daripada penawaran akan tenaga kerja.
 Lewis, A dalam Todaro (1985 : 66) mengemukakan teorinya
mengenai ketenagakerjaan, yaitu kelebihan pekerja merupakan
kesempatan dan bukan masalah. Kelebihan pekerja merupakan di satu
sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output  dan
penyediaan pekerja di sektor lain. Selanjutnya Lewis mengemukakan
bahwa terdapat dua faktor di dalam perekonomian negara sedang
berkembang, yaitu sektor modern dan sektor tradisional. Sektor tradisional
tidak hanya sektor pertanian di pesesaan, melainkan juga termasuk sektor
informal di perkotaan (pedagang kaki lima, pengecer, pedagang
angkringan). Sektor informal mampu menyerap kelebihan tenaga kerja
yang ada selama berlangsungnya proses industrialisasi, sehingga disebut
katub pengaman ketenagakerjaan.

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 3


Di Indonesia tenaga kerja memakai batasan umur 10 tahun keatas.
Dengan demikian tenaga kerja yang dimaksudkan adalah penduduk yang
berumur 10 tahun atau lebih dan dibawah 10 tahun tidak dianggap sebagai
tenaga kerja. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam umur 10
tahun atau lebih sudah banyak penduduk terutama di desa-desa yang sudah
bekeja. Batas umur tingkat minimum 10 tahun tanpa batas maksimal.
Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk
dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang.
Bila wajib belajar 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan
umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain jumlah penduduk
yang bekerja dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil,
sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikan menjadi 15 tahun. Atas
pertimbangan tersebut, Undang-Undang No. 25 tahun 1997 tentang
ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun.

a. Produktifitas Tenaga Kerja


Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja,
dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitas mengandung
pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu kehidupan, keadaan hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari
hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental yang akan mendorong
manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus
mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja.
Produktivitas pada dasarnya merupakan efektivitas faktor input
dalam menghasilkan output. Banyak pengukuran produktivitas
yang diketahui, produktivitas lahan, tenaga kerja, modal, dan lain-
lain produktivitas faktor produksi yang selalu dipakai dalam
proses produksi. Namun demikian ada satu pengukuran
produktivitas yang sangat menarik untuk
diperhatikan yaitu output/labour yang disebabkan dalam
pengertian ini telah terkandung kombinasi dari kualitas tenaga

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 4


kerja. Misalnya pendidikan, keahlian, teknis, motivasi, kapital, dan
teknologi.
Produktivitas dapat diartikan secara sederhana dengan
peningkatan kualitas dan kuantitas, bisa juga diartikan bekerja
secara efektif dan efisien. Karena itu antara produktivitas, efektif,
efisien, dan kualitas sangat berdekatan artinya. Sumber-sumber
ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan
keterampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai
tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil ataupun output yang
diperoleh seimbang dengan masukan (sumber-sumber ekonomi)
yang diolah (Sinungan, 1995).
Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam
proses pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan
nasional maupun pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara
meningkatkan keefektifan dan mutu tenaga kerja dibandingkan
dengan melalui formasi modal dan pertambahan angkatan kerja.
Pembinaan yang baik terhadap penduduk maupun angkatan kerja
akan menghasilkan mutu angkatan kerja yang baik pula. Mutu
angkatan kerja antara lain tercermin dalam tingkat pendidikan dan
pelatihan yang mereka ikuti.

B. Ruang Lingkung Ketenagakerjaan


Sebelum kita lebih jauh membahas tentang Peraturan Pemerintah
tentang ketenagakerjaan, ada baiknya kita melihat dulu beberapa istilah
yang sering dipakai / digunakan dalam Peraturan Pemerintah tentang
ketenagakerjaan indonesia.
 Penduduk : Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis
Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka
yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.
 Tenaga kerja : penduduk yang ada dalam batas usia kerja dan mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 5


 Angkatan kerja : penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya
pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur, yakni
penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja atau
mempunyai pekerjaan, namun sementara tidak bekerja dan
pengangguran.
 Bukan angkatan kerja : penduduk dalam usia kerja yang tidak
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan. dan tidak sedang mencari
pekerjaan (pelajar, mahasiswa, ibu-ibu rumah tangga) serta menerima
pendapatan, tetapi bukan merupakan imbalan langsung atas suatu
kegiatan produktif (pensiunan, veteran perang, dan penderita cacat
yang menerima santunan).
 Kesempatan kerja : suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya
lapangan kerja bagi para pencari kerja.
 Usia Kerja : Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja
(economically active population) 15 tahun (meskipun dalam survei
dikumpulkan informasi mulai dari usia 10 tahun) dan tanpa batas atas
usia kerja. Di negara lain, penentuan batas bawah dan batas atas usia
kerja bervariasi sesuai dengan kebutuhan/situasinya. Beberapa
contoh: Batas bawah: Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun), Swedia, USA
(16 tahun), Kanada (14 dan 15 tahun), India (5 dan 15 tahun),
Venezuela (10 dan 15 tahun). Batas atas: Denmark, Swedia,
Norwegia, Finlandia (74 tahun), Mesir, Malaysia, Mexico (65 tahun),
banyak negara seperti Indonesia tidak ada batas atas.
 Bekerja : Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan
maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama
seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang
bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang
lalu sementara tidak bekerja, misalnya karena cuti, sakit dan
sejenisnya. Konsep bekerja satu jam selama seminggu yang lalu juga
digunakan oleh banyak negara antara lain Pakistan, Filipina, Bulgaria,
Hungaria, Polandia, Romania, Federasi Rusia, dan lainnya.

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 6


 Pengangguran : mereka yang sedang mencari pekerjaan, atau mereka
yang mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya
dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja), dan mereka yang sudah
punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya
dikategorikan sebagai bekerja), dan pada waktu yang bersamaan
mereka tak bekerja (jobless). Penganggur dengan konsep/definisi
tersebut biasanya disebut sebagai penganggur terbuka (open
unemployment). Secara spesifik, penganggur terbuka dalam Sakernas,
terdiri atas:
1. Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan,
2. Mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha,
3. Mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karena
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan d. mereka yang
tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima
bekerja, tetapi belum mulai bekerja.
 Setengah Pengangguran : Penduduk yang bekerja kurang dari jam
kerja normal (dalam hal ini 35 jam seminggu, tidak termasuk yang
sementara tidak bekerja) dikategorikan sebagai setengah penganggur.
 Setengah Penganggur Terpaksa : Mereka yang bekerja di bawah
jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari
pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
 Setengah Penganggur Sukarela : Mereka yang bekerja di bawah jam
kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari
pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (sebagian pihak
menyebutkan sebagai pekerja paruh waktu/part time worker).
 Jumlah Jam Kerja : Jumlah jam kerja seluruhnya yang dilakukan
oleh seseorang (tidak termasuk jam istirahat resmi dan jam kerja yang
digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan) selama seminggu yang
lalu.
 Pengusaha adalah :  orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; orang

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 7


perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; orang perseorangan,
persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
 Perusahaan adalah : setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau
tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan
hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain;  usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai
pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
 Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana
ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan
dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program
pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.
 Informasi ketenagakerjaan : adalah gabungan, rangkaian, dan
analisis data yang berbentuk angka yang telah diolah, naskah dan
dokumen yang mempunyai arti, nilai dan makna tertentu mengenai
ketenagakerjaan.
 Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan
dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan
atau pekerjaan.
 Kompetensi kerja : adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Pemagangan : adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang
diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan
dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan
instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 8


produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai
keterampilan atau keahlian tertentu.
 Pelayanan penempatan tenaga kerja : adalah kegiatan untuk
mempertemukan tenaga kerja dengan pemberi kerja, sehingga tenaga
kerja dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya, dan pemberi kerja dapat memperoleh tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhannya.
(UU. No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan)

C. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia


Hukum ketenagakerjaan kalau dipelajari lebih jauh cakupannya cukup
luas.  Hukum ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan antara
pekerja/buruh dengan pengusaha dalam pelaksanaan hubungan kerja tetapi
juga termasuk seorang yang akan mencari kerja melalui proses yang benar
ataupun lembaga-lembaga pelaksana yang terkait, serta menyangkut
pekerja yang purna atau selesai bekerja.
Hukum ketenagakerjaan adalah merupakan suatu peraturan-peraturan
tertulis atau tidak tertulis yang mengatur seseorang mulai dari sebelum,
selama, dan sesudah tenaga kerja berhubungan dalam ruang lingkup di
bidang ketenagakerjaan dan apabila di langgar dapat terkena sanksi
perdata atau pidana termasuk lembaga-lembaga penyelenggara swasta
yang terkait di bidang tenaga kerja.
Pengertian ketenagakerjan berdasarkan ketentuan UU NO 13 tahun
2003 tentang adalah sebagai berikut:
Pasal 1 (1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
Pasal 1 (2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Pengertian tenaga kerja menurut UU NO 3 tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah Tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 9


hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
PENDAPAT PARA AHLI :
Ø  Iman Soepomo : Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan,
baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian di
mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Ø  Molenaar : hukum perburuhan adalah bagian dari hukum yang
berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dan
majikan, buruh dengan buruh, dan buruh dengan penguasa.
Ø  Mr. Mok : hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan
pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain dan dengan
keadaan penghidupa yang langsung bergantung dengan pekerjaan itu.
Ø  M.G.Levenbach : Hukum Perburuhan adalah hukum yg berkenaan
dengan hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan dibawah
pimpinan dan dgn.keadaan yg langsung bersangkut paut dgn hubungan
kerja itu.
Ø  Menurut Daliyo : Hukum Perburuhan adalah himpunan peraturan
baik yg tertulis maupun tidak tertulis yg mengatur hubungan kerja antara
buruh dan majikan. Buruh bekerja pada dan dibawah majikan dgn
mendapat upah sebagai balas jasanya.
Dalam pemahaman Hukum Ketenagakerjaaan, dapat diketahuin
Unsur-unsur hukum ketenagakerjaan sebagai berikut:
 Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis
 Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan
pengusaha atau majikan
 Adanya orang bekerja pada dan dibawah orang lain, dengan mendapat
upah sebagai balas jasa
 Mengatur perlindungan pekerja/ buruh, meliputi masalah keadaan
sakit, haid, hamil, melahirkan, keberadaan organisasi pekerja/ buruh
dsb.

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 10


a. Ruang Lingkup Hukum Ketenagakerjaan
Menurut Logemann, lingkup laku berlakunya suatu hukum adalah
suatu keadaan/ bidang dimana keadah hukum itu berlaku.
Menurut teori ini ada 4 lingkup Laku Hukum antara lain :
1) Lingkup Laku Pribadi (Personengebied)
Lingkup laku pribadi mempunyai kaitan erat dengan siapa
(pribadi kodrati) atau apa (peran pribadi hukum) yang oleh
kaedah hukum dibatasi. Siapa-siapa saja yang dibatasi oleh
kaedah Hukum Ketenagakerjaan/ Perburuhan adalah:
 Buruh/ Pekerja
 Pengusaha/ Majikan
 Penguasa (Pemerintah)
2) Lingkup Laku Menurut Waktu (Tijdsgebied)
Lingkup laku menurut waktu ini menunjukan waktu kapan
suatu peristiwa tertentu diatur oleh kaedah hukum.
3) Lingkup Laku Menurut Wilayah (Ruimtegebied)
Lingkup laku menurut wilayah berkaitan dengan terjadinya
suatu peristiwa hukum yang di beri batas – batas / dibatasi oleh
kaedah hukum.
4) Lingkup Waktu Menurut Hal Ikhwal
Lingkup Laku menurut Hal Ikwal di sini berkaitan dengan
hal – hal apa saja yang menjadi objek pengaturan dari suatu
kaedah.
Dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 disebutkan bahwa
hukum Ketenagakerjaan ialah himpunan peraturan mengenai segala
hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama, dan sesudah masa kerja.
Dari pengertian tersebut diketahui bahwasanya hukum
ketenagakerjaan meliputi 3 hal yaitu, :
1. Sebelum masa kerja
2. Selama masa kerja
3. Sesudah masa kerja

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 11


Hal tersebut berarti bahwa Undang Undang Ketenagakerjaan kita
mengacu pada pengertian hukum ketenagakerjaan yang lebih luas.
Semenjak zaman reformasi  ruang lingkup hukum ketenagakerjaan
Indonesia telah diatur secara lengkap dalam UU NO 13 tahun 2003
yang terdiri dari XVIII Bab dan 193 Pasal dengan sistematika sebagai
berikut :
 Bab I. Ketentuan umum yaitu mengenai defenisi ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang tersebut.
 Bab II. Landasan azas dan tujuan yang merupakan prinsip-prinsip
dasar dalam menjalankan pembangunan ketenagakerjaan.
 Bab III.  Pengaturan  mengenai Kesempatan dan perlakuan yang
sama dalam memperoleh pekerjaan tanpa membedakan jenis
kelamin, suku, ras, agama dan golongan.
 Bab IV. Perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan
dalam kaitan penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan
program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.
 Bab V. Pengaturan Pelatihan kerja dalam rangka membekali,
meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna
meningkatkan kemampuan produktivitas dan kesejahteraan.
 Bab VI. Penempatan tenaga kerja mengatur secara rinci tentang
kesempatan yang sama, memilih, mendapatkan, atau pindah
pekerjaan dan memperoleh penghsilan yang layak di dalam atau di
luar negeri.
 Bab VII.Perluasan kesempatan kerja hal ini merupakan upaya
pemerintah untuk bekerja sama di dalam maupun di luar negeri
dalam rangka  perluasan kesempatan kerja.
 Bab VIII.Pengaturan Penggunaan tenaga Kerja Asing
 Bab IX.Pengaturan Hubungan Kerja,
  Bab X. Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan.
 Bab XI.Hubungan Industrial yang mengatur hubungan antara
pekerja, pengusaha dan pemerintah .
 Bab XII. Pemutusan hubungan kerja

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 12


 Bab XIII.Pembinaan.
 Bab XIV.Pengawasan,
 Bab XV. Penyidikan.
 Bab XVI. Ketentuan pidana dan sanksi administrative.
 Bab XVII. Ketentuan peralihan.
 Bab XVIII Penutup.

Beberapa ketentuan Pasal- pasal  dalam UU No 13 tahun 2003


yaitu : Pasal 158, 159, 160, 170, 158(1), 171, 158(1), 186, 137, dan
Pasal 138(1) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan tidak
digunakan lagi sebagai dasar hukum. Berdasarkan Putusan Mahkamah
Konstitusi RI Nomor : 12/PPU-1/2003 tanggal 28 Oktober 2004
tentang hak uji materil UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
terhadap UUD RI tahun 1945, Berita Negara no 92 tahun 2004 tanggal
17 November tahun 2004 , jo Surat Edaran MENTERI Tenaga Kerja
RI NO SE.13/MEN/SJ-HKI/I/2005.
Undang-undang lainnya yang masih berhubungan dengan 
ketenagakerjaan dalam arti selama bekerja adalah UU NO 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.  Defenisi Jaminan sosial
tenaga kerja menurut Pasal 1 (1) Undang-undang ini : Jaminan Sosial
Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua dan meninggal dunia.
Undang-undang yang berhubungan dengan ketenagakerjaa dalan
arti sesudah bekerja diatur dalam UU NO 2 tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.  Pengertian menurut
ketentuan Pasal 1 (1) perselisihan hubungan industrial adalah
perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan pendapat
antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 13


hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
dan perselisihan antara serikat pekerja / serikat buruh dalam satu
perusahaan[2].  Sebagai peraturan pelaksana dari Undang-undang
terebut diatas diatur dalam Peraturan pemerintah (PP), Peraturan
Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) dan Keputusan menteri tenaga
kerja.
Sebagai pedoman dalam melaksanakan Pembangunan
ketenagakerjaan di Indonesia maka harus mengetahui sejarah
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang pernah berlaku
di Indonesia dari zaman kolonial, Orde lama dan Orde baru  adalah
sebagai berikut:
1. Ordonansi tentang Pengerahan Orang Indonesia Untuk Melakukan
Pekerjaan di Luar Indonesia (Staatsblad tahun 1887 No. 8);
2. Ordonansi tanggal 17 Desember 1925 Peraturan tentang
Pembatasan Kerja Anak Dan Kerja Malam bagi Wanita
(Staatsblad Tahun 1925 Nomor 647);
3. Ordonansi Tahun 1926 Peraturan Mengenai Kerja Anak-anak dan
Orang Muda diatas Kapal (Staatsblad Tahun 1926 Nomor 87);
4. Ordonansi tanggal 4 Mei 1936 tentang Ordonansi untuk Mengatur
Kegiatan kegiatan Mencari Calon Pekerja (Staatsblad Tahun 1936
Nomor 208);
5. Ordonansi tentang Pemulangan Buruh yang Diterima atau
Dikerahkan Dari Luar Indonesia (Staatsblad Tahun 1939 Nomor
545);
6. Ordonansi Nomor 9 Tahun 1949 tentang Pembatasan Kerja Anak-
anak (Staatsblad) Tahun 1949 Nomor 8);
7. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1951 tentang Pernyataan
Berlakunya Undangundang Kerja tahun 1948 Nomor 12 dari
Republik Indonesia untuk Seluruh   Indonesia (Lembaran Negara
Tahun 1951 Nomor 2);
8. Undang-undang Nomor 21 tahun 1954 tentang Perjanjian
Perburuhan antara Serikat Buruh dan Majikan (Lembaran Negara

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 14


Tahun 1954 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 598
a);
9. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga
Asing (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 8);
10. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana
(Lembaran  Negara Tahun 1961 Nomor 207, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2270);
11. Undang-undang Nomor 7 Pnps Tahun 1963 tentang Pencegahan
Pemogokan dan/atau Penutupan (Lock Out) Di Perusahaan,
Jawatan dan Badan yang Vital (Lembaran Negara Tahun 1963
Nomor 67);
12. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara
Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2912);
13. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3702);
14. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1998 tentang Perubahan
Berlakunya Undang-undang  Nomor 25 Tahun 1997 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 184,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3791); dan
15. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2000 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun
2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun
1998 tentang Perubahan Berlakunya Undang-undang Nomor 25
Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan Menjadi Undang-undang
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 240, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4042).  Undang-undang tersebut diatas telah
dicabut dan tidak diberlakukan lagi.
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat I dan 2 UU No 10 tahun 2008
tentang pembentukan  peraturan perundang-undangan  bahwa jenis dan

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 15


hirarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut - Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Undang-undang/peraturan
pemerintah pengganti undang-undang, Peraturan pemerintah, Peraturan
presiden, Peraturan Daerah  (Perda ) dan Peraturan desa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas dan UU 10 tahun 2008
maka Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku di
Indonesia yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 
a. (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 18 No. 23) khususnya pasal (1313,
1338,1320)
b. UU NO 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2003 No: 39
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 TAHUN 2006
Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor :
KEP.100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjain
Kerja Waktu Tertentu.
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor :
KEP.48/MEN/IV/2004 tentang Tata cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan  serta Pembuatan dan
Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.
f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor :
KEP.261/MEN/XI/2004 tentang Perusahaan yang Wajib
Melaksanakan Pelatihan Kerja.
g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor :
PER.08/MEN/III/2006  tentang Perubahan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-48/MEN/IV/2004
tentang Tata cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan
Perusahaan  serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia  Nomor PER.22/MEN/IX/2009 Tentang  Penyelenggaraan
Pemagangan di dalam Negeri.

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 16


i. Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi RI Nomor:
PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

D. Realita Ketenagakerjaan Indonesia


Meskipun peraturan yang dibuat pemerintah  sudah memadai, namun
disana – sini masih ada celah untuk terjadinya penyimpangan –
penyimpangan yang terjadi dalam dunia ketenagakerjaan. Penyimpangan
itu diantaranya :
1. Sistem kerja kontrak
2. Sistem honorer
3. Sistem outsorching
4. Mempekerjakan anak di bawah umur
5. Perdagangan tenaga kerja (Human Trafficking)
6. Inkonsistensi antara  pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam UU
No.13 Tahun 2003

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 17


Ketenagakerjaan merupakan satu aspek yang sangat berpengaruh
terhadap semua perkembangan perekonomian di dunia. Tenaga kerja tidak
terlepas dari pembangunan, Tenaga kerja tidak terlepas dari kehidupan, dan 
tenaga kerja merupakan tonggak utama perekonomian suatu bangsa, di
samping SDA dan teknologi.
Di Indonesia, masalah  ketenagakerjaan mulai menjadi perhatian sejak
masuknya penjajahan. Dimulai dengan belanda, portugis, inggris, dan
kemudian jepang. Semuanya menerapkan sistemnya masing – masing.
Meskipun demikian, perlindungan terhadap tenaga kerja baru mulai
mendapat perhatian setelah Belanda di bawah pimpinan Deandels
menerapkan etische politik (politik balas budi). Semenjak saat itu, maka
mulai lahir peraturan – peraturan (hukum) tentang ketenagakerjaan, yang
mana peraturan yang dibuat mulai memeperhatikan sisi – sisi kemanusiaan.
Seiring perjalanan bangsa sampai memasuki era kemerdekaan, peraturan
demi peraturan dibuat untuk melindungi, dan menjamin kesejahteraan,
keselamatan, dan keberlangsungan hidup (secara kemanusiaan) para
pekerja.
Kini, kita sudah lebih dari setengah abad merdeka. Namun, masalah yang
menyangkut tentang ketenagakerjaan mulai dari Upah, Kesejahteraan, dll
masih menjadi sorotan. Semuanya masih jauh dari harapan. Kita bisa
melihat bahwa hampir semua aksi Buruh memperingati hari buruh sedunia
(mayday) selalu menuntut keadilan atas dasar kemanusiaan. Para buruh
selalu meneriakan tentang sistem kerja kontrak, upah, dll yang semuanya
berujung pada kesejahteraan para pekerja.

B. Saran
Permasalahan ketenagakerjaan indonesia yang sampai hari ini masih
hangat untuk diperbincangkan. Semoga melalui diskusi dengan banyak
pihak, kita bisa menemukan solusi yang bisa diterima semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 18


http://jabrick-flores.blogspot.com/2013/06/makalah-hukum-ketenagakerjaan-
indonesia_5338.html. Diakses pada 1 September 2021.

http://www.scribd.com/doc/242839914/MAKALAH-Hukum-
Ketenagakerjaan#force_seo. Diakses pada 1 September 2021.

http://rachmatsibali.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-
ketenagakerjaan.html. Diakses pada 1 September 2021.

http://ghevinurhak26.blogspot.com/2013/04/makalah-ketenagakerjaan_14.html.
Diakses pada 1 September 2021.

http://prawiranugrahasurya.blogspot.com/2013/01/makalah-hukum-
ketenagakerjaan-pemutusan.html. Diakses pada 1 September 2021.

Memahami Peraturan Pemerintah tentang Ketenagakerjaan | 19

Anda mungkin juga menyukai