Perka 5 Tahun 2019
Perka 5 Tahun 2019
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG
PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN
INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini yang
dimaksud dengan:
1. Instalasi Nuklir Nonreaktor yang selanjutnya disebut
INNR adalah fasilitas yang digunakan untuk pemurnian,
konversi, pengayaan bahan nuklir, fabrikasi bahan bakar
nuklir dan/atau pengolahan ulang bahan bakar nuklir
bekas, dan/atau fasilitas yang digunakan untuk
menyimpan bahan bakar nuklir dan bahan bakar nuklir
bekas.
2. Bahan Nuklir adalah bahan yang dapat menghasilkan
reaksi pembelahan berantai atau bahan yang dapat
diubah menjadi bahan yang dapat menghasilkan reaksi
pembelahan berantai.
3. Bahan Bakar Nuklir adalah bahan yang dapat
menghasilkan proses transformasi inti berantai.
4. Bahan Bakar Nuklir Bekas adalah Bahan Bakar Nuklir
teriradiasi yang dikeluarkan dari teras reaktor secara
permanen dan tidak digunakan lagi dalam kondisinya
saat ini karena penyusutan bahan fisil, peningkatan
racun, atau kerusakan akibat radiasi.
5. Komisioning adalah kegiatan pengujian untuk
membuktikan bahwa struktur, sistem, dan komponen
INNR terpasang yang dioperasikan dengan Bahan Nuklir
memenuhi persyaratan dan kriteria desain.
6. Laporan Analisis Keselamatan yang selanjutnya
disingkat LAK adalah dokumen keselamatan yang berisi
-4-
Pasal 2
Peraturan Badan ini bertujuan untuk memberikan ketentuan
bagi Pemegang Izin dalam penyusunan dokumen LAK INNR.
Pasal 3
(1) Ketentuan dalam Peraturan Badan ini berlaku untuk
seluruh fasilitas INNR termasuk seluruh sistem bantu
dan sarana pendukungnya.
(2) Fasilitas INNR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi fasilitas:
a. pemurnian;
b. konversi;
c. pengayaan Bahan Nuklir;
d. fabrikasi Bahan Bakar Nuklir dan/atau pengolahan
ulang Bahan Bakar Nuklir Bekas; dan/atau
e. penyimpanan Bahan Bakar Nuklir dan Bahan Bakar
Nuklir Bekas, meliputi instalasi:
1) penyimpanan sementara; dan
2) penyimpanan lestari.
(3) Fasilitas INNR sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
termasuk pengujian pasca iradiasi Bahan Bakar Nuklir
dan bahan struktur atau komponen teras.
-5-
Pasal 4
Peraturan badan ini mengatur tentang penyusunan dan
pemutakhiran dokumen LAK.
Pasal 5
(1) Ketentuan dalam Peraturan Badan ini diberlakukan
berdasarkan pendekatan berperingkat.
(2) Pendekatan berperingkat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bergantung pada karakteristik dan potensi
bahaya radiasi Instalasi Nuklir yang berkaitan dengan
jenis INNR, jenis bahan nuklir, dan lingkup kegiatan
INNR.
BAB II
PENYUSUNAN DAN PEMUTAKHIRAN LAK
Pasal 6
(1) Pemegang izin harus menyusun, menetapkan, dan
melaksanakan dokumen LAK.
(2) LAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disampaikan kepada Kepala Badan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh persetujuan desain, izin
konstruksi, persetujuan perubahan desain, izin
komisioning, izin operasi, dan perpanjangan izin operasi.
Pasal 7
(1) LAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 terdiri atas:
a. pendahuluan;
b. tujuan keselamatan dan persyaratan desain teknis;
c. karakteristik tapak;
d. gedung dan struktur;
e. sistem operasi dan proses;
f. sistem bantu dan sarana pendukung;
g. program eksperimen instalasi nuklir nonreaktor
h. proteksi radiasi dan proteksi bahan berbahaya dan
beracun (B3);
i. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan;
-6-
j. pencegahan kekritisan;
k. pelaksanaan operasi;
l. komisioning;
m. analisis keselamatan;
n. batasan dan kondisi operasi;
o. sistem manajemen;
p. pengelolaan limbah radioaktif dan pengelolaan
limbah B3;
q. dekomisioning INNR; dan
r. program kesiapsiagaan nuklir.
(2) Format dan isi LAK INNR disusun berdasarkan
ketentuan dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari peraturan Badan ini.
Pasal 8
(1) Pemegang izin harus melakukan pemutakhiran terhadap
bagian dari dokumen LAK yang relevan jika terdapat
perubahan data.
(2) Perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. modifikasi;
b. utilisasi yang tidak tercantum dalam LAK;
c. review keselamatan berkala; atau
d. perubahan batasan dan kondisi operasi.
(3) Perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup kegiatan yang:
a. mempengaruhi keselamatan INNR;
b. bertujuan untuk mencegah kegagalan yang
teridentifikasi selama komisioning dan operasi INNR;
c. bertujuan untuk memenuhi ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
d. bertujuan untuk mengurangi kebolehjadian
terjadinya kesalahan manusia;
e. bertujuan untuk mempermudah perawatan INNR;
f. bertujuan untuk meningkatkan kinerja INNR; atau
g. bertujuan untuk memperpanjang izin operasi.
-7-
BAB III
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 9
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, dokumen LAK
INNR yang telah disusun berdasarkan Peraturan Kepala
BAPETEN Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Nuklir
Nonreaktor masih tetap dapat digunakan sampai dengan
berakhirnya masa berlaku izin.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan
Kepala BAPETEN Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Nuklir
Nonreaktor dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 11
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-8-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Agustus 2019
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Agustus 2019
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
qt
o
ao
unawan
bina Tk. I
K
0222t9991r701
- 1-
LAMPIRAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
NOMOR 5 TAHUN 2019
TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS
KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas bagian umum, uraian umum instalasi, tinjauan historis,
perbandingan dengan instalasi lain; identifikasi pihak ketiga dan kontraktor;
daftar gambar, tabel dan singkatan; daftar acuan; dan peralatan dan fasilitas
yang digunakan bersama.
A. Bagian Umum
Bagian ini berisi:
1. maksud dan tujuan penyusunan LAK;
2. ruang lingkup dokumen LAK yang menguraikan ringkasan dari bab-
bab yang ada di LAK; dan
3. dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan LAK.
C. Tinjauan Historis
Bagian ini diuraikan khusus untuk instalasi yang sedang beroperasi,
sedangkan untuk instalasi yang baru atau instalasi yang sedang dibangun
tidak diperlukan. Untuk instalasi yang sedang beroperasi perlu diuraikan
mengenai riwayat operasi instalasi termasuk:
1. tanggal peristiwa penting terkait dengan operasi instalasi;
2. tanggal penerbitan izin konstruksi dan izin operasi, termasuk
perpanjangan izin operasi; dan
3. modifikasi atau utilisasi yang telah dilakukan.
- 3-
G. Daftar Acuan
Bagian ini berisi daftar informasi acuan yang mendukung penyusunan
laporan analisis keselamatan. Informasi ini dapat berupa program
komputer, laporan dari pabrikan pembuat struktur, sistem, komponen
INNR dan bahan bakar nuklir, dan peraturan dari instansi lain yang
terkait.
Bab ini terdiri atas tujuan keselamatan instalasi nuklir; fungsi keselamatan
dasar instalasi nuklir non-reaktor; prinsip dasar keselamatan nuklir;
- 4-
K. Kualifikasi Peralatan
Pada bagian ini menguraikan kualifikasi peralatan yang penting untuk
keselamatan terhadap faktor lingkungan seperti mekanik, termal, kimia,
kelistrikan, fisikal, biologi, dan radiasi. Bagian ini juga menguraikan
pembuktian kualifikasi yang dapat melalui sertifikasi atau uji kualifikasi.
Bagian ini dapat mengacu ke Peraturan Kepala BAPETEN mengenai
ketentuan desain instalasi nuklir nonreaktor.
L. Kesimpulan
Bagian ini berisi uraian bahwa instalasi didesain untuk memenuhi tujuan
keselamatan instalasi nuklir, serta bahwa kejadian alam dan kejadian ulah
manusia, peraturan, kode dan standar dan metode desain yang sesuai
telah dipertimbangkan dalam desain instalasi, termasuk kualifikasi
komponen.
A. Evaluasi Tapak
Bagian ini menguraikan hasil evaluasi tapak yang berupa nilai parameter
dasar desain instalasi nuklir untuk tiap aspek karakteristik bahaya yang
akan digunakan sebagai persyaratan desain di BAB IV Gedung dan
Struktur, BAB V Sistem Operasi dan Proses, dan BAB VI Sistem Bantu.
B. Kesimpulan
Bagian ini berisi kesimpulan tentang penerimaan tapak untuk INNR
berdasarkan nilai parameter dasar desain dan hasil pemantauan tapak.
Bagian ini juga berisi dosis radiasi terhadap anggota masyarakat pada
kondisi operasi normal dan kondisi kecelakaan yang melampaui dasar
desain yang nilainya tidak melebihi dosis sesuai dengan peraturan yang
berlaku, dan evaluasi kelayakan penerapan program kesiapsiagaan nuklir.
Selain itu, bagian ini berisi pula kesimpulan hasil pemantauan tapak
apabila evaluasi tapak menunjukkan adanya bahaya yang mempengaruhi
keselamatan pengoperasian instalasi nuklir nonreaktor.
Bagian ini terdiri atas gedung proses atau operasi, struktur bantu dan
kesimpulan.
Uraian tersebut di atas meliputi dasar desain gedung proses atau operasi
dan bangunan internal, disertai dengan dasar desain penetrasi gedung
(pintu kedap udara, jendela, dan lain-lain) terkait kemampuan gedung
- 10 -
Desain gedung proses atau operasi, seperti sistem yang digunakan untuk
mengendalikan pelepasan radionuklida diuraikan.
Bagian ini juga menguraikan desain dan operasi crane atau alat
pengangkat lainnya untuk mengetahui beban statis maksimum crane atau
alat pengangkat lainnya yang dapat ditangani.
B. Struktur Bantu
Bagian ini berisi uraian tentang gedung dan struktur bantu yang penting
untuk keselamatan nuklir seperti yang diuraikan di BAB VI Sistem Bantu.
C. Kesimpulan
Bagian ini berisi kesimpulan tentang kriteria desain SSK gedung dan
struktur yang penting untuk keselamatan berdasarkan nilai parameter
dasar desain yang mencakup pula berat dan dimensi beban maksimum
crane atau alat pengangkat lainnya yang dapat ditangani, beserta lama
gedung dan struktur didesain.
Bagian ini juga berisi solusi rekayasa yang berupa perubahan desain atau
modifikasi, apabila hasil dari pemantauan tapak di BAB III Karakteristik
Tapak pada tahap konstruksi, komisioning, atau operasi ditemukan
bahaya yang signifikan terhadap keselamatan instalasi nuklir nonreaktor.
Bagian ini terdiri atas uraian sistem dan fitur keselamatan yang bergantung
pada jenis instalasi. Bagian ini dapat mengacu ke Peraturan Kepala BAPETEN
mengenai ketentuan desain instalasi nuklir non-reaktor.
- 11 -
Bagian ini menguraikan fungsi sistem dan bagaimana fungsi tersebut akan
dicapai, serta menguraikan komponen yang menjadi bagian sistem tersebut.
Apabila terdapat satu atau lebih komponen menjadi bagian sistem lainnya,
maka keterkaitan komponen tersebut dan sarana penggabungannya dalam
sistem tersebut diuraikan. Bagian ini juga menguraikan spesifikasi
komponen/konstruksi.
Bagian ini menguraikan secara rinci sistem bantu yang penting untuk
keselamatan bergantung pada jenis INNR yang terdiri atas: sistem catu daya
listrik, sistem pemasok air, sistem pemasok udara bertekanan dan gas, sistem
distribusi dan pemasok uap, sistem proteksi kebakaran dan ledakan, sistem
komunikasi dan alarm, sistem kimia pendingin, dan sistem sanitasi.
H. Sistem Sanitasi
Bagian ini menguraikan sistem penanganan sanitasi buangan
nonradioaktif yang terpisah dari sistem buangan limbah radioaktif cair.
- 13 -
A. Fasilitas Eksperimen
Bagian ini menguraikan deskripsi fasilitas eksperimen yang mendukung
kegiatan eksperimen untuk bab ini, termasuk dasar desain dan uraian
desain, maupun analisis keselamatan nuklir untuk semua fasilitas
eksperimen yang berkaitan langsung atau tidak langsung INNR. Bagian ini
juga menguraikan interaksi sistem tersebut dengan sistem lainnya dengan
mempertimbangkan kegagalannya, serta tindakan untuk meminimalkan
konsekuensi kegagalannya.
B. Program Eksperimen
Bagian ini menguraikan program eksperimen yang ada di instalasi
termasuk metode eksperimen, bahan yang digunakan, kompetensi
personel, serta kondisi batas operasi normal dari fasilitas eksperimen
tersebut.
Bab ini menguraikan informasi tentang program proteksi radiasi dan uraian
rinci proteksi bahan berbahaya dan beracun selama pengoperasian instalasi
nuklir non-reaktor.
A. Struktur Organisasi
Bagian ini menguraikan struktur organisasi pengoperasi, yang di
dalamnya juga menggambarkan tugas dan tanggung jawab dari petugas
IBN yang terdiri dari operator INNR; supervisor INNR; petugas proteksi
radiasi instalasi nuklir; pengurus inventori bahan nuklir; dan pengawas
inventori bahan nuklir. Bagian ini juga menguraikan tugas dan wewenang
panitia penilai keselamatan. Apabila dibutuhkan dukungan teknis dari
pihak ketiga, diuraikan juga tugas dan tanggung jawab yang spesifik di
bagian ini.
C. Perawatan
Bagian ini berisi uraian mengenai kegiatan perawatan yang dapat mengacu
ke dokumen program perawatan yang ditetapkan pada saat pengajuan
dan/atau perpanjangan izin operasi.
D. Manajemen Penuaan
Bagian ini berisi uraian mengenai program manajemen penuaan dan
pelaksanaan yang dapat mengacu ke dokumen program manajemen
penuaan yang ditetapkan pada saat pengajuan izin komisioning.
- 19 -
Bagian ini terdiri atas karakterisasi kejadian awal terpostulasi, analisis urutan
kejadian, analisis efek dan konsekuensi, dan analisis dispersi zat radioaktif
dan pengkajian dosis.
Bagian ini menguraikan batasan dan kondisi operasi yang perlu untuk
mencegah situasi yang mengarah ke kejadian operasi terantisipasi, dan
kecelakaan dasar desain dan kecelakaan yang melampaui dasar desain, atau
untuk memitigasi konsekuensi kecelakaan apabila terjadi. Bagian ini
menguraikan:
A. batas keselamatan;
B. pengesetan sistem keselamatan;
C. kondisi batas untuk operasi normal;
D. persyaratan surveilan; dan
E. persyaratan administrasi.
Bagian ini berisi uraian sistem manajemen yang dapat mengacu ke dokumen
sistem manajemen yang ditetapkan pada saat pengajuan izin konstruksi,
komisioning, dan operasi.
B. Pengelolaan Limbah B3
Bagian ini menguraikan metode, peralatan, fasilitas dan prosedur
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbunan limbah B3.
ttd
JAZIEKO ISTIYANTO
TK. I
21999111001