Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH PENERAPAN KONSEP RUANG DALAM ASPEK

INFRASTRUCTURE

Oleh :
NAMA : DEWI HI NOOR

NIM : G2S119011

SEMESTER : I (SATU)

ILMU GEOGRAFI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERTAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Penerapan Konsep Ruang dalam Aspek Infrastructure ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Konsep dan Pemikiran Geografi. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu. Prof.Dr.Ir.Weka
Widayati, M.s selaku dosen Pengembangan Konsep dan Pemikiran Geografi yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Penulis menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 1 Otober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................4
D. Manfaat...................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6
A. Pengertian Inftrastrukture.....................................................................7
B. Green Infrastructure.............................................................................8
C. Prinsip Desain Hijau untuk Infrastruktur..........................................9
D. Prinsip Green infrastructure................................................................10
E. Kriteria Green Infrastructure..............................................................11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................12
A. Pengertian Infrastruktur, Manfaat, Komponen, Jenis dan Contoh. .13

B.Infrastruktur Hijau untukPembangunan Kota....................................14


C. Teori dan Konsep Perancangan Ruang Dalam...................................15
BAB IV PENUTUP......................................................................................16
A. Kesimpulan.............................................................................................17
B. Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Global warming yang semakin bertambah yang disertai dengan perubahan iklim
membuat kebiasaan manusia harus berubah. Gaya hidup yang ramah lingkungan
mulai diterapkan di berbagai negara. Di Indonesia bukan hanya berskala individu,
gaya hidup ramah lingkungan juga mulai dirambah oleh banyak korporasi. Terbukti
dengan mulai bermunculan gedung-gedung ramah lingkungan dan area terbuka hijau.
Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan yang meningkat terhadap sumberdaya air dan
lahan dewasa ini makin meningkatkan permasalahan-permasalahan lingkungan
terutama yang dihadapi oleh kawasan perkotaan. Pembangunan suatu kawasan
seringkali kurang memperhatikan nilai ekosistem. Keberadaan ruang terbuka hijau
pun bukan termasuk prioritas dalam pengembangan suatu kawasan. Efeknya adalah
terjadinya ketidakseimbangan sistem lingkungan: air, tanah, udara; yang
menyebabkan kualitasnya makin menurun. Beberapa negara maju dalam satu dekade
ini mulai mempraktekkan sebuah konsep untuk menjaga keberlangsungan sistem
tersebut, yaitu dengan mempraktekkan pembangunan infrastruktur hijau dan
menerapkannya dalam rencana pembangunan Kawasan.
Infrastruktur Hijau adalah sebuah konsep, upaya, atau pendekatan untuk
menjaga lingkungan yang berkelanjutan melalui penataan ruang terbuka hijau dan
menjaga proses-proses alami yang terjadi di alam seperti siklus air hujan dan kondisi
tanah. Konsep infrastruktur hijau adalah membentuk lingkungan dengan proses alami
yang terjaga; meliputi manajemen air hujan, manajemen kualitas air, hingga pada
mitigasi banjir. Arah dari penerapan infrastruktur hijau adalah untuk mendukung
communities development dengan meningkatkan kondisi lingkungan dan memelihara
ruang terbuka hijau (EPA, 2013).
Jaringan infrastruktur hijau menurut Benedict dan McMahon (2006) adalah
sistem kawasan alami dan ruang terbuka yang saling terkait dan menjaga nilai
ekosistem, menjaga kondisi udara dan air, serta memberikan manfaat bagi penduduk
dan makhluk hidup lain. Jaringan infrastruktur hijau, setelah terbentuk, dapat menjadi
suatu framework acuan untuk pembangunan kedepan dan sebagai upaya konservasi
lahan untuk mengakomodasi pertumbuhan populasi penduduk, sembari tetap menjaga
kelestarian sumberdaya alam dan aset publik.
Penerapan infrastruktur hijau tentang bagaimana merencanakan dan merancang
sebuah kota hijau di Indonesia selaras dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, serta Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan undang-undang
tersebut perlu kesadaran bersama pemerintah, pengembang, perencana, dan juga
warga kota dalam mengintegrasikan kebijakan pembangunan berkelanjutan di semua
kegiatan operasional yang dilakukan. Penataan kota dapat bertumpu pada empat hal
utama yakni penataan transportasi masal ramah lingkungan, perumahan (kawasan
hunian vertical), daur ulang sampah, serta Ruang Terbuka Hijau (RTH). Lebih lanjut,
kota harus didukung oleh sistem jaringan RTH yang terstruktur yang meliputi taman
atau kebun rumah, taman lingkungan, taman kota, lapangan olah raga, hutan kota/
lindung/ mangrove, kebun raya, dan daerah tangkapan air berupa situ/ waduk/ danau
yang dihubungkan dengan koridor pepohonan jalur hijau jalan, jalur pejalan kaki dan
jalur sepeda, bantaran rel kereta api, saluran umum tegangan tinggi, sungai, hutan
lindung, dan pengolahan sampah ramah lingkungan. Taman-taman penghubung harus
bisa membuat pejalan kaki dan pesepeda nyaman ke berbagai tempat tujuan.
Pemerintah juga perlu memperbanyak RTH baru berupa taman evakuasi bencana di
kawasan padat penduduk dan padat bangunan, taman kota, taman makam, lapangan
olah raga dan hutan kota, merevitalisasi situ dan hutan mangrove, penghijauan atap
dan dinding bangunan (roof and wall garden), serta pengembangan pertanian kota.
Pada Pasal 29 dan 30 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, mensyaratkan setiap kota memiliki RTH 30 %, yang terdiri atas RTH publik
sebanyak 20 % dan RTH privat sebanyak 10 %. RTH adalah surga perkotaan yang
berfungsi sebagai paru-paru kota, daerah resapan air, dan tulang punggung dalam
pengendalian perkembangan kota dan infrastruktur hijau kota. Proporsi RTH
pekotaan sebesar 30 % merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat maupun
sistem ekologis lainnya yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara
bersih yang diperlukan masyarakat serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika
kota.
Tahun 2009, pedoman perencanaan infrastruktur hijau pertama diterbitkan oleh
organisasi Natural England bekerjasama dengan Town and Country Planning
Association (TCPA). Pedoman ini mempromosikan pentingnya infrastruktur hijau
dengan konsep place-making, yaitu dengan cara mengenali dan mempertahankan
karakter lingkungan asli suatu lokasi tertentu, terutama di lokasi yang akan
dikembangan. Tujuan penerapan jaringan infrastruktur hijau diantaranya:
menginspirasi masyarakat untuk melindungi lingkungan alam yang penting bagi
kelangsungan hidup selanjutnya, menemukan jaringan hubungan dari lahan alami dan
air guna memperoleh manfaat sebanyak mungkin bagi kehidupan dan menerapkan
pentingnya kesempatan untuk melindungi aset alami melalui upaya konservasi dan
strategi pengembangan ekonomi yang terintegrasi. Diharapkan dengan menerapkan
konsep tersebut, keberlangsungan sumberdaya lingkungan di masa yang akan datang
akan tetap terjaga.
Ruang terbuka hijau merupakan ruang terbuka public yang direncanakan pada
suatu kawasan yang tersusun atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.
Ruang terbuka hijau memiliki fungsi dan peran khusus pada masing-masing kawasan
yang ada pada setiap perencanaan tata ruang Kabupaten/ Kota yang direncanakan
dalam bentuk penataan tumbuhan, tanaman dan vegetasi agar dapat berperan dalam
mendukung fungsi ekologis, social budaya dan arsitektural sehingga dapat memberi
manfaat optimal bagi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

.     B. Rumusan Masalah


Beberapa masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah.
1. Bagaimana pengertian infrastructure ?
2. Bagaimana green Infrstructure ?
     3. Bagaimana prinsip desain hijau untuk infrastruktur ?
     4. Bagaimana prinsip green infrastructure ?
   5.  Bagaimana Kriteria Green Infrastructure ?
9. Bagaimana pengertian infrastruktur, manfaat, komponen, jenis dan contoh ?
10.Bagaiamana infrastruktur hijau untuk pembangunan kota ?
11. Bagaimana teori dan konsep perancangan ruang dalam ?
C.    C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
     1.  Mengetahui pengertian infrastructure;
2. Mengetahui green Infrstructure;
     3. Mengetahui prinsip desain hijau untuk infrastruktur;
     4. Mengetahui prinsip green infrastructure;
   5.  Mengetahui Kriteria Green Infrastructure;
      6. Mengetahui pengertian infrastruktur, manfaat, komponen, jenis dan contoh;
7 . Mengetahui Infrastruktur hijau untuk pembangunan kota;
8. Mengetahui Teori dan Konsep Perancangan Ruang Dalam;
D.    D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoretis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai penerapan
konsep ruang dalam aspek infrastructure. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi penulis, sebagai wahana menambah ilmu pengetahuan dan konsep
keilmuan khususnya tentang infrastructure.  pembaca, sebagai media informasi
tentang penerapan konsep ruang dalam aspek infrastructure baik secara teoretis
maupun praktis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Infrastruktur


Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem
fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan
fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini merujuk pada
infrastruktur sebagai suatu sistem. Infrastruktur dalam sebuah sistem adalah bagian-
bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak terpisahkan satu sama lain.

Enam kategori besar infrastruktur (Grigg):


1) Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan);
2) Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar udara); 3)
Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air);
4) Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat);
5) Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar;
6) Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas).

Berdasarkan American Public Works Association (Stone, 1974), infrastruktur


didefinisikan sebagai fasilitas – fasilitas fisik yang dikembangkan 7 atau dibutuhkan
oleh agen – agen publik untuk fungsi – fungsi pemerintahan dalam penyediaan air,
tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi, dan pelayanan – pelayanan yang
sama untuk memfasilitasi tujuan – tujuan ekonomi dan sosial.
Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem menopang sistem sosial dan sistem
ekonomi sekaligus menjadi penghubung dengan sistem lingkungan. Ketersediaan
infrastruktur memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang
ada di masyarakat. Oleh karena itu, infrastruktur perlu dipahami sebagai dasar-dasar
dalam mengambil kebijakan (Kodoatie, 2005).

2.2. Green Infrastucture


Dalam Green Infrastructure Think Tank (GrITT), 2007 disebutkan bahwa
Infrastruktur hijau adalah sistem pendukung area kehidupan dan merupakan
komponen jaringan dengan alam dan lingkungan yang terdapat antara kota dan desa
yang memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Green infrastructure adalah jaringan infrastruktur yang saling berhubungan
antara ruang terbuka dan daerah alam, seperti lahan basah, taman, dengan
mempertahankan hutan dan vegetasi tanaman asli, yang secara alami mengelola
stormwater, mengurangi resiko banjir dan meningkatkan kualitas air. Infrastruktur
hijau biasanya biaya lebih sedikit untuk instalasi dan pemeliharaan bila dibandingkan
dengan bentuk-bentuk infrastruktur tradisional. Proyek infrastruktur 8 hijau juga
memupuk kekompakan masyarakat dengan melibatkan semua warga dalam
perencanaan, penanaman dan pemeliharaannya (EEA, 2011).

2.3. Prinsip Desain Hijau untuk Infrastruktur


Hahn, T dan RA, Sol Source menyebutkan ada beberapa prinsip dari penerapan
konsep green untuk infrastruktur, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bersifat
minimalis; bangunan yang didesain haruslah sesuai dengan fungsi dan
kegunaannya nantinya
2. Sebaiknya didesain untuk multifungsi; bangunan tersebut dapat digunakan untuk
banyak keperluan
3. Bangunan yang didesain selayaknya juga tidak mudah peka terhadap perubahan
iklim (didesain untuk bisa tahan terhadap berbagai bentuk perubahan cuaca)
4. Tahan lama; bangunan yang dibuat harus memiliki sifat kokoh dan tahan lama 5.
Menggunakan bahan – bahan yang berasal dari produk – produk yang minimalis
dalam penggunaan sumber daya
6. Sebisa mungkin material untuk bahan bangunan berasal dari bahan – bahan yang
bisa didaur ulang kembali
7. Bahan – bahan yang digunakan bukan bahan – bahan beracun, baik ketika
pembuatan maupun bahan – bahan tersebut telah siap pakai.

2.4. Prinsip Green infrastructure


Benedict and T. McMahon (2006), menyebutkan bahwa Green infrastructure
memiliki 6 prinsip:
1. Sebagai framework untuk pelestarian dan perkembangan daerah
2. Mendesain dan merencakan sebelum mengembangkan

3. Linkage is a key
4. Berfungsi untuk berbagai kepentingan dan skala
5. Didasarkan pada ilmu, teori, praktek perencanaan yang tepat
6. Merupakan investasi publik yang kritis

2.5. Kriteria Green Infrastructure


Terdapat pola - pola yang harus dipenuhi dalam kriteria Green Infrastructure, antara
lain.
a. Pola pengamanan ekologis (Ecological Security Pattern/ ESP) untuk setiap kota
bisa berbeda bergantung pada permasalahan lingkungan kotanya. Pola pengamanan
ekologis kota terdiri dari pola pengamanan terhadap masalah air dan banjir, udara,
bencana geologis, keanekaragaman hayati, warisan budaya, dan rekreasi.
b. Pola pengamanan air dan banjir (flood and stormwater security pattern)
berhubungan dengan proses-proses hidrologis, seperti aliran permukaan (run off),
daerah resapan air (infiltration), dan daerah tangkapan air hujan (catchment area).
c. Pola pengamanan udara (air security pattern) berhubungan dengan upaya
peningkatan kualitas udara agar udara kota tetap segar, tidak tercemar, dan sehat
untuk warga. Kawasan dengan potensi pencemaran udara tinggi menjadi prioritas
dalam penyediaan RTH untuk mengendalikan pencemaran udara, terutama sektor
transportasi. Jalur hijau jalan dan kawasan industri menjadi fokus utama penentuan
pola RTH kota.
d. Pola pengamanan bencana geologis (geological disaster security pattern)
berhubungan dengan pengendalian daerah - daerah yang rawan longsor, amblesan
muka tanah (land/surface subsidence), daerah patahan geologi,dan daerah rawan
bencana geologis lainnya.
e. Pola pengamanan keanekaragaman hayati (biodiversity security pattern)
berhubungan dengan konservasi berbagai spesies dan habitat tempat mereka bisa
hidup. Kesesuaian lahan untuk habitat berbagai spesies dan penentuan kawasan yang
harus dikonservasi merupakan fokus utama agar penataan ruang kota tetap memberi
peluang keanekaragaman biologis.
f. Pola pengamanan warisan budaya (cultural heritage security pattern) berhubungan
dengan konservasi situs budaya (heritage site), seperti bangunan cagar budaya dan
kawasan lanskap cagar budaya (landscape heritage).
g. Pola pengamanan rekreasi (recreational security pattern) berhubungan dengan
tempat - tempat yang mempunyai fungsi sosial dan nilai rekreasi bagi warga kota.
Taman kota, taman lingkungan, taman rekreasi, taman pemakaman, kawasan dengan
pemandangan indah, kawasan dengan fitur alam yang unik, dan lanskap vernakular
merupakan daerah – daerah yang perlu diamankan dari pembangunan kota.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Pengertian Infrastruktur, Manfaat, Komponen, Jenis dan Contoh


Kesempatan ini kita akan membahas mengenai Infrastruktur, penjelasan mengenai
Infrasturktur ini diantarannya ialah sebagai berikut :
Pengertian Infrastruktur

Secara umum, pengertian infrastruktur ini merupakan semua struktur serta fasilitas
dasar, baik fisik atau juga sosial (misalnya bangunan, jalan, serta pasokan listrik)
yang diperlukan dalam operasional kegiatan atau aktivitas masyarakat atau
perusahaan.

Pendapat lain pun mengatakan bahwa arti dari infrastruktur ini ialah semua jenis
fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat umum untuk dapat mendukung segala
macam kegiatan masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,
infrastruktur ini merupakan semua fasilitas, baik fisik atau juga non fisik yang
dibangun oleh pemerintah atau juga perorangan untuk dapat memenuhi kebutuhan
dasar masyarakat di dalam lingkup sosial serta ekonomi.
Infrastruktur ini umumnya merujuk pada pembangunan fisik untuk fasilitas umum
seperti misalnya; jalan raya, bandar udara, listrik, telekomunikasi, air bersih, 
pelabuhan, pengolahan limbah, rumah sakit, sekolah, serta lain sebagainya. Selain
dari itu, infrastruktur ini juga merujuk pada hal teknis yang mendukung kegiatan atau
aktivitas ekonomi masyarakat, seperti misalnya; moda transportasi, distribusi barang
serta jasa, dan lain-lain.

Pengertian Infrastruktur Menurut Para Ahli

Supaya dapat lebih memahami mengenai apa itu infrastruktur, maka kita dapat
merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini:

1. N. Gregory MankiwMenurut N. Gregory Mankiw (2003)


Di dalam ilmu ekonomi, arti infrastruktur ini merupakan suatu wujud modal publik
(public capital) yang terdiri dari jalan umum, jembatan, sistem saluran pembuangan,
serta lainnya, ialah sebagai investasi yang dilakukan oleh pemerintah.

2. Menurut Neil S. Grigg (1998)

Pengertian infrastruktur merupakan suatu sistem fisik yang menyediakan sarana


drainase, pengairan, transportasi, bangunan gedung serta fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan untuk bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan dasar manusia baik dari
itu kebutuhan sosial atau juga kebutuhan ekonomi.y3. Menurut Robert J. Kodoatie
(2005)

Pengertian infrastruktur ini merupakan suatu sistem yang menunjang sistem sosial
serta ekonomi yang secara sekaligus menjadi penghubung sistem lingkungan, yang
mana sistem ini dapat digunakan ialah sebagai dasar dalam mengambil kebijakan.

Jenis-Jenis Infrastruktur

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa infrastruktur ini merupakan suatu aset (fisik
dan non fisik) yang dirancang dalam sistem supaya mampu untuk melayani
masyarakat. Mengacu pada pengertian infrastruktur, dibawah ini merupakan beberapa
jenis infrastruktur diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Infrastruktur Keras

Ini merupakan semua infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan fasilitas


umum yang berwujud fisik. Beberapa yang termasuk did alam infrastruktur keras
diantaranya ialah ;

 Jalan raya
 Bandar udara
 Jalur kereta api
 Pelabuhan
 Saluran irigasi, Dan lain-lain

2. Infrastruktur Keras Non-Fisik

Ini merupakan semua infrastruktur yang berhubungan dengan fungsi utilitas publik.
Beberapa yang termasuk di dalam infrastruktur keras non-fisik diantaranya ialah
sebagai berikut ;

 Pengadaan air bersih


 Penyediaan pasokan listrik
 Penyediaan jaringan telekomunikasi
 Penyediaan pasokan energi, Dan lain-lain

3. Infrasturktur Lunak

Infrastruktur lunak merupakan semua yang berhubungan dengan sistem, nilai, norma,
peraturan, serta pelayanan publik, yang disediakan oleh berbagai pihak, khususnya
pemerintah. Beberapa yang termasuk infrastruktur lunak diantaranya ialah sebagai
berikut ;
 Etika kerja
 Peraturan lalu lintas
 Pelayanan publik yang berkualitas
 Undang-undang hukum (perdagangan, pernikahan, dan lain-lain). Dan lain-
lain

Komponen dan Contoh Infrastruktur

Infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah atau juga swasta terdiri dari berbagai
komponen yang saling mendukung antara satu sama lainnya. Menurut P3KT
(Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu), dibawah ini merupakan beberapa
komponen infrastruktur tersebut:

 Perencanaan kota
 Peremajaan kota
 Pembangunan kota baru
 Jalan kota
 Air minum
 Drainase
 Air limbah
 Persampahan
 Pengendalian banjir
 Perumahan
 Perbaikan kampung
 Perbaikan prasarana kawasan pasar
 Rumah sewa

Sedangkan untuk menurut APWA (American Public Works Association), komponen


infrastruktur ini terdiri dari beberapa hal diantaranya berikut ini:
 Sistem penyediaan air bersih ialah: waduk, penampungan air, transmisi serta
distribusi, fasilitas pengolahan air (water treatment).
 Sistem pengelolaan air limbah: pengumpul, pengolahan, pembuangan, serta
daur ulang.
 Fasilitas pengelolaan limbah padat dan sistem pengelolaannya.
 Sistem transit publik.
 Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi kepada masyarakat.
 Fasilitas komunikasi dan sistemnya.
 Fasilitas gas alam.
 Fasilitas pengendalian banjir, drainase irigasi, daerah resapan air.
 Fasilitas lintas air dan sistem navigasinya.
 Fasilitas transportasi ialah: jalan raya, bandar udara, termasuk rambu lalu
lintas, rel kereta, dan fasilitas pengontrol.
 Gedung publik: sekolah, rumah sakit.
 Fasilitas perumahan publik
 Tempat rekreasi; taman kota, tempat bermain, dan stadion.

Mengacu pada manfaat infrastruktur bagi masyarakat, beberapa komponen yang


disebutkan di atas  itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga karakteristik, diantaranya :

1. Komponen yang menghasilkan masukan atau input bagi masyarakat.


Beberapa yang masuk di dalam kategori ini misalnya ialah; pasokan listrik,
sarana air bersih.
2. Komponen yang mengambil keluaran atau output dari masyarakat. Beberapa
yang termasuk di dalam kategori ini misalnya ialah ; saluran drainase, tempat
pembuangan sampah, sanitasi.
3. Komponen yang bisa memberikan input serta mengambil output dari
masyarakat. Beberapa yang termasuk dalam kategori ini misalnya ialah; jaringan
komunikasi, jalan raya.

Sistem Infrastruktur
Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar, peralatan, instalasi yang
dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat
(Grigg, 2000 dalam Kodoatie,R.J.,2005). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama
sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat.

Disini, infrastruktur berperan penting sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial dalam
tatanan kehidupan manusia dan lingkungan. Kondisi itu agar harmonisasi kehidupan tetap terjaga
dalam arti infrastruktur tidak kekurangan (berdampak pada manusia), tapi juga tidak berlebihan
tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan alam karena akan merusak alam dan pada
akhirnya berdampak juga kepada manusia dan makhluk hidup lainnya.

Dalam hal ini, lingkungan alam merupakan pendukung sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi
didukung oleh sistem infrastruktur, sistem sosial sebagai obyek dan sasaran didukung oleh sistem
ekonomi. Analoginya seperti gambar dibawah ini :

Pengelompokan sistem insfrastruktur dapat dibedakan menjadi (Grigg, 2000 dalam


Kodoatie,R.J.,2005) :
1. Grup keairan

2. Grup distribusi dan produksi energi


3. Grup komunikasi

4. Grup transportasi (jalan, rel)

5. Grup bangunan

6. Grup pelayanan transportasi (stasiun, terminal, bandara, pelabuhan, dll)

7. Grup pengelolaan limbah

B.Infrastruktur Hijau untuk Pembangunan Kota


Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan permintaan akan air bersih dan
udara bersih meningkat serta yang tak kalah penting adalah infrastruktur. Pembangunan
infrastruktur yang terus-menerus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia telah
mengkonversi lahan kosong alami yang tadinya berupa sawah, ladang, ataupun hutan menjadi
sebuah kawasan perkotaan.
Hal tersebut terbukti dari anggaran infrastruktur Indonesia yang meningkat sebesar
167% dari tahun 2014 yang awalnya hanya Rp.157,4 T menjadi Rp.420,5 T pada tahun 2019
(Kemenkeu, 2019). Namun, pembangunan tersebut justru membawa dampak negatif pada
berbagai aspek kehidupan khususnya aspek lingkungan. Pembangunan kawasan perkotaan
seringkali kurang atau bahkan sama sekali tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

Lantas, apa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut? Beberapa kota di
negara maju telah mempraktikkan sebuah konsep pembangunan yang ramah lingkungan,
yaitu konsep infrastruktur hijau atau yang dikenal dengan istilah green infrastructure.
Mengapa konsep infrastruktur hijau sangat penting untuk diterapkan dalam pembangunan di
kota?
1.Meningkatkan Kualitas Udara

Penerapan konsep infrastruktur hijau yang sederhana seperti menanam pohon dan tanaman di
tepi jalan dapat meningkatkan kadar oksigen dan memperlancar sirkulasi udara di kawasan
kota. Hal tersebut dapat membuat kualitas udara di kota membaik, mengingat banyaknya
kendaraan bermotor dan industri-industri yang mengeluarkan gas beracun.
Selain itu, keberadaan pepohonan, taman, dan infrastruktur hijau lainnya juga dapat
mengurangi polusi yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat menunjukkan bahwa pohon-
pohon yang terdapat di Chicago diperkirakan dapat menghilangkan 6190 ton polusi udara per
tahun dan adanya pohon-pohon tersebut dapat meningkatkan kualitas udara sebesar 5-10%
(Nowak, 1994).
Salah satu konsep yang telah diterapkan di beberapa negara maju yaitu green street atau
penanaman pohon di sisi kiri dan kanan dari infrastruktur jalan ataupun di pembatas/median
jalan. Aplikasi tersebut dapat menekan emisi karbon dari kendaraan bermotor yang ada di
kawasan perkotaan. Selain green street (jalan bervegetasi), terdapat juga green roof (atap
bervegetasi).
Green roof bukan berarti atap yang dicat dengan warna hijau, melainkan dengan
meletakkan tanaman pada permukaan atap. Konsep tersebut sebenarnya sangat cocok
diterapkan di wilayah perkotaan mengingat keterbatasan lahan kosong untuk menanam
tanaman. Penelitian menunjukkan bahwa 19,8 ha green roof di Chicago dapat menghilangkan
polutan udara sebesar 1675 kg per tahun dengan 27% O3, 27% NO2, 14% PM10, dan 7%
SO2 (Yang, et al., 2008). Selain itu, green roof juga menambah nilai estetika dari suatu
bangunan.

2.Memodifikasi Iklim Mikro

Pembangunan infrastruktur yang dilakukan terus-menerus berdampak negatif pada


lingkungan. Salah satu dampak negatifnya adalah pemanasan global akibat hutan yang
digunduli dan diganti dengan beton, besi, ataupun kaca.

Sebuah studi tentang suhu udara yang diukur di Bandara Midway yang terletak dekat
dengan pusat kota dan Laboratorium Nasional Argonne (U.S Department of Energy) di
pedesaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan suhu yang signifikan sebesar 54°F atau
3°C antara kota dan daerah pedesaan (Ackerman, 1985). Tidak dapat dipungkiri hal tersebut
merupakan dampak dari infrastruktur abu-abu (gray infrastructure) di area perkotaan. Oleh
sebab itu diperlukan infrastruktur hijau yang memiliki peran untuk mengurangi efek
pemanasan akibat perubahan iklim dan penyerapan radiasi matahari secara langsung oleh
bangunan (khususnya bangunan berkaca).
Sebuah penelitian yang dilakukan di Greater Manchester menemukan bahwa dengan
meningkatkan kawasan infrastruktur hijau sebesar 10% dapat menurunkan temperatur panas
hingga 2,5°C (Gill, 2007). Konsep yang dapat diterapkan dapat berupa green roof ataupun
green street. Kedua konsep ini sangat cocok diterapkan di kawasan perkotaan lantaran tidak
memakan ruang yang luas. Di samping dua konsep ini, kita juga bisa menanam pohon di
sekitar rumah. Menanam pohon di sekitar rumah juga bermanfaat sebagai pemecah angin
ataupun memperkecil kekuatan angin apabila terjadi angin kuat.

3.Memanajemen Air Hujan

Manajemen air hujan merupakan usaha mengurangi limpasan permukaan (run off)
dengan menginfiltrasi air hujan ke dalam tanah sebagai usaha pencegahan banjir. Dalam
memanajemen air, infrastruktur hijau menggunakan pendekatan non-struktural dengan biaya
yang sangat rendah dibanding penggunaan infrastruktur abu-abu, contohnya bendungan.
Sebagian besar lahan di kota sudah tertutup dengan beton dan aspal sehingga apabila
hujan turun, limpasan yang dihasilkan akan sangat besar dan akan mengakibatkan banjir.
Salah satu contoh penerapan konsep infrastruktur hijau dalam mencegah terjadinya banjir
yaitu dengan retensi (panen) air hujan. Prinsipnya adalah menangkap dan menyimpan air
hujan untuk digunakan di kemudian hari, dan di samping itu juga dapat mengurangi limpasan
hujan yang terjadi serta peluapan manakala terjadi banjir akibat hujan dengan intensitas yang
tinggi.
Sistem infiltrasi dan pemanenan air hujan dapat menjaga ketersediaan pasokan air untuk
keperluan sehari-hari sehingga dapat mengurangi penggunaan air perkotaan secara signifikan.
Selain itu, terdapat juga penerapan lainnya, seperti pembuatan taman hujan (rain garden),
jalan bervegetasi (green street), dan atap bervegetasi (green roof) yang sangat cocok
diterapkan di daerah perkotaan yang terbatas lahannya.
Rain garden dan green street berfungsi untuk menginfiltrasi limpasan dari jalan raya,
trotoar, dan tempat parkir sehingga dapat mencegah rusaknya lapisan aspal mengingat aspal
tidak tahan terhadap genangan air serta meminimalisasi kemungkinan terjadinya banjir di
jalan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sheffield di Inggris
menemukan bahwa selain meminimalisasi terjadinya banjir, penanaman pohon di kota juga
dapat meningkatkan kualitas air di perkotaan secara signifikan (Stovin, et al., 2008).
Sementara itu, fungsi green roof selain yang disebutkan sebelumnya adalah
menciptakan kondisi penyimpanan air buatan sekaligus mengurangi limpasan yang terjadi.
Dari penelitian yang dilakukan oleh departemen pengelolaan lahan, hutan dan alam Belgium,
ditemukan bahwa hanya dengan penerapan green roof sebesar 10% dari keseluruhan wilayah
Brussel dapat mengurangi limpasan tahunan sebesar 2,7% (Mentens, et al., 2006). Hal
tersebut membuktikan bahwa green roof berkontribusi besar dalam pengelolaan air di
perkotaan.

5.Memperkaya Habitat dan Keanekaragaman Hayati


Habitat merupakan salah satu komponen pembentuk ekosistem. Apabila habitat
makhluk hidup terganggu maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam ekosistem. Dengan
konsep infrastruktur hijau, diharapkan dapat memberi ruang alami bagi makhluk hidup untuk
bergerak, tumbuh, dan berkembang. Dengan demikian, kelestarian flora dan fauna akan tetap
terjaga. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh akademisi Inggris membuktikan bahwa kupu-
kupu akan lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan daripada daerah pedesaan jika
sumber nektar yang ada di kota lebih banyak (Hardy and Dennis, 1999).
Selain itu, infrastruktur hijau juga dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati dengan
memperluas habitat, meningkatkan populasi dari spesies yang terancam punah serta
memperluas ruang gerak makhluk hidup. Seiring dengan bertambahnya ketersediaan tempat
tinggal makhluk hidup, ukuran populasi dari spesies dan keragaman spesies yang ada di suatu
habitat juga ikut meningkat. Metode-metode yang dapat diterapkan sangat bervariasi, mulai
dari membangun taman kota, green street, green roof, green wall, ataupun green drainage.
Selain memberi ruang alami bagi makhluk hidup, metode-metode tersebut juga sekaligus
mempertinggi nilai estetika sebuah kota.

6.Kesempatan Rekreasi dan Transportasi


Kota-kota di negara maju telah menggunakan konsep ruang terbuka hijau (open green
space) sebagai salah satu penerapan dari infrastruktur hijau. Keberadaan ruang terbuka hijau
cenderung selalu diabaikan dalam perencanaan kawasan perkotaan padahal ruang terbuka
hijau dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Adanya ruang terbuka hijau menyediakan
tempat rekreasi dan rute hijau untuk mendorong masyarakat sekitar berjalan kaki dan
bersepeda daripada berpergian menggunakan kendaraan bermotor sehingga emisi karbon dari
transportasi dapat berkurang. Hal tersebut terbukti dari sebuah penelitian di Amerika yang
menunjukkan jumlah pejalan kaki dan pesepeda di kawasan dengan banyak taman lebih
tinggi daripada kawasan tanpa taman (Zlot and Schmid, 2005).

Tentu saja selain mengurangi emisi karbon dari kendaraan, dengan berjalan kaki dan
bersepeda juga dapat meminimalisasi berbagai ancaman kesehatan yang mungkin terjadi.
Sebuah penelitian oleh Yayasan Kesehatan Mental di Inggris (WHO) menemukan bahwa
ruang terbuka hijau sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat seperti
obesitas, kesehatan mental, sistem peredaran darah, dan asma (Mental Health Foundation,
2009).
Begitu banyak manfaat yang dihasilkan dengan penerapan konsep infrastruktur hijau,
menunjukkan betapa pentingnya penerapan konsep tersebut di kawasan perkotaan mengingat
situasi pemanasan global yang terjadi semakin parah. Oleh sebab itu, sangat disarankan
bahwa konsep infrastruktur hijau dapat diterapkan di kota-kota besar di Indonesia khususnya
di pulau Jawa mengingat di situlah pusat perekonomian dan pemerintahan Indonesia.
Selain itu, jumlah penduduk yang sangat padat telah menyebabkan sebagian besar lahan
alami yang ada dikonversi menjadi kawasan pemukiman ataupun komersial sehingga
diperlukan sebuah konsep pembangunan yang ramah lingkungan untuk meminimalisasi
dampak negatif yang ditimbulkan.

C. Teori dan Konsep Perancangan Ruang Dalam


a. Definisi Perancangan Ruang dalam/ Desain Interior

Desain interior atau perancangan ruang dalam merupakan ilmu yang mempelajari
tentang menata, merencanakan dan merancang ruang – ruang interior di sebuah
bangunan agar memenuhi tatanan fisik kebutuhan dasar penghuninya dalam hal
penyediaan sarana bernaung dan berlindung.

Pengertian desain interior dikemukakan oleh D.K. Ching (2002:46) sebagai berikut:
” Interior design is the planning, layout and design of the interior space
within buildings. These physical settings satisfy our basic need for
shelter and protection, they set the stage for and influence the shape of
our activities, they nurture our aspirations and express the ideas which
accompany our action, they affect our outlook, mood and personality.The
purpose of interior design , therefore, is the functional improvement,
aesthetic enrichment, and psychological enhancement of interior space.”
Desain interior merupakan sebuah ilmu yang tidak bisa dibatasi ruang lingkupnya,
yang memiliki beberapa keterkaitan ilmu dengan ilmu lain diantaranya ilmu
arsitektur, ilmu konstruksi, ilmu seni rupa, dan ilmu seni kriya/kerajinan.
Perancangan ruang dalam atau desain interior pada dasarnya titik fokusnya berada
pada perancangan tiga elemen pembentuk ruang, yaitu Elemen Dasar/ Lantai, elemen
samping/dinding, dan elemen atas/langit-langit, ketiga elemen tersebut dirancang
melalui metode-metode tertentu sehingga menghasilkan beberapa buah konsep desain
interior.

b.Prinsip-prinsip Perancangan Ruang dalam

Dalam perancangan ruang dalam, ada beberapa prinsip yang harus diperhatiakan,
diantaranya :

1.Unity and Harmony


Unity and harmony dapat diwujudkan melalui suatu kesatuan dimana semua elemen
yang ada saling melengkapi dan berkesinambungan satu dengan yang lainnya
sehingga menghasilkan komposisi yang seimbang yang membentuk suatu ruang yang
harmonis dan mampu mewadahi aktivitas penghuni.

2.Keseimbangan (Balance)
Unsur Balance atau keseimbangan yang dimaksudkan merupakan suatu langkah
perancangan  dari elemen pembentuk ruang yang membentuk susunan yang
harmonis, tidak berat sebelah, dan tidak menonjol hanya pada satu elemen saja,
namun semua komponen harus balance/seimbang.

Style keseimbangan terbagi 3 yaitu: Simetris, Asimetris, dan Radial


– Keseimbangan Simetris:
Keseimbangan simetris terjadi apabila berat visual dari elemen-elemen desain terbagi
secara merata baik dari segi horizontal maupun vertikal. Gaya ini mengandalkan
keseimbangan berupa dua elemen yang mirip dari dua sisi yang berbeda. Kondisi
pada keseimbangan simetris adalah gaya umum yang sering digunakan untuk
mencapai suatu keseimbangan dalam desain. Meskipun mudah untuk diterapkan,
keseimbangan simetris sulit untuk membangkitkan emosi dari pembaca visual karena
terkesan “terlalu direncanakan”. Kesimbangan simetris juga biasa disebut dengan
keseimbangan formal.

– Keseimbangan Asimetris:
Gaya ini mengandalkan permainan visual seperti skala, kontras, warna untuk
mencapai keseimbangan dengan tidak beraturan. Seringkali kita melihat sebuah
desain dengan gambar yang begitu besar diimbangi dengan teks yang kecil namun
terlihat seimbang karena permainan kontras, warna, dsb. Keseimbangan asimetris
lebih mungkin untuk menggugah emosi pembaca visual karena ketegangan visual dan
yang dihasilkannya. Ketegangan asimetris juga biasa disebut dengan keseimbangan
informal

– Keseimbangan Radial:
Adalah ketika semua element desain tersusun dan berpusat di tengah.

3. Focal Point 
Focal point yang dimaksud merupakan sebuah aksen di dalam ruangan yang mampu
menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi pusat perhatian dalam ruangan. hal itu
dapat diwujudkan melalui furniture, dinding, maupun elemen-elemen lain yang
mampu menjadi aksen focal point.
seperti yang terlihat pada gambar diatas, lukisan menjadi focalpoint yang diwujudkan
melalui warna yang cukup kontras dibandingkan dengan elemen-elemen pembentuk
ruang yang lain, sehingga menjadi aksen yang mampu menjadi pusat perhatian dalam
ruangan.

4. Ritme 
Ritme dapat didefinisikan sebagai semua pola pengulangan tentang visual. berikut
merupakan contoh gambar yang menggambarkan kata Ritme secara visual :
5. Detail
Dalam konteks perancangan ruang dalam, detail sangat diperlukan dalam hal
penentuan lighting, tata letak furniture, ukuran yang presisi pada suatu furniture
maupun elemen additional sehingga dapat menambah estetika dalam ruang.
sebagai contoh, desain ruangan diatas merupakan konsep interior classic yang sangat
memunculkan dari segi detail ornamen furniture, maupun detail elemen pembentuk
ruangnya.

6. Skala dan Proporsi


Skala dan Proporsi merupakan bagian yang sangat penting dalam perancangan ruang
dalam/interior karena berkaitan dengan dimensi dan bentuk ruang.

Proporsi adalah perbandingan atau ratio antara panjang dengan lebar atau volume
atau tinggi dengan lebar yang terdapat dalam ruang atau bidang. Proporsi yang baik
dapat menimbulkan suatu kesatuan dan keseimbangan yang menyenang-kan.

Seperti yang dikatakan oleh Viollet-le-Duc mengenai proporsi sebagai berikut :


“yang dimaksud dengan proporsi adalah hubungan-hubungan yang ada antara
keseluruhan dan bagian-bagiannya, hubungan-hubungan yang logis, perlu dan
menjadi se-demikian rupa sehingga secara bersamaan, proporsi ini akan me-
muaskan kesan pengamat secara visual.”
Salah satu faktor yang mem-pengaruhi kualitas arsitektur adalah kualitas skala. Skala
dalam arsitektur menimbul-kan kualitas yang membuat sebuah bangunan terlihat
sesuai besarnya bagi kebutuhan pemakai/manusia.  Skala ditentukan bukan hanya
oleh aktifitas yang dan dilakukan dalam bangunan itu tetapi juga oleh banyaknya
manusia yang ikut dalam kegiatan tersebut. dalam perancangan ruang dalam, skala
manusia menjadi patokan dalam standarisasi ruang, dan standar-standar tersebut
sudah terdapat pada buku “Time Saver Standard” dan pada Buku Erns and Neufert
“architecture standard”. Faktor ergonomi menjadi bagian yang penting dalam
perancangan ruang dala

m.

7. Warna
Pengalaman ruang diawali oleh penginderaan atau rangsangan. Salah satu rangsangan
tersebut adalah warna. Oleh karena itu, keputusan penerapan warna dalam ruang
berpengaruh terhadap kegiatan fisik dan mental. warna akan sangat mempengaruhi
kondisi dan suasana ruang. terkadang ruang mencerminkan kepribadian si penghuni,
dan secara psikologis, warna sangat berdampak pada emosional penghuni. pemilihan
warna-warna tertentu pada setiap ruang didasarkan atas cerminan kepribadian,
kesenangan, dan faktor-faktor lain yang berpengaruh.

8.Pencahayaan
Aspek lighting atau pencahayaan merupakan komponen vital dalam perencanaan
ruang dalam, karena memberi pengaruh sangat luas serta menimbulkan efek-efek
tertentu. Dengan pengetahuan mengenai cahaya seorang ruang dalam dapat
mengembangkan kreativitasnya dalam memberikan kesan-kesan tertentu pada ruang
dengan menanggapi efek-efek dan keuntungan-keuntungan lain dari system
pencahayaan. Perancangan ruang dalam, terutama yang berfungsi di malam hari tidak
ada yang lebih menonjol dan lebih banyak kemungkinan kreativitas yang dapat
dicapai selain dari pencahayaan

(Bahan Bacaan : http://arsitekturinteriorku.blogspot.com/2013/04/pengertian-desain-


interior-dan.html )

c. Konsep – Konsep Desai Interior


Konsep Interior merupakan dasar pemikiran si desainer untuk memecahkan
permasalahan desain. secara substantif, pencarian konsep adalah tahapan eksplorasi
untuk mendapatkan kriteria yang sesuai terhadap ruang-ruang yang ingin dirancang.
seiring dengan perkembangan teknologi dan jaman, ada beberapa konsep interior
yang berkembang, diantaranya :
1. RUSTIC

Konsep rustic adalah konsep yang berbasis pada kesadaran lingkungan, dan
dideskripsikan sebagai gaya yang menekankan pada unsur alam serta elemen yang
belum terfabrikasi. Desain interior rustic juga memiliki esensi berupa desain yang
memberikan kesan alami bagi pengguna ruang, dan memberi ilusi memori yang
menggambarkan suasana pedesaan yang disebabkan oleh suasana ruang dan material
penyusun elemen ruang yang alami, berkarat, memiliki dimensi yang besar, bahkan
tidak difinishing sehingga menimbulkan sisi vernakular.  Dengan konsep yang
berbasis alam, dengan bahan-bahan berasalah dari alam yang diolah dengan metode
3R ( Reduce, Reuse, Recycle). Pada gaya rustic, material penyusun sering kali tidak
di finishing. Untuk menggabungkannya dengan gaya modern, kita bias tidak
memfinishingnya, namun merapikannya menjadi elemen yang elegan. Contoh
logwood pada rustic biasanya di susun begitu saja demi menciptakan kesan pedesaan
yang kental. Kita dapat membentuknya menjadi suatu geometri yang simetris seperti
bentuk balok solid, lalu polish sehingga serat tetap terlihat namun kayu menjadi
mengkilat seperti hasil pabrikan.
2. KONSEP KLASIK

Konsep klasik berasal dari gaya Romawi dan Yunani, Konsep ini lebih
mengutamakan susunana, keseimbangan, harmonisasi yang sempurna dan elemen-
elemen yang sangat detail. Desain interior yang menggunakan konsep klasik
umumnya memiliki banyak focal point tungku api, meja yang besar, lukisan, tangga,
serta sebuah ornamen. Sehingga untuk mendukung focal point tersebut furniture-
furniture pada ruangan hanya menjadi penunjang focal point tersebut. Kelebihan dari
konsep ini adalah tampilan ruangan akan menjadi mewah, elegan dan mengingatkan
kita kemasa lampau. Kekurangannya adalah boros dalam menggunakan material
sebagai pusat fokusnya.
3. Konsep Modern Minimalis

is

  
Konsep modern minimalis lebih mengutamakan fungsi atau efektivitas serta faktor
ekonomis  penggunanya sehingga penggunakan ornamen sangat minim bahkan tidak
digunakan sama sekali karena lebih banyak mempermainkan bidang-bidang geometri.
Selain itu keterbatasan lahan dan ruangan di perkotaan, serta semakin berubahnya
gaya hidup seseorang juga menjadi faktor pendorong munculnya konsep ini.
Kelebihan konsep ini adalah  dalam mendesain serta pemilihan materialnya yang
bersifat ekonomis. Sedangkan kekurangannya adalah terlihat dari kualitas
pengerjaanya, jika pekerjanya kurang ahli dalam teknik finishingnya makan kesan
yang akan ditimbulkan akan kurang baik, kurang presisi dan terlihat kasar.

4. Konsep Futuristik
  

Konsep futuristik adalah konsep yang didesain perancang dengan mengandalkan


imajinasi tentang ruangan yang akan digunakan di masa depan, biasanya material
menggunakan bahan logam dan bahan-bahan yang bersifat fabrikan dengan efisiensi
dan teknologi tinggi. Kelebihan konsep ini adalah biasanya desain dengan konsep ini
akan menciptakan inovasi-inovasi baru  yang berbasis smart technology sehingga
desain menjadi lain daripada yang lain dan dapat menjadi  sebuah ikon di lingkungan
sekitarnya, Sedangkan kekurangannya adalah biaya yang mahal karena materialnya
lebih didominasi oleh bahan logam dan proses finishingnya juga sangat sulit serta
harus dilakukan oleh orang yang sudah ahli.

5. Konsep Ekletik (Mixed Conc ept/Combo)


  
Konsep Eklektik adalah konsep yang menggabungkan dua jenis gaya dalam penataan
ruang dalamnya. Biasanya konsep ini dipilih jika arsitek ingin menghasilkan 2 jenis
gaya dalam satu ruangan. Kelebihan dari konsep ini desain ruangan tidak terlihat
formal dan kaku karena tampilan ruangan tidak hanya berpaku pada satu konsep saja.
Selain itu ruangan juga akan terlibat lebih dinamis. Sedangkan kekurangannya adalah
jika arsitek tidak tepat dalam mengatur komposisi-komposisi di dalam ruangan maka
gaya yang satu dengan gaya yang lainnya akan saling tumpang tindih dan akan
menyebabkan suasana ruang kurang enak dipandang dan nilai estetika pada ruang
akan berkurang karena keambiguan dari konsep yang dipilih.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem
fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan
fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini merujuk pada
infrastruktur sebagai suatu sistem. Infrastruktur dalam sebuah sistem adalah bagian-
bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak terpisahkan satu sama lain.
Infrastruktur Hijau adalah sebuah konsep, upaya, atau pendekatan untuk menjaga
lingkungan yang berkelanjutan melalui penataan ruang terbuka hijau dan menjaga
proses-proses alami yang terjadi di alam seperti siklus air hujan dan kondisi tanah.
Konsep infrastruktur hijau adalah membentuk lingkungan dengan proses alami yang
terjaga; meliputi manajemen air hujan, manajemen kualitas air, hingga pada mitigasi
banjir. Arah dari penerapan infrastruktur hijau adalah untuk mendukung communities
development dengan meningkatkan kondisi lingkungan dan memelihara ruang
terbuka hijau (EPA, 2013).
Desain interior atau perancangan ruang dalam merupakan ilmu yang mempelajari
tentang menata, merencanakan dan merancang ruang – ruang interior di sebuah
bangunan agar memenuhi tatanan fisik kebutuhan dasar penghuninya dalam hal
penyediaan sarana bernaung dan berlindung.

B. Saran
Pokok penting dari penerapan infrastruktur hijau adalah menjaga
keberlangsungan siklus sumberdaya air secara alami, mengingat pemanfaatan air
bersih terutama di lingkungan perkotaan telah meningkat seiring pertumbuhan
penduduk dan perkembangan kota. Pengurangan polusi juga merupakan bagian dari
upaya mencapai lingkungan yang sehat dan bersih bagi msyarakat. Keterlibatan
masyarakat pun menjadi unsur vital dalam tercapainya pengembangan infrastruktur
hijau ini. Pengembangan infrastruktur hijau dilakukan dengan melibatkan berbagai
fungsi peraturan dan kebijakan perencanaan ruang suatu kawasan berbasis lingkungan
alami melalui mekanisme teknis pada infrastruktur yang ada. Hal ini dapat diterapkan
dengan membentuk kawasan perkotaan yang dapat menjaga keberlangsungan
sumberdaya air secara mandiri yaitu dengan mengintegrasikan manajemen air dalam
infrastruktur sehari-hari. Infrastruktur hijau merupakan interkoneksi jaringan ruang
hijau yang berfungsi melestarikan nilai-nilai ekosistem alam guna memberikan
manfaat yang berkesinambungan bagi manusia. Konsep ini memastikan penggunaan
lahan yang efisien dan berkelanjutan dengan mengintegrasikan fungsi ekosistem
dengan kegiatan di dalam suatu lahan yang sama. Dengan memberikan kembali ruang
untuk ekosistem, infrastruktur hijau dapat mempertahankan dan menciptakan fitur-
fitur lanskap yang menjamin ketersediaan sumberdaya lingkungan seperti air bersih,
tanah yang produktif bahkan dapat berfungsi sebagai daerah rekreasi. Oleh karena itu,
penerapan konsep tersebut dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial
masyarakat sekaligus menjadi kontribusi penting untuk alam dan iklim.

DAFTAR PUSTAKA

Brahmantyo, Theodorus dan Kustiwan, Iwan. 2013. “Evaluasi Penyediaan Ruang Terbuka
Hijau sebagai Infrastruktur Hijau di Kota Bogor dan Cirebon”.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V2N1 Departemen pekerjaan Umum.
2008.” Pedoman Penyediaan dan Pemanfaaatan RTH di Kawasan Perkotaan (materi
seminar IALI tentang UU No 26/2007 dan Permendagri no 1/2007). Bandung.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang 2015 Fandeli, C., Kaharudin, Mukhlison.
2004. Perhutanan Kota. Yogyakarta: Fak. Kehutanan, UGM. Hakim dan Utomo.
2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta
Irwan, Z. D. 2007.

Prinsip-prinsip Ekologi: Ekosistem Lingkungan dan Pelestarian. Jakarta: Bumi Aksara


Jusmartinah, Raja. 2012.

“Kajian Persepsi Mahasiswa terhadap Lingkungan Fisik 10 Nomor 02- Juli 2012. ISSN:
1412-1867 Kusuma. 2012.

“Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sebagai Upaya Penanggulangan Tingkat Pencemaran Udara
Akibat Sistem Transportasi Perkotaan”. Skripsi. Moleong. J. Lexy. 2007.

Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nugraha, Kusna Hadi.dkk.


2012.

“Hubungan Antara Persepsi Masyarakat Tentang Ruang Terbuka Hijau dan Etika
Lingkungan Dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Kota yang
Berwawasan Lingkungan”. Diakses dariwww.pascaunpak.ac.id/ejournal/
indek.php/plh/ article/ view/ 3. 05 November 2015

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan. Rakhmat, Jalaluddin. 2007.

Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Samsoedin, Ismayadi dan Puspitojati,
Triyono. 2015. “Kajian Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung”.
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 12 No. 1 April 2015: 55-66

  E. Mediastika, Christina, 2005, Akustika Bangunan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

 Neufert, Ernst, 1993, Data Arsitek, Jilid 1 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta

.  L. Doelle, Leslie, 1986, Akustik Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta


 Lord, Peter dan Duncan Templeton, 2001. Detail Akustik, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta.

 Burris, Harold dan Edward C. Cole, 1964. Theatres and auditoriums, Second Edition,
Penerbit Erlangga, New York, London

.  Fanani, Ahmad, 2009, Arsitektur Masjid, Penerbit Erlangga, Jakarta.

 Bappeda, 2012, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011- 2031,
Semarang : Pemerintah Kota Semarang.

 Bappeda, 2012, Rencana Deail Tata Ruang Kota Semarang Tahun 2011- 2031, Semarang :
Pemerintah Kota Semarang.

 IAIN Walisongo, Ketenagaan Sarana Prasarana dan Anggaran Tahun 2007- 2008, LPJ
Rektor, Semarang.

 Dikutip dan dimodifikasi dari artikel Nur Khoiri, Prospek Membangun Prestasi Penelitian
Di Perguruan Tinggi, diakses; tanggal 25 juli 2013 jam 13:10.

 Dikutip dan dimodifikasi dari artikel Muhaemin, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Muslim Asia Afrika Jakarta, Peran Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), diakses;
tanggal 25 juli 2013 jam 16:53.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai