Anda di halaman 1dari 4

APA ITU ANTROPOLOGI: SEBERAPA PENTING ILMU

INI UNTUK DIPELAJARI

Oleh : Jenri (2101571009)

Kelompok 3 (Kebhu)

Banyak dari semua orang yang tidak mengerti apa itu Antropologi.
Antropologi sendiri berasal dari bahasa Yunani. Kata “anthropos” yang berarti
manusia, dan “logos” yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994; 7) Antropologi
adalah studi tentang manusia yang berusaha membuat generalisasi yang berguna
tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pemahaman yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia. Banyak Antropolog tertarik untuk
mempelajari kapan, di mana, dan bagaimana manusia pertama kali muncul di
bumi, tetapi mereka juga mempelajari berbagai karakteristik fisik manusia.

Para antropolog di dunia juga tertarik untuk mempelajari bagaimana dan


mengapa suatu masyarakat memiliki pemikiran dan kebiasaan di masa lalu dan
sekarang. Ketidaktepatan pemahaman seperti yang dijelaskan di atas juga muncul
karena dengan pemahaman ini Antropologi dapat digabungkan dengan disiplin
ilmu manusia lainnya seperti Sosiologi, Psikologi, Ilmu Politik, Ekonomi, Sejarah,
Biologi Manusia, dan bahkan dapat digabungkan dengan disiplin ilmu Humanistik
seperti Filsafat dan Sastra. . Banyaknya disiplin ilmu lain yang juga peduli dengan
masalah manusia, tentunya tidak akan merasa senang jika diterima sebagai bagian
atau cabang dari Antropologi.

Antropologi terus berkembang, kata Koentjaraningrat, seorang antropolog


terkemuka di Indonesia. Menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari empat
fase, yaitu:

Fase Pertama, Fase Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku
bangsa di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania mulai berdatangan dari
Eropa Barat selama kurang lebih 4 abad. Orang-orang Eropa ini, yang meliputi
para musafir, pelaut, pendeta, Kristen, serta pegawai pemerintah kolonial, mulai
menerbitkan cerita-cerita perjalanan, laporan-laporan dan buku-buku lain yang
menggambarkan kondisi negara-negara yang mereka kunjungi. . Uraian tersebut
berupa adat istiadat, struktur masyarakat, bahasa, atau ciri-ciri fisik. Uraian ini
kemudian disebut sebagai “etnografi” (dari kata ethnos yang berarti bahasa).

Fase kedua, terjadi Pada awal abad ke-19, ada upaya untuk secara serius
mengintegrasikan beberapa esai yang membahas masyarakat dan budaya di dunia
pada berbagai tahap evolusi. Masyarakat dan budaya di dunia melibatkan
masyarakat yang dianggap "primitif" yang laju evolusinya sangat lambat, serta
masyarakat yang tahapannya dianggap maju. Pada sekitar tahun 1860,
Antropologi lahir setelah ada beberapa esai yang mengklasifikasikan materi
tentang berbagai budaya di dunia dalam berbagai tahap evolusi.

Fase ketiga, dimulai pada awal abad ke-20, sebagian besar kekuatan
kolonial di Eropa berhasil membangun kekuasaannya di wilayah jajahannya. Di
era kolonial ini, Antropologi menjadi semakin penting untuk kepentingan
kolonialisme. Pada fase ini muncul anggapan bahwa mempelajari negara-negara
non-Eropa menjadi semakin penting karena masyarakat ini pada umumnya tidak
serumit bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman masyarakat yang tidak
kompleks akan menambah pemahaman masyarakat yang kompleks.

Fase keempat, Pada fase ini Antropologi berkembang pesat dan lebih
berorientasi akademis. Perkembangannya meliputi ketepatan bahan pengetahuan
dan metode ilmiahnya. Di sisi lain, muncul sikap anti-kolonial dan gejala semakin
berkurangnya bangsa-bangsa primitif (yaitu bangsa-bangsa yang tidak menerima
pengaruh budaya Eropa-Amerika) setelah Perang Dunia II. Oleh karena itu,
sasaran dan objek penelitian para antropolog sejak tahun 1930 telah bergeser dari
kelompok etnis primitif non-Eropa ke populasi pedesaan, termasuk kawasan
pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademis, perkembangan Antropologi pada
fase ini ditandai dengan diadakannya simposium internasional pada tahun 1950-
an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup Antropologi oleh para pakar dari
Amerika dan Eropa.

Masih banyak orang yang meremehkan ilmu antropologi, dimana ilmu


antropologi berperan besar dalam perkembangan masyarakat Indonesia yang
sedang mengalami krisis kepercayaan dan budaya. Sasaran Antropologi adalah
masyarakat dan budayanya. Oleh karena itu, masyarakat merupakan sumber
kekuatan dan sekaligus sasaran pengembangan budaya yang baik. Antropologi
berperan penting dalam perkembangan budaya tersebut.

Peran antropologi tidak hanya teknologi budaya, tetapi juga dapat


disamakan dengan ilmu-ilmu terapan lainnya. Dalam hal ini, peran Antropologi di
Indonesia tidak hanya mencari informasi, membuat prediksi, tetapi juga
memberikan pencerahan, bahkan memberikan ide tentang solusi atau krisis
budaya yang terjadi saat ini, terutama oleh masyarakat Indonesia saat ini,
khususnya Bhineka Tunggal Ika.

Seorang calon Antropolog harus memperhatikan aspek-aspek penting


dalam kehidupan manusia, meliputi perilaku sehari-hari, ritual, upacara dan
proses. Antropologi mempertanyakan bagaimana masyarakat bisa sama dan
berbeda, bagaimana perkembangan zaman membentuk pola pikir manusia, apakah
ada yang universal dan sebagainya. Manfaatnya, ada sejumlah tujuan yang
terkandung dalam kajian cabang ilmu sosial ini.

Pertama, untuk mengetahui segala sesuatu yang tidak manusiawi secara


menyeluruh, sehingga manusia dapat saling memahami dengan baik. Kedua,
memahami perilaku dasar yang ada pada setiap manusia dengan tujuan agar setiap
individu dapat lebih memahami prinsip-prinsip kemanusiaan. Ketiga, memahami
budaya dan tatanan kehidupan manusia dari masa ke masa. Mulai dari zaman
paling kuno, hingga zaman kekinian. Manfaat yang didapatkan menjadi seorang
Antropolog pun cukup beragam seperti; lebih mudah memahami perilaku rekan
kerja, proses adaptasi dengan budaya kantor menjadi ringan, dan lebih mudah
mengatasi permasalan.
REFERENSI

id.scribd.com. (Tanpa Tahun). Sejarah Perkembangan Antropologi. Diakses pada


11 Desember 2021, pukul 16:00 wib, dari
https://www.scribd.com/document/416143282/Sejarah-Perkembangan-
Antropologi

Anda mungkin juga menyukai