Apa Itu Antropologi
Apa Itu Antropologi
Kelompok 3 (Kebhu)
Banyak dari semua orang yang tidak mengerti apa itu Antropologi.
Antropologi sendiri berasal dari bahasa Yunani. Kata “anthropos” yang berarti
manusia, dan “logos” yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994; 7) Antropologi
adalah studi tentang manusia yang berusaha membuat generalisasi yang berguna
tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pemahaman yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia. Banyak Antropolog tertarik untuk
mempelajari kapan, di mana, dan bagaimana manusia pertama kali muncul di
bumi, tetapi mereka juga mempelajari berbagai karakteristik fisik manusia.
Fase Pertama, Fase Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku
bangsa di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania mulai berdatangan dari
Eropa Barat selama kurang lebih 4 abad. Orang-orang Eropa ini, yang meliputi
para musafir, pelaut, pendeta, Kristen, serta pegawai pemerintah kolonial, mulai
menerbitkan cerita-cerita perjalanan, laporan-laporan dan buku-buku lain yang
menggambarkan kondisi negara-negara yang mereka kunjungi. . Uraian tersebut
berupa adat istiadat, struktur masyarakat, bahasa, atau ciri-ciri fisik. Uraian ini
kemudian disebut sebagai “etnografi” (dari kata ethnos yang berarti bahasa).
Fase kedua, terjadi Pada awal abad ke-19, ada upaya untuk secara serius
mengintegrasikan beberapa esai yang membahas masyarakat dan budaya di dunia
pada berbagai tahap evolusi. Masyarakat dan budaya di dunia melibatkan
masyarakat yang dianggap "primitif" yang laju evolusinya sangat lambat, serta
masyarakat yang tahapannya dianggap maju. Pada sekitar tahun 1860,
Antropologi lahir setelah ada beberapa esai yang mengklasifikasikan materi
tentang berbagai budaya di dunia dalam berbagai tahap evolusi.
Fase ketiga, dimulai pada awal abad ke-20, sebagian besar kekuatan
kolonial di Eropa berhasil membangun kekuasaannya di wilayah jajahannya. Di
era kolonial ini, Antropologi menjadi semakin penting untuk kepentingan
kolonialisme. Pada fase ini muncul anggapan bahwa mempelajari negara-negara
non-Eropa menjadi semakin penting karena masyarakat ini pada umumnya tidak
serumit bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman masyarakat yang tidak
kompleks akan menambah pemahaman masyarakat yang kompleks.
Fase keempat, Pada fase ini Antropologi berkembang pesat dan lebih
berorientasi akademis. Perkembangannya meliputi ketepatan bahan pengetahuan
dan metode ilmiahnya. Di sisi lain, muncul sikap anti-kolonial dan gejala semakin
berkurangnya bangsa-bangsa primitif (yaitu bangsa-bangsa yang tidak menerima
pengaruh budaya Eropa-Amerika) setelah Perang Dunia II. Oleh karena itu,
sasaran dan objek penelitian para antropolog sejak tahun 1930 telah bergeser dari
kelompok etnis primitif non-Eropa ke populasi pedesaan, termasuk kawasan
pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademis, perkembangan Antropologi pada
fase ini ditandai dengan diadakannya simposium internasional pada tahun 1950-
an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup Antropologi oleh para pakar dari
Amerika dan Eropa.