Anda di halaman 1dari 2

Indonesia merupakan negara yang sangat luas, dimana dari ujung hingga

ke ujung wilayahnya menyimpan banyak kekayaan didalamnya. Seperti kekayaan


Alamnya, Suku yang beragam, Bahasa yang beragam, Budaya yang beragam, Ras
yang beragam dan masih banyak hal-hal yang membuat nama Indonesia terkenal
di mata dunia. Sejak zaman dahulu pun Indonesia juga sudah terkenal akan apa
yang ia miliki. Salah satu hal yang terkenal di Indonesia adalah keragaman budaya
yang dimiliki.

Terdapat salah satu budaya yang cukup unik yang dilakukan oleh suku
Lowa di Kampung Muting, Desa Bamo, Kecamatan Kota Komba, Kabubapten
Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur yaitu Tradisi Kebhu. Tradisi ini
sudah ada sejak zaman dahulu dan telah dilakukan dari generasi ke generasi.
Tradisi yang diwariskan oleh leluhur tetap terawat dan tetap dilakukan hingga saat
ini. Ritual Kebhu merupakan ritual menanggkap ikan dan biota laut lainnya secara
massal setiap lima tahun sekali dengan hanya menggunakan tangan kosong
sebagai alat utamanya.

Tradisi ini hanya bisa ditemuakan dan dilaksanakan di kawasan


Nangarawa, bagian pesisir selatan dari Manggarai Timur. Tradisi ini dilakukan
oleh tujuh Desa di wilayah Kota Komba bagian selatan dari Kabupaten Manggarai
Timur , Pulau Flores. Setiap lima tahun, tujuh desa tersebut bertemu dan berjumpa
di muara Limbu Lea untuk menangkap ikan dan biota laut lainnya. Peserta hanya
diperbolehkan menggunakan tangan dan ridai (sejenis jaring dorong dengan dua
tongkat kayu di dua sisi) dan hasil dari tangkapan peserta akan dimasukkan ke
dalam mbere (wadah penampung dari anyaman daun lontar, gewang (sebangsa
palem), atau pandan).

Uniknya, ritual tersebut hanya boleh dilaksanakan oleh Suku Lowa karena
terdapat kesakralan terhadap acara ini, yaitu hanya anak sulung dari keturunan
langsung Suku Lowa yang boleh memengang kekuasaan dalam melaksanakan
acara. Dan Suku lain hanya boleh ikut berpartisipasi. Ada beberapa larangan
dalam tradisi ini, yaitu tidak boleh memakai pukat ataupun alat tangkap dari besi
seperti Tombak, tidak boleh mengambil hasil tangkapan sebelum dimasukkan ke
Mbere, dan, tidak boleh memancing emosi sesama peserta. Apabila ada yang
melanggar, tetua pemilik kebhu akan menebarkan jala pusaka ke dalam muara
untuk menandakan bahwa ritual diberhentikan.

Semua orang yang pernah melihat atau berpatisipasi dalam tradisi ini akan
membuat rasa rindu yang berat untuk hadir di waktu yang akan mendatang.
Tradisi ini menciptakan kebersamaan, kekeluargaan serta menciptakan
persaudaraan yang erat walau hanya dilakukan sehari dalam waktu lima tahun.
Selain itu tradisi ini menciptakan kita kepatuhan dan tidak egois, selalu
memikirkan sesama.

Keberadaan tradisi ini membuat kami takjub akan hal yang terjadi
didalamnya, dimana seluruh masyarakat yang melakukan kegiatan ini membuat
kami tersadar bahwa begitu besar hal positif yang bisa diambil didalamnya. Oleh
karena itu kami berharap kata Kebhu yang kami pakai untuk kelompok kami bisa
menyatukan tali persaudaraan, kekeluargaan disaat kegiatan PPPM 2022
berlangsung. Kami mengiginkan terciptanya kerukunan, persatuan, kekompakan
didalam kelompok kami tanpa melihat latar belakang sedikit pun.

Anda mungkin juga menyukai