Anda di halaman 1dari 3

Nama : Widya Novalita K

NIM : 032011133112

Mahkamah Konstitusi

Dalam Pasal 10 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, MK memiliki wewenang untuk mengadili


pada tingkat pertama dan teralhir yang putusannya bersifat final untuk: 1) menguji UU terhadap
UUD NRI 1945; 2) memutus sengketa kewenangan Lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945; 3) memutus pembubaran parpol; 4) memutus perselisihan tentang hasil
pemilu.

Mahkamah Agung

MA berkedudukan di ibu kota RI. Fungsi dan tugasnya yaitu:

1. Memutuskan pada pemeriksaan pertama dan tertunggi mengenai perselisihan yurisdiksi


antar pengadilan negeri.
2. Memberi atau membatalkan kasasi atau keputusan hakim yang lebih rendah.
3. Memberi keputusan dalam tingkat banding atas keputusan-keputusan wasit atau
pengadilan arbiter.
4. Mengadakan pengawasan tertinggi atas jalannya peradilan dan memberi keterangan,
pertimbangan, dan nasihat.

Peradilan Umum

Pengadilan Negeri bertugas untuk memeriksa dan memutuskan perkara tingkat pertama dari
segala perkara sipil untuk semua golongan penduduk. Pengadilan Negeri memiliki
kewenangan nisbi. kewenangan nisbi adalah kewenangan untuk memeriksa gugatan atas
tuntutan berdasarkan tempat tinggi tergugat. Di dalam KUHAP wewenang pengadilan negeri
diatur dalam pasal 84, 85, dan 86. inti dari pasal tersebut adalah ah Pengadilan Negeri
berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam daerah
hukumnya. Pengadilan Negeri tersebut hanya berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut,
apabila tempat kediaman terdakwa yang dipanggil lebih dekat pada tempat pengadilan negeri
yang di dalam daerahnya Tindak pidana itu dilakukan. wewenang Pengadilan Negeri secara
umum mencakup perkara pidana, namun Pengadilan Negeri juga mencakup perkara perdata
(bagi nonmmuslim).

Peradilan Agama

Pengadilan agama bertugas dan berwenang mengadili perkara yang menjadi kewenangan
pengadilan agama dalam tingkat pertama. Sebagaimana telah diatur dalam UU no. 7tahun1989
jo. UU no. 3 tahun 2006, tentang Perubahan atas Uu no. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Pengadilan agama juga berwenang memberikan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan
awal bulan pada tahun Hijriyah.

Peradilan Militer

Peradilan militer merupakan peradilan khusus, kekhususan disini terletak kepada subjek hukum
yaitu militer. Di Indonesia, yurisdiksi atau kompetensi peradilan militer diatur dalam pasal (
Undang-Undang no.31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer dimana peradilan militer
berwenang untuk mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh prajurit. Norma substantif yang
mengatur tindak pidana yang dilakukan oleh militer adalah Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Militer mauoun tindak pidana lain yang diatur di luar KUHPM.

Peradilan Tata usaha Negara

Tujuan dibentuknya peradilan tata usaha negaraadalah sebagai pengendali yuridis terhadap
tindakan-tindakan badan atau pejabat tata usaha negara, baik secara preventif maupun represif.
Akan tetapi, tidak semua tindakan pemerintah dapat menjadi kompetensi peradilan tata usaha
negara. Tindakan pemerintah yang tidak termasuk kompetensi peradilan tata usaha negara akan
menjadi kompetensi peradilan umum.

• Membuat Keputusan Tata Usaha Negara (Beschikking)

Mengenai Pasal 1 angka (9) UU RI nomor 51 tahun 2009 tentang perubahan UU RI


nomor 5 taun 1986 tentang peradilan tata usaha negara memiliki arti rumusan bahwa
suatu keputusan tata usaha negara yang memenuhi unsur-unsur tersebutlah sebagai
syarat formal yang dapat dimohonkan penyelesaiannya di peradilan tata usaha negara.

• Membuat Peraturan (Regeling)


Keputusan tata usaha negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum tidak
termasuk keputusan tata usaha negara dalam arti beschikking, yang berarti terhadap
perbuatan badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan yang
bersifat umum tidak dapat digugat di peradilan tata usaha negara.

• Tindakan Materiil

Tindakan materiil adalah tundakan nyata yang tidak melahirkan akibat hukum dari
perbuatan pemerintah tersebut sedangkan tindakan hukum yaitu ada maksud untuk
melahirkan akibat hukum.

• Alat Ukur Keabsahan Tindakan Pemerintah

Dalam membuat keputusan pemerintah harus memperhatikan syarat atau ketentuan


tertentu, apabils syarat tertentu tersebut tidak dipenuhi berakibat keputusan tersebut
tidak sah. Tidak sah nya suatu keputusan yang dibuat pemerintah berakibat tidak sahnya
tindakan pemerintah tersebut yang akhirnya berakibat keputusan yang dibuat batal demi
hukum atau dapat dibatalkan.

• Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara

Apabila keputusan tata usaha negara menimbulkan sengketa antara seseorang atau
badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negar, maka dapat
dilakukan/diselesaikan dengan cara upaya administrative (sesuai dalam penjelasana
pasal 48 ayat (1) UU no. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha negara) dan dengan
cara gugatan dengan ketentuan tidak ada upaya administrative yang harus dilalui dalam
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya Keputusan Tata
Usaha Negara yang menjadi sengketa.

Anda mungkin juga menyukai