Anda di halaman 1dari 51

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

41

BAB III

PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN PERKARA PIDANA


OLEH PENUNTUT UMUM DALAM KASUS BIBIT-CHANDRA

Untuk memberikan batasan pengertian dalam penelitian ini maka penulis

kemukakan konsep-konsep dan kajian pustaka yang penulis gunakan dalam penelitian

ini, sebagai berikut:

a) Jaksa dan Penuntut Umum

Di dalam ketentuan Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana (yang selanjutnya disebut dengan KUHAP), dalam Bab Ketentuan Umum

dijelaskan berbagai pengertian sebagai berikut:

Pasal 1 angka 6 huruf:

a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang
ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

Di dalam ketentuan Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI,

juga diatur sebagai berikut:

Pasal 1 angka:

1. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang


untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain
berdasarkan undang-undang.
2. Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
3. Jabatan Fungsional Jaksa adalah jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam
organisasi kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkan kelancaran
pelaksanaan tugas kejaksaan.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
42

Pasal 8 ayat :
1. Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung.
2. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa bertindak untuk dan atas
nama negara serta bertanggung jawab menurut saluran hierarki.
3. Demi keadilan dan kebenaran berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, jaksa
melakukan penuntutan dengan keyakinan berdasarkan alat bukti yang sah.
4. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa senantiasa bertindak
berdasarkan hukum dengan mengindahkan norma-norma keagamaan,
kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yang hidup dalam masyarakat, serta senantiasa menjaga
kehormatan dan martabat profesinya.
5. Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), jaksa
diduga melakukan tindak pidana maka pemanggilan, pemeriksaan,
penggeledahan, penangkapan, dan penahanan terhadap jaksa yang
bersangkutan hanya dapat dilakukan atas izin Jaksa Agung.
b) Penuntutan

Di dalam ketentuan Pasal 1 angka 7 KUHAP dalam Bab Ketentuan Umum dan

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI,

dijelaskan pengertian Penuntutan adalah sebagai berikut :

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara


pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalamundang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa
dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.

c) Penghentian Penuntutan

Pada Pasal 140 ayat 2 huruf a KUHAP kita mengenal adanya istilah penghentian

penuntutan sebagai suatu perbuatan hukum yang dapat dilakukan oleh penuntut

umum. Selain itu dalam Pasal 14 huruf h KUHAP, dinyatakan pula bahwa salah

satu wewenang penuntut umum adalah menutup perkara demi kepentingan

hukum. Lebih lanjut dalam Pasal 46 ayat 1 huruf c KUHAP menentukan pula

adanya wewenang lain yaitu, tentang mengesampingkan perkara demi

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
43

kepentingan umum.29 Dengan demikian KUHAP memberikan tiga istilah atas

perbuatan tidak dilanjutkannya suatu penuntutan, yakni: penghentian penuntutan,

menutup perkara demi kepentingan hukum dan mengesampingkan perkara demi

kepentingan umum.

Adanya tiga istilah tersebut menimbulkan kerancuan, sehingga penulis

memandang perlu untuk menjelaskan batas-batas dari masing-masing istilah

dalam penelitian ini, untuk mempertegas mana yang merupakan penghentian

penuntutan. Pertama-tama secara teoritis, jika ditinjau dari alasan tidak

dilakukannya suatu penuntutan, maka terdapat dua jenis, yakni:

1. Tidak dilakukannya penuntutan karena Alasan Teknis (KUHAP menyebutnya

dengan istilah penghentian penuntutan). Tidak dilakukannya penuntutan

karena alasan teknis atau penghentian penuntutan ini disandarkan pada tiga

pilihan yakni:

a. Perkara yang bersangkutan tidak mempunyai cukup bukti;

b. Apa yang dituduhkan kepada terdakwa bukan merupakan tindak pidana;

c. Adanya dasar-dasar yang meniadakan penuntutan.

Terhadap perkara yang tidak dilakukan penuntutannya dengan alasan teknis


yaitu perkara yang bersangkutan tidak mempunyai cukup bukti, maka masih
dapat dilakukan penuntutan kembali, apabila dikemudian hari ditemukan bukti
baru yang mencukupi untuk dilakukan penuntutan terhadap tersangka. Alasan
baru tersebut diperoleh penuntut umum dari penyidik yang berasal dari
keterangan tersangka, saksi, benda atau petunjuk, yang baru kemudian hari
diketahui atau didapatnya.

29
Ansori Sabuan, Syarifuddin Pettanasse dan Ruben Achmad, Hukum Acara Pidana, PT.
Angkasa, Bandung, 1990, h. 136.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
44

Sedangkan pada tidak dilakukannya penuntutan karena alasan teknis yakni

karena adanya dasar-dasar yang meniadakan penuntutan

(vervolgingsuitsluitingsgronden), maka menjadi tertutup kemungkinan bagi

penuntut umum untuk dapat melakukan penuntutan terhadap seseorang yang

oleh penyidik telah disangka melakukan suatu tindak pidana tertentu, ini yang

disebut Pasal 14 huruf h KUHAP dengan wewenang penuntut umum untuk

menutup perkara demi kepentingan hukum.

2. Tidak Dilakukannya Penuntutan karena Alasan Kebijaksanaan, hal ini terkait

dengan isi Pasal 46 ayat 1 huruf c KUHAP yang menentukan pula adanya

wewenang lain yaitu, tentang mengesampingkan perkara demi kepentingan umum,

yang merupakan sepenuhnya wewenang Jaksa Agung, bukan penuntut umum

sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 77 KUHAP. Wewenang Jaksa Agung untuk

mengesampingkan perkara demi kepentingan umum atau tidak dilakukannya

penuntutan karena alasan kebijaksanaan ini, tidak termasuk dalam pengertian

”Penghentian Penuntutan” yang dimaksud oleh KUHAP. Meskipun senyatanya,

pada pelaksanaan wewenang ”mengesampingkan perkara demi kepentingan umum”

penuntutan terhadap suatu perkara pidana juga dihentikan atau tidak dilimpahkan ke

pengadilan untuk diadili. Akan tetapi dari sifat tindakan hukum dan pihak yang

berwenang untuk tidak melakukan penuntutan karena alasan kebijaksanaan berbeda

dengan tidak dilakukannya penuntutan karena alasan teknis atau penghentian

penuntutan, maka istilah yang dipergunakan KUHAP juga berbeda yakni

mengesampingkan perkara demi kepentingan umum. Dengan demikian, batasan

penghentian penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana

Indonesia adalah ”Dihentikannya Penuntutan karena alasan

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
45

Teknis‟ yakni karena tidak cukup bukti, perbuatan yang disangkakan bukan

merupakan tindak pidana, atau terdapat dasar-dasar peniadaan penuntutan (menutup

perkara demi hukum). Tidak termasuk didalamnya ”Mengesampingkan Perkara Demi

Kepentingan Umum atau Tidak Dilakukannya Penuntutan karena Alasan

kebijaksanaan” yang merupakan wewenang Jaksa Agung.30

Baik dalam KUHAP maupun UU Kejaksaan RI, tidak mengatur mengenai

penghentian penuntutan atau tidak dilakukannya penuntutan, karena alasan

sosiologis, sebagaimana yang diterapkan oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

dalam perkara Bibit-Chandra.

1. Matriks Perkara Dalam Kasus Bibit-Chandra

Perjalanan kasus Bibit-Chandra dimulai jauh sebelum kontroversi mengenai

penghentian perkara pidananya bergulir. Berdasarkan keterangan-keterangan saksi-

saksi, ahli dan bukti-bukti lain yang telah didapatkan oleh Penyidik31, dapat

digambarkan berupa tabel atau matriks, sebagai berikut:

Tabel 1.
Matriks Perkara Bibit-Chandra

Dugaan
No. Tersangka Kasus Posisi Bukti Pasal yang
dilanggar
1. Bibit 1. Membuat dan menandatangani 1. Surat Kep. 1. Pasal 23
Samad Surat Keputusan Pimpinan KPK Pimpinan UU
Rianto tentang larangan berpergian KPK No: No.31
terhadap Joko Soegiharto Kep-11- Tahun

30
Arin Karniasari, Op.Cit., h.30.
31
Lihat O.C. Kaligis (b) , Korupsi Bibit-Chandra, Cetakan Ke-Enam, Penerbit Indonesia Against
Justice, PT. Yarsif Watampone, Jakarta, Oktober, 2011.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
46

Chandra, dimana keputusan /01/IV/200 1999


tersebut dilakukan hanya 8 tanggal sebagai
berdasarkan penyadapan 24 April mana
terhadap pembicaraan antara 2008 dirubah
Urip Tri Gunawan dan Arthalita tentang dan
Suryani, tanpa adanya Sprin.Lid Pelarangan ditamba
maupun Sprin.Dik. sebagaimana Berpergian h dalam
ketentuan Pasal 12 ayat (1) Ke Luar UU
huruf b UU No.30 Tahun 2002 Negeri an. No.20
tentang KPK, selain itu Joko Tahun
pembuatan keputusan tersebut Soegiharto 2001
juga tidak dilakukan bersama- Chandra, Pembera
sama dengan pimpinan KPK dan ntasan
yang lain, yang seharusnya berdasarkan Tindak
bersifat kolektif dan kolegial, keterangan Pidana
sebagaimana ketentuan Pasal 21 saksi-saksi Korupsi.
ayat (5) UU No.30 Tahun 2002 dan ahli jo. Pasal
tentang KPK; dalam 421
BAP. KUHP.

2. Turut mengetahui adanya 2. Surat Kep. 2. –Sda-.


Keputusan Pimpinan KPK Pimpinan
tentang Pencabutan larangan KPK
berpergian terhadap Joko No.351/01/I
Soegiharto Chandra yang dibuat X/2008
dan ditandatangani oleh tentang
Tersangka Chandra M. Hamzah, Pencabutan
dimana keputusan pencabutan larangan
larangan berpergian tersebut Berpergian
dibuat dengan pertimbangan Ke Luar
yang keliru, bahwa dalam Negeri an.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
47

konsideran menimbang Joko Joko


Soegiharto Chandra “telah Soegiharto
selesai menjalani pemeriksaan Chandra,
baik di tingkat penyelidikan, dan
penyidikan dan pemeriksaan berdasarkan
pada sidang Pengadilan dan keterangan
yang bersangkutan untuk saksi-saksi
sementara telah cukup didengar dalam
keterangannya”, padahal dalam BAP.
kenyataannya Joko Soegiharto
Chandra tidak pernah menjalani
pemeriksaan baik di tingkat
penyelidikan, penyidikan dan
pemeriksaan pada sidang
Pengadilan dan yang
bersangkutan untuk sementara
telah cukup didengar
keterangannya; selain itu
Tersangka Bibit Samad Rianto
juga mengetahui bahwa
penerbitan keputusan tersebut
juga tidak dilakukan bersama-
sama dengan pimpinan KPK
yang lain, yang seharusnya
bersifat kolektif dan kolegial,
sebagaimana ketentuan Pasal 21
ayat (5) UU No.30 Tahun 2002
tentang KPK.

3. Untuk penyelesaian kasus dan 3. Keterangan 3. Pasal 12


pengembalian barang bukti yang saksi-saksi huruf e

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
48

telah disita KPK terhadap dan ahli UU


barang milik PT.Masaro dalam No.31
Radiokom milik Anggoro BAP. Tahun
Widjojo, Tersangka Bibit 1999
Samad Rianto diduga menerima sebagai
sejumlah uang senilai Rp.1,5 mana
Miliar rupiah, dimana uang dirubah
tersebut diberikan oleh Anggoro dan
Widjojo melalui Adiknya an. ditamba
Anggodo Widjojo, kemudian h dalam
oleh Anggodo Widjojo UU
diberikan kepada perantara an. No.20
Ari Muladi, kemudian Ari Tahun
Muladi menyerahkan uang 2001
tersebut kepada Ade Rahardja Pembera
untuk diteruskan kepada ntasan
Tersangka Bibit Samad Rianto, Tindak
penyerahan dilakukan pada Pidana
tanggal 15 Agustus 2008 di Korupsi.
Restoran Tomodachi Bellagio
Residence, Kuningan, Jakarta
Selatan.
2. Chandra 1. Membuat dan menandatangani 1. Sprin 1. Pasal 23
M. Surat Perintah Penggeledahan Penggeleda UU
Hamzah terhadap barang milik Anggoro han No: No.31
Widjojo atau yang terkait Sprin.Dah- Tahun
dengan PT. Masaro di kantor 33/01/VII/2 1999
PT. Masaro Korporatindo, 008 tanggal sebagai
kantor PT. Masaro Radiokom, 15 Juli mana
Apartemen Senayan Residence, 2008 yang dirubah
Apartemen Lagoon Tower dibuat dan

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
49

Jakarta Hilton, Rumah di berdasarkan ditamba


Kebayoran Lama Jaksel dan Sprin.Dik h dalam
rumah di Tanjung Mas Jaksel, No: UU
hanya berdasarkan Surat Sprin.Dik- No.20
Perintah Penyidikan No. 31A 31A/01/VI/ Tahun
dengan perkara permintaan 2008 2001
sejumlah dana terkait dengan tanggal 30 tentang
proses permohonan alih fungsi Juni 2008 Pembera
hutan lindung pantai air telang tentang ntasan
Sumatera Selatan yang penyidikan Tindak
dilakukan oleh Tersangka Yusuf terhadap Pidana
Erwin Faisal, yang tidak permintaan Korupsi.
berhubungan dengan PT. sejumlah jo. Pasal
Masaro Radiokom, padahal dana terkait 421
Penggeledahan termasuk upaya dengan KUHP.
paksa yang dapat dilakukan oleh proses
Penyidik berdasarkan Surat permohona
Perintah Penyidikan sesuai n alih
ketentuan Pasal 1 angka 17, fungsi
Pasal 32 dan Pasal 34 ayat (2) hutan
KUHAP, Pasal 6 huruf c UU lindung
No.30 Tahun 2002 tentang pantai air
KPK; selain itu pembuatan telang
keputusan tersebut juga tidak Sumatera
dilakukan bersama-sama dengan Selatan
pimpinan KPK yang lain, yang yang
seharusnya bersifat kolektif dan dilakukan
kolegial, sebagaimana ketentuan oleh
Pasal 21 ayat (5) UU No.30 Tersangka
Tahun 2002 tentang KPK. Surat Yusuf
Perintah Penyidikan terhadap Erwin

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
50

Anggoro Widjojo terkait Faisal, dan


perkara pemberian uang kepada keterangan
anggota Komisi IV DPR-RI saksi-saksi
periode 2004-2009 dan Pejabat serta ahli
Departemen Kehutanan terkait dalam
proses pengajuan anggaran BAP;
Sistem Komunikasi Radio
Terpadu (SKRT) tahun 2007,
yang akhirnya dimenangkan
oleh PT. Masaro Radiokom,
baru dibuat pada tanggal 19 Juni
2009, jauh setelah
penggeledahan yang dilakukan
pada tanggal 15 Juli 2008.
Barang-barang bukti yang
ditemukan dalam
penggeledahan pada tanggal 15
Juli 2008 digunakan dalam
perkara tersebut, tetapi tidak
digunakan dalam perkara
permintaan sejumlah dana
terkait dengan proses
permohonan alih fungsi hutan
lindung pantai air telang
Sumatera Selatan yang
dilakukan oleh Tersangka Yusuf
Erwin Faisal.

2. Membuat dan menandatangani 2. Surat 2. –sda-.


Surat Keputusan Pimpinan KPK Keputusan
tentang larangan berpergian Pimpinan

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
51

terhadap Anggoro Widjojo, KPK No:


Dkk. tertanggal 22 Agustus 257/01/VII/
2008, dimana keputusan 2008
tersebut dilakukan hanya tentang
berdasarkan Sprin.Dik No:31B Pelarangan
tentang penambahan tenaga Bepergian
penyidik untuk membantu ke Luar
Penyidikan yang berdasarkan Negeri An.
Sprin.Dik No: 31A dengan Anggoro
perkara permintaan sejumlah Widjojo,
dana terkait dengan proses Dkk,
permohonan alih fungsi hutan tertanggal
lindung pantai air telang 22 Agustus
Sumatera Selatan yang 2008 yang
dilakukan oleh Tersangka Yusuf dibuat
Erwin Faisal, bukan terhadap berdasarkan
Anggoro Widjojo, Dkk., terkait Sprin.Dik
perkara pemberian uang kepada No:
anggota Komisi IV DPR-RI Sprin.Dik-
periode 2004-2009 dan Pejabat 31B/01/VII
Departemen Kehutanan terkait I/2008
proses pengajuan anggaran tanggal 14
Sistem Komunikasi Radio Agustus
Terpadu (SKRT) tahun 2007, 2008, dan
yang akhirnya dimenangkan berdasarkan
oleh PT. Masaro Radiokom, keterangan
dimana Sprin.Dik-nya baru saksi-saksi
dibuat pada tanggal 19 Juni serta ahli
2009, selain itu pembuatan dalam
keputusan larangan berpergian BAP;
terhadap Anggoro Widjojo, Dkk

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
52

tersebut juga tidak dilakukan


bersama-sama dengan pimpinan
KPK yang lain, yang seharusnya
bersifat kolektif dan kolegial,
sebagaimana ketentuan Pasal 21
ayat (5) UU No.30 Tahun 2002
tentang KPK;

3. Membuat dan menandatangani 3. Surat Kep. 3. –sda-.


Surat Keputusan Pimpinan KPK Pimpinan
tentang Pencabutan larangan KPK
berpergian terhadap Joko No.351/01/I
Soegiharto Chandra yang dibuat X/2008
dan ditandatangani oleh tentang
Tersangka Chandra M. Hamzah, Pencabutan
dimana keputusan pencabutan larangan
larangan berpergian tersebut Berpergian
dibuat dengan pertimbangan Ke Luar
yang keliru, bahwa dalam Negeri an.
konsideran menimbang Joko Joko
Soegiharto Chandra “telah Soegiharto
selesai menjalani pemeriksaan Chandra,
baik di tingkat penyelidikan, dan
penyidikan dan pemeriksaan berdasarkan
pada sidang Pengadilan dan keterangan
yang bersangkutan untuk saksi-saksi
sementara telah cukup didengar dalam
keterangannya”, padahal dalam BAP;
kenyataannya Joko Soegiharto
Chandra tidak pernah menjalani
pemeriksaan baik di tingkat

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
53

penyelidikan, penyidikan dan


pemeriksaan pada sidang
Pengadilan dan yang
bersangkutan untuk sementara
telah cukup didengar
keterangannya; selain itu
Tersangka Chandra M. Hamzah
juga mengetahui bahwa
penerbitan keputusan tersebut
juga tidak dilakukan bersama-
sama dengan pimpinan KPK
yang lain, yang seharusnya
bersifat kolektif dan kolegial,
sebagaimana ketentuan Pasal 21
ayat (5) UU No.30 Tahun 2002
tentang KPK;

4. Untuk penyelesaian kasus, 4. Berdasarka 4. Pasal 12


pengembalian barang bukti yang n huruf e
telah disita KPK terhadap keterangan UU
barang milik PT.Masaro saksi-saksi No.31
Radiokom milik Anggoro dan ahli Tahun
Widjojo dan pancabutan dalam 1999
pelarangan bepergian terhadap BAP. sebagai
Anggodo Widjojo, Dkk., mana
Tersangka Chandra M. Hamzah dirubah
diduga meminta dan menerima dan
sejumlah uang senilai Rp.1 ditamba
Miliar rupiah, dimana uang h dalam
tersebut diberikan oleh Anggoro UU
Widjojo melalui Adiknya an. No.20

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
54

Anggodo Widjojo, kemudian Tahun


oleh Anggodo Widjojo 2001
diberikan kepada perantara an. tentang
Ari Muladi, kemudian Ari Pembera
Muladi menyerahkan uang ntasan
tersebut melalui Yulianto Tindak
kepada Ade Rahardja untuk Pidana
diteruskan kepada Tersangka Korupsi.
Chandra M. Hamzah,
penyerahan dilakukan pada
tanggal 13 Februari 2009 di
Parkiran Pasar Festival,
Kuningan, Jakarta Selatan.

2. Analisa Hukum Dalam Kasus Bibit-Chandra

Berdasarkan keterangan-keterangan sejumlah saksi maupun ahli dan

didukung dengan alat bukti yang ada, Penyidik telah menemukan bukti permulaan

yang cukup, sehingga terhadap Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha Hamzah

kemudian ditetapkan sebagai Tersangka dan kemudian terhadapnya oleh Penyidik

dilakukan penahanan berdasarkan Surat Perintah Penahanan

No.Pol.:SP.Han/04/X/2009/Pidkor&WCC tanggal 29 Oktober 2009 dan ditahan di

Rutan Mabes Polri Jakarta. Perkara Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha

Hamzah ini oleh Jaksa Selaku Penuntut Umum telah dinyatakan P-21, artinya

berkas perkara telah lengkap dan siap untuk dilimpahkan ke tahap pemeriksaan

dalam persidangan.32

32
O.C.Kaligis (a), Op.Cit., h 34-35.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
55

Perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan oleh Bibit-Chandra berkaitan

dengan dugaan penyalahgunaan kewenangan dalam tindakan penggeledahan

terhadap kantor PT. Masaro Radiokom dan lainnya, penerbitan dan pencabutan

larangan bepergian terhadap Joko Soegianto Chandra dan Anggoro Widjojo. Dkk

dapat ditelaah bahwa sesuai dengan Pasal 21 ayat (5) UU No.30 Tahun 2002

tentang KPK, dalam penjelasannya juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

“bekerja secara kolektif”, adalah bahwa setiap pengambilan keputusan harus

disetujui dan diputuskan secara bersama-sama oleh pimpinan KPK.

Ketentuan tersebut berarti masing-masing unsur pimpinan KPK tidak boleh

mengambil keputusan sendiri-sendiri, hal ini merupakan konsekwensi logis yuridis

dari maksud ketentuan Pasal 21 ayat (1) huruf a UU KPK, yakni adanya fungsi

pengawasan melekat dari setiap keputusan pimpinan KPK dan sesuai dengan

maksud ketentuan Pasal 21 ayat (6) UU KPK yang menetapkan tanggung-jawab

tertinggi KPK itu berada di tangan KPK. Hal tersebut tidak utuh dijalankan

sehingga Ketua KPK saat itu Antasari Azhar berinisiatif untuk melaporkan dugaan

terjadinya tindak pidana yang dilakukan pimpinan KPK, berdasarkan surat Lporan

Polisi No.Pol: 2008K/VII/2009/SPK UNIT III.

Terhadap Keputusan Pimpinan KPK No: Kep-257/01/VIII/2008

tanggal 22 Agustus 2008 tentang Pelarangan Bepergian Ke Luar Negeri

terhadap Anggoro Widjojo, Dkk. yang dibuat dengan sepengetahuan Tersangka

Bibit Samad Rianto yang kemudian ditandatangani oleh Tersangka Chandra M.

Hamzah jika dikaitkan dengan Pasal 21 ayat (5) UU KPK, maka pengambilan

keputusan tersebut harus disetujui dan diputuskan secara bersama-sama oleh

Pimpinan KPK yang terdiri dari 5 (lima) orang anggota KPK dan tidak boleh

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
56

diputuskan secara sendiri-sendiri atau perorangan (vide Pasal 21 ayat (1) huruf a

UU KPK) tindakan yang dilakukan oleh Chandra M.Hamzah tersebut dapat

dianggap suatu perbuatan penyalahgunaan wewenang, melanggar asas

rechmatigheid (asas yang menetapkan bahawa setiap tindakan pejabat Negara tidak

boleh melanggar hukum, yaitu rasa keadilan dan kepatutan), dan asas wetmatigheid

(asas yang menetapkan bahwa setiap tindakan pejabat Negara harus ada dasar

hukumnya).33

Dihubungkan Keputusan Pimpinan KPK No: Kep-257/01/VIII/2008

tanggal 22 Agustus 2008 tentang Pelarangan Bepergian Ke Luar Negeri terhadap

Anggoro Widjojo, Dkk. yang diterbitkan berdasarkan Surat Perintah Penyidikan

terhadap tindak pidana korupsi permintaan dana terkait proses permohonan alih

fungsi hutan lindung pantai air telang Sumatera Selatan, hal tersebut tidak boleh

dilakukan karena hal tersebut akan memberikan peluang kepada Penyidik untuk

melakukan perbuatan sewenang-wenang karena setiap surat perintah hanya berlaku

untuk suatu perkara tertentu dengan Tersangka-tersangka tertentu pula.

Perbuatan yang dilakukan oleh Chandra M. Hamzah membuat dan

menandatangani Keputusan Pimpinan KPK No: Kep-257/01/VIII/2008 tanggal 22

Agustus 2008 tentang Pelarangan Bepergian Ke Luar Negeri terhadap Anggoro

Widjojo, Dkk tersebut dapat dianggap sebagai tindakan sewenang-wenang

memakai kekuasaannya untuk memaksa orang (dalam hal ini Dirjen Imigrasi)

untuk membuat, tidak membuat atau membiarkan barang sesuatu sebagaimana

diatur dan diancam pidana sesuai ketentuan Pasal 421 KUHP jo. Pasal 23 UU

No.31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah dalam UU


33
Ibid., h.528

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
57

No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Surat tersebut

juga mengandung cacat prosedur karena tidak didasarkan pada keputusan kolektif

pimpinan KPK sesuai Pasal 21 ayat (1) huruf a UU KPK yang dapat dipersamakan

sebagai bentuk paksaan kepada Dirjen Imigrasi karena tanpa adanya

penyalahgunaan wewenang tidak mungkin Dirjen Imigrasi mengeluarkan Surat

Nomor: IMI.5.GR.02.06-3.20388 tertanggal 22 Agustus 2008 tentang Pencegahan

ke Luar Negeri an. Anggoro Widjojo, Dkk.

Hal dan penjelasan yang sama juga dapat diterapkan atas perbuatan yang

dilakukan oleh Chandra M. Hamzah dalam membuat dan menandatangani Surat

Perintah Penggeledahan No: Sprin.Dah-33/01/VII/2008 tanggal 15 Juli 2008,

penggeledahan tersebut terhadap barang milik Anggoro Widjojo atau yang terkait

dengan PT. Masaro di kantor PT. Masaro Korporatindo, kantor PT. Masaro

Radiokom, Apartemen Senayan Residence, Apartemen Lagoon Tower Jakarta

Hilton, Rumah di Kebayoran Lama Jaksel dan rumah di Tanjung Mas Jaksel, hanya

berdasarkan Surat Perintah Penyidikan yang dibuat berdasarkan Sprin.Dik No:

Sprin.Dik-31A/01/VI/2008 tanggal 30 Juni 2008 tentang penyidikan terhadap

permintaan sejumlah dana terkait dengan proses permohonan alih fungsi hutan

lindung pantai air telang Sumatera Selatan yang dilakukan oleh Tersangka Yusuf

Erwin Faisal, yang tidak berhubungan dengan PT. Masaro Radiokom.

Padahal, Penggeledahan termasuk upaya paksa yang dapat dilakukan oleh

Penyidik berdasarkan Surat Perintah Penyidikan sesuai ketentuan Pasal 1 angka 17,

Pasal 32 dan Pasal 34 ayat (2) KUHAP, Pasal 6 huruf c UU No.30 Tahun 2002

tentang KPK; selain itu pembuatan keputusan tersebut juga tidak dilakukan

bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain, yang seharusnya bersifat kolektif

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
58

dan kolegial, sebagaimana ketentuan Pasal 21 ayat (5) UU No.30 Tahun 2002

tentang KPK. Surat Perintah Penyidikan terhadap Anggoro Widjojo terkait perkara

pemberian uang kepada anggota Komisi IV DPR-RI periode 2004-2009 dan

Pejabat Departemen Kehutanan terkait proses pengajuan anggaran Sistem

Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) tahun 2007, yang akhirnya dimenangkan oleh

PT. Masaro Radiokom, baru dibuat pada tanggal 19 Juni 2009, jauh setelah

penggeledahan yang dilakukan pada tanggal 15 Juli 2008. Barang-barang bukti

yang ditemukan dalam penggeledahan pada tanggal 15 Juli 2008 digunakan dalam

perkara tersebut, tetapi tidak digunakan dalam perkara permintaan sejumlah dana

terkait dengan proses permohonan alih fungsi hutan lindung pantai air telang

Sumatera Selatan yang dilakukan oleh Tersangka Yusuf Erwin Faisal.

Berkaitan dengan Tersangka Bibit Samad Rianto disangka melanggar Pasal

421 KUHP jo. Pasal 23 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah

dalam UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

terkait dengan perbuatannya membuat dan menandatangani Surat Keputusan

Pimpinan KPK Surat Keputusan Pimpinan KPK No: Kep-11-/01/IV/2008 tanggal

24 April 2008 tentang Pelarangan Berpergian Ke Luar Negeri an. Joko Soegiharto

Chandra, dimana keputusan tersebut dilakukan hanya berdasarkan penyadapan

terhadap pembicaraan antara Urip Tri Gunawan dan Arthalita Suryani, tanpa

adanya Sprin.Lid maupun Sprin.Dik. sebagaimana ketentuan Pasal 12 ayat (1)

huruf b UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK, selain itu pembuatan keputusan

tersebut juga tidak dilakukan bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain, yang

seharusnya bersifat kolektif dan kolegial, sebagaimana ketentuan Pasal 21 ayat (5)

UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
59

Sedangkan terhadap pembuatan Surat Keputusan Pimpinan KPK

No.351/01/IX/2008 tentang Pencabutan larangan Berpergian Ke Luar Negeri an.

Joko Soegiharto Chandra yang ditandatangani oleh Chandra M. Hamzah dengan

sepengetahuan Tsk Bibit Samad Rianto yang dalam konsiderannya menyatakan

bahwa Joko Soegiharto Chandra “telah selesai menjalani pemeriksaan baik di

tingkat penyelidikan, penyidikan dan pemeriksaan pada sidang Pengadilan dan

yang bersangkutan untuk sementara telah cukup didengar keterangannya”, juga

dapat dikategorikan melakukan penyalahgunaan wewenang, padahal dalam

kenyataannya Joko Soegiharto Chandra tidak pernah menjalani pemeriksaan baik

di tingkat penyelidikan, penyidikan dan pemeriksaan pada sidang Pengadilan dan

yang bersangkutan untuk sementara telah cukup didengar keterangannya, selain itu

Tersangka Chandra M. Hamzah juga mengetahui bahwa penerbitan keputusan

tersebut juga tidak dilakukan bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain selain

Tsk Bibit Samad Rianto, yang seharusnya bersifat kolektif dan kolegial,

sebagaimana ketentuan Pasal 21 ayat (5) UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK,

sehingga Pasal 421 KUHP jo. Pasal 23 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana

dirubah dan ditambah dalam UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi dapat diterapkan terhadap Tsk Bibit Samad Rianto maupun

TersangkaChandra M. Hamzah.

Penerapan pasal yang disangkakan kepada Tersangka Bibit Samad Rianto

diduga melanggar ketentuan dalam Pasal 12 huruf e UU No.31 Tahun 1999

sebagaimana dirubah dan ditambah dalam UU No.20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu Untuk penyelesaian kasus dan

pengembalian barang bukti yang telah disita KPK terhadap barang milik

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
60

PT.Masaro Radiokom milik Anggoro Widjojo, Tersangka Bibit Samad Rianto

diduga menerima sejumlah uang senilai Rp.1,5 Miliar rupiah, dimana uang

tersebut diberikan oleh Anggoro Widjojo melalui Adiknya an. Anggodo Widjojo,

kemudian oleh Anggodo Widjojo diberikan kepada perantara an. Ari Muladi,

kemudian Ari Muladi menyerahkan uang tersebut kepada Ade Rahardja untuk

diteruskan kepada Tersangka Bibit Samad Rianto, penyerahan dilakukan pada

tanggal 15 Agustus 2008 di Restoran Tomodachi Bellagio Residence, Kuningan,

Jakarta Selatan. Dalam keadaan tersebut sulit untuk dibuktikan, mengingat hanya

didasarkan pada keterangan saksi tanpa didukung oleh bukti lain yang dapat

memperkuatnya. Dalam Pasal 184 KUHAP diatur mengenai alat bukti, yaitu: a.

keterangan ahli; b. keterangan ahli; c.surat; d.petunjuk; e. keterangan terdakwa.

Pembuktiannya juga tidak cukup dalam perkara yang disangkakan terhadap

Tersangka Chandra M. Hamzah yaitu dengan tujuan untuk penyelesaian kasus,

pengembalian barang bukti yang telah disita KPK terhadap barang milik

PT.Masaro Radiokom milik Anggoro Widjojo dan pancabutan pelarangan

bepergian terhadap Anggodo Widjojo, Dkk., Tersangka Chandra M. Hamzah

diduga meminta dan menerima sejumlah uang senilai Rp.1 Miliar rupiah,

dimana uang tersebut diberikan oleh Anggoro Widjojo melalui Adiknya an.

Anggodo Widjojo, kemudian oleh Anggodo Widjojo diberikan kepada perantara

an. Ari Muladi, kemudian Ari Muladi menyerahkan uang tersebut melalui Yulianto

kepada Ade Rahardja untuk diteruskan kepada Tersangka Chandra M. Hamzah,

penyerahan dilakukan pada tanggal 13 Februari 2009 di Parkiran Pasar Festival,

Kuningan, Jakarta Selatan. Dalam keadaan tersebut sulit untuk dibuktikan,

mengingat hanya didasarkan pada keterangan saksi tanpa didukung

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
61

oleh bukti lain yang dapat memperkuatnya. Dalam Pasal 184 KUHAP diatur

mengenai alat bukti, yaitu: a. keterangan ahli; b. keterangan ahli; c.surat;

d.petunjuk; e. keterangan terdakwa.

Dengan dilakukannya proses penyidikan dan berujung ditahannya kedua

Tersangka Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha Hamzah oleh penyidik Mabes

Polri telah menimbulkan reaksi dari Pengacara kedua Tersangka, LSM, Tokoh

masyarakat, yang pada intinya berkesimpulan telah terjadi pelemahan terhadap

KPK, telah terjadi kriminalisasi terhadap pejabat KPK, ada rekayasa yang

sistematis untuk melemahkan KPK dan meminta Presiden SBY harus segera turun

tangan dan membuktikan komitmennya terhadap pemberantasan korupsi. Untuk

membendung dukungan rakyat menjadi kekuatan rakyat, Presiden memiliki

sejumlah opsi kebijakan. Salah satunya pembentukan tim independen. Usulan

pembentukan tim independen ini juga diajukan oleh Hikmahanto Juwana dan

anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Adnan Buyung Nasution,

(Kompas, 02 November 2009, hlm.1 dengan judul “Tiga Solusi diusulkan kepada

Presiden”).34

Derasnya tekanan dari masyarakat, membuat Presiden RI melakukan suatu

langkah diskriminatif yang sangat disayangkan oleh beberapa orang prektisi

hukum. Pada tanggal 24 November 2009, Presiden RI menyampaikan pendapatnya

secara terbuka dan langsung mengenai perkara ini. Presiden RI memberikan

pertimbangan asas manfaat dan memberikan ketenteraman di dalam

34
Ibid., h.35.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
62

masyarakat. Presiden RI dalam pidatonya : ”menganjurkan agar perkara Bibit dan

Chandra diselesaikan diluar Pengadilan” (out of court settlement).35

Polemik tersebut berawal sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

menggunakan istilah ”out of court settlement” (penyelesaian di luar pengadilan)

untuk Kasus Bibit S. Rianto-Chandra M. Hamzah, istilah itu pun menjadi populer.

Rakyat juga mendapat pelajaran baru, yaitu penyelesaian perkara dapat juga di luar

persidangan. Ini sebuah konsep baru, selama ini publik pada umumnya berpendapat

bahwa perkara hanya dapat dan boleh diselesaikan melalui Pengadilan, notabene

Pengadilan Negeri. Bagi mereka yang menggunakan optik sosiologi hukum dalam

memandang hukum, penyelesaian di luar pengadilan adalah hal yang biasa, namun

tidak demikian halnya dengan mereka yang berpikir formal-legalistik. Para legalis

ini mengutanakan bentuk, sedangkan sosiologi hukum melihat pada fungsi.36

Kemudian pada tanggal 02 November 2014, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono menerbitkan Keppres No.31 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim

Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum Atas Kasus Sdr. Chandra M.

Hamzah dan Bibit S. Rianto, selanjutnya disebut Tim 8 (delapan).37 Pembentukan

Tim ini dengan pertimbangan proses hukum terhadap Chandra M. Hamzah dan

Bibit Samad Rianto, telah menimbulkan kesan dan kecurigaan yang meluas di

masyarakat bahwa telah terjadi upaya untuk melemahkan Komisi Pemberantasan

Korupsi sehingga dipandang perlu untuk membentuk Tim Independen Verifikasi

Fakta dan Proses Hukum Kasus Chandra M. Hamzah dan Bibit Samad Rianto,

35
Ibid, h. 36.
36
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Ed.Pertama, PT.Kompas Media Nusantara,
Agustus, 2010, h. 3.
37
MSH, Loc.Cit.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
63

yang selanjtnya lebih popular disebut Tim Delapan, dengan maksud untuk

membantu Presiden menjamin proses hukum yang objektif, jujur dan adil. Salah

satu rekomendasi yang diberikan Tim Delapan kepada Kejaksaan adalah Kejaksaan

menerbitkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) dalam hal perkara

ini sudah dilimpahkan ke kejaksaan.

Sebagai tindak lanjut yang tentunya atas “anjuran Presiden RI” yang merasa

begitu kuatnya tekanan publik dan tekanan kelompok masyarakat, dan juga

berdasarkan pendapat dan tekanan Tim Delapan dalam salah satu rekomendasinya

adalah agar Presiden RI menghentikan proses perkara Bibit dan Chandra38, maka

Kejaksaan Agung cq. Kejaksaan Tinggi DKI cq. Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

dalam hal ini berdasarkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan Kepala

Kejaksaan Negeri Selatan (SKPP) Nomor: TAP-01/O.1.14/Ft.1/12/2009 tanggal 01

Desember 2009 telah menghentikan penuntutan perkara pidana atas nama

Tersangka/Terdakwa Chandra Martha Hamzah dan Surat Ketetapan Penghentian

Penuntutan Kepala Kejaksaan Negeri Selatan (SKPP) Nomor: TAP-

02/O.1.14/Ft.1/12/2009 tanggal 01 Desember 2009 telah menghentikan penuntutan

perkara pidana atas nama Tersangka/Terdakwa Bibit Samad Rianto.

3. Penghentian Penuntutan Kasus Bibit-Chandra Berdasarkan Alasan Yuridis

Salah satu alasan yang digunakan untuk menghentikan penuntutan terhadap

perkara Bibit-Chandra adalah berdasarkan alasan yuridis, sebagai berikut: “Bahwa

perbuatan Tersangka tersebut meskipun telah memenuhi

38
O.C.Kaligis (a), Op.Cit., h.36.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
64

rumusan delik yang disangkakan, namun karena dipandang Tersangka tidak menyadari

dampak yang akan timbul atas perbuatannya, maka perbuatan tersebut dianggap hal

yang wajar dalam rangka menjalankan tugas dan wewenangnya, mengingat hal tersebut

sebelumnya sudah dilakukan oleh para pendahulunya. Oleh karena itu, baginya dapat

diterapkan ketentuan pasal 50 KUHP.” Pasal 50 KUHP menyatakan: “Barang siapa

melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana.”39

Pasal ini menentukan tidak dikenakan hukuman pidana seorang yang melakukan

perbuatan untuk melaksanakan suatu peraturan hukum perundang-undangan.

Ketentuan Pasal 50 KUHP ini merupakan pertentangan antara dua

kewajiban hukum.40 Artinya perbuatan tersebut di satu sisi untuk menaati suatu

peraturan, namun di sisi lain perbuatan tersebut melanggar peraturan yang lain.

Oleh karena itu, untuk melaksanakan perintah undang-undang digunakan theory of

lesser evils atau teori tingkat kejahatan yang lebih ringan.41

Teori tersebut merupakan alasan pembenar, oleh karena itu teori ini

merupakan alasan penghapus pidana yang berasal dari luar diri pelaku atau

Uitwendig. Disini pelaku harus memilih salah satu dari dua perbuatan yang sama-

sama menyimpang dari aturan. Perbuatan yang dipilih sudah tentu adalah perbuatan

yang peringkat kejahatannya lebih ringan.42

39
Soenarto Soerodibroto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana/R. Soenarto Soerodibroto, Ed.5, Cet.Ke-15, Rajawali Pers, 2011, h.45.
40
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cet.ke-01, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta, 2014, h.230 dikutip dari D. Schaffmeister, N. Keijzer, en E. PH. Sutorius, Hukum Pidana
(diterjemahkan oleh J.E. Sahetapy),Liberty, Yogyakarta, 1995, h.66.
41
Ibid.,
42
Ibid., h.212 dikutip dari George P. Fletcher, Basic Concept of Criminal Law, Oxford
University Press, New York-Oxford, 1998, h.774.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
65

Menurut theory of lesser evils, suatu perbuatan dapat dibenarkan atas dasar

dua alasan. Pertama, meskipun perbuatan tersebut melanggar aturan, namun

perbuatan tersebut harus dilakukan untuk mengamankan kepentingan yang lebih

besar. Tegasnya, tingkat bahaya yang harus dihindari lebih besar daripada sekedar

penyimpangan dari suatu aturan. Kedua, perbuatan yang melanggar aturan tersebut

hanya merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan secara cepat dan mudah

untuk menghindari bahaya atau ancaman yang akan timbul.43

Teori tersebut lebih mempertimbangkan sudut peringkat “kurang-lebihnya”

atau “untung-ruginya” dampak dari suatu perbuatan pidana yang dilakukan untuk

mengutamakan kepentingan yang lebih besar atau lebih baik atau lebih

menguntungkan, maka perbuatan yang melanggar aturan itu dapat dibenarkan.44

Tegasnya, teori ini lebih pada pilihan objektif untuk melindungi kepentingan

hukum dan atau kewajiban hukum yang timbul dari dua keadaan atau situasi yang

bersamaan.45

Berangkat dari pemahaman akan theory of lesser evils atau alasan pembenar

yang dapat dijadikan sebagai alasan penghapus atau dasar peniadaan pidana ini,

harus dijabarkan lebih dulu mengenai apa tugas dan wewenang Bibit Samad Rianto

dan Chandra M. Hamzah selaku pimpinan KPK. Dalam Pasal 6 huruf c UU No.30

Tahun 2002 tentang KPK disebutkan bahwa KPK bertugas melakukan

penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana

43
Ibid.,dikutip dari George P. Fletcher, Basic Concept of Criminal Law, Oxford University
Press, New York-Oxford, 1998, h.775.
44
M. Hamdan, Alasan Penghapus Pidana Teori dan Studi Kasus, PT. Refika Aditama, Bandung,
2012, h. 65.
45
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., h.212.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
66

korupsi. Sebagai tindak lanjutnya diatur dalam pasal-pasal UU No.30 Tahun 2002

tenang KPK, terutama yang berkaitan dengan perbuatan pidana yang disangkakan

kepada Bibit-Chandra, sebagai berikut:

Pasal 11 huruf a:
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 huruf c, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi
yang :
a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara
negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak
pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum atau penyelenggara negara;

Pasal 12 ayat (1):


Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c,
Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:

Huruf a; melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;

Huruf b; memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk


melarang seseorang bepergian ke luar negeri;

Huruf i; meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang


terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana
korupsi yang sedang ditangani.

Dikaitkan dengan perbuatan yang dilakukan oleh Bibit Samad Rianto yang

membuat dan menandatangani Surat Keputusan Pimpinan KPK Surat Keputusan

Pimpinan KPK No: Kep-11-/01/IV/2008 tanggal 24 April 2008 tentang Pelarangan

Berpergian Ke Luar Negeri an. Joko Soegiharto Chandra, dimana keputusan

tersebut dilakukan hanya berdasarkan penyadapan terhadap pembicaraan antara

Urip Tri Gunawan dan Arthalita Suryani, tanpa adanya Sprin.Lid maupun

Sprin.Dik. sebagaimana ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf b UU No.30 Tahun 2002

tentang KPK, selain itu pembuatan keputusan tersebut

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
67

juga tidak dilakukan bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain, yang

seharusnya bersifat kolektif dan kolegial, sebagaimana ketentuan Pasal 21 ayat (5)

UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK, telah terbukti, namun dapat dijelaskan bahwa

perbuatan yang dilakukan adalah untuk menjalankan perintah Undang-Undang,

dimana Bibit Samad Rianto selaku pimpinan KPK mempunyai tugas untuk

melakukan penyelidikan tindak pidana korupsi, dan apabila di tengah proses

penanganan perkara ada perkembangan dari penyidikan perkara suap Arthalita

Suryani kepada Urup Tri Gunawan dan ditemukan bukti permulaan terhadap

dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh Joko Soegiarto Chandra, karena pada

saat itu dalam rekaman terhadap pembicaraan antara Urip Tri Gunawan dan

Arthalita Suryani ada indikasi uang yang digunakan Arthalita Suryani untuk

menyuap Urip Tri Gunawan adalah berasal dari Joko Soegiarto Candra, maka KPK

dalam hal ini pimpinan KPK melakukan terobosan hukum dengan melakukan

pelarangan bepergian terhadap Joko Soegiarto Chandra. Mengingat tindak pidana

korupsi adalah salah satu kejahatan yang luar biasa maka penanganannya pun harus

menggunakan cara-cara yang luar biasa.

Jadi, alasan pembenar sebagaimana theory of lesser evils dapat diterapkan

oleh karena perbuatan Bibit Samad Rianto adalah untuk kepentingan yang lebih

besar atau lebih baik atau lebih menguntungkan, untuk mengamankan kepentingan

yang lebih besar, tingkat bahaya (tindak pidana korupsi) yang harus dihindari lebih

besar daripada sekedar penyimpangan dari suatu aturan, yaitu melakukan perbuatan

penyalahgunaan wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 421 KUHP jo. Pasal

23 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah dalam UU No.20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
68

Korupsi yang disangkakan kepada Bibit Samad Rianto, sehingga terdapat alasan

untuk meniadakan dan menghapus pidana terhadap perbuatan yang dilakukannya.

Oleh sebab itu, alasan yuridis Pasal 50 KUHP yang digunakan oleh Penuntut

umum untuk menghentikan penuntutan perkara Bibit Samad Rianto adalah sah

menurut hukum.

Terhadap perbuatan yang dilakukan oleh Chandra M. Hamzah dalam

membuat dan menandatangani Surat Perintah Penggeledahan No: Sprin.Dah-

33/01/VII/2008 tanggal 15 Juli 2008, penggeledahan tersebut terhadap barang

milik Anggoro Widjojo atau yang terkait dengan PT. Masaro di kantor PT. Masaro

Korporatindo, kantor PT. Masaro Radiokom, Apartemen Senayan Residence,

Apartemen Lagoon Tower Jakarta Hilton, Rumah di Kebayoran Lama Jaksel dan

rumah di Tanjung Mas Jaksel, hanya berdasarkan Surat Perintah Penyidikan yang

dibuat berdasarkan Sprin.Dik No: Sprin.Dik-31A/01/VI/2008 tanggal 30 Juni 2008

tentang penyidikan terhadap permintaan sejumlah dana terkait dengan proses

permohonan alih fungsi hutan lindung pantai air telang Sumatera Selatan yang

dilakukan oleh Tersangka Yusuf Erwin Faisal, yang tidak berhubungan dengan PT.

Masaro Radiokom, padahal Penggeledahan termasuk upaya paksa yang dapat

dilakukan oleh Penyidik berdasarkan Surat Perintah Penyidikan, memang

melanggar aturan, namun perbuatan yang dilakukan adalah untuk menjalankan

perintah Undang-Undang, dimana Chandra M. Hamzah selaku pimpinan KPK

mempunyai tugas untuk melakukan penyelidikan tindak pidana korupsi, dan di

tengah proses penanganan perkara ada perkembangan dari penyidikan, dalam hal

ini perkara permintaan sejumlah dana terkait dengan proses permohonan alih

fungsi hutan lindung pantai air telang Sumatera Selatan

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
69

yang dilakukan oleh Tersangka Yusuf Erwin Faisal, KPK berusaha untuk

menemukan bukti permulaan terhadap dugaan tindak pidana lain yang dilakukan

oleh Tsk Yusuf Erwin Faisal, yang dalam perkembangannya hasil dari

penggeledahan tersebut ditemukan bukti permulaan yang cukup sehingga akhirnya

dilakukan penyidikan terhadap Anggoro Widjojo, Dkk. dengan perkara pemberian

sejumlah uang kepada anggota Komisi IV DPR RI periode 2004-2009 dan pejabat

Departemen Kehutanan terkait proses pengajuan anggaran Sistem Komunikasi

Radio Terpadu (SKRT) TA 2007 berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Nomor:

Sprin.Dik-25/01/VI/2009 tanggal 19 Juni 2009. Mengingat tindak pidana korupsi

adalah salah satu kejahatan yang luar biasa maka penanganannya pun harus

menggunakan cara-cara yang luar biasa.

Jadi, alasan pembenar sebagaimana theory of lesser evils dapat diterapkan

oleh karena perbuatan Chandra M. Hamzah adalah untuk kepentingan yang lebih

besar atau lebih baik atau lebih menguntungkan, untuk mengamankan kepentingan

yang lebih besar, tingkat bahaya (tindak pidana korupsi) yang harus dihindari lebih

besar daripada sekedar penyimpangan dari suatu aturan, yaitu melakukan perbuatan

penyalahgunaan wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 421 KUHP jo. Pasal

23 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah dalam UU No.20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang disangkakan

kepada Chandra M. Hamzah, sehingga terdapat alasan untuk meniadakan dan

menghapus pidana terhadap perbuatan yang dilakukannya. Oleh sebab itu, alasan

yuridis Pasal 50 KUHP yang digunakan oleh Penuntut umum untuk menghentikan

penuntutan perkara Chandra M. Hamzah adalah sah menurut hukum.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
70

Perbuatan lainnya yang dilakukan oleh Chandra M. Hamzah membuat dan

menandatangani Keputusan Pimpinan KPK No: Kep-257/01/VIII/2008 tanggal 22

Agustus 2008 tentang Pelarangan Bepergian Ke Luar Negeri terhadap Anggoro

Widjojo, Dkk tersebut memang dapat dianggap sebagai tindakan sewenang-wenang

memakai kekuasaannya untuk memaksa orang (dalam hal ini Dirjen Imigrasi)

untuk membuat, tidak membuat atau membiarkan barang sesuatu sebagaimana

diatur dan diancam pidana sesuai ketentuan Pasal 421 KUHP jo. Pasal 23 UU

No.31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah dalam UU No.20 Tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, namun harus dipahami dan

diketahui juga tentang alasan apa yang melatarbelakanginya.

Perbuatan tersebut dilakukan oleh Chandra M. Hamzah selaku pimpinan

KPK juga bertujuan sebagai pencegahan agar Anggoro Widjojo, Dkk. untuk

memperlancar proses penyelidikan yang dilakukan oleh KPK terhadap perkara

dugaan suap yang dilakukan Anggoro Widjaja, Dkk. kepada anggota Komisi IV

DPR RI 2004-2009 dan pejabat Kehutanan terkait pengajuan anggaran SKRT TA

2007. Pada akhirnya dilakukan penyidikan terhadap Anggoro Widjojo, Dkk.

dengan perkara pemberian sejumlah uang kepada anggota Komisi IV DPR RI

periode 2004-2009 dan pejabat Departemen Kehutanan terkait proses pengajuan

anggaran Sistem Komunikasi Radio Terpadu TA 2007 berdasarkan Surat Perintah

Penyidikan Nomor: Sprin.Dik-25/01/VI/2009 tanggal 19 Juni 2009. Mengingat

tindak pidana korupsi adalah salah satu kejahatan yang luar biasa maka

penanganannya pun harus menggunakan cara-cara yang luar biasa.

Jadi, alasan pembenar sebagaimana theory of lesser evils dapat diterapkan


oleh karena perbuatan Chandra M. Hamzah adalah untuk kepentingan

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
71

yang lebih besar atau lebih baik atau lebih menguntungkan, untuk mengamankan
kepentingan yang lebih besar, tingkat bahaya (tindak pidana korupsi) yang harus
dihindari lebih besar daripada sekedar penyimpangan dari suatu aturan, yaitu
melakukan perbuatan penyalahgunaan wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal
421 KUHP jo. Pasal 23 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah
dalam UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
disangkakan kepada Chandra M. Hamzah, sehingga terdapat alasan untuk
meniadakan dan menghapus pidana terhadap perbuatan yang dilakukannya. Oleh
sebab itu, alasan yuridis Pasal 50 KUHP yang digunakan oleh Penuntut umum
untuk menghentikan penuntutan perkara Chandra M. Hamzah adalah sah menurut
hukum.
Terhadap Surat Keputusan Pimpinan KPK No.351/01/IX/2008pencabutan

pelarangan Berpergian Ke Luar Negeri an. Joko Soegiharto Chandra yang

ditandatangani oleh Chandra M. Hamzah dengan sepengetahuan Tsk Bibit Samad

Rianto dalam konsiderannya menyatakan bahwa Joko Soegiharto Chandra yang

yang dalam konsiderannya menyatakan bahwa Joko Soegiharto Chandra “telah

selesai menjalani pemeriksaan baik di tingkat penyelidikan, penyidikan dan

pemeriksaan pada sidang Pengadilan dan yang bersangkutan untuk sementara

telah cukup didengar keterangannya”, juga dapat dikategorikan melakukan

penyalahgunaan wewenang, padahal dalam kenyataannya Joko Soegiharto Chandra

tidak pernah menjalani pemeriksaan baik di tingkat penyelidikan, penyidikan dan

pemeriksaan pada sidang Pengadilan dan yang bersangkutan untuk sementara telah

cukup didengar keterangannya, selain itu Tersangka Chandra M. Hamzah juga

mengetahui bahwa penerbitan keputusan tersebut juga

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
72

tidak dilakukan bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain selain Tsk Bibit

Samad Rianto memang terbukti, namun harus dipahami bahwa sebelum ada

pencabutan tersebut, didahuli dengan adanya surat keputusan larangan bepergian,

dan karena dalam proses hukum pemberian suap Arthalita Suryani kepada Urip Tri

Gunawan tidak terbukti keterlibatan Joko Soegiarto Chandra, maka demi hukum

surat pencabutan tersebut harus dikeluarkan, meskipun telah ada kekeliruan

mengenai konsiderannya, namun kekeliruan tersebut bersifat administratif dan

tidak serta merta merubah isi surat pencabutan secara substansial. Surat pencabutan

ini hanyalah bersifat turunan atau konsekwensi yang ditimbulkan dari adanya surat

pelarangan bepergian yang terbit terlebih dahulu.

Dalam melaksanakan perintah undang-undang, prinsip yang dipakai adalah

prinsip subsidaritas dan prinsip proporsionalitas. Prinsip subsidaritas dalam

kaitannya dengan perbuatan pelaku adalah untuk melaksanakan peraturan

perundang-undangan dan mewajibkan pelaku untuk berbuat demikian. Sedangkan

prinsip proporsionalitas yaitu pelaku hanya dibenarkan jika dalam pertentangan

antara dua kewajiban hukum, yang lebih besarlah yang diutamakan.46

Jadi, dalam melakukan perbuatannya ini Tsk Chandra M. Hamzah juga

telah mempertimbangkan asas subsidaritas, asas atau prinsip subsidaritas dalam

kaitannya dengan perbuatan Tersangka Chandra M. Hamzah adalah untuk

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan mewajibkan Chandra M.

Hamzah untuk berbuat demikian, sehingga terdapat alasan untuk meniadakan dan

menghapus pidana terhadap perbuatan yang dilakukannya. Oleh sebab itu,

46
Ibid., h.232 dikutip dari D. Schaffmeister, N. Keijzer, en E. PH. Sutorius, Hukum Pidana
(diterjemahkan oleh J.E. Sahetapy),Liberty, Yogyakarta, 1995, h.66-67.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
73

alasan yuridis Pasal 50 KUHP yang digunakan oleh Penuntut umum untuk

menghentikan penuntutan perkara Chandra M. Hamzah adalah sah menurut hukum.

Hukum pidana mengenal beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bagi

hakim untuk tidak menjatuhkan hukuman atau pidana kepada pelaku atau terdakwa

yang diajukan ke pengadilan karena telah melakukan suatu tindak atau perbuatan

pidana. Alasan-alasan tersebut dinamakan alasan penghapus pidana. Alasan

penghapus pidana adalah peraturan yang terutama ditujukan kepada hakim.

Peraturan ini menetapkan berbagai keadaan pelaku, yang telah memenuhi

perumusan delik sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang yang

seharusnya dipidana, akan tetapi tidak dipidana. Hakim dalam hal ini,

menempatkan wewenang dalam dirinya (dalam mengadili perkara yang konkret)

sebagai pelaku penentu apakah telah terdapat keadaan khusus dalam diri pelaku,

seperti dirumuskan dalam alasan penghapus pidana.47

Pembentuk Undang-undang telah membuat sejumlah ketentuan yang

bersifat khusus, baik di dalam KUHP maupun perundang-undangan lainnya,

dimana pembentuk undang-undang itu telah merumuskan sejumlah keadaan-

keadaan, di dalam keadaan-keadaan mana ketentuan-ketentuan pidana yang ada itu

dianggap sebagai tidak dapat melakukan penuntutan terhadap seseorang pelaku

yang telah dituduh melanggar ketentuan-ketentuan pidana tersebut, atau apabila

penuntut umum telah melakukan penuntutan terhadap seseorang pelaku yang telah

dituduh melanggar ketentuan-ketentuan pidana termaksud di atas, maka Hakim pun

tidak dapat mengadili pelaku tersebut oleh karena disitu

47
M. Hamdan, Op. Cit., h. 27.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
74

terdapat sejumlah keadaan-keadaan yang telah membuat tindakan dari dari pelaku

itu menjadi tidak bersifat melanggar hukum ataupun yang telah membuat

pelakunya itu menjadi tidak dapat dipersalahkan atas tindakan-tindakannya, karena

pada diri pelaku tidak terdapat sesuatu unsur schuld.48

Selanjutnya mengenai arti dari schuld, Prof. Satochid Kartanegara dalam

bukunya menyatakan adalah sulit untuk menterjemahkan perkataan “schuld” ini ke

dalam bahasa Indonesia, karena tidak ada perkataan yang tepat untuk itu. Yang

paling mendekati arti perkataan “schuld” ini adalah “kesalahan.”49 Jadi dapat

diperjelas bahwa salah satu alasan peniadaan atau penghapus pidana adalah karena

hapus sifat melawan hukumnya suatu perbuatan (alasan pembenar) dan karena

kesalahan pelaku yang telah dimaafkan (alasan pemaaf).

Menurut pendapat Prof. Moeljatno, di dalam ketentuan Pasal 50 KUHP, ada

alasan pembenar, sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa adalah benar dan

sudah semestinya.50 Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perintah

undanng-undang adalah karakter dari pelaku, apakah pelaku tersebut selalu

melaksanakan tugas-tugas dengan iktikat baik ataukah justru sebaliknya.51

Keadaan-keadaan yang membuat penuntut umum tidak dapat melakukan


suatu penuntutan terhadap seorang pelaku sebagaimana dimaksud diatas disebut
“vervolgingsuitsluitingsgronden” atau “dasar-dasar yang meniadakan
penuntutan”, sedangkan keadaan-keadaan yang membuat hakim tidak dapat
mengadili seseorang pelaku hingga ia pun tidak dapat menjatuhkan sesuatu

48
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia,Cetakan ke III, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1997, h.385.
49
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, Kumpulan Kuliah, Bagian I, Balai Lektur Mahasiswa,
(tanpa tahun), h. 242.
50
Lihat Moeljatno, Op.Cit., h.149
51
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., h.232 dikutip dari George P. Fletcher, Basic Concept of Criminal
Law, Oxford University Press, New York-Oxford, 1998, h.801.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
75

hukuman terhadap pelaku tersebut disebut “strafuitsluitingsgronden” atau “dasar-


dasar yang meniadakan hukuman”,52 atau dengan bahasa lain yaitu sebagai “alasan
penghapus pidana”.
Prof. Satochid Kartanegara menyatakan yang dimaksud dengan

strafuitsluitingsgronden adalah hal-hal atau keadaan yang dapat mengakibatkan

bahwa orang yang telah melakukan sesuatu perbuatan, yang dengan tegas dilarang

dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang (jadi perbuatan yang berupa

delict), tidak dapat dihukum. Tetapi di dalam praktek, hal-hal atau keadaan tersebut

juga disebut Fiets d’Excuses, yang berarti hal-hal yang memaafkan.53

Dasar atau alasan-alasan penghapus pidana atau strafuitsluitingsgronden itu

bila dilihat dari sudut sifatnya, menurut Memorie van Toelichting (M.v.T.) dibagi

menjadi dua pembedaannya, yaitu54:

1. Ontoerekeningsvatbaarheid yang disebabkan oleh hal-hal dari dalam

(inwendige corzaken). Hal-hal atau keadaan yang dapat mengakibatkan

seseorang yang melakukan sesuatu delict tidak dapat dihukum ini, terletak

pada orangnya sendiri. Soal ini diatur dalam pasal 44 KUHP dan menurut

jenis strafuitsluitingsgrond ini, sebab-sebab seseorang tidak dapat dihukum

itu karena jiwanya dihinggapi suatu penyakit atau tidak tumbuh dengan

sempurna.

2. Ontoerekeningsvatbaarheid yang disebabkan oleh hal-hal dari luar

(uitwendige corzaken). Dalam hal ini sebab-sebab seseorang tidak dapat

52
P.A.F. Lamintang, Op.Cit., h.386 dikutip dari Van Bemmelen, Ons Strafrecht I, Algemeen
Deel Het Materiele Strafrecht, H.D. Tjeenk Willink, Groningen, 1971, h.171.
53
Satochid Kartanegara, Op.Cit., h.366.
54
Ibid., h.367.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
76

dipertanggungjawabkan terhadap perbuatannya itu terletak di luar si pelaku.

Salah satunya diatur dalam ketentuan pasal 50 KUHP.

Kecuali perbedaan tersebut diatas, di dalam doktrin juga terdapat

pembedaan menurut sifatnya strafuitsluitingsgronden itu yang lain, yaitu:55

1. Strafopheffingsgronden atau Schulduitsluitinggronden.

Jenis ini terdapat, apabila perbuatannya masih tetap wederrechtelijk,

bertentangan dengan hukum, akan tetapi orang yang melakukannya, karena

sesuatu hal, tidak dapat dihukum. Contohnya adalah Pasal 44 ayat (1)

KUHP;

2. Rechtvatbaardigingsgronden.

Dalam hal ini, perbuatannya sendiri tidak dapat dianggap wederrechtelijk,

walaupun perbuatannya itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh

undang-undang. Akan tetapi, apabila perbuatan itu dilakukan oleh seorang,

maka perbuatan orang itu oleh sebab sesuatu hal atau keadaan, dapat

dimaafkan, diperbolehkan atau diperkenankan.

Salah satu contohnya adalah penerapan Pasal 50 KUHP, dimana seseorang

melakukan perbuatan yang sebenarnya dilarang dan diancam oleh undang-

undang, akan tetapi perbuatannya itu dilakukan untuk melaksanakan

peraturan undang-undang, maka perbuatannya diperkenankan.

Ketentuan Rechtvatbaardigingsgronden inilah yang dapat diterapkan

terhadap Tersangka Bibit Samad Rianto dan Tersangka Chandra M. Hamzah,

55
Ibid., h.372-373

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
77

sebagai dasar dan alasan yuridis bagi Penuntut umum untuk menghentikan

penuntutannya, karena memang perbuata-perbuatan yang dilakukan telah

ditiadakan pidananya sehingga tidak dapat dituntut di dalam persidangan, karena

patut diduga apabila perkaranya tetap dilimpahkan akan membuat perkara tersebut

menjadi tidak terbukti atau terbukti tapi bukan merupakan tindak pidana.

Seringkali memang sulit bagi kita untuk memastikan apakah kita sedang

berhadapan dengan suatu “vervolgingsuitsluitingsgronden” ataupun dengan

“strafuitsluitingsgronden”, oleh karena perkataan-perkataan yang telah

dipergunakan oleh pembentuk undang-undang di dalam rumusan-rumusan dari

ketentuan-ketentuan pidana yang telah dibentuknya itu tidaklah selalu jelas.56

Sesuatu rumusan ketentuan pidana itu kadang-kadang dapat diartikan

sebagai suatu ketentuan pidana, seolah-olah ketentuan pidana itu tidak dapat

diberlakukan di dalam keadaan-keadaan yang telah disebutkan dalam di dalam

rumusan tersebut, dalam arti bahwa penuntut umum itu tidak dapat memberlakukan

sesuatu ketentuan pidana tertentu atau tegasnya tidak dapat melakukan sesuatu

penuntutan terhadap seseorang pelaku atas dasar bahwa pelaku tersebut telah

melanggar ketentuan pidana tertentu tersebut, pada hal yang dimaksud oleh

pembentuk undang-undang itu sebenarnya adalah untuk memberitahukan kepada

Hakim, bahwa hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman.57

Kembali ke pembahasan mengenai penghentian penuntutan berdasarkan

alasan yuridis Pasal 50 KUHP, Pasal tersebut menyatakan tidak dapat dipidana

seseorang yang melakukan perbuatan karena menjalankan undang-undang atau

56
P.A.F. Lamintang, Loc.Cit.,
57
Ibid.,

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
78

wettelijk voorschriff. Lalu apa arti dari menjalankan undang-undang itu? Pasal

tersebut juga mengandung strafuitsluitingsgrond, yang disebut wettelijk

voorschriff. Pendapat Hoge Raad mengenai hal ini, mula-mula H.R. memberi

tafsiran yang sempit dan ditafsirkan sebagai “undang-undang dalam arti formil”,

akan tetapi pendapat H.R. itu kemudian dirobah dan wettelijk voorschriff tidak saja

ditafsirkan sebagai undang-undang dalam arti formil, akan tetapi “setiap peraturan

yang dibuat oleh badan/organ yang oleh undang-undang diberi kekuasaan untuk

membuat peraturan yang mengikat (undang-undang dalam arti materiil),58

sebagaimana tercantum dalam Arest Hoge Raad 26 Juni 1899.59

Tersangka Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah melakukan

perbuatannya karena menjalankan atau berdasarkan undang-undang No.30 Tahun

2002 tentang KPK, ketentuan sebagaimana diatur dalam HG 26 Juni 1899 pun

terpenuhi. Dalam hal ini yang menjadi persoalan adalah bahwa undang-undang

dalam arti materiil (undang-undang dalam arti luas) itu menentukan kewajiban

untuk melakukan sesuatu perbuatan sebagai pelaksanaannya. Mengenai hal ini,

pada umumnya cukup apabila peraturan itu memberi kekuasaan untuk melakukan

kewajiban itu (verplichting oplaggen + bevoegdheid geven).60 Hanya dalam hal ini

perlu adanya hubungan dengan pelaksanaanya, adapun yang dimaksud, contohnya

dalam perkara Bibit-Chandra selaku Pimpinan KPK (pada saat itu) adalah:

1. Wewenang (bevoegdheid): Misalnya, apabila ada dugaan terjadinya tindak

pidana korupsi, maka KPK (dalam hal ini dilakukan oleh Tsk Bibit

58
Satochid Kartanegara, Op.Cit., h.406-407.
59
Lihat Soenarto Soerodibroto, Op.Cit., h.45.
60
Satochid Kartanegara, Loc.Cit.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
79

Samadi Rianto dan Chandra M. Hamzah selaku Pimpinan KPK) berkuasa

untuk melakukan pelarangan bepergian terhadap seseorang sesuai dengan

ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf b UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK.

2. Kewajiban (verplichting); Misalnya, bila KPK mengetahui ada dugaan

terjadi tindak pidana korupsi, maka KPK berkewajiban untuk

menindaklanjuti dan melakukan proses hukum terhadapnya.

Yang penting dalam hal itu adalah cara pelaksanaannya, walaupun cara

pelaksanaan undang-undang itu tidak diatur dengan tegas dalam undang-undang,

namun cara itu harus seimbang dan patut.61

Dalam pembahasan sebelumnya diterangkan bahwa alasan penghapus

tuntutan diatur dalam Bab VII tentang Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana

dan Menjalankan Pidana (vide Pasal 76-82 KUHP), sedangkan dasar-dasar atau

alasan penghapus hukuman atau peniadaan pidana diatur dalam Bab III tentang

Hal-Hal yang Menghapuskan, Mengurangi atau Memberatkan Pidana. Dengan

diadakannya dasar-dasar yang meniadakan penuntutan itu tertutup

kemungkinannya bagi penuntut umum untuk melakukan suatu penuntutan.

Timbul kini suatu pernyataan yaitu apabila terdapat dugaan bahwa di


dalam suatu tindak pidana itu terdapat dasar-dasar yang dapat meniadakan
hukuman atau pidana, P.A.F. Lamintang dalam bukunya menyatakan dalam hal ini
penuntut umum dapat melakukan penuntutan, akan tetapi apabila hakim
mempunyai suatu keragu-raguan yitu apakah disitu terdapat suatu dasar yang dapat
meniadakan hukuman atau tidak, maka menurut Prof. Van Bemmelen, hakim harus

61
Ibid.,

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
80

membebaskan tertuduh dari segala tuntutan hukum atau hakim harus memutuskan
perkara tersebut terbukti namun bukan merupakan suatu tindak pidana.62
Pendapat P.A.F., menyatakan dalam hal tersebut, penuntut umum”dapat”

melakukan penuntutan. Kata “dapat” sebagai kata sifat artinya adalah: “mampu;

sanggup; bisa; boleh; atau mungkin.63 Jadi dipahami bisa iya, bisa tidak, boleh iya

boleh tidak atau mungkin iya mungkin tidak. Jika dikaitkan dengan kalimat

penuntut umum ”dapat” melakukan penuntutan, maka penuntut umum berdasarkan

alasan-alasan peniadaan hukuman atau penghapusan pidana dapat melakukan

penuntutan, tetapi dapat pula tidak melakukan penuntutan. Dapat tidak melakukan

penuntutan dengan sarana atau alasan yuridis yang telah diberikan oleh undang-

undang, yaitu dengan menghentikan penuntutannya karena perbuatan yang

dilakukan oleh tersangka hilang sifat melawan hukumnya sehingga tidak ada

pidananya lagi.

4. Penghentian Penuntutan Kasus Bibit-Chandra Berdasarkan Alasan Sosiologis

Hal yang menarik dari Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan Perkara

Bibit-Chandra adalah penuntutannya dihentikan bedasarkan alasan sosiologis,

yaitu:

62
Lihat P.A.F. Lamintang, Op.Cit., h.387 dikutip dari Van Bemmelen, Ons Strafrecht I,
Algemeen Deel Het Materiele Strafrecht, H.D. Tjeenk Willink, Groningen, 1971, h.172.
63
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, www.kbbi.web.id/dapat, diakses 13 Juni 2015.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
81

Alasan Sosiologis:

1. Adanya suasana kebatinan yang berkembang saat ini membuat perkara

tersebut tidak layak diajukan ke Pengadilan, karena lebih banyak mudarat

daripada manfaatnya;

2. Untuk menjaga keterpaduan/harmonisasi lembaga penegak hukum

(Kejaksaan, Polri dan KPK) dalam menjalankan tugasnya untuk

pemberantasan korupsi, sebagai alasan doktrinal yang dinamis dalam

hukum pidana.

3. Masyarakat memandang perbuatan yang dilakukan oleh Tersangka tidak

layak untuk dipertanggungjawabkan kepada Tersangka karena perbuatan

tersebut dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya di dalam

pemberantasan korupsi yang memerlukan terobosan-terobosan hukum.

Mengenai alasan sosiologis ini akan dibahas mengenai latar belakang dan

alasannya mengapa alasan sosiologis dapat dipakai sebagai dasar untuk

menghentikan penuntutan, meskipun di dalam peraturan perundang-undangan tidak

diatur mengenai alasan sosiologis sebagai dasar untuk menghentikan penuntutan

ini.

Sebagaimana ketentuan Pasal 8 ayat (4) UU No.16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan, Jaksa dalam hal ini selaku penuntut umum, dalam menjalankan tugas

dan wewenangnya, jaksa senantiasa bertindak berdasarkan hukum dengan

mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, kesusilaan, serta wajib

menggali dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hidup dalam

masyarakat, serta senantiasa menjaga kehormatan dan martabat profesinya. Dari

norma yang ada dalam ketentuan tersebut, diharapkan Jaksa juga harus menggali

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
82

nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, hal itu lah yang dapat juga menjadi dasar

adanya alasan sosiologis dalam penghentikan penuntutan perkara Bibit-Chandra

ini, tidak harus melalui penegakan hukum yang terlalu menjunjung tinggi kepastian

hukum, tapi melemahkan aspek keadilan dan manfaat yang dapat dipertimbangkan.

Ditinjau dari segi bahasa, sosiologis berarti mengenai sosiologi; menurut

sosiologi.64 Lalu apa arti dari kata sosiologi itu sendiri, sosiologi adalah

pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu

tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.65 Jadi, titik beratnya ada

pada realitas sosial yang sebenarnya terjadi di dalam masyarakat. Sosiologi sendiri

menyelidiki apa yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat karena ada suatu

kesempatan tertentu dimana para anggotanya mempercayai validitas suatu tatanan

dan menyesuaikan perbuatannya dengan tatanan ini, sepanjang ada kemungkinan

bahwa organ-organ masyarakat akan bereaksi terhadapnya.66

Realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat terkait perkara Bibit-

Chandra adalah terkait dengan opini-opini yang menyatakan bahwa KPK di-

kriminalisasi oleh Polri, sehingga menimbulkan keresahan di dalam masyarakat.

Masyarakat tentu sangat ingin tahu, masyarakat ingin tahu apakah gelagat

dan alasan penetapan tersangka kepada dua pimpinan non-aktif KPK oleh Polri

benar-benar sesuai fakta. Masyarakat ingin tahu suatu berita dari berbagai sisi.

64
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Loc.Cit., http://kbbi.web.id/sosiologis, diakses 14 Juni
2015.
65
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Loc.Cit., http://kbbi.web.id/sosiologi, diakses 14 Juni
2015.
66
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Cetakan IX, Nusa Media, Bandung,
2014 h.252. dikutip dari Max Webber, Wirtschaft und Gesselschaft, (Gundriss der Sozielokonomik, III,
Abt, 1922), h.371.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
83

Jangan sampai jalur informasi hanya satu arah yakni dari Humas Polri semata.

Jangan sampai kebebasan untuk mendapat informasi yang wajar dibungkam seperti

era Orde Baru. Karena dengan ditahannya Bibit dan Chandra atas tuduhan kasus

plinplan-plintut kepolisian, maka masyarakat akan sulit mendapat informasi yang

berimbang. Tanpa pernyataan dari dua sisi, masyarakat akan mudah tertipu. Tanpa

dengar pendapat dari Bibit dan Chandra, mungkin saja masyarakat percaya pada

omongan Pak Kapolri tentang Ary Muladi yang menyuap pimpinan KPK

hanyalah bualan bohong belaka.67

Oleh karena itu, maka sangatlah wajar, jika penahanan Bibit dan Chandra

mendapat dukungan besar dari masyarakat, dari berbagai usia dan golongan.

Berbeda dengan kasus Prita yang lebih banyak mendapat dukungan besar dari

masyarakat awam, kasus yang menimpa Bibit dan Chandra mendapat dukungan

lebih besar hingga ke tokoh-tokoh nasional. Aksi dukungan ini merupakan

merupakan bentuk solidaritas sekaligus protes terhadap polisi (oknum polisi, bukan

lembaga secara menyeluruh). Beberapa dukungan yang tersebar antara lain

Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit, lalu ada tokoh-

tokoh yang menjamin bagi Bibit dan Chandra, diantaranya Komarudin Hidayat,

Azyumardi Azra, Indira Samego, Satya Arinanto, Syamsuddin Haris, J. Kristiadi,

Imam B Prasodjo, Syafi‟i Anwar, Radhar Panca Dahana, Hikmahanto Juwana,

Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, Saldi Isra, Ahmad Sobary, Anies

Baswedan, Zainal Arifin Mochtar (Dosesn FH UGM), Premita Fifi

67
Ech-wan (a), Mari Dukung Bibit Dan Chandra Dari Netter Hingga Tokoh Nasional ,
https://nusantaranews.wordpress.com/2009/10/30/mari-dukung-bibit-dan-chandra-dari-netter-hingga-
tokoh-nasional/, diakses 14 Juni 2015.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
84

Widhiawati (pendiri dan pengurus Lembaga Edukasi, Bantuan, dan Advokasi

Hukum Jurist Makara), Taufiq Ismail, dan Ihsan Ali Fauzi.68

Erry Riyana Hardjapamekas (Wakil Ketua KPK 2003-2007) juga meminta

dirinya juga ditahan dengan mengatakan ”Apa yang dilakukan Bibit dan Chandra

sama dengan yang kami lakukan dulu. Penyidikan, termasuk penyadapan, juga

kami lakukan. Jadi, jika mereka ditahan, saya juga minta ditahan.” Sedangkan Eep

Saefulloh Fatah menyatakan ”Saya bersedia sepenuh hati untuk menjadi penjamin

bagi Chandra dan Bibit“, kemudian Teten Masduki (Sekjen TII) mengatakan:

“penahanan itu menunjukkan polisi panik pasca beredarnya transkrip yang kian

mempertegas kriminalisasi terhadap kedua unsur pimpinan KPK itu.” Sementara

Imam B Prasodjo (sosiolog dari UI) menyampaikan “Alasan saya bersedia jadi

penjamin karena melihat Bibit dan Chandra selalu tertib wajib melapor ke polisi

dan dia sudah tidak aktif sebagai pimpinan KPK sehingga tidak mungkin

menghilangkan barang bukti. Maka saya merasa mereka dapat dipercaya bahwa

mereka tidak akan lari dan akan selalu kooperatif pada polisi.”69

Terjadi keresahan dan ketidaktenteraman dalam kehidupan sosial

kemayarakatan pada saat itu sehingga penuntut umum merasa bahwa memang

benar adanya suasana kebatinan yang berkembang saat ini membuat perkara

tersebut tidak layak diajukan ke Pengadilan, karena lebih banyak mudarat daripada

manfaatnya.

Tidak hanya menyangkut situasi kebatinan yang merupakan cermin dari

realitas sosial di masyarakat yang menjadi dasar penerapan alasan sosiologis ini,

68
Ech-wan (a), Loc.Cit.
69
Ech-wan (a), Loc.Cit.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
85

proses penanganan perkara Bibit-Chandra ini juga membuat dua institusi penegak

hukum yaitu KPK dan Polri bersitegang, sehingga muncul istilah Cicak Vs Buaya.

Hal ini berawal dari kemunculan Cicak menjadi perhatian unik tatkala Cicak

dikatakan akan melawan Buaya. Yang pasti, bukanlah cicak dan buaya yang

sesungguhnya. Cicak merupakan gerakan Cinta Indonesia Cinta KPK yang muncul

sebagai respons pernyataan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Polisi Susno

Duadji (Kabareskrim SD) dalam wawancara majalah Tempo Edisi 6-12 Juli 2009

yang mengatakan KPK sebagai Cicak, sementara Kepolisian adalah Buaya.70

Kita tahu bahwa dengan kasus Antasari, lembaga KPK mulai terasa

digembosi oleh berbagai pihak. Jauh sebelumnya, pada April 2008, Ahmad Fauzi-

anggota DPR dari Partai Demokrat meminta KPK dibubarkan. Dua bulan yang

lalu, Nursyahbani Katjasungkana, anggota DPR dari fraksi PKB meminta KPK

tidak mengambil keputusan alias tidak usah kerja lagi untuk proses penyelidikan

korupsi yang membutuhkan keputusan terkait kasus Antasari. Dan 3 minggu yang

lalu 24 Juni 2009, Pak SBY mengatakan KPK telah menjadi lembaga superbody

sehingga wewenangnya butuh diwanti (dikurangi wewenangnya). Dan terakhir

pernyataan Kabareskrim SD yang mengatakan“ibaratnya, di sini buaya di situ

cicak. Cicak (KPK) kok melawan buaya (Polisi).” Pernyataan SD langsung menuai

antipati dari para aktivis LSM anti korupsi. SD gerah ketika telepon genggamnya

tersadap oleh KPK. Penyadapan itu terkait dengan penanganan kasus Bank

Century. Dalam

70
Ech-wan (b), Gerakan Cicak dan Kisah Cicak Melawan Buaya KPK vs Polri,
https://nusantaranews.wordpress.com/2009/07/13/gerakan-cicak-dan-kisah-cicak-melawan-buaya-kpk-
vs-polri/, diakses 14 Juni 2015.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
86

pembicaraa tersebut, SD deal-dealan dengan pihak Boedi Sampoerna yang akan

memberi Rp 10 miliar bila depositonya berhasil dicairkan dari Bank Century.

Susno menyatakan dirinya tak marah atas penyadapan itu. ”Saya hanya

menyesalkan,” ujarnya. Lulusan Akademi Kepolisian 1977 ini menyebut

penyadapan itu sebagai tindakan bodoh. Sehingga, ujarnya, ia justru sengaja

mempermainkan para penyadap dengan cara berbicara sesuka hati. Sebelumnya,

polisi memeriksa Wakil Ketua KPK Chandra Hamzah lantaran disebut-sebut

melakukan penyadapan tak sesuai prosedur dan ketentuan. Pemeriksaan Chandra

dituding sebagai upaya polisi untuk melumpuhkan KPK.71

Hal tersebutlah yang melatarbelakangi adanya alasan sosiologis yang kedua

terhadap penerbitan SKPP oleh penuntut umum, yaitu untuk menjaga

keterpaduan/harmonisasi lembaga penegak hukum (Kejaksaan, Polri dan KPK)

dalam menjalankan tugasnya untuk pemberantasan korupsi, sebagai alasan

doktrinal yang dinamis dalam hukum pidana. Untuk melakukan pemberantasan

tindak pidana korupsi secara efektif dan efisien memang dibutuhkan sinergitas

diantara lembaga-lembaga hukumnya. Sebagaimana yang kita ketahui tujuan

pembentukan KPK adalah sebagaimana yang tertuang dalam konsideran UU No.30

tahun 2002 huruf a dan b, yaitu:

a. bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil,


makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai
sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena
itu pemberantasan tindak pidana korupsi perlu ditingkatkan
secara profesional, intensif, dan berkesinambungan karena
korupsi telah merugikan keuangan negara, perekonomian
negara, dan menghambat pembangunan nasional;
71
Ech-wan (b), Loc.Cit.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
87

b. bahwa lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak


pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam
memberantas tindak pidana korupsi.

Terhadap penerapan alasan sosiologis yang terakhir dimana masyarakat

memandang perbuatan yang dilakukan oleh Tersangka tidak layak untuk

dipertanggungjawabkan kepada Tersangka karena perbuatan tersebut dalam rangka

melaksanakan tugas dan wewenangnya di dalam pemberantasan korupsi yang

memerlukan terobosan-terobosan hukum. Hal tersebut lebih erat kaitannya dengan

situasi kebatinan yang ada dalam masyarakat pada saat itu, sebagaimana yang telah

diulas diatas bahwa penanganan tindak pidana korupsi harus dilakukan secara luar

biasa mengingat di Indonesia sendiri tindak pidana korupsi ini disebut sebagai

tindak pidana yang luar biasa (extra-ordinary crime).

Kemudian muncul lagi pertanyaan, lalu bagaimana tentang sah atau

tidaknya SKPP Nomor: TAP-01/O.1.14/Ft.1/12/2009 tanggal 01 Desember 2009

atas nama Tersangka Chandra Martha Hamzah dan SKPP Nomor: TAP-

02/O.1.14/Ft.1/12/2009 tanggal 01 Desember 2009 atas nama Tersangka Bibit

Samad Rianto berdasarkan alasan sosiologis? Meskipun dalam praktiknya, SKPP

tersebut telah dinyatakan tidak sah berdasarkan putusan pra-peradilan di tingkat

Peninjauan Kembali (PK) No:152/PK/Pid/2010 tanggal 07 Oktober 2010 yang

menyatakan bahwa permohonan PK oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan tersebut

tidak dapat diterima, sehingga kembali berpedoman pada Putusan Pra-peradilan

tingkat banding Nomor: 130/PID/PRAP/2010/PT.DKI tanggal 07 Mei 2010. Serta

tidak dilimpahkannya perkara tersebut karena dikesampingkan demi kepentingan

umum oleh Jaksa Agung berdasarkan Surat Ketetapan Mengesampingkan perkara

demi kepentingan umum No: TAP-001/A/JA/01/2011

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
88

tertanggal 24 Januari 2011 atas nama Tersangka Chandra M. Hamzah dan Surat

Ketetapan Mengesampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum Nomor: TAP-

002/A/JA/01/2011 tertanggal 24 Januari 2011 atas nama Tersangka Bibit S. Rianto

dalam pertimbangannya menyatakan bahwa apabila perkara atas nama Chandra M.

Hamzah dan Bibit S. Rianto dilimpahkan ke Pengadilan akan dapat berakibat

terganggunya kinerja KPK dalam melakukan tugas kewenangannya sehingga

merugikan kepentingan umum yaitu kepentingan bangsa, Negara atau masyarakat.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan dijelaskan penerapan hukum

dimulai dari penjabaran tentang hukum itu sendiri. Pengertian fungsi hukum, E.

Adamson Hobel dan Karl Llewellyn menyatakan bahwa hukum mempunyai fungsi

yang penting demi keutuhan masyarakat, sedangkan fungsi sistem hukum yang

secara menyeluruh menyangkut pengesahan wewenang, cara-cara menyelesaikan

perselisihan, mekanisme yang mempermudah hubungan antara para warga

masyarakat dan adanya penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan.72

Pendapat lain pernah dikemukakan oleh Antropolog L. Pospisil (1958),

yang menyatakan bahwa dasar-dasar hukum, salah satunya adalah sebagai attribute

of authority, yaitu hukum merupakan keputusan-keputusan dari pihak-pihak yang

berkuasa dalam masyarakat, keputusan-keputusan ditujukan untuk mengatasi

ketegangan-ketegangan yang terjadi di dalam masyarakat. 73 Ketegangan-

ketegangan ini diantaranya terjadi antara KPK melawan Polri, pihak

72
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Ed.1, Cetakan kelima, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakrta, 2007, h.74.
73
Ibid., h. 75.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
89

yang pro dan kontra terkait penanganan perkara Bibit-Chandra, sehingga tercipta

ketidaktertiban di dalam masyarakat, padahal hukum merupakan himpunan kaidah-

kaidah yang bertujuan untuk mencapai suatu kedamaian dan diharapkan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat akan ketertiban dan ketenteraman. Hal mana

merupakan salah satu kebutuhan pokok dari masyarakat bahwa hukum disamping

sebagai gejala sosial (das sein), hukum juga mengandung unsur-unsur yang ideal

(das sollen).

Oleh karena itu, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan

suatu asumsi dasar bahwa hukum adalah institusi yang bertujuan mengantarkan

manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat manusia bahagia.74

Jika dikaitkan dengan perbuatan yang dilakukan oleh Tersangka Bibit Samad

Rianto dan Chandra M. Hamzah, meskipun perbuatan itu telah dilakukannya,

namun tidak ada kehendak jahat yang menyertainya, karena dilakukan berdasarkan

tugas dan wewenang yang melekat pada jabatannya selaku pimpinan KPK,

sehingga tidak adil jika perkaranya tetap dilanjutkan ke persidangan.

Orientasi penegakan hukum adalah kepada tujuan yang jelas dan kongkret.

Apabila prosedur dan mekanisme penegakan hukum yang diatur dalam hukum

acara tidak lagi memadai, perlu dihadirkan prosedur lain untuk mengatasi

kelemahan hukum acara yang ada. Yang harus dipahami bersama bahwa hukum

acara hanyalah salah satu bentuk alat atau sarana, dan bukan tujuan dari penegakan

hukum, dan oleh karenanya penggunaannya harus benar-benar

74
Lihat Sudjito, Hukum dalam Pelangi Kehidupan, Cetakan Kedua, Edisi Revisi, Tugu Jogja
Pustaka, Jogjakarta, 2013, h. 110

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
90

bijaksana, jangan sampai pencapaian tujuan yang sebenarnya menjadi terhalang

oleh kelemahan-kelemahan prosedural.75

Penerbitan SKPP terhadap Bibit-Chandra sendiri tetap berdasarkan KUHAP

sebagai hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia, meskipun alasan yang

mendasarinya tidak diatur dalam KUHAP, seperti alasan sosiologis ini. Akan tetapi

dengan berpegang pada teori tentang tujuan hukum, maka alasan sosiologis

selayaknya dapat diterima sebagai dasar bagi penuntut umum untuk menghentikan

perkara Bibit-Chandra, karena demi kepentingan manusia, kemanusiaan, apalagi

kepentingan bangsa (dalam hal ini adalah pemberantasan tindak pidana korupsi).

Penuntut umum dalam perkara Bibit-Chandra dapat melakukan perubahan

dengan melakukan penafsiran terhadap peraturan (KUHP dan KUHAP) yang ada.

Peraturan yang buruk, tidak harus menjadi penghalang bagi penuntut umum untuk

menghadirkan keadilan bagi rakyat dan pencari keadilan.76 Agar hukum dirasakan

manfaatnya (oleh masyarakat, oleh Tersangka Bibit-Chandra), dibutuhkan jaksa

pelaku hukum (penuntut umum) yang kreatif menerjemahkan hukum itu dalam

fora kepentingan-kepentingan sosial yang memang harus dilayaninya. 77 Sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya penghentian penuntutan perkara

pidana terhadap Bibit-Chandra yang berdasarkan alasan sosiologis dapat diterima

sebagai suatu bentuk terobosan dan penemuan hukum.

75
Ibid., h. 112-113.
76
Lihat Bernard L. Tanya, Hukum, Politik dan KKN, Srikandi, Surabaya, 2006.
77
Lihat Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjutak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum, Strategi
Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Ed.Rev., Cet.IV, Genta Publishing, Yogyakarta, Mei 2013,
h. 191.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA


ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
91

Apabila diteliti lebih lanjut pemberian kewenangan dan penerbitan Surat

Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP) perkara pidana kepada jaksa selaku

penuntut umum terhadap Tersangka Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah

juga sesuai dengan asas hukum acara pidana yang diatur dalam Undang-Undang

No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dimana salah satu asasnya

mengatur tentang peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dengan

biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara

konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan. Bila diperhatikan satu persatu

mengenai asas tersebut maka dengan penghentian penuntutan perkara pidana dalam

perkara Bibit-Chandra oleh jaksa selaku penuntut umum, proses peradilannya

cukup diselesaikan di Kejaksaan sehingga proses peradilan itu tidak memakan

waktu yang lama dan panjang. Peradilan yang sederhana dan biaya ringan otomatis

dapat terwujud bila proses penyelesaian peradilan itu diselesaikan dengan cepat.

Sifat sederhana itu diperoleh karena prosesnya tidak berbelit-belit. Administrasi

perkara ini jumlahnya banyak dan biasanya dibuat dalam beberapa rangkap, tentu

saja hal tersebut membutuhkan biaya yang banyak sehingga asas biaya ringan yang

ingin dicapai akan sulit sekali terwujud.

TESIS PENERAPAN PENGHENTIAN PENUNTUTAN... FAIQ NUR FIQRI SOFA

Anda mungkin juga menyukai