41
BAB III
kemukakan konsep-konsep dan kajian pustaka yang penulis gunakan dalam penelitian
Pidana (yang selanjutnya disebut dengan KUHAP), dalam Bab Ketentuan Umum
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang
ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
Pasal 1 angka:
Pasal 8 ayat :
1. Jaksa diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung.
2. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa bertindak untuk dan atas
nama negara serta bertanggung jawab menurut saluran hierarki.
3. Demi keadilan dan kebenaran berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, jaksa
melakukan penuntutan dengan keyakinan berdasarkan alat bukti yang sah.
4. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa senantiasa bertindak
berdasarkan hukum dengan mengindahkan norma-norma keagamaan,
kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yang hidup dalam masyarakat, serta senantiasa menjaga
kehormatan dan martabat profesinya.
5. Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), jaksa
diduga melakukan tindak pidana maka pemanggilan, pemeriksaan,
penggeledahan, penangkapan, dan penahanan terhadap jaksa yang
bersangkutan hanya dapat dilakukan atas izin Jaksa Agung.
b) Penuntutan
Di dalam ketentuan Pasal 1 angka 7 KUHAP dalam Bab Ketentuan Umum dan
c) Penghentian Penuntutan
Pada Pasal 140 ayat 2 huruf a KUHAP kita mengenal adanya istilah penghentian
penuntutan sebagai suatu perbuatan hukum yang dapat dilakukan oleh penuntut
umum. Selain itu dalam Pasal 14 huruf h KUHAP, dinyatakan pula bahwa salah
hukum. Lebih lanjut dalam Pasal 46 ayat 1 huruf c KUHAP menentukan pula
kepentingan umum.
karena alasan teknis atau penghentian penuntutan ini disandarkan pada tiga
pilihan yakni:
29
Ansori Sabuan, Syarifuddin Pettanasse dan Ruben Achmad, Hukum Acara Pidana, PT.
Angkasa, Bandung, 1990, h. 136.
oleh penyidik telah disangka melakukan suatu tindak pidana tertentu, ini yang
dengan isi Pasal 46 ayat 1 huruf c KUHAP yang menentukan pula adanya
penuntutan terhadap suatu perkara pidana juga dihentikan atau tidak dilimpahkan ke
pengadilan untuk diadili. Akan tetapi dari sifat tindakan hukum dan pihak yang
Teknis‟ yakni karena tidak cukup bukti, perbuatan yang disangkakan bukan
saksi, ahli dan bukti-bukti lain yang telah didapatkan oleh Penyidik31, dapat
Tabel 1.
Matriks Perkara Bibit-Chandra
Dugaan
No. Tersangka Kasus Posisi Bukti Pasal yang
dilanggar
1. Bibit 1. Membuat dan menandatangani 1. Surat Kep. 1. Pasal 23
Samad Surat Keputusan Pimpinan KPK Pimpinan UU
Rianto tentang larangan berpergian KPK No: No.31
terhadap Joko Soegiharto Kep-11- Tahun
30
Arin Karniasari, Op.Cit., h.30.
31
Lihat O.C. Kaligis (b) , Korupsi Bibit-Chandra, Cetakan Ke-Enam, Penerbit Indonesia Against
Justice, PT. Yarsif Watampone, Jakarta, Oktober, 2011.
didukung dengan alat bukti yang ada, Penyidik telah menemukan bukti permulaan
yang cukup, sehingga terhadap Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha Hamzah
Rutan Mabes Polri Jakarta. Perkara Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha
Hamzah ini oleh Jaksa Selaku Penuntut Umum telah dinyatakan P-21, artinya
berkas perkara telah lengkap dan siap untuk dilimpahkan ke tahap pemeriksaan
dalam persidangan.32
32
O.C.Kaligis (a), Op.Cit., h 34-35.
terhadap kantor PT. Masaro Radiokom dan lainnya, penerbitan dan pencabutan
larangan bepergian terhadap Joko Soegianto Chandra dan Anggoro Widjojo. Dkk
dapat ditelaah bahwa sesuai dengan Pasal 21 ayat (5) UU No.30 Tahun 2002
tentang KPK, dalam penjelasannya juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
dari maksud ketentuan Pasal 21 ayat (1) huruf a UU KPK, yakni adanya fungsi
pengawasan melekat dari setiap keputusan pimpinan KPK dan sesuai dengan
tertinggi KPK itu berada di tangan KPK. Hal tersebut tidak utuh dijalankan
sehingga Ketua KPK saat itu Antasari Azhar berinisiatif untuk melaporkan dugaan
terjadinya tindak pidana yang dilakukan pimpinan KPK, berdasarkan surat Lporan
Hamzah jika dikaitkan dengan Pasal 21 ayat (5) UU KPK, maka pengambilan
Pimpinan KPK yang terdiri dari 5 (lima) orang anggota KPK dan tidak boleh
diputuskan secara sendiri-sendiri atau perorangan (vide Pasal 21 ayat (1) huruf a
rechmatigheid (asas yang menetapkan bahawa setiap tindakan pejabat Negara tidak
boleh melanggar hukum, yaitu rasa keadilan dan kepatutan), dan asas wetmatigheid
(asas yang menetapkan bahwa setiap tindakan pejabat Negara harus ada dasar
hukumnya).33
terhadap tindak pidana korupsi permintaan dana terkait proses permohonan alih
fungsi hutan lindung pantai air telang Sumatera Selatan, hal tersebut tidak boleh
dilakukan karena hal tersebut akan memberikan peluang kepada Penyidik untuk
memakai kekuasaannya untuk memaksa orang (dalam hal ini Dirjen Imigrasi)
diatur dan diancam pidana sesuai ketentuan Pasal 421 KUHP jo. Pasal 23 UU
No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Surat tersebut
juga mengandung cacat prosedur karena tidak didasarkan pada keputusan kolektif
pimpinan KPK sesuai Pasal 21 ayat (1) huruf a UU KPK yang dapat dipersamakan
Hal dan penjelasan yang sama juga dapat diterapkan atas perbuatan yang
penggeledahan tersebut terhadap barang milik Anggoro Widjojo atau yang terkait
dengan PT. Masaro di kantor PT. Masaro Korporatindo, kantor PT. Masaro
Hilton, Rumah di Kebayoran Lama Jaksel dan rumah di Tanjung Mas Jaksel, hanya
permintaan sejumlah dana terkait dengan proses permohonan alih fungsi hutan
lindung pantai air telang Sumatera Selatan yang dilakukan oleh Tersangka Yusuf
Penyidik berdasarkan Surat Perintah Penyidikan sesuai ketentuan Pasal 1 angka 17,
Pasal 32 dan Pasal 34 ayat (2) KUHAP, Pasal 6 huruf c UU No.30 Tahun 2002
tentang KPK; selain itu pembuatan keputusan tersebut juga tidak dilakukan
bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain, yang seharusnya bersifat kolektif
dan kolegial, sebagaimana ketentuan Pasal 21 ayat (5) UU No.30 Tahun 2002
tentang KPK. Surat Perintah Penyidikan terhadap Anggoro Widjojo terkait perkara
Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) tahun 2007, yang akhirnya dimenangkan oleh
PT. Masaro Radiokom, baru dibuat pada tanggal 19 Juni 2009, jauh setelah
yang ditemukan dalam penggeledahan pada tanggal 15 Juli 2008 digunakan dalam
perkara tersebut, tetapi tidak digunakan dalam perkara permintaan sejumlah dana
terkait dengan proses permohonan alih fungsi hutan lindung pantai air telang
421 KUHP jo. Pasal 23 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah
24 April 2008 tentang Pelarangan Berpergian Ke Luar Negeri an. Joko Soegiharto
terhadap pembicaraan antara Urip Tri Gunawan dan Arthalita Suryani, tanpa
huruf b UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK, selain itu pembuatan keputusan
tersebut juga tidak dilakukan bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain, yang
seharusnya bersifat kolektif dan kolegial, sebagaimana ketentuan Pasal 21 ayat (5)
yang bersangkutan untuk sementara telah cukup didengar keterangannya, selain itu
tersebut juga tidak dilakukan bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain selain
Tsk Bibit Samad Rianto, yang seharusnya bersifat kolektif dan kolegial,
sebagaimana ketentuan Pasal 21 ayat (5) UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK,
sehingga Pasal 421 KUHP jo. Pasal 23 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana
dirubah dan ditambah dalam UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dapat diterapkan terhadap Tsk Bibit Samad Rianto maupun
TersangkaChandra M. Hamzah.
pengembalian barang bukti yang telah disita KPK terhadap barang milik
diduga menerima sejumlah uang senilai Rp.1,5 Miliar rupiah, dimana uang
tersebut diberikan oleh Anggoro Widjojo melalui Adiknya an. Anggodo Widjojo,
kemudian oleh Anggodo Widjojo diberikan kepada perantara an. Ari Muladi,
kemudian Ari Muladi menyerahkan uang tersebut kepada Ade Rahardja untuk
Jakarta Selatan. Dalam keadaan tersebut sulit untuk dibuktikan, mengingat hanya
didasarkan pada keterangan saksi tanpa didukung oleh bukti lain yang dapat
memperkuatnya. Dalam Pasal 184 KUHAP diatur mengenai alat bukti, yaitu: a.
pengembalian barang bukti yang telah disita KPK terhadap barang milik
diduga meminta dan menerima sejumlah uang senilai Rp.1 Miliar rupiah,
dimana uang tersebut diberikan oleh Anggoro Widjojo melalui Adiknya an.
an. Ari Muladi, kemudian Ari Muladi menyerahkan uang tersebut melalui Yulianto
oleh bukti lain yang dapat memperkuatnya. Dalam Pasal 184 KUHAP diatur
Tersangka Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha Hamzah oleh penyidik Mabes
Polri telah menimbulkan reaksi dari Pengacara kedua Tersangka, LSM, Tokoh
KPK, telah terjadi kriminalisasi terhadap pejabat KPK, ada rekayasa yang
sistematis untuk melemahkan KPK dan meminta Presiden SBY harus segera turun
pembentukan tim independen ini juga diajukan oleh Hikmahanto Juwana dan
(Kompas, 02 November 2009, hlm.1 dengan judul “Tiga Solusi diusulkan kepada
Presiden”).34
34
Ibid., h.35.
untuk Kasus Bibit S. Rianto-Chandra M. Hamzah, istilah itu pun menjadi populer.
Rakyat juga mendapat pelajaran baru, yaitu penyelesaian perkara dapat juga di luar
persidangan. Ini sebuah konsep baru, selama ini publik pada umumnya berpendapat
bahwa perkara hanya dapat dan boleh diselesaikan melalui Pengadilan, notabene
Pengadilan Negeri. Bagi mereka yang menggunakan optik sosiologi hukum dalam
memandang hukum, penyelesaian di luar pengadilan adalah hal yang biasa, namun
tidak demikian halnya dengan mereka yang berpikir formal-legalistik. Para legalis
Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum Atas Kasus Sdr. Chandra M.
Tim ini dengan pertimbangan proses hukum terhadap Chandra M. Hamzah dan
Bibit Samad Rianto, telah menimbulkan kesan dan kecurigaan yang meluas di
Fakta dan Proses Hukum Kasus Chandra M. Hamzah dan Bibit Samad Rianto,
35
Ibid, h. 36.
36
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Ed.Pertama, PT.Kompas Media Nusantara,
Agustus, 2010, h. 3.
37
MSH, Loc.Cit.
yang selanjtnya lebih popular disebut Tim Delapan, dengan maksud untuk
membantu Presiden menjamin proses hukum yang objektif, jujur dan adil. Salah
satu rekomendasi yang diberikan Tim Delapan kepada Kejaksaan adalah Kejaksaan
Sebagai tindak lanjut yang tentunya atas “anjuran Presiden RI” yang merasa
begitu kuatnya tekanan publik dan tekanan kelompok masyarakat, dan juga
berdasarkan pendapat dan tekanan Tim Delapan dalam salah satu rekomendasinya
adalah agar Presiden RI menghentikan proses perkara Bibit dan Chandra38, maka
Kejaksaan Agung cq. Kejaksaan Tinggi DKI cq. Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan
38
O.C.Kaligis (a), Op.Cit., h.36.
rumusan delik yang disangkakan, namun karena dipandang Tersangka tidak menyadari
dampak yang akan timbul atas perbuatannya, maka perbuatan tersebut dianggap hal
yang wajar dalam rangka menjalankan tugas dan wewenangnya, mengingat hal tersebut
sebelumnya sudah dilakukan oleh para pendahulunya. Oleh karena itu, baginya dapat
Pasal ini menentukan tidak dikenakan hukuman pidana seorang yang melakukan
kewajiban hukum.40 Artinya perbuatan tersebut di satu sisi untuk menaati suatu
peraturan, namun di sisi lain perbuatan tersebut melanggar peraturan yang lain.
Teori tersebut merupakan alasan pembenar, oleh karena itu teori ini
merupakan alasan penghapus pidana yang berasal dari luar diri pelaku atau
Uitwendig. Disini pelaku harus memilih salah satu dari dua perbuatan yang sama-
sama menyimpang dari aturan. Perbuatan yang dipilih sudah tentu adalah perbuatan
39
Soenarto Soerodibroto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana/R. Soenarto Soerodibroto, Ed.5, Cet.Ke-15, Rajawali Pers, 2011, h.45.
40
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cet.ke-01, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta, 2014, h.230 dikutip dari D. Schaffmeister, N. Keijzer, en E. PH. Sutorius, Hukum Pidana
(diterjemahkan oleh J.E. Sahetapy),Liberty, Yogyakarta, 1995, h.66.
41
Ibid.,
42
Ibid., h.212 dikutip dari George P. Fletcher, Basic Concept of Criminal Law, Oxford
University Press, New York-Oxford, 1998, h.774.
Menurut theory of lesser evils, suatu perbuatan dapat dibenarkan atas dasar
besar. Tegasnya, tingkat bahaya yang harus dihindari lebih besar daripada sekedar
penyimpangan dari suatu aturan. Kedua, perbuatan yang melanggar aturan tersebut
hanya merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan secara cepat dan mudah
atau “untung-ruginya” dampak dari suatu perbuatan pidana yang dilakukan untuk
mengutamakan kepentingan yang lebih besar atau lebih baik atau lebih
Tegasnya, teori ini lebih pada pilihan objektif untuk melindungi kepentingan
hukum dan atau kewajiban hukum yang timbul dari dua keadaan atau situasi yang
bersamaan.45
Berangkat dari pemahaman akan theory of lesser evils atau alasan pembenar
yang dapat dijadikan sebagai alasan penghapus atau dasar peniadaan pidana ini,
harus dijabarkan lebih dulu mengenai apa tugas dan wewenang Bibit Samad Rianto
dan Chandra M. Hamzah selaku pimpinan KPK. Dalam Pasal 6 huruf c UU No.30
43
Ibid.,dikutip dari George P. Fletcher, Basic Concept of Criminal Law, Oxford University
Press, New York-Oxford, 1998, h.775.
44
M. Hamdan, Alasan Penghapus Pidana Teori dan Studi Kasus, PT. Refika Aditama, Bandung,
2012, h. 65.
45
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., h.212.
korupsi. Sebagai tindak lanjutnya diatur dalam pasal-pasal UU No.30 Tahun 2002
tenang KPK, terutama yang berkaitan dengan perbuatan pidana yang disangkakan
Pasal 11 huruf a:
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 huruf c, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi
yang :
a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara
negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak
pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum atau penyelenggara negara;
Dikaitkan dengan perbuatan yang dilakukan oleh Bibit Samad Rianto yang
Urip Tri Gunawan dan Arthalita Suryani, tanpa adanya Sprin.Lid maupun
Sprin.Dik. sebagaimana ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf b UU No.30 Tahun 2002
juga tidak dilakukan bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain, yang
seharusnya bersifat kolektif dan kolegial, sebagaimana ketentuan Pasal 21 ayat (5)
UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK, telah terbukti, namun dapat dijelaskan bahwa
dimana Bibit Samad Rianto selaku pimpinan KPK mempunyai tugas untuk
Suryani kepada Urup Tri Gunawan dan ditemukan bukti permulaan terhadap
dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh Joko Soegiarto Chandra, karena pada
saat itu dalam rekaman terhadap pembicaraan antara Urip Tri Gunawan dan
Arthalita Suryani ada indikasi uang yang digunakan Arthalita Suryani untuk
menyuap Urip Tri Gunawan adalah berasal dari Joko Soegiarto Candra, maka KPK
dalam hal ini pimpinan KPK melakukan terobosan hukum dengan melakukan
korupsi adalah salah satu kejahatan yang luar biasa maka penanganannya pun harus
oleh karena perbuatan Bibit Samad Rianto adalah untuk kepentingan yang lebih
besar atau lebih baik atau lebih menguntungkan, untuk mengamankan kepentingan
yang lebih besar, tingkat bahaya (tindak pidana korupsi) yang harus dihindari lebih
besar daripada sekedar penyimpangan dari suatu aturan, yaitu melakukan perbuatan
penyalahgunaan wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 421 KUHP jo. Pasal
Korupsi yang disangkakan kepada Bibit Samad Rianto, sehingga terdapat alasan
Oleh sebab itu, alasan yuridis Pasal 50 KUHP yang digunakan oleh Penuntut
umum untuk menghentikan penuntutan perkara Bibit Samad Rianto adalah sah
menurut hukum.
milik Anggoro Widjojo atau yang terkait dengan PT. Masaro di kantor PT. Masaro
Apartemen Lagoon Tower Jakarta Hilton, Rumah di Kebayoran Lama Jaksel dan
rumah di Tanjung Mas Jaksel, hanya berdasarkan Surat Perintah Penyidikan yang
permohonan alih fungsi hutan lindung pantai air telang Sumatera Selatan yang
dilakukan oleh Tersangka Yusuf Erwin Faisal, yang tidak berhubungan dengan PT.
tengah proses penanganan perkara ada perkembangan dari penyidikan, dalam hal
ini perkara permintaan sejumlah dana terkait dengan proses permohonan alih
yang dilakukan oleh Tersangka Yusuf Erwin Faisal, KPK berusaha untuk
menemukan bukti permulaan terhadap dugaan tindak pidana lain yang dilakukan
oleh Tsk Yusuf Erwin Faisal, yang dalam perkembangannya hasil dari
sejumlah uang kepada anggota Komisi IV DPR RI periode 2004-2009 dan pejabat
adalah salah satu kejahatan yang luar biasa maka penanganannya pun harus
oleh karena perbuatan Chandra M. Hamzah adalah untuk kepentingan yang lebih
besar atau lebih baik atau lebih menguntungkan, untuk mengamankan kepentingan
yang lebih besar, tingkat bahaya (tindak pidana korupsi) yang harus dihindari lebih
besar daripada sekedar penyimpangan dari suatu aturan, yaitu melakukan perbuatan
penyalahgunaan wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 421 KUHP jo. Pasal
menghapus pidana terhadap perbuatan yang dilakukannya. Oleh sebab itu, alasan
yuridis Pasal 50 KUHP yang digunakan oleh Penuntut umum untuk menghentikan
memakai kekuasaannya untuk memaksa orang (dalam hal ini Dirjen Imigrasi)
diatur dan diancam pidana sesuai ketentuan Pasal 421 KUHP jo. Pasal 23 UU
No.31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah dalam UU No.20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, namun harus dipahami dan
KPK juga bertujuan sebagai pencegahan agar Anggoro Widjojo, Dkk. untuk
dugaan suap yang dilakukan Anggoro Widjaja, Dkk. kepada anggota Komisi IV
tindak pidana korupsi adalah salah satu kejahatan yang luar biasa maka
yang lebih besar atau lebih baik atau lebih menguntungkan, untuk mengamankan
kepentingan yang lebih besar, tingkat bahaya (tindak pidana korupsi) yang harus
dihindari lebih besar daripada sekedar penyimpangan dari suatu aturan, yaitu
melakukan perbuatan penyalahgunaan wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal
421 KUHP jo. Pasal 23 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah
dalam UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
disangkakan kepada Chandra M. Hamzah, sehingga terdapat alasan untuk
meniadakan dan menghapus pidana terhadap perbuatan yang dilakukannya. Oleh
sebab itu, alasan yuridis Pasal 50 KUHP yang digunakan oleh Penuntut umum
untuk menghentikan penuntutan perkara Chandra M. Hamzah adalah sah menurut
hukum.
Terhadap Surat Keputusan Pimpinan KPK No.351/01/IX/2008pencabutan
pemeriksaan pada sidang Pengadilan dan yang bersangkutan untuk sementara telah
tidak dilakukan bersama-sama dengan pimpinan KPK yang lain selain Tsk Bibit
Samad Rianto memang terbukti, namun harus dipahami bahwa sebelum ada
dan karena dalam proses hukum pemberian suap Arthalita Suryani kepada Urip Tri
Gunawan tidak terbukti keterlibatan Joko Soegiarto Chandra, maka demi hukum
tidak serta merta merubah isi surat pencabutan secara substansial. Surat pencabutan
ini hanyalah bersifat turunan atau konsekwensi yang ditimbulkan dari adanya surat
Hamzah untuk berbuat demikian, sehingga terdapat alasan untuk meniadakan dan
46
Ibid., h.232 dikutip dari D. Schaffmeister, N. Keijzer, en E. PH. Sutorius, Hukum Pidana
(diterjemahkan oleh J.E. Sahetapy),Liberty, Yogyakarta, 1995, h.66-67.
alasan yuridis Pasal 50 KUHP yang digunakan oleh Penuntut umum untuk
Hukum pidana mengenal beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bagi
hakim untuk tidak menjatuhkan hukuman atau pidana kepada pelaku atau terdakwa
yang diajukan ke pengadilan karena telah melakukan suatu tindak atau perbuatan
seharusnya dipidana, akan tetapi tidak dipidana. Hakim dalam hal ini,
sebagai pelaku penentu apakah telah terdapat keadaan khusus dalam diri pelaku,
penuntut umum telah melakukan penuntutan terhadap seseorang pelaku yang telah
47
M. Hamdan, Op. Cit., h. 27.
terdapat sejumlah keadaan-keadaan yang telah membuat tindakan dari dari pelaku
itu menjadi tidak bersifat melanggar hukum ataupun yang telah membuat
dalam bahasa Indonesia, karena tidak ada perkataan yang tepat untuk itu. Yang
paling mendekati arti perkataan “schuld” ini adalah “kesalahan.”49 Jadi dapat
diperjelas bahwa salah satu alasan peniadaan atau penghapus pidana adalah karena
hapus sifat melawan hukumnya suatu perbuatan (alasan pembenar) dan karena
alasan pembenar, sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa adalah benar dan
sudah semestinya.50 Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perintah
48
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia,Cetakan ke III, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1997, h.385.
49
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, Kumpulan Kuliah, Bagian I, Balai Lektur Mahasiswa,
(tanpa tahun), h. 242.
50
Lihat Moeljatno, Op.Cit., h.149
51
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., h.232 dikutip dari George P. Fletcher, Basic Concept of Criminal
Law, Oxford University Press, New York-Oxford, 1998, h.801.
bahwa orang yang telah melakukan sesuatu perbuatan, yang dengan tegas dilarang
dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang (jadi perbuatan yang berupa
delict), tidak dapat dihukum. Tetapi di dalam praktek, hal-hal atau keadaan tersebut
bila dilihat dari sudut sifatnya, menurut Memorie van Toelichting (M.v.T.) dibagi
seseorang yang melakukan sesuatu delict tidak dapat dihukum ini, terletak
pada orangnya sendiri. Soal ini diatur dalam pasal 44 KUHP dan menurut
itu karena jiwanya dihinggapi suatu penyakit atau tidak tumbuh dengan
sempurna.
52
P.A.F. Lamintang, Op.Cit., h.386 dikutip dari Van Bemmelen, Ons Strafrecht I, Algemeen
Deel Het Materiele Strafrecht, H.D. Tjeenk Willink, Groningen, 1971, h.171.
53
Satochid Kartanegara, Op.Cit., h.366.
54
Ibid., h.367.
sesuatu hal, tidak dapat dihukum. Contohnya adalah Pasal 44 ayat (1)
KUHP;
2. Rechtvatbaardigingsgronden.
maka perbuatan orang itu oleh sebab sesuatu hal atau keadaan, dapat
55
Ibid., h.372-373
sebagai dasar dan alasan yuridis bagi Penuntut umum untuk menghentikan
patut diduga apabila perkaranya tetap dilimpahkan akan membuat perkara tersebut
menjadi tidak terbukti atau terbukti tapi bukan merupakan tindak pidana.
Seringkali memang sulit bagi kita untuk memastikan apakah kita sedang
sebagai suatu ketentuan pidana, seolah-olah ketentuan pidana itu tidak dapat
rumusan tersebut, dalam arti bahwa penuntut umum itu tidak dapat memberlakukan
sesuatu ketentuan pidana tertentu atau tegasnya tidak dapat melakukan sesuatu
penuntutan terhadap seseorang pelaku atas dasar bahwa pelaku tersebut telah
melanggar ketentuan pidana tertentu tersebut, pada hal yang dimaksud oleh
alasan yuridis Pasal 50 KUHP, Pasal tersebut menyatakan tidak dapat dipidana
56
P.A.F. Lamintang, Loc.Cit.,
57
Ibid.,
wettelijk voorschriff. Lalu apa arti dari menjalankan undang-undang itu? Pasal
voorschriff. Pendapat Hoge Raad mengenai hal ini, mula-mula H.R. memberi
tafsiran yang sempit dan ditafsirkan sebagai “undang-undang dalam arti formil”,
akan tetapi pendapat H.R. itu kemudian dirobah dan wettelijk voorschriff tidak saja
ditafsirkan sebagai undang-undang dalam arti formil, akan tetapi “setiap peraturan
yang dibuat oleh badan/organ yang oleh undang-undang diberi kekuasaan untuk
2002 tentang KPK, ketentuan sebagaimana diatur dalam HG 26 Juni 1899 pun
terpenuhi. Dalam hal ini yang menjadi persoalan adalah bahwa undang-undang
dalam arti materiil (undang-undang dalam arti luas) itu menentukan kewajiban
pada umumnya cukup apabila peraturan itu memberi kekuasaan untuk melakukan
kewajiban itu (verplichting oplaggen + bevoegdheid geven).60 Hanya dalam hal ini
dalam perkara Bibit-Chandra selaku Pimpinan KPK (pada saat itu) adalah:
pidana korupsi, maka KPK (dalam hal ini dilakukan oleh Tsk Bibit
58
Satochid Kartanegara, Op.Cit., h.406-407.
59
Lihat Soenarto Soerodibroto, Op.Cit., h.45.
60
Satochid Kartanegara, Loc.Cit.
ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf b UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK.
Yang penting dalam hal itu adalah cara pelaksanaannya, walaupun cara
tuntutan diatur dalam Bab VII tentang Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana
dan Menjalankan Pidana (vide Pasal 76-82 KUHP), sedangkan dasar-dasar atau
alasan penghapus hukuman atau peniadaan pidana diatur dalam Bab III tentang
61
Ibid.,
membebaskan tertuduh dari segala tuntutan hukum atau hakim harus memutuskan
perkara tersebut terbukti namun bukan merupakan suatu tindak pidana.62
Pendapat P.A.F., menyatakan dalam hal tersebut, penuntut umum”dapat”
melakukan penuntutan. Kata “dapat” sebagai kata sifat artinya adalah: “mampu;
sanggup; bisa; boleh; atau mungkin.63 Jadi dipahami bisa iya, bisa tidak, boleh iya
boleh tidak atau mungkin iya mungkin tidak. Jika dikaitkan dengan kalimat
penuntutan, tetapi dapat pula tidak melakukan penuntutan. Dapat tidak melakukan
penuntutan dengan sarana atau alasan yuridis yang telah diberikan oleh undang-
dilakukan oleh tersangka hilang sifat melawan hukumnya sehingga tidak ada
pidananya lagi.
yaitu:
62
Lihat P.A.F. Lamintang, Op.Cit., h.387 dikutip dari Van Bemmelen, Ons Strafrecht I,
Algemeen Deel Het Materiele Strafrecht, H.D. Tjeenk Willink, Groningen, 1971, h.172.
63
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, www.kbbi.web.id/dapat, diakses 13 Juni 2015.
Alasan Sosiologis:
daripada manfaatnya;
hukum pidana.
Mengenai alasan sosiologis ini akan dibahas mengenai latar belakang dan
ini.
Kejaksaan, Jaksa dalam hal ini selaku penuntut umum, dalam menjalankan tugas
norma yang ada dalam ketentuan tersebut, diharapkan Jaksa juga harus menggali
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, hal itu lah yang dapat juga menjadi dasar
ini, tidak harus melalui penegakan hukum yang terlalu menjunjung tinggi kepastian
hukum, tapi melemahkan aspek keadilan dan manfaat yang dapat dipertimbangkan.
sosiologi.64 Lalu apa arti dari kata sosiologi itu sendiri, sosiologi adalah
pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu
tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.65 Jadi, titik beratnya ada
pada realitas sosial yang sebenarnya terjadi di dalam masyarakat. Sosiologi sendiri
menyelidiki apa yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat karena ada suatu
Chandra adalah terkait dengan opini-opini yang menyatakan bahwa KPK di-
Masyarakat tentu sangat ingin tahu, masyarakat ingin tahu apakah gelagat
dan alasan penetapan tersangka kepada dua pimpinan non-aktif KPK oleh Polri
benar-benar sesuai fakta. Masyarakat ingin tahu suatu berita dari berbagai sisi.
64
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Loc.Cit., http://kbbi.web.id/sosiologis, diakses 14 Juni
2015.
65
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Loc.Cit., http://kbbi.web.id/sosiologi, diakses 14 Juni
2015.
66
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Cetakan IX, Nusa Media, Bandung,
2014 h.252. dikutip dari Max Webber, Wirtschaft und Gesselschaft, (Gundriss der Sozielokonomik, III,
Abt, 1922), h.371.
Jangan sampai jalur informasi hanya satu arah yakni dari Humas Polri semata.
Jangan sampai kebebasan untuk mendapat informasi yang wajar dibungkam seperti
era Orde Baru. Karena dengan ditahannya Bibit dan Chandra atas tuduhan kasus
berimbang. Tanpa pernyataan dari dua sisi, masyarakat akan mudah tertipu. Tanpa
dengar pendapat dari Bibit dan Chandra, mungkin saja masyarakat percaya pada
omongan Pak Kapolri tentang Ary Muladi yang menyuap pimpinan KPK
Oleh karena itu, maka sangatlah wajar, jika penahanan Bibit dan Chandra
mendapat dukungan besar dari masyarakat, dari berbagai usia dan golongan.
Berbeda dengan kasus Prita yang lebih banyak mendapat dukungan besar dari
masyarakat awam, kasus yang menimpa Bibit dan Chandra mendapat dukungan
merupakan bentuk solidaritas sekaligus protes terhadap polisi (oknum polisi, bukan
Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit, lalu ada tokoh-
tokoh yang menjamin bagi Bibit dan Chandra, diantaranya Komarudin Hidayat,
Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, Saldi Isra, Ahmad Sobary, Anies
67
Ech-wan (a), Mari Dukung Bibit Dan Chandra Dari Netter Hingga Tokoh Nasional ,
https://nusantaranews.wordpress.com/2009/10/30/mari-dukung-bibit-dan-chandra-dari-netter-hingga-
tokoh-nasional/, diakses 14 Juni 2015.
dirinya juga ditahan dengan mengatakan ”Apa yang dilakukan Bibit dan Chandra
sama dengan yang kami lakukan dulu. Penyidikan, termasuk penyadapan, juga
kami lakukan. Jadi, jika mereka ditahan, saya juga minta ditahan.” Sedangkan Eep
Saefulloh Fatah menyatakan ”Saya bersedia sepenuh hati untuk menjadi penjamin
bagi Chandra dan Bibit“, kemudian Teten Masduki (Sekjen TII) mengatakan:
“penahanan itu menunjukkan polisi panik pasca beredarnya transkrip yang kian
Imam B Prasodjo (sosiolog dari UI) menyampaikan “Alasan saya bersedia jadi
penjamin karena melihat Bibit dan Chandra selalu tertib wajib melapor ke polisi
dan dia sudah tidak aktif sebagai pimpinan KPK sehingga tidak mungkin
menghilangkan barang bukti. Maka saya merasa mereka dapat dipercaya bahwa
mereka tidak akan lari dan akan selalu kooperatif pada polisi.”69
kemayarakatan pada saat itu sehingga penuntut umum merasa bahwa memang
benar adanya suasana kebatinan yang berkembang saat ini membuat perkara
tersebut tidak layak diajukan ke Pengadilan, karena lebih banyak mudarat daripada
manfaatnya.
realitas sosial di masyarakat yang menjadi dasar penerapan alasan sosiologis ini,
68
Ech-wan (a), Loc.Cit.
69
Ech-wan (a), Loc.Cit.
proses penanganan perkara Bibit-Chandra ini juga membuat dua institusi penegak
hukum yaitu KPK dan Polri bersitegang, sehingga muncul istilah Cicak Vs Buaya.
Hal ini berawal dari kemunculan Cicak menjadi perhatian unik tatkala Cicak
dikatakan akan melawan Buaya. Yang pasti, bukanlah cicak dan buaya yang
sesungguhnya. Cicak merupakan gerakan Cinta Indonesia Cinta KPK yang muncul
Duadji (Kabareskrim SD) dalam wawancara majalah Tempo Edisi 6-12 Juli 2009
Kita tahu bahwa dengan kasus Antasari, lembaga KPK mulai terasa
digembosi oleh berbagai pihak. Jauh sebelumnya, pada April 2008, Ahmad Fauzi-
anggota DPR dari Partai Demokrat meminta KPK dibubarkan. Dua bulan yang
lalu, Nursyahbani Katjasungkana, anggota DPR dari fraksi PKB meminta KPK
tidak mengambil keputusan alias tidak usah kerja lagi untuk proses penyelidikan
korupsi yang membutuhkan keputusan terkait kasus Antasari. Dan 3 minggu yang
lalu 24 Juni 2009, Pak SBY mengatakan KPK telah menjadi lembaga superbody
cicak. Cicak (KPK) kok melawan buaya (Polisi).” Pernyataan SD langsung menuai
antipati dari para aktivis LSM anti korupsi. SD gerah ketika telepon genggamnya
tersadap oleh KPK. Penyadapan itu terkait dengan penanganan kasus Bank
Century. Dalam
70
Ech-wan (b), Gerakan Cicak dan Kisah Cicak Melawan Buaya KPK vs Polri,
https://nusantaranews.wordpress.com/2009/07/13/gerakan-cicak-dan-kisah-cicak-melawan-buaya-kpk-
vs-polri/, diakses 14 Juni 2015.
Susno menyatakan dirinya tak marah atas penyadapan itu. ”Saya hanya
tindak pidana korupsi secara efektif dan efisien memang dibutuhkan sinergitas
situasi kebatinan yang ada dalam masyarakat pada saat itu, sebagaimana yang telah
diulas diatas bahwa penanganan tindak pidana korupsi harus dilakukan secara luar
biasa mengingat di Indonesia sendiri tindak pidana korupsi ini disebut sebagai
atas nama Tersangka Chandra Martha Hamzah dan SKPP Nomor: TAP-
tertanggal 24 Januari 2011 atas nama Tersangka Chandra M. Hamzah dan Surat
dimulai dari penjabaran tentang hukum itu sendiri. Pengertian fungsi hukum, E.
Adamson Hobel dan Karl Llewellyn menyatakan bahwa hukum mempunyai fungsi
yang penting demi keutuhan masyarakat, sedangkan fungsi sistem hukum yang
yang menyatakan bahwa dasar-dasar hukum, salah satunya adalah sebagai attribute
72
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Ed.1, Cetakan kelima, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakrta, 2007, h.74.
73
Ibid., h. 75.
yang pro dan kontra terkait penanganan perkara Bibit-Chandra, sehingga tercipta
kaidah yang bertujuan untuk mencapai suatu kedamaian dan diharapkan untuk
merupakan salah satu kebutuhan pokok dari masyarakat bahwa hukum disamping
sebagai gejala sosial (das sein), hukum juga mengandung unsur-unsur yang ideal
(das sollen).
suatu asumsi dasar bahwa hukum adalah institusi yang bertujuan mengantarkan
manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat manusia bahagia.74
Jika dikaitkan dengan perbuatan yang dilakukan oleh Tersangka Bibit Samad
namun tidak ada kehendak jahat yang menyertainya, karena dilakukan berdasarkan
tugas dan wewenang yang melekat pada jabatannya selaku pimpinan KPK,
Orientasi penegakan hukum adalah kepada tujuan yang jelas dan kongkret.
Apabila prosedur dan mekanisme penegakan hukum yang diatur dalam hukum
acara tidak lagi memadai, perlu dihadirkan prosedur lain untuk mengatasi
kelemahan hukum acara yang ada. Yang harus dipahami bersama bahwa hukum
acara hanyalah salah satu bentuk alat atau sarana, dan bukan tujuan dari penegakan
74
Lihat Sudjito, Hukum dalam Pelangi Kehidupan, Cetakan Kedua, Edisi Revisi, Tugu Jogja
Pustaka, Jogjakarta, 2013, h. 110
sebagai hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia, meskipun alasan yang
mendasarinya tidak diatur dalam KUHAP, seperti alasan sosiologis ini. Akan tetapi
dengan berpegang pada teori tentang tujuan hukum, maka alasan sosiologis
selayaknya dapat diterima sebagai dasar bagi penuntut umum untuk menghentikan
kepentingan bangsa (dalam hal ini adalah pemberantasan tindak pidana korupsi).
dengan melakukan penafsiran terhadap peraturan (KUHP dan KUHAP) yang ada.
Peraturan yang buruk, tidak harus menjadi penghalang bagi penuntut umum untuk
menghadirkan keadilan bagi rakyat dan pencari keadilan.76 Agar hukum dirasakan
pelaku hukum (penuntut umum) yang kreatif menerjemahkan hukum itu dalam
75
Ibid., h. 112-113.
76
Lihat Bernard L. Tanya, Hukum, Politik dan KKN, Srikandi, Surabaya, 2006.
77
Lihat Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjutak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum, Strategi
Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Ed.Rev., Cet.IV, Genta Publishing, Yogyakarta, Mei 2013,
h. 191.
penuntut umum terhadap Tersangka Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah
juga sesuai dengan asas hukum acara pidana yang diatur dalam Undang-Undang
No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dimana salah satu asasnya
mengatur tentang peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dengan
biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara
mengenai asas tersebut maka dengan penghentian penuntutan perkara pidana dalam
waktu yang lama dan panjang. Peradilan yang sederhana dan biaya ringan otomatis
dapat terwujud bila proses penyelesaian peradilan itu diselesaikan dengan cepat.
perkara ini jumlahnya banyak dan biasanya dibuat dalam beberapa rangkap, tentu
saja hal tersebut membutuhkan biaya yang banyak sehingga asas biaya ringan yang