Anda di halaman 1dari 7

Nama : Pandu Nugroho

NPM : 1880100021
MK : Kesehatan Wisata

Indonesia merupakan negara dengan berbagai daerah yang memiliki potensi wisata. Hal
ini dapat dilihat dari kekayaan alam, keberagaman seni dan budaya yang dimiliki. Sehingga, hal
ini seharusnya dapat menciptakan berbagai produk wisata unggulan agar dapat membuat
Indonesia menjadi salah satu destinasi wisata yang paling diminati di dunia. Di sisi lain,
pemerintah juga memprioritaskan industri pariwisata dan hospitality industry guna meningkatkan
pendapatan negara.
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang berasal dari perjalanan atau dalam
pekerjaan yang menyebabkan cedera fatal atau non-fatal.1 Hingga saat ini angka kecelakaan
kerja kian meningkat sehingga menjadi topik yang tak pernah berhenti dibahas. Berdasarkan data
International Labour Organization (ILO) pada tahun 2017 setiap harinya didapatkan 6.400
pekerja meninggal dan 860.000 pekerja mengalami penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja di
seluruh dunia. Data BPJS Ketenagakerjaan juga mengungkapkan angka kecelakaan kerja yang
tercatat di Indonesia tahun 2017 sebanyak 123.041 kasus dan tahun 2018 mencapai 173.105
kasus sedangkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017
mendapati 14.552 kasus kecelakaan kerja di Jawa Timur yang mengakibatkan 101 pekerja
meninggal, 768 pekerja mengalami kecacatan, 3.329 dalam pengobatan, dan 10.354 sembuh.
2,3 ILO mengemukakan angka kejadian kecelakaan kerja yang tinggi disebabkan oleh
manusia, pekerjaan, dan lingkungan tempat kerja.1 Salah satu yang termasuk dalam faktor
manusia ialah tingkat pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) karena menurut
(Irzal, 2016) dengan menciptakan lingkungan kerja sehat, aman, tidak tercemar dan bebas
kecelakaan kerja akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi para pekerja.4 Dampak dari
kecelakaan kerja ini berupa direct cost yakni kerugian yang dapat dihitung langsung seperti biaya
pertolongan pertama kecelakaan dan indirect cost yakni kerugian yang tidak terlihat seperti
hilangnya waktu dan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan.5
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Suxia Liu et al. pada tahun 2020 menyatakan
bahwa pengetahuan keselamatan secara signifikan menengahi hubungan antara Occupational
Health and Safety Management Frameworks (OHSMF) dan kecelakaan serta cedera di tempat
kerja.6 Penelitian terkait juga dilakukan oleh M. Dita et al. pada tahun 2019 menyatakan bahwa
terdapat hubungan korelasi antara pengetahuan tentang kecelakaan kerja dengan perilaku kerja
yang aman dimana pengetahuan yang baik dapat meminimalkan tindakan tidak aman para
pekerja.7 Berdasarkan uraian di atas didapatkan bahwa penulisan artikel ini bertujuan untuk
mengetahui kajian literatur tentang hubungan tingkat pengetahuan K3 dengan kejadian
kecelakaan kerja.
Adapun indikasi program pembangunan kepariwisataan nasional meliputi 7 :
1. Pembangunan Destinasi Pariwisata berupa :
a. perwilayahan pembangunan destinasi pariwisata nasional
b. pembangunan daya tarik wisata
c. pembangunan aksesibilitas pariwisata
d. pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata
e. pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan, dan
f. pengembangan investasi di bidang pariwisata
2. Pembangunan Pemasaran Pariwisata berupa :
a. pengembangan pasar wisatawan
b. pengembangan citra pariwisata
c. pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata, dan
d. pengembangan promosi pariwisata
3. Pembangunan Industri Pariwisa berupa
a. penguatan struktur industri pariwisata
b. peningkatan daya saing produk pariwisata
c. pengembangan kemitraan usaha pariwisata
d. penciptaan kredibilitas bisnis, dan
e. pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan
4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata berupa
a. penguatan organisasi kepariwisataan
b. pengembangan sumber daya manusia pariwisata, dan
c. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan

Keempat pilar pembangunan kepariwisataan mempunyai keterkaitan satu sama lain dan
tidak dapat berdiri sendiri karena saling mempengaruhi. Aspek kelembagaan dapat memengaruhi
semua aspek lain, sedangkan pengembangan destinasi dan industri tentu akan berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan pemasaran.8 Dalam hal ini pembangunan pariwisata Indonesia
diharapkan dapat 9 :
1. menjadikannya sebagai destinasi wisata nasional/internasional yang berkelanjutan
2. meningkatkan posisi Indonesia di pasar internasional maupun nasional sehingga jumlah
kunjungan akan meningkat
3. memberikan kesempatan bagi industri kepariwisataan sebagai penopang aktivitas wisata
untuk berkembang menjadi industri yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi
pengusaha/pemilik usaha, tetapi juga bagi pekerja dan masyarakat luas; dan dari ketiga hal
tersebut, dan
4. menumbuhkembangkan suatu sistem kelembagaan yang ditopang oleh sumber daya manusia
yang kompeten melalui regulasi yang ditegakkan secara efektif
Menurut Brahmanto Hermawan, Hospitality industry sendiri tidak dapat diartikan secara
sempit melalui Bahasa (hospitable). Namun hospitality adalah merupakan pengetahuan dan seni
yang kompleks dalam menjual jasa, yaitu jasa dengan pelayanan yang penuh rasa hormat dan
penuh rasa kemanusiaan sesuai kebutuhan jiwa manusia. Hospitality secara umum juga sering
dikenal sebagai sebuah nama atau bentuk usaha jasa pariwisata yang spesifik (sebagai kata
benda). Pandangan umum mengatakan bahwa usaha hospitality adalah usaha pariwisata, meliputi
bentuk usaha akomodasi (accomodation), usaha makanan dan minuman (food and beverage),
resort, usaha atraksi dan rekreasi (atraction and recreation), dan sebagainya.
Dengan demikian, pemerintah berusaha menjelaskan jenis – jenis usaha pariwisata melalui pasal
14 UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang meliputi :
a. daya tarik wisata
b. kawasan pariwisata
c. jasa transportasi wisata
d. jasa perjalanan wisata
e. jasa makanan dan minuman
f. penyediaan akomodasi
g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
i. jasa informasi pariwisata
j. jasa konsultan pariwisata
k. jasa pramuwisata
l. wisata tirta, dan
m. spa

Menurut H.W. Heinrich, terdapat lima penyebab kecelakaan yang saling berhubungan, di
antaranya29:
1. Social Environment and Ancestry (Kondisi kerja)
2. Fault of Person (Kelalaian manusia)
3. Unsafe Act and/or Unsafe Condition (Tindakan/Kondisi tidak aman)
4. Accident (Kecelakaan)
5. Injury (Cedera)
Menurut Heinrich, melalui teori domino adalah apabila satu domino terjatuh, maka secara
otomatis akan menjatuhkan domino yang lainnya sehingga kecelakaan tidak dapat terhindarkan.
Guna mencegah timbulnya kecelakaan kerja, diperlukan pengelolaan terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja sehingga dapat memutus rangkaian sebab-akibat domino tersebut. Heinrich
menyimpulkan bahwa kunci dari domino berkaitan dengan unsafe act (Tindakan tidak aman).
Kesimpulan tersebut sesuai dengan pendapat Heinrich yang mengungkapkan bahwa 88%
penyebab kecelakaan industry adalah tindakan tidak aman, 10% disebabkan oleh unsafe
condition, dan 2% adalah unpreventable.
Perkembangan mobilitas penduduk di Indonesia menuntut Pemerintah untuk
menyediakan transportasi umum masal (mass transport) yang terjangkau oleh daya bell
masyarakatnya. Transportasi umum masal yang paling tepat adalah angkutan kereta api yang
mampu mengangkut ribuan penumpang setiap trip. Tetapi kereta api Jabotabek hanya mampu
mengangkut 2 - 4 % dari kebutuhan angkutan, sehingga sisanya ditangani oleh angkutan bus
kota, dan angkutan umum lainnya. Karena angkutan bus kota non AC tidak mampu memberikan
pelayanan yang cepat, tepat, aman dan nyaman, maka Perkembangan angkutan pribadi
meningkat lebih cepat dari kendaraan angkutan umum, sehingga pada jam jam sibuk angkutan
pribadi yang hanya berpenumpang 1 - 3 orang memadati 75 % ruas jalan sedangkan angkutan
bus yang memiliki kapasitas rata-rata 50 orang hanya memanfatkan 18 % dari, kapasitas jalan.
Hal ini yang menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas, yang bukan saja menyebabkan
terjadinya pemborosan bahan bakar minyak, pemborosan waktu, tenaga dan biaya, tetapi juga
menyebabkan pencemaran udara dan gangguan kesehatan bagi pengemudi, penumpang dan
masyarakat di jalan.
Di samping itu sebagian besar pengusaha angkutan tidak memahami pentingnya
pendekatan dari segi manusia dalam mengelola kinerja perusahaannya. Bagi pengusaha bus non
AC mereka memandang bahwa pengemudi sebagai alat produksi semata, sehingga mereka
menetapkan sistem setoran kepada pengemudinya setiap ship ( 8 Jam operasi ) berkisar Rp
250.000,- untuk bus regulair. Jika pengemudi tidak mampu membayar setoran, bukan saja ia
tidak memperoleh penghasilan untuk keluarga tetapi dianggap berhutang yang harus dibayar
pada hari berikutnya. Jika dalam waktu 3 hari berturut-turut tidak mampu membayar maka
pengemudi akan menanggung akibatnya yaitu diberhentikan. Hal ini yang menyebabkan
pengemudi bus non AC bukan hanya tidak disiplin terhadap peraturan lalu lintas, tetapi juga
tidak memperhatikan keselamatan penumpang dan kesehatan dirinya sendiri. Oleh karena itu
pengemudi selalu memperlambat kendaraan atau berhenti dipertigaan atau perempatan jalan
untuk menunggu penumpang, kemudian memacu kendaraan secepat-cepatnya untuk berebut
penumpang dangan kendaraan lainnya dalan satu trayek bahkan kadang-kadang dalam
perusahaan yang sama. Hal ini lah yang menyebabkan timbulnya kecelakaan lalu lintas. Hal ini
sangat berbeda dengan pengemudi bus PATAS -AC yang cukup disiplin karena penumpannya
terbatas dan konsumennya golongan menengah, yang memerlukan keamanan dan kenyamanan
sekalipun tarifnya Rp.2.300.
Jumlah kecelakaan di Indonesia, Triwulan I dan II 2019 Sepeda motor masih tercatat
penyumbang terbesar angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya, dengan jumlah 35.980. Mobil
menduduki urutan kedua, dengan catatan kecelakaan sebanyak 6.809. Sementara truk ketiga
dengan 3.700 peristiwa. Bis adalah jenis kendaraan yang paling jarang mengalami kecelakaan,
tercatat 495 peristiwa. Angka fatalitas kecelakaan di Indonesia pada awal tahun 2019 masih ada
peningkatan dibandingkan 5 tahun sebelumnya. Berdasarkan statistik Korlantas Polri, jumlah
korban kecelakaan mencapai 28.238 orang pada periode 31 Desember 2018 sampai 31 Maret
2019. Sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya, tepatnya dari tanggal 1 Januari
2018 hingga 1 April 2019, mencatat 25.347 orang. Di antara kendaraan besar, dibandingkan bus,
truk yang paling banyak menyebabkan kecelakaan di jalan. Tahun 2018, terjadi 3.733 kecelakaan
yang melibatkan truk. Sedangkan pada periode yang berjalan sampai saat ini, sudah mencatat
555 kejadian. (20) Berdasarkan data Kecelakaan Kerja akibat Kelelahan yang telah dijelaskan,
dapat disimpulkan jika terjadi kelelahan kerja yang berisiko pada pekerja di bagian transportasi,
maka akan menyebabkan tingkat kecelakaan kerja yang tinggi pula bagi pekerja. Oleh karena itu
perlu diperhatikan kemampuan karyawan yang sesuai dengan beban kerja dan kapasitas kerjanya
agar dapat terhindar dari kesalahan kerja yang menyebabkan kelelahan serta kecelakaan kerja.
Survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 orang pekerja bagian
transportasi dan pemuatan semen di perusahaan, didapatkan bahwa 65% pekerja bagian
transportasi dan pemuatan mengalami kelelahan. Gejala yang dialami seperti, didapatkan bahwa
8 orang (80%) mengatakan kadang- kadang merasa sangat mengantuk, 6 orang (60%)
mengatakan sering merasa berat di bagian kepala, 5 orang (50%) mengatakan sering merasa lelah
pada seluruh badan, dan 7 orang (70%) mengatakan kadang-kadang merasakan kaku di bagian
bahu.
Survey pendahuluan ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari PT.
Defni Sejahtera Mandiri. Peneliti melakukan observasi dan wawancara singkat kepada 10 Supir
Truk yang berada di lokasi penelitian serta kepada 4 karyawan yang bekerja di PT. Defni
Sejahtera Mandiri. Dari hasil survey awal tersebut diketahui bahwa umur pekerja bervariasi
(antara 25 sampai 55 tahun), berat badan dan tinggi badan yang juga bervariasi dengan 3 dari 10
pekerja memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) tidak normal, serta tidak adanya pemberian
makanan/snack kepada pekerja bagian transportasi dan pemuatan ketika bekerja.
Peneliti mengambil faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja dari teori-
teori yang telah diajukan oleh beberapa peneliti terkemuka diantaranya yaitu Tarwaka dan
Suma’nur. Dari teori-teori tersebut terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan kelelahan
kerja, diantaranya yaitu beban kerja yang terbagi dua yaitu beban kerja mental dan beban kerja
fisik, kapasitas kerja (umur, jenis kelamin, antropometri, masa kerja, status gizi, kebiasaan
merokok,dan kebiasaan berolahraga), dan faktor terakhir yaitu beban tambahan akibat
lingkungan kerja baik itu berupa lingkungan kerja fisik, kimia, dan biologi. Dari banyak faktor
yang berhubungan dengan kelelahan kerja, peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk
meneliti sebagian besar faktor yang mempunyai hubungan yang kuat mengakibatkan kelalahan
kerja. Namun kenyataan di lapangan tidak memungkin kan untuk meneliti semua faktor tersebut,
sehingga ada beberapa faktor yang tidak di ikut sertakan dalam penelitian seperti beban kerja
fisik, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan lingkungan kerja.

Berikut ini cara menjaga diri agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas agar Anda dapat
berkendara selamat sampai tujuan.
1. Pastikan kondisi kendaraan dalam kondisi baik
Kondisi kendaraan akan sangat krusial, maka dari itu, pastikan bahwa kondisi motor atau mobil
anda dalam kondisi prima. Cek oli mobil, mesin, lalu cek juga tekanan angin pada ban mobil
atau motor. Menurut data Komisi Nasional Keselamatan Transportasi, 80% kecelakaan di jalan
tol sepanjang 2019 didominasi oleh permasalahan ban.
2. Pastikan bahwa Anda mudah terlihat oleh pengendara lain
Memastikan bahwa Anda mudah dilihat saat berada di jalanan juga sangat penting, terutama jika
Anda berkendara di malam hari. Tujuannya adalah untuk menghindari orang lain yang lalai dan
dapat membahayakan Anda dalam perjalanan.
3. Gunakan alat pelindung diri yang lengkap
Alat pelindung diri mulai dari helm berstandar SNI, jaket, celana panjang, lalu untuk mobil
dengan seat belt dan airbag. Pastikan bahwa anda sudah mengenakan alat pelindung diri yang
lengkap dan sesuai dengan ketentuan yang ada.
4. Pastikan Anda dalam kondisi sehat dan prima
Kondisi kesehatan Anda juga sangat penting untuk keselamatan dari kecelakaan lalu lintas.
Pastikan Anda dalam kondisi yang sehat bugar, tidak mengantuk, tidak dalam efek obat ataupun
alkohol, dan pastikan bahwa Anda memang sedang dalam kondisi prima untuk bisa
berkonsentrasi penuh selama berkendara.
5. Jaga jarak dengan pengendara lain
Perhatikan jarak kendaraan Anda dengan pengendara lain. Pastikan bahwa jarak kendaraan tidak
terlalu dekat, untuk menghindari dari hal yang tidak diinginkan.
6. Jika kurang sehat, hindari mengemudi di malam hari
Mengemudi di malam hari lebih berbahaya dibandingkan dengan siang hari, karena dengan
minimnya jarak pandang. Maka dari itu, perlu konsentrasi penuh bagi pengemudinya.
7. Selalu taati aturan berkendara
Dalam mengendarai kendaraan bermotor, ada banyak sekali aturan yang perlu Anda taati. Saat
Anda mendapatkan SIM, maka seharusnya Anda sudah diuji dengan segudang peraturan dan tata
cara mengendarai kendaraan bermotor yang benar. Pelajari aturannya, dan taati terus aturan
berkendara yang baik.
8. Antisipasi kejadian tidak diinginkan dengan asuransi
Untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, maka asuransi bisa menjadi teman terbaik.
Asuransi kecelakaan diri bisa melindungi Anda dari risiko kecelakaan yang bisa terjadi kapan
saja dan dimana saja.

Anda mungkin juga menyukai