Serly Aruan
Terminologi A
Rhedo Okt ora
PENDAHULUAN
Hadis Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah
kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi. Hadis Nabi merupakan sumber ajaran
Islam, di samping Al-qur’an. “Hadis atau disebut juga dengan Sunnah, adalah
segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada Nabi SAW., baik berupa
perketaan, perbuatan, atau taqrir-nya. Hadis sebagai sumber ajaran Islam setelah
Al-qur’an, sejarah perjalanan hadis tidak terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam
itu sendiri. Akan tetepi, dalam beberapa hal terdapat ciri-ciri tertentu yang
spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan khusus”.
1
A. Definisi Hadis, Sunnah, Khabar, dan Atsar
➢ Definisi Hadis
Ahli hadis dan ahli ushul berbeda pendapat dalam memberikan pengertian
dalam memberikan hadis. Ada yang mendefinisikan hadis dengan “ segala
perkataan Nabi SAW,. Perbuatan, dan hal ihwalnya”. Ulama hadis menerangkan
bahwa yang termasuk “hal ihwal” ialah segala pemberitaan tentang Nabi SAW,
seperti yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan
kebiasaan-kebiasaannya. Ahli hadis yang lain menyatakan bahwa hadis
merupakan segara sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW. Selain Al-Qur’an
yang berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir-nya, yang berkaitan dengan hukum
syara’. Yang dimaksud dengan hukum syara’ adalah mengenai tingkah laku
manusia yang berkaitan dengan perintah, larangan, dan pilihan-pilihan yang
termuat dalam hukum taklifi.
1
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 1.
2
Mustofa Hasan, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 16.
2
perbuatan (fi’ly), ketetapan (qaula), dan ketetapan (taqiri). Dengan pengertian
tersebut ulama hadis menyamakan hadis dengan sunnah.
1. Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
dan sifatnya.
2. Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, maupun sifatnya.
Dari kedua pengertian tersebut, ada persamaan dan perbedaan para ahli
hadis dalam mendefinisikan hadis. Persamaannya dalam mendefinisikan hadis
“dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik perkataan
maupun perbuatan.”
Contoh Hadis:
“ Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” – Shahih: Ibnu Majah no. 224
ِ ِ ِ ُ إِمَّنَاٍاأل َْعم
ٍماٍنَ َوى ْ الٍ ِِبلنيمات ٍَوإِمَّنَاٍل ُك ِل
َ ٍام ِرئ َ
“ Sesungguhnya setiap amal itu (tergantung) pada niatnya, dan seseorang itu akan
mendapatkan sesuai dengan yang dia niatkan” – Hadits Shahih (al-Albani):
Shahih Bukhari nonor 1, 6689, 6953
3
➢ Definisi Sunnah
الطريقةٍاملسثقيمةٍوالسريةٍاملستمرةٍحسنةٍكانتٍأوٍسيئة
Artinya: “Jalan yang lurus dan berkesinambungan, yang baik atau yang buruk”.3
Artinya” : Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman,
ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan memohon ampun kepada
Tuhannya, kecuali datang kepada mereka (seperti) jalan (kehidupan) umat-umat
terdahulu, atau datangnya azab atas mereka dengan nyata”. (QS. Al-Kahfi: 55).
ٍمنٍسنٍسنةٍحسنةٍكانٍلهٍأجرهاٍوٍمثلٍأجرٍمنٍعملٍَّباٍَّلٍينقصٍمنٍأجورهمٍشيئاٍو
منٍسنٍسنةٍسيئةٍكانٍعليهٍوزرهاٍووزرٍمنٍعملٍَّباٍَّلينقصٍمنٍأوزارهمٍشيئا
Bahwa Rasulullah SAW, bersabda: Barangsiapa yang merintis suatu jalan yang
baik, maka ia akan memperoleh pahalanya dan juga pahala orang yang
mengamalkannya sesudahnya; tidak mengurangi yang demikian itu akan pahala
mereka sedikitpun. Dan siapa yang merintis jalan yang buruk, ia akan menerima
3
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 7.
4
dosanya, dan juga dosa orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi dosanya
sedikitpun. (HR Muslim, Ibu Majah, dan Al-Darami).4
ٍهيٍكل ٍماٍأثرٍعنٍالرسولٍهللاٍصلىٍهللاٍعليهٍوسلمٍمنٍقولٍأوٍفعلٍأوٍتقريرٍأوٍصفة
ٍ
ٍ خلقيةٍأوٍخلقيةٍأوٍسريةٍسواءٍكانٍذالكٍقبلٍالبعثةٍكتحنثهٍيفٍغارٍحراءٍأمٍبعدها
Sunnah adalah setiap apa yang ditinggalkan (diterima) dari Rasul SAW, berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, sifat fisik atau akhlak, atau perikehidupan, baik
sebelum beliau diangkat menjadi Rasul, seperti tahannuts yang beliau lakukan di
Gua Hira’, atau sesudah kerasulan beliau.5
4
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 8.
5
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 9.
5
contoh teladan bagi manusia dalam kehidupan ini, seperti yang dijelaskan Allah
dalam Surah Al-Ahzab ayat: 21 adalah uswatun hasanah bagi umat islam.6
Dengan demikian, sunnah menurut ahli hadis ialah segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir,
pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup Rasulullah.
ٍهي ٍكل ٍما ٍصدر ٍالنيب ٍصلى ٍهللا ٍعليه ٍوسلم ٍغري ٍالقرأن ٍالكرمي ٍمن ٍقول ٍأو ٍفعل ٍأو
تقريرمماٍيصلهٍأنٍيكونٍدليلٍاحلكمٍشرعي
Sunnah adalah seluruh yang datang dari Rasul SAW, selain Al-Qur’an al-
Karim, baik berupa perkataan, perbuatan atau taqrir, yang dapat dijadikan sebagai
dalil untuk menetapkan hukum syara’.
➢ Defenisi Khabar
6
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 10.
7
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 11.
6
muhaddits. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa hadis lebih umum
daripada khabar sehiangga setiap hadis dapat dikatakan khabar, tetapi tidak setiap
khabar dapat dikatakan hadis.8 Menurut fuqaha khabar adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Saw.
Contoh khabar:
ِصلمٍة ٍ ِ ِالسمرٍة
ف ال م ُّ تٍَ ف ََْت ْ السن ٍِمة َو
ٍِ ض ٍُع الْ َك ُّ ِم ٍَن
Artinya :
➢ Defenisi Atsar
Atsar menurut bahasa, artinya bekas sesuatu atau sisa sesuatu, dan kutipan
atau nukilan (yang dinukilkan).Secara etimologis berarti baqiyyat al-syay’, yaitu
sisa atau peninggalan sesuatu. Ahli hadis mengatakan bahwa atsar sama denga
khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, sahabat, tabiin. Atsar
adalah sesuatu yang berasal dari tabiin sehingga ahli atsar disebut atsari9, dan ada
yang mengatakan atsar lebih umum daripada khabar. Jadi, secara linguistis, atsar
sama artinya dengan khabar, hadis, dan sunnah. Menurut fuqaha, atsar adalah
berita yang disandarkan kepada sahabat.
Contoh Atsar:
8
Mustofa Hasan, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 24.
9
Mustofa Hasan, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 25
7
ٍاْلُطْبَ ِة
ْ سٍ َعلَى الْ ِمْن ٍَِب قَ ْب ٍَل ِ ٍ اَّلما مٍ ي وٍم الْ ِفطْ ٍِر وٍ ي ومٍ ْاَّلَضحى ِح
ِ ِ
ُ ني ََْيل
َ ْ َ ْ َ َْ َ َ ْ َ ُ َ ْ ٍالسنمٍةُ اَ ْنٍ يُّ َك َب
ُّ
Artinya :
“Menurut sunah, hendaklah imam bertakbir pada hari raya Fitri dan hari raya
Adha sebanyak sembilan kali ketika duduk di atas mimbar sebelum berkhutbah.”
a. Pengertian Sanad
Ulama Hadis menyatakan bahwa sebuah hadis terdiri dari dua unsur, yaitu
sanad dan matan. Suatu hadis yang tidak mengandung salah satu dari dua unsur
itu tidak dapat dikatakan Hadis. Secara bahasa sanad berasal dari kata sanada
yasnudu sunudan, yang berarti sesuatu yang menonjol dari tanah, atau tanah yang
8
tinggi, atau wadi,((ماارتفعٍمنٍاَّلارضٍيفٍقبلٍاجلبلٍاوٍالواضي, sandaran yang kita
bersandar padanya, sesuatu yang dapat dipegangi, kaki bukut atau gunung.
Menurut Ibn Al-Jama’ah, sanad secara bahasa adalah tanah yang muncul
naik dan meninggi di kaki bukit. Jamaknya adalah asanid atau sanadat. Jika
dikatakan bahwa si Anu adalah sanad atau mu’tamad, maka maksudnya ia
menjadi sandaran, pegangan atau pedoman. Dengan kata lain, sanad secara bahasa
berarti pedoman atau sandaran, atau sesuatu yang tinggi karena sanad menjadi
pedoman, pegangan, dan sandaran dalam periwayatan hadis dan meninggikan atau
mengangkat hadis menuju sumbernya, yaitu nabi Muhammad SAW.10
Secara istilah, sanad adalah jalan menuju matan, yaitu mata rantai
periwayat dari mukharrij sampai shahib matan yaitu Rasulullah SAW.11 Menurut
Muhammad “Ajjaj al-Khatib, sanad adalah:
طريقةٍاملنتٍاىٍسلسلةٍالرواةٍالذينٍنقلواٍاملنتٍعنٍمصدرهٍاَّلول
“jalan menuju matan, yaitu mata rantai periwayat yang menukil matan dari
sumbernya yang pertama”.
ٍ سلسلةٍالرجالٍاملوصلةٍاملنت
اَّلخبارٍعنٍطريقٍاملنت
9
Disebut demikian, karena para ahli Hadis berpegang dari bersandar pada
jalan-jalan matan yang berupa sanad dalam meneliti keabsahan suatu Hadis.
Sementara Ibn Hajar dalam Syarh Nukhban al-Fikar mendefenisikan sanad
adalah:
الطريقٍاملوصلةٍاىلٍاملنت
Dapat dikatakan bahwa sanad adalah jalan untuk menuju kepada materi
hadis. Jalan tersebut berisi rangkaian para periwayat dari zaman ke zaman yang
meriwayatkan matan Hadis dari Rasulullah yang selanjutnya jalan ini menjadi
sandaran para ahli hadis dalam meneliti keautentikan suatu Hadis. Dengan adanya
mata periwayat tersebut, suatu Hadis dapat diteliti apakah sanadnya bersambung
atau terputus, periwatnya terpercaya(tsiqoh) atau tidak, terdapat cacat,
kejanggalan atau tidak, sehingga diketahui dengan jelas status keautentikan hadis
berdasar keberadaan sanadnya. Dengan demikian, menurut istilah hadits, sanad
ialah jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis. Apabila seorang
periwayat hadis mengatakan.
ٍاخبانٍحنظلةٍبنٍايبٍسفيانٍعنٍاكرمةٍابنٍخالدٍعن:حدثناٍعبيدٍهللاٍابنٍموسىٍقال
ٍ"ٍقالٍرسولٍهللاٍصلىٍهللاٍعليهٍوسلمٍبينٍاَّلسلمٍعلى:ابنٍعمرٍرضيٍهللاٍعنهماٍقال
ٍمخس ٍشهادة ٍان ٍَّل ٍاله ٍاَّل ٍهللا ٍوان ٍحممدا ٍرسول ٍهللا ٍواقام ٍالصلة ٍوايتاء ٍالزكاة ٍواحلج
وصومٍرمضان"رواهٍالبخارى
10
maka perkataan periwat itu dinamakan sanad.
Di samping istilah sanad, dikenal pula kata isnad dan musnad. Isnad
adalah proses penyandaran matan hadis kepada orang yang mengucapkannya,
yaitu penjelasan tentang cara periwayatan hadis yang dilakukan oleh para
periwayat yang terdapat dalam sanad. Sebagian ulama menyamakan antara sanad
dan isnad, sehingga mereka mengatakan:
Menurut al-Tibi makna sanad dan isnad berdekatan dan hampir sama
karena para ahli hadis berpegang pada keduanya dalam meneliti keabsahan hadis.
Ibn Jam’ah menegaskan bahwa hadis menggunakan kedua istilah tersebut untuk
hal yang sama.
Secara garis besar, para ulama hadis membagi sanad menjadi dua, yaitu
sanad ‘ali dan sanad nazil. “Sanad ‘ali adalah sanad yang jumlah periwayatnya
sedikit dan bersambung.”. Disebut sanad ‘ali karena sedikitnya kuantitas
periwayat dalam sanad menyebabkan kemungkinan kecil adanya cacat dalam
hadis yang diriwayatkan.
11
Adapun sanad nazil adalah sanad yang jaraknya jauh karena jumlah
perawinya banyak. Menurut al-Tahhan mendefenisikan sanad nazil sebagai
berikut:
“Sanad nazil adalah sanad yang jumlah perawinya sedikit dibanding sanad lain
yang jumlah periwayatnya lebih banyak.”
Sanad dan matan hadis memiliki hubungan yang sangat erat sehingga tidak
dapat dipisahkan. Dokumentasi sanad dimulai bersamaan dengan dokumentasi
Hadis. Adapun penulisan hadis sudah dimulai sejak masa nabi Muhammad SAW.
2. MATAN
Secara bahasa, matan berarti punggung jalan(muka jalan), tanah keras dan
tinggi.12 Matan kitab adalah bagian kitab yang tidak bersifat komentar dan bukan
tambahan penjelasan. Kata matan dalam ilmu hadis ialah penghujung sanad.
Disebut demikian karena matan(materi hadis) adalah perkataan yang berbatasan
dengan ujung sanad. Lebih jelasnya, matan adalah materi berita, yakni lafal(teks)
12
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal 126.
12
hadis yang berupa perkataan, perbuatan, atau ketetapan, atau sifat-sifat yang baik
yang disandarkan kepada Rasulullah, sahabat maupun tabi’in, yang letaknya
dalam suatu hadis dipenghujung sanad.13
كانٍرسولٍهللاٍصلىٍهللاٍعليهٍوسلمٍاحسنٍالناسٍخلقا
“Rasulullah SAW adalah orang yang paling mulia akhlaknya”.
5. Hadis hammi, yaitu hadis yang kandunagn matannya berupa keinginan
atau cita-cita Rasulullah SAW.14
13
Ibid. hal 127.
14
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal. 130
13
I. Akidah, yaitu ketauhidan, sifat ketuhanan, kerasulan, hari kiamat, dan
sifat-sifatnya, malaikat dan tugas-tugasnya, kitab-kitab terdahulu dan
lainnya.
II. Hukum tentang ibadah, muamalah, jinayat dan sebaginya.
III. Budi pekerti, hikmah, tata cara kehidupan dan lain-lain.
IV. Sejarah yang menerangkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya tentang
segala usaha dan karya serta peradaban yang dilaksanakan.
14
ketentuan agama yang penjelasannya termuat dalam hadis Nabi dan tidak termuat
secara tegas atau rinci dalam al-Qur’an.15
Al-Qur’an dan hadis memiliki kaitan yang erat karena hadis merupakan
penjelasan terhadap al-Qur’an. Sebaliknya al-Qur’an sebagai pokok pertama
sehingga al-Qur’an dan hadis tidak dapat dipisahkan. Beberapa kepentingan
mempelajari hadis di antaranya yaitu:
15
Sa’dullah, Assa’idi, Hadis-hadis Sekte, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), hal.
6.
16
Sa’dullah, Assa’idi, Hadis-hadis Sekte,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,1996), hal.7.
17
Sa’dullah, Assa’idi, Hadis-hadis Sekte,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,1996), hal.10.
15
KESIMPULAN
Para ulama juga membedakan antara hadits, sunnah, khabar dan atsar
sebagai berikut:
a. Hadits dan sunnah: hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang
bersumber pada Nabi SAW, sedangkan sunnah segala yang bersumber dari Nabi
SAW baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau perjalanan
hidupnya, baik sebelum di angkat menjadi rasul maupun sesudahnya.
b. Hadits dan khabar: sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar sebagai
suatu yang berasal atau disandarkan kepada selain nabi SAW., hadits sebagai
sesuatu yang berasal atau disandarkan pada Nabi SAW.
c. Hadits dan atsar: jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya dengan
khabar dan hadits. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa atsar sama dengan
khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW, sahabat dan tabi’in.
Menurut Ibn Al-Jama’ah, sanad secara bahasa adalah tanah yang muncul
naik dan meninggi di kaki bukit. Secara istilah, sanad adalah jalan menuju matan,
yaitu mata rantai periwayat dari mukharrij sampai shahib matan yaitu Rasulullah
SAW.
Secara bahasa, matan berarti punggung jalan(muka jalan), tanah keras dan
tinggi. Urgensi berasal dari bahasa latin (urgere) yang artinya mendorong.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keharusan yang
mendesak atau hal yang penting.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmu-ngawortepak.blogspot.com/2013/03/urgensi-pendidikan.html
https://temanshalih.com/hadits-pendek-dan-mudah-dihapal
Idris. Hadis dan Orientalis, Kencana: PT. Balebat Dedikasi Prima: 2017.
Nasoetion, A.H., dan Ahmad Barizi. Metode Statistika, Jakarta: PT. Gramedia:
2000.
17