Anda di halaman 1dari 18

Accelerat ing t he world's research.

PENGERTIAN HADIS DAN


KEGUNAANNYA DALAM STUDI
ISLAM
Sherly Aruan

Serly Aruan

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Terminologi A
Rhedo Okt ora

REVISI HADIS Fat imah


Sri Fat imah

HADIT S DAN KEGUNAANNYA DALAM ST UDI ISLAM


adel Pohan
PENGERTIAN HADIS DAN KEGUNAANNYA
DALAM STUDI ISLAM
Serly Aruan
0304183172

PENDAHULUAN

Hadis Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah
kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi. Hadis Nabi merupakan sumber ajaran
Islam, di samping Al-qur’an. “Hadis atau disebut juga dengan Sunnah, adalah
segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada Nabi SAW., baik berupa
perketaan, perbuatan, atau taqrir-nya. Hadis sebagai sumber ajaran Islam setelah
Al-qur’an, sejarah perjalanan hadis tidak terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam
itu sendiri. Akan tetepi, dalam beberapa hal terdapat ciri-ciri tertentu yang
spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan khusus”.

Pada zaman Nabi, hadis diterima dengan mengandalkan hafalan para


sahabat Nabi, dan hanya sebagian hadis yang ditulis oleh para sahabat Nabi. Hal
ini disebabkan, “Nabi pernah melarang para sahabat untuk menulis hadis beliau.
tetapi Nabi juga pernah menyuruh para sahabat untuk menulis hadis beliau.

1
A. Definisi Hadis, Sunnah, Khabar, dan Atsar

➢ Definisi Hadis

Kata Hadis secara etimologis berarti komunikasi, cerita, percakapan, baik


dalam konteks agama atau duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan
kejadian aktual. Penggunaanya dalam bentuk kata sifat atau adjektiva,
mengandung arti al-jadid, yaitu: yang baharu, lawan dari al-qadim, yang lama.
Dengan demikian, pemakaian kata Hadis disini seolah-olah dimaksudnya untuk
membedakannya dengan Al-Qur’an yang bersifat qadim.1

Ahli hadis dan ahli ushul berbeda pendapat dalam memberikan pengertian
dalam memberikan hadis. Ada yang mendefinisikan hadis dengan “ segala
perkataan Nabi SAW,. Perbuatan, dan hal ihwalnya”. Ulama hadis menerangkan
bahwa yang termasuk “hal ihwal” ialah segala pemberitaan tentang Nabi SAW,
seperti yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan
kebiasaan-kebiasaannya. Ahli hadis yang lain menyatakan bahwa hadis
merupakan segara sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW. Selain Al-Qur’an
yang berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir-nya, yang berkaitan dengan hukum
syara’. Yang dimaksud dengan hukum syara’ adalah mengenai tingkah laku
manusia yang berkaitan dengan perintah, larangan, dan pilihan-pilihan yang
termuat dalam hukum taklifi.

Menurut Ibn As-Subki sebagaimana dikemukakan oleh Suyuki Ismail,


hadis adalah sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.2 Adapun menurut Ibn
As-Subki, taqrir tercakup dalam af’al atau perkataan Nabi. Oleh karena itu, tidak
perlu dinyatakan pada definisinya. Pada umumnya, ulama hadis memberi
pengertian bahwa yang dimaksud dengan hadis adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhamamd SAW, baik berupa perkataan (qauly),

1
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 1.
2
Mustofa Hasan, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 16.

2
perbuatan (fi’ly), ketetapan (qaula), dan ketetapan (taqiri). Dengan pengertian
tersebut ulama hadis menyamakan hadis dengan sunnah.

Dengan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa makna


hadis adalah sebagai berikut.

1. Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
dan sifatnya.
2. Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, maupun sifatnya.
Dari kedua pengertian tersebut, ada persamaan dan perbedaan para ahli
hadis dalam mendefinisikan hadis. Persamaannya dalam mendefinisikan hadis
“dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik perkataan
maupun perbuatan.”

Contoh Hadis:

‫ٍٍم ْسلِ ٍم‬


ُ ‫ىٍ ُك ِل‬
ٍ َ‫ٍٍعل‬
َ ‫يضة‬
ِ َ‫ٍطَل‬
َ ‫بٍٍالْع ْل ِمٍٍفَ ِر‬
ُ

“ Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” – Shahih: Ibnu Majah no. 224

ِ ِ ِ ُ ‫إِمَّنَاٍاأل َْعم‬
‫ٍماٍنَ َوى‬ ْ ‫الٍ ِِبلنيمات ٍَوإِمَّنَاٍل ُك ِل‬
َ ‫ٍام ِرئ‬ َ

“ Sesungguhnya setiap amal itu (tergantung) pada niatnya, dan seseorang itu akan
mendapatkan sesuai dengan yang dia niatkan” – Hadits Shahih (al-Albani):
Shahih Bukhari nonor 1, 6689, 6953

3
➢ Definisi Sunnah

Sunnah secara etimologis berarti :

‫الطريقةٍاملسثقيمةٍوالسريةٍاملستمرةٍحسنةٍكانتٍأوٍسيئة‬

Artinya: “Jalan yang lurus dan berkesinambungan, yang baik atau yang buruk”.3

Contoh dari pengertian Sunnah diatas di antaranya adalah ayat Al-Qur’an:

ٍ‫نيٍأ َْو‬ِ ْ ُ‫وماٍمنعٍٱلنماسٍأَنٍي ؤِمنوٍإِ ْذٍجاءهٍمٍٍٱ ْْلد ٰىٍويست ْغ ِفرواٍرمَّبمٍإِمَّلٍأَنٍَتْتِي همٍسنمة‬


َ ‫ٍٱأل مَول‬ ُ َُْ َ ُْ َ ُ َ ْ َ َ َُ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ َ َ ََ َ َ
ِ
ُ ‫ََيْتيَ ُه ُمٍٱلْ َع َذ‬
ٍ‫ابٍقُبُ ًل‬

Artinya” : Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman,
ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan memohon ampun kepada
Tuhannya, kecuali datang kepada mereka (seperti) jalan (kehidupan) umat-umat
terdahulu, atau datangnya azab atas mereka dengan nyata”. (QS. Al-Kahfi: 55).

Didalam Hadis juga terdapat kata Sunnah dengan pengertiannya secara


etimologis diatas, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya
sebagai berikut:

ٍ‫منٍسنٍسنةٍحسنةٍكانٍلهٍأجرهاٍوٍمثلٍأجرٍمنٍعملٍَّباٍَّلٍينقصٍمنٍأجورهمٍشيئاٍو‬

‫منٍسنٍسنةٍسيئةٍكانٍعليهٍوزرهاٍووزرٍمنٍعملٍَّباٍَّلينقصٍمنٍأوزارهمٍشيئا‬

Bahwa Rasulullah SAW, bersabda: Barangsiapa yang merintis suatu jalan yang
baik, maka ia akan memperoleh pahalanya dan juga pahala orang yang
mengamalkannya sesudahnya; tidak mengurangi yang demikian itu akan pahala
mereka sedikitpun. Dan siapa yang merintis jalan yang buruk, ia akan menerima

3
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 7.

4
dosanya, dan juga dosa orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi dosanya
sedikitpun. (HR Muslim, Ibu Majah, dan Al-Darami).4

Berdasarkan contoh-contoh diatas, terlihat bahwa pada dasarnya Sunnah


tidaklah sama pengertiannya dengan Hadis, karena Sunnah, sesuai dengan
pengertiannya secara bahasa, adalah ditunjukkan terhadap pelaksanaan ajaran
agama yang ditempuh atau praktik yang dilaksanakan, karena Sunnah secara
bahasa berarti al-thariqah, yaitu jalan (jalan kehidupan).

Para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisi Sunnah secara


terminologis, sejalan dengan perbedaan keahlian dan bidang yang ditekuni
masing-masing. Para ahli Ushul Fiqh mengemukakan definisi yang berbeda
dibandingkan dengan definisi yang diberikan oleh para ahli Hadis dan Fuqaha.

a. Definisi Ulama Hadis (Muhadditsin)


Menurut Ulama Hadis, Sunnah berarti:

ٍ‫هيٍكل ٍماٍأثرٍعنٍالرسولٍهللاٍصلىٍهللاٍعليهٍوسلمٍمنٍقولٍأوٍفعلٍأوٍتقريرٍأوٍصفة‬
ٍ

ٍ ‫خلقيةٍأوٍخلقيةٍأوٍسريةٍسواءٍكانٍذالكٍقبلٍالبعثةٍكتحنثهٍيفٍغارٍحراءٍأمٍبعدها‬

Sunnah adalah setiap apa yang ditinggalkan (diterima) dari Rasul SAW, berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, sifat fisik atau akhlak, atau perikehidupan, baik
sebelum beliau diangkat menjadi Rasul, seperti tahannuts yang beliau lakukan di
Gua Hira’, atau sesudah kerasulan beliau.5

Sunnah dalam pengertian Ulama hadis diatas adalah sama (muradif)


dengan Hadis. Para Ulama Hadis memberikan definisi yang begitu luas terhadap
sunnah, adalah karena mereka memandang Rasul SAW sebagai penuntun dan

4
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 8.
5
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 9.

5
contoh teladan bagi manusia dalam kehidupan ini, seperti yang dijelaskan Allah
dalam Surah Al-Ahzab ayat: 21 adalah uswatun hasanah bagi umat islam.6

Dengan demikian, sunnah menurut ahli hadis ialah segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir,
pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup Rasulullah.

b. Pengertian Sunnah menurut Ulama Ushul Fiqh sebagai berikut:

ٍ‫هي ٍكل ٍما ٍصدر ٍالنيب ٍصلى ٍهللا ٍعليه ٍوسلم ٍغري ٍالقرأن ٍالكرمي ٍمن ٍقول ٍأو ٍفعل ٍأو‬

‫تقريرمماٍيصلهٍأنٍيكونٍدليلٍاحلكمٍشرعي‬

Sunnah adalah seluruh yang datang dari Rasul SAW, selain Al-Qur’an al-
Karim, baik berupa perkataan, perbuatan atau taqrir, yang dapat dijadikan sebagai
dalil untuk menetapkan hukum syara’.

c. Sunnah menurut ulama Fiqh (Fuqaha’)


Ulama Fiqh mendefinisikan Sunnah sebagai berikut: Yaitu, setiap yang
datang dari Rasul SAW, yang bukan fardu dan tidak pula wajib.

Ulama Fiqh mengemukakan definisi seperti diatas adalah karena sasaran


pembahasan mereka ialah hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan
mukalaf, yang terdiri atas: wajib, haram, mandud (sunnah), makruh, dan mubah.7

➢ Defenisi Khabar

Khabar menurut bahasa adalah berita yang disampaikan oleh seseorang


kepada orang lain. Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang
datang selain dari Nabi Saw, sedangkan yang datang dari Nabi Saw disebut
dengan hadis. Dengan pendapat ini, orang yang meriwayatkan hadis disebut

6
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 10.
7
Sori Monang Rangkuti dan Ernawati Br. Ginting, Hadis Civilitation, (Medan: Manhaji,
2018), hal. 11.

6
muhaddits. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa hadis lebih umum
daripada khabar sehiangga setiap hadis dapat dikatakan khabar, tetapi tidak setiap
khabar dapat dikatakan hadis.8 Menurut fuqaha khabar adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Saw.

Contoh khabar:

Ali bin Abi Thalib r.a berkata :

ِ‫صلمٍة‬ ٍ ِ ِ‫السمرٍة‬
‫ف ال م‬ ُّ ‫ت‬ٍَ ‫ف ََْت‬ ْ ‫السن ٍِمة َو‬
ٍِ ‫ض ٍُع الْ َك‬ ُّ ‫ِم ٍَن‬

Artinya :

“Sebagian dari sunah, adalah meletakkan tangan di bawah pusar sewaktu


melakukan shalat.”

➢ Defenisi Atsar

Atsar menurut bahasa, artinya bekas sesuatu atau sisa sesuatu, dan kutipan
atau nukilan (yang dinukilkan).Secara etimologis berarti baqiyyat al-syay’, yaitu
sisa atau peninggalan sesuatu. Ahli hadis mengatakan bahwa atsar sama denga
khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, sahabat, tabiin. Atsar
adalah sesuatu yang berasal dari tabiin sehingga ahli atsar disebut atsari9, dan ada
yang mengatakan atsar lebih umum daripada khabar. Jadi, secara linguistis, atsar
sama artinya dengan khabar, hadis, dan sunnah. Menurut fuqaha, atsar adalah
berita yang disandarkan kepada sahabat.

Contoh Atsar:

Perkataan tabi’in, Ubaidillah ibn Abdillah ibn Utbah ibn Mas’ud :

8
Mustofa Hasan, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 24.
9
Mustofa Hasan, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 25

7
ٍ‫اْلُطْبَ ِة‬
ْ ‫سٍ َعلَى الْ ِمْن ٍَِب قَ ْب ٍَل‬ ِ ٍ ‫اَّلما مٍ ي وٍم الْ ِفطْ ٍِر وٍ ي ومٍ ْاَّلَضحى ِح‬
ِ ِ
ُ ‫ني ََْيل‬
َ ْ َ ْ َ َْ َ َ ْ َ ُ َ ْ ٍ‫السنمٍةُ اَ ْنٍ يُّ َك َب‬
ُّ

ٍ‫تِ ْس ٍَع تَ ْكبِ ٍَْريا ت‬

Artinya :

“Menurut sunah, hendaklah imam bertakbir pada hari raya Fitri dan hari raya
Adha sebanyak sembilan kali ketika duduk di atas mimbar sebelum berkhutbah.”

Dari keempat pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar, terdapat


kesamaan dan perbedaan makna menurut istilah masing-masing. Keempatnya
memiliki kesamaan maksud, yaitu segala yang bersumber dari Nabi SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Dan hadits dapat juga disebut
dengan sunnah, khabar dan atsar. Oleh karena itu, hadits sahih dapat juga disebut
dengan sunnah sahih, khabar sahih atau atsar sahih.

B. STRUKTUR PEMBENTUKAN HADIS

1. SANAD DAN MATAN

Sebuah hadis mengandung dua unsur yang masing-masing dapat


menentukan keberadaan, kualitas, dan kehujjahannya. Kedua unsur itu adalah
sanad dan matan. Suatu pernyataan yang tidak mengandung keduanya tidak dapat
disebut Hadis, sebaik apapun kandungannya.

a. Pengertian Sanad

Ulama Hadis menyatakan bahwa sebuah hadis terdiri dari dua unsur, yaitu
sanad dan matan. Suatu hadis yang tidak mengandung salah satu dari dua unsur
itu tidak dapat dikatakan Hadis. Secara bahasa sanad berasal dari kata sanada
yasnudu sunudan, yang berarti sesuatu yang menonjol dari tanah, atau tanah yang

8
tinggi, atau wadi,(‫(ماارتفعٍمنٍاَّلارضٍيفٍقبلٍاجلبلٍاوٍالواضي‬, sandaran yang kita

bersandar padanya, sesuatu yang dapat dipegangi, kaki bukut atau gunung.

Menurut Ibn Al-Jama’ah, sanad secara bahasa adalah tanah yang muncul
naik dan meninggi di kaki bukit. Jamaknya adalah asanid atau sanadat. Jika
dikatakan bahwa si Anu adalah sanad atau mu’tamad, maka maksudnya ia
menjadi sandaran, pegangan atau pedoman. Dengan kata lain, sanad secara bahasa
berarti pedoman atau sandaran, atau sesuatu yang tinggi karena sanad menjadi
pedoman, pegangan, dan sandaran dalam periwayatan hadis dan meninggikan atau
mengangkat hadis menuju sumbernya, yaitu nabi Muhammad SAW.10

Secara istilah, sanad adalah jalan menuju matan, yaitu mata rantai
periwayat dari mukharrij sampai shahib matan yaitu Rasulullah SAW.11 Menurut
Muhammad “Ajjaj al-Khatib, sanad adalah:

‫طريقةٍاملنتٍاىٍسلسلةٍالرواةٍالذينٍنقلواٍاملنتٍعنٍمصدرهٍاَّلول‬

“jalan menuju matan, yaitu mata rantai periwayat yang menukil matan dari
sumbernya yang pertama”.

Mahmud al-Tahhan menyatakan bahwa sanad adalah:

ٍ ‫سلسلةٍالرجالٍاملوصلةٍاملنت‬

“rangkaian mata rantai dari perawi yang menghubungkan ke matan Hadi”.

Menurut Ibn Jama’ah adalah:

‫اَّلخبارٍعنٍطريقٍاملنت‬

“berita tentang jalan matan”.


10
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal 110.
11
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal. 110.

9
Disebut demikian, karena para ahli Hadis berpegang dari bersandar pada
jalan-jalan matan yang berupa sanad dalam meneliti keabsahan suatu Hadis.
Sementara Ibn Hajar dalam Syarh Nukhban al-Fikar mendefenisikan sanad
adalah:

‫الطريقٍاملوصلةٍاىلٍاملنت‬

”jalan yang menghubungkan ke matan”.

Dapat dikatakan bahwa sanad adalah jalan untuk menuju kepada materi
hadis. Jalan tersebut berisi rangkaian para periwayat dari zaman ke zaman yang
meriwayatkan matan Hadis dari Rasulullah yang selanjutnya jalan ini menjadi
sandaran para ahli hadis dalam meneliti keautentikan suatu Hadis. Dengan adanya
mata periwayat tersebut, suatu Hadis dapat diteliti apakah sanadnya bersambung
atau terputus, periwatnya terpercaya(tsiqoh) atau tidak, terdapat cacat,
kejanggalan atau tidak, sehingga diketahui dengan jelas status keautentikan hadis
berdasar keberadaan sanadnya. Dengan demikian, menurut istilah hadits, sanad
ialah jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis. Apabila seorang
periwayat hadis mengatakan.

“dikabarkan kepadaku oleh Malik yang menerimanya dari Nafi’ yang


menerimanya dari ‘Abd Allah ibn ‘Umar bahwa Rasulullah
bersabda……………………”,

ٍ‫اخبانٍحنظلةٍبنٍايبٍسفيانٍعنٍاكرمةٍابنٍخالدٍعن‬:‫حدثناٍعبيدٍهللاٍابنٍموسىٍقال‬

ٍ‫"ٍقالٍرسولٍهللاٍصلىٍهللاٍعليهٍوسلمٍبينٍاَّلسلمٍعلى‬:‫ابنٍعمرٍرضيٍهللاٍعنهماٍقال‬

ٍ‫مخس ٍشهادة ٍان ٍَّل ٍاله ٍاَّل ٍهللا ٍوان ٍحممدا ٍرسول ٍهللا ٍواقام ٍالصلة ٍوايتاء ٍالزكاة ٍواحلج‬

‫وصومٍرمضان"رواهٍالبخارى‬

10
maka perkataan periwat itu dinamakan sanad.

b. Istilah-istilah yang berhubungan dengan Sanad.

Di samping istilah sanad, dikenal pula kata isnad dan musnad. Isnad
adalah proses penyandaran matan hadis kepada orang yang mengucapkannya,
yaitu penjelasan tentang cara periwayatan hadis yang dilakukan oleh para
periwayat yang terdapat dalam sanad. Sebagian ulama menyamakan antara sanad
dan isnad, sehingga mereka mengatakan:

‫هذا الحديث روي باسناد صحيحة‬


(hadis ini diriwayatkan dengan sanad-sanad yang shahih).

Menurut al-Tibi makna sanad dan isnad berdekatan dan hampir sama
karena para ahli hadis berpegang pada keduanya dalam meneliti keabsahan hadis.
Ibn Jam’ah menegaskan bahwa hadis menggunakan kedua istilah tersebut untuk
hal yang sama.

Adapun musnad adalah hadis yang diriwayatkan secara bersambung dari


periwayat pertama sampai akhir dan kebanyakan bersambung sampai pada
Rasulullah (marfu’) dan tidak hanya pada sahabat (mawquf) dan tabi’in (maqtu’).
Hadis musnad ada yang muttasil (tersambung) dan adapula munqati’ (terputus).
Disamping itu, musnad dapat juga berarti kitab Hadis yang disusun berdasarkan
nama nama-nama sahabat yang meriwatkannya. Diantara kitab musnad adalah
Musnad Ahmad karya Ahmad ibn Hanbal (wafat 241 H) dan lain-lain.

c. Macam –macam Sanad

Secara garis besar, para ulama hadis membagi sanad menjadi dua, yaitu
sanad ‘ali dan sanad nazil. “Sanad ‘ali adalah sanad yang jumlah periwayatnya
sedikit dan bersambung.”. Disebut sanad ‘ali karena sedikitnya kuantitas
periwayat dalam sanad menyebabkan kemungkinan kecil adanya cacat dalam
hadis yang diriwayatkan.

11
Adapun sanad nazil adalah sanad yang jaraknya jauh karena jumlah
perawinya banyak. Menurut al-Tahhan mendefenisikan sanad nazil sebagai
berikut:

“Sanad nazil adalah sanad yang jumlah perawinya sedikit dibanding sanad lain
yang jumlah periwayatnya lebih banyak.”

d. Sanad dan dokumentasi hadis

Sanad dan matan hadis memiliki hubungan yang sangat erat sehingga tidak
dapat dipisahkan. Dokumentasi sanad dimulai bersamaan dengan dokumentasi
Hadis. Adapun penulisan hadis sudah dimulai sejak masa nabi Muhammad SAW.

e. Metode penulisan sanad dan matan

Dalam kitab-kitab hadis ditemukan beberapa cara ketika para mukharrij


mencantumkan hadis-hadis nabi dalam kitab mereka. Pertama, mereka
mencantumkan lengkap sanad dan matan hadis. Kedua, hadis-hadis dengan matan
yang sama tetapi sanadnya banyak ditulis dengan beberapa metode antara lain:

• Menambahkan sanad lain dengan menyebutkan matan dari sanad pertama,

kemudian setelah sanad kedua dan seterusnya dicantumkan kata ‫حنوه‬


(seperti hadis itu).

2. MATAN

a. Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Matan Hadis

Secara bahasa, matan berarti punggung jalan(muka jalan), tanah keras dan
tinggi.12 Matan kitab adalah bagian kitab yang tidak bersifat komentar dan bukan
tambahan penjelasan. Kata matan dalam ilmu hadis ialah penghujung sanad.
Disebut demikian karena matan(materi hadis) adalah perkataan yang berbatasan
dengan ujung sanad. Lebih jelasnya, matan adalah materi berita, yakni lafal(teks)

12
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal 126.

12
hadis yang berupa perkataan, perbuatan, atau ketetapan, atau sifat-sifat yang baik
yang disandarkan kepada Rasulullah, sahabat maupun tabi’in, yang letaknya
dalam suatu hadis dipenghujung sanad.13

Dalam segi bentuknya, matan hadis dapat dibagi lima:

1. Hadis Qawli, hadis yang berupa matannya perkataan yang pernah


diucapkan Rasulullah SAW.
2. Hadis Fi’li, yaitu yang matannya berupa perbuatan yang disandarkan
kepada Rasulillah SAW.
3. Hadis Taqriri, yaitu kesan atau peristiwa, sikap atau keadaan mendiamkan,
tidak mengadakan tanggapan atau menyetujui apa yang dilakukan atau
dikatakan seorang (sahabat).
4. Hadis Ahwali, yaitu hadis mengenai keadaan, hal ikhwal, atau sifat-sifat
nabi,

‫كانٍرسولٍهللاٍصلىٍهللاٍعليهٍوسلمٍاحسنٍالناسٍخلقا‬
“Rasulullah SAW adalah orang yang paling mulia akhlaknya”.
5. Hadis hammi, yaitu hadis yang kandunagn matannya berupa keinginan
atau cita-cita Rasulullah SAW.14

b. Kandungan matan hadis

Pada dasarnya yang terpenting dari hadis Nabi adalah kandungan


matannya yang dapat dijadikan pedoman oleh ummat Islam sehingga bisa
menjalankan ajaran Islam secara benar. Sementara sanad merupakan alat atau
sarana untuk mengetahui dan menentukan apakah matan hadis benar-benar berasal
dari Rasul atau tidak, dan karenanya juga menjadi penting. Dalam garis besar,
kandungan matan hadis dapat dibagi menjadi empat.

13
Ibid. hal 127.
14
H Idri, Hadis dan Orientalis, (Depok: Kencana, 2017), hal. 130

13
I. Akidah, yaitu ketauhidan, sifat ketuhanan, kerasulan, hari kiamat, dan
sifat-sifatnya, malaikat dan tugas-tugasnya, kitab-kitab terdahulu dan
lainnya.
II. Hukum tentang ibadah, muamalah, jinayat dan sebaginya.
III. Budi pekerti, hikmah, tata cara kehidupan dan lain-lain.
IV. Sejarah yang menerangkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya tentang
segala usaha dan karya serta peradaban yang dilaksanakan.

C. URGENSI HADIS DALAM STUDI ISLAM

Urgensi berasal dari bahasa latin (urgere) yang artinya mendorong.


Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keharusan yang
mendesak atau hal yang penting. Para ulama telah sepakat menetapkan bahwa
“Hadits sebagai sumber ajaran islam yang kedua”, dan peranan untuk menjelaskan
isi kandungan al-Qur’an.

Hadis Nabi merupakan sumber penjelas ketentuan agama islam, sebagaimana


ditentukan dalam al-Qur’an:

‫و نز لنا عليك الكتاب تبيا نا لكل شي ء وهدى ور حمة وبشرى‬


)٨٩( ‫للمسلمين‬
“Kami turunkan kepadamu al-kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala
sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang
beserah diri (muslim)” (Q.S al-Nhal/16 : 89).

Ayat diatas menunjukkan keberadaan hadis Nabi, bahkan telah


memberikan kedudukan yang sangat penting terhadap hadis Nabi, ada bagian

14
ketentuan agama yang penjelasannya termuat dalam hadis Nabi dan tidak termuat
secara tegas atau rinci dalam al-Qur’an.15

Al-Qur’an tertulis dalam bahasa Arab, susunan kata-katanya ada yang


berlaku umum ada yang berlaku khusus, disamping adanya yang berstatus global
dan berstatus rinci. Untuk mengetahui bahwa sesuatu ayat berlaku khusus ataupun
rinci, diperlukan petunjuk al-Qur’an dan hadis. Ketentuan ini hanya dapat
diketahui melalui hadis Nabi. Dengan demikian, orang yang ingin dapat
memahami kandungan al-Qur’an dengan baik, meskipun sudah memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab, tetap memerluka penjelasan-
penjelasan hadis Nabi.16

Al-Qur’an dan hadis memiliki kaitan yang erat karena hadis merupakan
penjelasan terhadap al-Qur’an. Sebaliknya al-Qur’an sebagai pokok pertama
sehingga al-Qur’an dan hadis tidak dapat dipisahkan. Beberapa kepentingan
mempelajari hadis di antaranya yaitu:

➢ Menambah wawasan tentang hadis


➢ Sebagai penjelas al-Qur’an
➢ Dapat menetapkan suatu hukum
➢ Memberikan suri tauladan yang baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kedudukan hadis inheren


dengan kedudukan al-Qur’an dihadapan kaum beriman. Artinya, mematuhi
ketentuan hadis berarti telah mematuhi ketentuan al-Qur’an. Sehingga apa yang
diperintahkan atau yang dilarang berdasarkan hadis, sama halnya perintah atau
larangan dari al-Qur’an. Akan tetapi pada prinsipnya, secara esensial kedudukan
tertinggi al-Qur’an berada diatas segala sumber ajaran islam, kedudukan hadis
berada pada posisi setelahnya.17

15
Sa’dullah, Assa’idi, Hadis-hadis Sekte, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), hal.
6.
16
Sa’dullah, Assa’idi, Hadis-hadis Sekte,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,1996), hal.7.
17
Sa’dullah, Assa’idi, Hadis-hadis Sekte,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,1996), hal.10.

15
KESIMPULAN

Para ulama juga membedakan antara hadits, sunnah, khabar dan atsar
sebagai berikut:

a. Hadits dan sunnah: hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang
bersumber pada Nabi SAW, sedangkan sunnah segala yang bersumber dari Nabi
SAW baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau perjalanan
hidupnya, baik sebelum di angkat menjadi rasul maupun sesudahnya.

b. Hadits dan khabar: sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar sebagai
suatu yang berasal atau disandarkan kepada selain nabi SAW., hadits sebagai
sesuatu yang berasal atau disandarkan pada Nabi SAW.

c. Hadits dan atsar: jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya dengan
khabar dan hadits. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa atsar sama dengan
khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW, sahabat dan tabi’in.

Menurut Ibn Al-Jama’ah, sanad secara bahasa adalah tanah yang muncul
naik dan meninggi di kaki bukit. Secara istilah, sanad adalah jalan menuju matan,
yaitu mata rantai periwayat dari mukharrij sampai shahib matan yaitu Rasulullah
SAW.

Secara bahasa, matan berarti punggung jalan(muka jalan), tanah keras dan
tinggi. Urgensi berasal dari bahasa latin (urgere) yang artinya mendorong.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keharusan yang
mendesak atau hal yang penting.

16
DAFTAR PUSTAKA

Assa’idi, Sa’dullah. Hadis-hadis sekte, Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 1996.

Hasan, Mustofa. Ilmu Hadis, Bandung: Pustaka Setia: 2012.

http://ilmu-ngawortepak.blogspot.com/2013/03/urgensi-pendidikan.html

https://temanshalih.com/hadits-pendek-dan-mudah-dihapal

Idris. Hadis dan Orientalis, Kencana: PT. Balebat Dedikasi Prima: 2017.

Nasoetion, A.H., dan Ahmad Barizi. Metode Statistika, Jakarta: PT. Gramedia:
2000.

Rangkuti, Sori Monang., dan Br Ginting, Ernawati. Hadis Civilitation, Medan:


CV. Manhaji: 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai