Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penelitian kuatitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian


dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis
yang berkaitan dengan fenomena alam.

Pada dasarnya penelitian dilakukan dengan tujuuan untuk mendapatkan data yang
antara lain digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah
penelitian sering enjadi hal yang paling sulit dalam proses penelitian. Bila dalam penelitian
telah dapat menemukan masalah yang betu-betul masalah,maka sebenarnya pekerjaaan
penelitian itu 50% telah selesai.

Hal yang perlu dipertimbangkan agar judul kita memenuhi syarat sebagai judul yang
tepat dan baik. Yaitu : Judul dalam kalimat pernytaan, bukan pertanyaan, Cukup jelas dan
singkat serta tepat Berisi variabel-variabel yang akan diteliti, Judul menggambarkan
keseluruhan isi dan kegiatan penelitian yang dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penelitian kuantitatif?
2. Apa tujuan dilakukan penelitian kuantitatif?
3. Apa yang harus diperhatikan sebelum melakukan peneltian kuantitatif

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian penelitian kuantitatif
2. Mengetahui tujuan dari pelaksanaan penelitian kuantitatif
3. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penelitian kuantitatif

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASALAH DALAM PENELITIAN KUANTITATIF


Pada dasarnya penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang
antara lain digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Untuk itu, setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti yang dinyatakan oleh Emory (1985)
bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya
untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah,
walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit
dalam proses penelitian (Tuckman, 198)

1. Sumber Masalah
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak
diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang
biasanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang pendidikan.
Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya
mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah. Orang biasanya menulis
menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah.
Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi sistem
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan
pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya setelah terjadi
perubahan?
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari
rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Mungkin masih ingat bahwa pada era orde baru
direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal landas tetapi ternyata tidak,
sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan harga-harga akan turun,
ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan
2
melekat, maka akan terjadi penurunan dalam jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga
timbul masalah. Dengan kebijakan MBS, kualitas pendidikan akan meningkat, tetapi ternyata
belum terlihat. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak
menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara
melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.
c. Ada pengaduan
Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau majalah yang mengadukan kualitas
produk atau layanan suatu lembaga pendidikan, dapat dipandang sebagai masalah, karena
diadukan lewat media sehingga banyak orang yang tahu akan kualitas pelayanan yang
diberikan. Dengan demikian masalah dapat digali dengan menganalisis isi pengaduan.
d. Ada kompetisi
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar. Misalnya
dalam lembaga pendidikan, lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam negeri,
akan ada masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di Indonesia.

Pada masalah penelitian ini kita mengemukakan masalahnya dengan jelas, dalam
kalimat tanya, dimaksudkan dengan jelas bahwa masalah tersebut meliputi:
1. Terlihatnya variabel-variabel yang diteliti.
2. Tergambarnya populasi penelitian.
3. Jangan terlalu luas dan jangan juga terlalu sempit, agar tidak menimbulkan keraguan bagi
peneliti dan bagi pembaca.
4. Hendaknya masalah yang dirumuskan dapat membantu peneliti dalam memproses
pelaksanaan penelitiannya.

Sebagai contoh dapat dikemukakan masalah penalitian sebagai berikut:

Apakah mengajar pancasila di perguruan tinggi lebih berhasil mengajar dengan metode
diskusi daripada mengajar dengan metode ceramah?

Dari contoh diatas, jelas kelihatan variabel-variabelnya, ruang lingkupnya serta


populasi yang ingin diacu. Demikian pula dengan sasaran yang ingin diteliti dapat tergambar
dengan jelas, hal ini dapat menuntun peneliti kearah mana pekerjaan tersebut akan dilakukan
dan siapa-siapa yang akan dijadikan responden.

3
B. FOKUS PENELITIAN
Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kuantitatif adalah bahwa gejala dari
suatu objek itu sifatnya tunggal dan parsial. Dengan demikian berdasarkan gejala tersebut
peneliti kuantitatif dapat menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian
kuantitatif, peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel. Dengan
demikian dalam penelitian kuantitatif ada yang disebut batasan masalah.
Pembatasan dalam penelitian kuantitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan,
urgensi dan feasebilitas masalah yang akan dipecahkan, selain juga factor keterbatasan
tenaga, dana, dan waktu. Suatu masalah dikatakan penting apabila masalah tersebut tidak
dipecahkan melalui penelitian, maka akan semakin menimbulkan masalah baru. Masalah
dikatakan urgen (mendesak) apabila masalah tersebut tidak segera dipecahkan melalui
penelitian, maka akan semakin kehilangan berbagai kesempatan untuk mengatasi. Masalah
dikatakan feasible apabila terdapat berbagai sumber daya untuk memecahkan masalah
tersebut . untuk menilai masalah tersebut penting, urgen, dan feasible, maka perlu dilakukan
melalui analisis masalah.

C. JUDUL PENELITIAN
Dalam memilih dan menentukan judul suatu penelitian yang perlu diperhatikan antara
lain adalah:

Judul sebaiknya menarik minat peneliti. Menarik dan membangkitkan minat si


peneliti merupakan sesuatu yang dapat mendorong dan membangkitkan semangat kerja
dalam setiap langkah kegiatan penelitian.

1. Judul yang dipilih mampu untuk dilaksanakan peneliti. Dengan pengetahuan,


keterampilan dan kemampuan, peneliti akan mampu memecahkan permasalahan yang
dicakup oleh judul yang dipilih. Mampu disini juga dilihat dari segi waktu dan ekonomi si
peneliti.
2. Judul hendaknya mengandung kegunaan praktis dan penting untuk diteliti. Peneliti sudah
berusaha dan bekerja dengan susah payah, hendak hasilnya berguna untuk diri,
masyarakat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian perlu dipikirkan hasil penelitian
dengan judul yang dipilih, apakah ada manfaatnya.
3. Judul yang dipilih hendaknya cukup data tersedia. Pemilihan judul penelitian hendaknya
didukung oleh data yang cukup tersedia dan meyakinkan peneliti untuk menelitinya.

4
4. Hindari terjadinya duplikasi judul dengan judul lain. Jika terdapat dua judul yang sama,
orang sering mengatakan salah satunya tiruan atau plagiat. Hal ini bisa terjadi jika
melakukan penelitian ulang atas penelitian orang lain, yang mungkin kita meragukan
hasil yang mereka peroleh, atau kita ingin menyempurnakan lebih lanjut. Hal ini perlu
dijelaskan dalam penelitian kita.

Hal yang perlu dipertimbangkan agar judul kita memenuhi syarat sebagai judul yang
tepat dan baik. Yaitu :
1. Judul dalam kalimat pernyataan, bukan pertanyaan.
2. Cukup jelas dan singkat serta tepat.
3. Berisi variabel-variabel yangakan diteliti.
4. Judul menggambarkan keseluruhan isi dan kegiatan penelitian yang dilakukan.

D. TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITATIF


Penelitian kuantitatif menyederhanakan kompleksitas gejala dengan mereduksi ke
dalam ukuran yang dapat ditangani dan diukur. Ukuran dari gejala yang dapat ditangani dan
diukur itu dikenal sebagai variabel. Penyederhanaan dilakukan agar penelitian membatasi
pada ukuran yang membuka kesempatan pada orang lain untuk melakukan pengujian kembali
terhadap kebenaran hasil penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, variabel dan hubungannya
tampak dari rumusan masalahnya.
Variabel adalah hal pokok yang dipersoalkan dalam penelitian kuantitatif. Seluruh
kegiatan penelitian, termasuk dalam pengembangan teori, akan memusatkan pengkajiannya
terhadap variabel. Oleh karenanya teori yang dikembangkan dalam penelitian kuantitatif
adalah teori mengena variabel dan hubungannya. Teori akan memandu ke arah pengumpulan
data variabel dan perumusan dugaan sementara jawaban atas pertanyaan penelitian yang
merupakan hubungan variabel.
Rumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian yang dicari jawabannya melalui
kegiatan penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, teori dikembangkan sebagai usaha mencari
jawaban pertanyaan penelitian. Usaha pencarian jawaban pertanyaan penelitian dengan
mengembangkan teori akan menghasilkan dua hal, yaitu: (1) memahami tentang variabel-
variabel yang dipersoalkan dalam rumusan pertanyaan penelitian; dan (2) mengajukan
jawaban sementara mengenai hubungan variabel yang kebenarannya masih bersifat teoretik,
hipotetik, dan tentative. Pertama, teori memberikan pemahaman mengenai variabel-variabel
yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Pemahaman tentang variabel-variabel
5
diperlukan sebagai panduan untuk mengumpulkan data. Data-data tentang variabel kemudian
akan digunakan untuk melakukan pembuktian secara empiric atas kebenaran hipotetik dari
teori. Jawaban pertanyaa penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengujian
menggunakan data-data empiric akan mengkonfirmasi kebenaran hipotetik teori dengan
pembuktian empiris. Kedua, pengembangan teori diperlukan untuk memperoleh panduan
dalam pengujian dengan mengajukan hipotesa yang kebenarannya tentative dan berlaku pada
tingkat teoretik. Kebenaran sementara yang diajukan dalam pernyataan hipotesis itu
kemudian akan diuji menggunakan data yang dikumpulkan secara empiris. Kebenaran
manusia tidak pernah merupakan kebenaran mutlak. Tiap penemuan akan disusul dengan satu
batas ketidaktahuan baru. Bila batas itu diatasi maka ilmuwan akan menemukan
ketidaktahuan baru yang lebih tinggi. Pencarian kebenaran tidak akan berakhir. Tidak ada
masalah yang dapat diselesaikan dengan tuntas. Tindakan yang terbaik adalah mendapatkan
kesimpulan sementara didasarkan pada teori (Jasin, 1987).
Menurut penelitian kuantitatif, membangun ilmu tidak harus selalu dimulai dari
membangun pondasi. Sains itu konstelasi fakta, teori dan metode yang dihimpun dalam buku-
buku teks sekarang. Para ilmuwan adalah orang-orang yang berusaha menyumbangkan suatu
unsur ke dalam konstelasi tertentu itu. Perkembangan sains menjadi proses sedikit demi
sedikit yang menambahkan item-item satu persatu atau dalam bentuk gabungan kepada
timbunan yang semakin membesar yang membentuk teknik dan pengetahuan sains (Kuhn,
1993: 1). Bangunan ilmu diselesaikan secara bergotong-royong oleh semua manusia dari
generasi ke generasi. Prestasi ilmu tidak dapat dikembangkan oleh satu orang sendirian. Oleh
karenanya, usaha melakukan penelitian harus dilakukan dengan meilhat bangunan yang lebih
dulu dibuat oleh generasi pendahulu atau orang lain. Kebanyakan teori bukan merupakan
spekulasi belaka, melainkan dibangun diatas fakta-fakta yang sudah diketahui sebelumnya
(Ary, Jacobs dan Razavieh, 1982: 125)

1. Teori Sebagai Sumber Hipotesis


Manusia mempunyai dua kemampuan yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan yaitu akal dan panca indera. Oleh karena itu dalam usaha memperoleh
pengetahuan diberikan saran: “yakinkan secara logis dengan kerangka teoritis dan buktikan
secara empiris dengan pengumpulan fakta yang relevan.” Peneliti tidak dapat mengumpulkan
data sebelum menyusun kerangkan teoritis yang meyakinkan. Penelitian dilakukan untuk
menjawab masalah penelitian. Kebenaran jawaban penelitian harus melalui dua tingkat yaitu
tingkat teoritik dan empirik. Menutut Kerlinger (1996:47), ilmuwan harus bekerja pada dua
6
tingkat yaitu teori dan observasi. Pada tingkat teoritik, jawaban dirumuskan dalam sebuah
hipotesis yang derajat kebenarannya masih bersifat tentative dan hipotetik yang masih harus
diuji secara empiric menggunakan data-data yang dikumpulkan. Hipotesis yang diajukan
bersumber dari teori. Hipotesis merupakan dugaan yang digunakan oleh peneliti untuk
menjawab masalah penelitian. Hipotesis itu menjadi kebenaran yang sementara dapat
diterima berdasarkan teori yang melandasinya. Sebelum kebenaran hipotetik diuji
menggunakan data yang dikumpulkan maka belum bisa ditetapkan kebenarannya sebagai
sebuah kebenaran yang kuat.
Sebgai sebuah disiplin, ilmu mengandung sifat otoriter. Disiplin berasal dari kata
“disciple” yang artinya patuh. Tidak ada disiplin tanpa kepatuhan, termasuk disiplin ilmu.
Disiplin ilmu adalah kepatuhan junior terhadap otoritas senior dalam ilmu tersebut, sehingga
semua ilmuwan dalam sebuah disiplin bekerja dalam satu matriks disiplin(disciplinary
matrix). Hanya dengan matriks disiplin bangunan teori dapat dibuat. Tanpa matriks,
bangunan dibuat tanpa struktur. Penelitian memandang ilmu pengetahuan bersifat akumulatif.
Ilmu dikembangkan secara bertahap dan berkelanjutan. Pengembangan ilmu selalu
dilandaskan pada kemajuan yang telah dicapai sebelumnya. kebenaran bersifat konfirmatoris,
sehingga kesimpulan sebuah penelitian mengarah pada dua kemungkinan: mengukuhkan
kembali kebenaran yang sebelumnya telah diterima atau membantahnya berdasarkan temuan
baru yang dicapai dari penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif, teori menjadi sumber bagi pengajuan hipotesis. Teori
menjadi premis-premis dasar yang menjadi landasan penyusunan kerangka berpikir.
Kerangka berpikir merupakan argumentasiyang dibangun oleh peneliti dari teori-teori
menurut logika tertentu. Teori berasal dari orang lain dan peneliti memindahkan dan
menyusun kerangkan berpikir untuk kepentingan penelitiannya. Kerangka berpikir
merupakan logika kebenaran hubungan variabel yang disusun oleh peneliti berdasarkan
teori-teori referens. Kerangka berpikir merupakan kesimpulan yang ditarik oleh peneliti
dengan logika tertentu berdasarkan teori-teori sebagai premis.
Kerangka berpikir menjadi landasan bagi peneliti untuk mengajukan dugaan
kebenaran hipotesis. Kebenaran hipotesis masih bersifat dugaan yang masih harus diuji
dengan menggunakan data-data empiris. Hipotesis merupakan kebenaran pada tingkat teori
yang sementara diterima sambil menunggu dilakukan pengujian menggunakan data-data yang
dikumpulkan. Hipotesis dugaan diajukan berdasarkan argumentasi kebenaran yang dibangun
dalam kerangka berpikir dan kerangka berpikir merupakan kesimpulan kebenaran yang

7
ditarik secara logis dari teori-teori sebagai premis. Dalam hubungan ini maka dapat dikatakan
bahwa teori merupakan sumber hipotesis
2. Teori Sebagai Panduan Pengumpulan Data
Teori merupakan panduan dalam pengumpulan data. Pemanduan pengumpulan data
dilakukan dengan mengarahkan pada pengembangan instrumen alat ukur yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam mengarahkan pengembangan alat ukur, teori
membantu memberikan definisi mengenai variabel yang hendak dikumpulkan datanya.
Definisi konsep dilakukan dengan memindahkan teori ke dalam bangunan konsep
yang digunakan dalam penelitian. Untuk kepentingan pengukuran, definisi konsep diubah
menjadi definisi operasional sehingga indikator perilaku yang mencerminkan kepemilikan
variabel telah Nampak. Kisi-kisi instrumen dirancang sesuai dengan definisi operasional.
Kisi-kisi instrumen merupakan perencanaan untuk penyusunan butir-butir instrumen alat
ukur. Butir-butir instrumen yang menjadi alat ukur pengumpulan data dituliskan berdasarkan
kisi-kisi instrumen. Sebelum butir-butir instrumen alat ukur digunakan untuk mengumpulkan
data, dilakukan terlebih dahulu uji coba untuk melihat mutunya. Selanjutnya, data
dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran dengan menggunakan butir-butir instrumen
alat ukur yang telah dituliskan dan diuji coba. Misalnya, sebuah penelitian dilakukan untuk
melihat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Penelitian melibatkan dua
variabel yaitu “motivasi belajar” dan “prestasi belajar”, sehingga pengukuran pengumpulan
data dilakukan atas kedua variabel.
Data penelitian merupakan hasil pengukuran terhadap responden pada kedua variabel
tersebut. Contoh fiktif data lima orang responden yang diukur pada kedua variabel tersebut
dapat disajikan seperti pada table berikut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori mengarahkan pengumpulan
data dengan cara memberikan definisi yang jelas mengenai variabel yang hendak diukur, baik
berupa definisi konseptual maupun operasional.

3. Kegunaan Teori dalam Penelitian


Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori.
Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan
berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu

8
landasanteori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan
dipakai.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama
digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang
akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah
untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya
hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang
ketiga (control) digunakan untuk membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan
untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
Dalam proses penelitian, untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian, maka peneliti
harus membaca buku-buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan, lengkap dan mutakhir.
Membaca buku adalah prinsip berfikir deduksi dan membaca hasil penelitian adalah prinsip
berfikir induksi. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka
berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian kuatitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian
dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Di antara sumber masalah dalam penelitian
kuantitatif adalah: 1) Terdapat penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan, 2) Terdapat
penyimpangan terhadap apa yang telah direncanakan dengan kenyataan, 3) Adanya
pengaduan, dan 4) Adanya kompetisi. Dalam penelitian kuantitatif peneliti berfokus akan
variable-variable yang akan diteliti dengan membatasinya. Dalam menentukan judul
sebaiknya judul itu menarik minat si peneliti dan mendorong setiap langkah penelitian.
Kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif ialah sebagai hipotesis dan juga sebagai
panduan pengumpul data.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta, 2018.

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Purwanto. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2008.

11

Anda mungkin juga menyukai