Disusun Oleh :
Mia Amelia
NIM : ( 15.20.16)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang mana atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “ LANGKAH-
LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN DALAM ASKEB HAMIL, BERSALIN,
NIFAS, BAYI BARU LAHIR” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah pengantar askeb
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Izalika, S.Tr.Keb,M.Kes, selaku dosen mata kuliah Penagantar Askeb
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
3. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.
Penulis
2
A. ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN
Kehamilan adalah pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sperma
(spermatozoa). Masa kehamilan dari konsepsi sampai kelahiran janin dimana masa kehamilan
selama 40 minggu (sarwono Prawirohardjo,1998:125).
Jadi kehamilan adalah pertemuan sel telur dan sperma (konsepsi/ pembuahan) yang
kemudian menempel pada endometrium (nidasi), tumbuh dan berkembang menjadi janin
yang mana membutuhkan waktu selama 40 minggu.
- Mengidam
- Mudah pingsan
- Payudara membesar
- Sering kencing
- Konstipasi
- Perut membesar
3
- Tanda hegar ( melunaknya uterus)
- Tanda piskacek (pembesaran uterus yang tidak rata tetapi di daerah telur berkembsng
cepat)
3. Tanda pasti
- Terdengar DJJ
1. Fertilisasi
2. Migrasi
3. Nidasi
Ø Umur 4 minggu
Rumental mata, telinga, hidung, saluran yang akan menjadi jantung terbentuk.
Ø Umur 8 minggu
Hidung, telinga, jari-jari , kelopak mata lebih menebal, kepala menekuk ,alat kelamin mulai
tampak tapi belum dapat diketahui jenisnya.
4
Ø Umur 12 minggu ,(3 jari diatas shympisis)
Daun telinga jelas, kelopak mata lebih menebal, leher mulai terbentuk, alat kandungan
terbentuk, namun berdefernsiasi , ginjal terbentuk sedikit air kencing.
Kulit lebih tebal , rambut mulai tumbuh ,lanugo tumbuh, detak jantung terdengar ,berat -/+
300 gr
Kedua kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata , kulit keriput ,bila lahir dapat bernafas, tapi
dapat hidup beberapa jam saja , berat -/+ 800gr
Kulit merah dan keriput , bayi prematur ,lapisan lemak dibawah kulit sudah berisi, berat -/+
2200 gr
Bayi cukup bulan ,kulit licin ,vernik banyak ,rambut kepala tumbuh baik, pada pria testis
sudah ada pada skrotum, pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
1. Sistem reproduksi
b. Uterus lunak
2. Sistem integumen
5
- Areola payudara makin hiperpigmentasi
- Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi karena hambatan
dari PH (prolaktin Inhibiting Hormon ) untuk mengeluarkan ASI
- Pigmentasi
· Linea nigra
· Cloasma gravidarum
3. Sistem Endokrin
4. Sistem kardiovaskuler
5. Sistem muskuluskeletal
- Terjadi dekalsifikasi
6. Sistem gastrointestinal
- Hipersalivasi
- Mual muntah
- Konstipasi
6
7. Perubahan psikologi
E. Pembagian Kehamilan
F. Pengawasan Antenatal
Asuhan Antenatal (antenatal care) meliputi pengawasan terhadap kehamilan, untuk
mendapat informasi mengenai kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang
menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan menetapkan resiko
kehamilan (resiko tinggi, resiko meragukan dan resiko rendah ). Asuhan antenatal juga untuk
menyiapkan persalinan menuju kelahiran bayi yang baik ( well born baby) dan kesehatan ibu
baik (well healthy mother) mempersiapkan pemeliharaan bayi dan laktasi, memfasilitasi
pulihnya kesehatan ibu yang optimal pada saat akhir kala nifas.
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya .
oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama
periode antenatal. Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi
yang penting.
7
1. Kunjungan Trimester I (antara 0-12 minggu)
- Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil
- Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia ( tanya ibu
tentang gejala-gejala preeklamsia,pantau tekanan darah, evaluasi edema, )
- Sama seperti diatas , ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan
ganda.
- Sama seperti diatas, ditambah deteksi lebih bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di RS.
2. Kejang
a. Pre eklamsi, yaitu penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, protenuria yang timbul
karena kehamilan.
b. Eklamsi, yaitu kelanjutan dari preeklamis berat dengan tambahan gejala kejang-kejang dan
koma.
Yaitu ketuban pecah sebelum terdapat tanda persalinan di tunggu selam 1 jam dimulainya
tanda persalinan.
8. Demam
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan / komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil termasuk riwayat pentyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayi
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
dan berkembang secara normal.
2) Ukur TD
4) Ukur TFU
8) Test laboratorium
9) Tatalaksana Kasus
9
TEORI SOAP
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif (S)
Yaitu data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien atau dengan
seseorang yang mengetahui dengan seluk-beluk keadaan pasien selama ini.
a. Biodata
1. Nama
Ditanyakan dengan tujuan agar dapat mengenal atau memanggil klien dan tidak keliru dengan
penderita lain.
2. Umur
Untuk mengetahui keadaan klien, apakah klien termasuk dewasa atau usia lanjut.
3. Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap Agama yang dianutnya sehingga
memudahkan dalam melakukan asuhan dan pendekatan.
4. Suku / bangsa
5. Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui status sosial ekonomi sebagai dasar konseling dan pengobatan
yang diberikan.
6. Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu atau suami sebagai dasar memberikan
KIE.
7. Alamat
Ditanyakan untuk mengetahui klien tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada klien
yang namanya sama, selain itu alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada
penderita.
10
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien saat ini atau yang menyebabkan klien datang ke RS.
Untuk mengetahui usia perkawinan dan apakah itu perkawinan yang pertama kali.
Perlu diketahui menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar waktu
haid, lamanya haid, disertai nyeri atau tidak ada menopause.
Ditanyakan tentang kehamilan persalinan dan nifas yang lalu pada Ibu yang pernah hamil.
Ditanyakan untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang dipakai Ibu selama ini.
Untuk mengetahui bagaimana perasaan Ibu, suami, keluarga dalam menerima penyakit yang
diderita Ibu
Untuk mengetahui pola kebiasaan sehari-hari Ibu sebelum dan saat sakit.
- Nutrisi
- Eliminasi
Untuk mengetahui BAB berapa kali, ada gangguan atau tidak, BAK berapa kali ada
gangguan/tidak.
Untuk mengetahui waktu istirahat yang berapa lama, ada gangguan atau tidak.
B.Data Obyektif (O)
Yaitu data yang didapatkan dengan melakukan pemeriksaan langsung kepada pasien,
diantaranya pemeriksaan fisik, data psikologi, data psikososial, data penunjang yang spesifik,
data dalam pelaksanaan terapi.
1. Pemeriksaan umum
a. Inspeksi
lut : lembab/tidak, lidah kotor atau tidak, stomatitis ada atau tidak, ada caries/tidak.
udara : simetris atau tidak, keadaan puting susu menonjol atau tidak.
domen : ada massa atau tidak,pembesaran perut atau tidak, ada atau tidak bekas sc.dan untuk
mengetahui TFU.
udara : apakah ada nyeri tekan, benjolan abnormal ada atau tidak ada
ltasi
enunjang
Adalah data yang diperoleh dari hasil laboratorium, fotothorax atau hasil USG.
D. Penatalaksanaan (P)
13
B. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL
1. PENGERTIAN PERSALINAN
1. Persalinan adalah proses pngeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari dalam
uterus melalui vagina kedunia luar (Wiknjosastro, 2008).
2. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah
cukup bulan atau melalui jalan lahir lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998).
3. Persalinan adalah pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan lahir
(Mochtar, 1998).
4. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin tutun ke dalam
jalan lahir (Sarwono, 2009).
5. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Sarwono, 2009).
14
4. Teori iritasi mekanik
5. Teori distensi rahim
6. Teori berkurangnya nutrisi
4. TANDA-TANDA PERSALINAN
15
Ibu bersalin yang didampingi suami dan orang-orang yang dicinyainya yang
cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu bersalin
yang tanpa didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya.
5. Faktor penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses
persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal.
7.TAHAPAN PERSALINAN
1. KALA I PERSALIAN
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu:
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan pembukaan serviks
secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm, dan umumnya fase laten
berlangsung selama 8 jam.
b.Fase aktif
1. Fase akselerasi; dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm - 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal; dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung cepat,
dari 4 cm - 9 cm.
3. Fase deselerasi; pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm - lengkap 10 cm.
2. KALA II PESALINAN
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam
yang hasilnya adalah:
1. Pembukaan serviks telah lengka (10 cm), atau
2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
1. Perubahan fisologis
Kontraksi uterus
Kontraksi otot abdomen
Vulva dan vagina,
Kontraksi persalinan
17
Janin,
1.Perasat Ritgen
Bila perineum meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang
kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perineum. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan
yang melalui kulit perineum, coba mengkait dagu janin dan tekan ke arah simpisis pelan-
pelan.
2. Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat,
tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah
rotasi eksternal letakkan satu tangan pada masing-masing sisi kepala bayi dan beritahukan
pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah
18
dan luar secara lembut (ke arah tulang punggung ibu) hingga bahu anterior tampak di bawah
arcus pubis. Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah ke langit-langit untuk
melahirkan bahu posterior bayi) .
3. KALA III PERSALINAN
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta serta ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4. KALA IV PERSALINAN
Kala IV adalah masa selama 1-2 jam setelah pengeluarn uri. Dua jam pertama pasca
peralinan merupakan masa krisis bagi ibu dan neonatus (bayi baru lahir).
20
A.FISOLOGI KALA IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi lahir dan plasenta lahir
untuk memantau kondisi ibu, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai
uterus kembali ke bentuk normal,Perkiraan pengeluaran darah, laserasi atau luka episotomi
serta pemantauan dan evaluasi lanjut juga perlu diperhatikan.
B.EVALUASI UTERUS
Kontraksi uterus yang tidak kuat dan terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya
atonia uteri, yang dapat mengganggu keselamatan ibu. Untuk itu evaluasi terhadap uterus
pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk diperhatikan.
C.PEMERIKSAAN SERVIKS, VAGINA DAN PERINIUM
Segera setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh
untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat perbedahan kalau
diperlukan.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1. Derajat 1: laserasi mengenai mukosa dan kulit perinium, tidak perlu dijahit.
2. Derajat II: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, dan jaringan perinium (perlu
dijahit)
3. Derajat III: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perinium dan spingter
ani.
4. Derajat IV: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perinium dan spingter
ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.
1.Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan
sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu
menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri adalah terjadinya
perdarahan.
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi
dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,sampai enam minggu berikutnya, disertai
dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya brkaitan saat melahirkan.
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan
teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan
suhu.
23
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta
ibu dapat menyusui dengan baik.
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan seharihari serta
konseling KB
Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut
memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan ( hincliff, 1999 )
Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk
asal ( Ramali, 2003 )
Yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena
kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh
pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus
membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan
hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran
darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga
peredaran darah ke buah dada menjadi lebih baik.
Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami kekurangan darah
sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada ukuran semula.
Autolisis
24
Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5
kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Faktor yang menyebabkan terjadinya autolisis apakah merupakan hormon atau enzim
sampai sekarang belum diketahui, tetapi telah diketahui adanya penghancuran protoplasma
dan jaringan yang diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya
beberapa hari setelah melahirkan ibu mengalami beser air kemih atau sering buang air
kemih.
Aktifitas otot-otot
Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan
untuk menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang
terus-menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang
mengakibatkan jaringan-jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.
Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar protein
pengaturan yang lain yang disebut kamodulin. Terjadinya kontraksi diawali dengan ion
kalsium berkaitan dengan kalmoduli. Kombinasi kalmodulin ion kalsium kemudian
bergabung dengan sekaligus mengaktifkan myosin kinase yaitu enzim yang melakukan
fosforilase sebagai respon terhadap myosin kinase. Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi,
siklus perlekatan-pelepasan kepala myosin dengan filament aktin tidak akan terjadi. Tetapi
bila rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala memiliki kemampuan untuk berikatan
secara berulang dengan filament aktin dan bekerja melalui seluruh proses siklus tarikan
berkala sehingga mengghasilkan kontraksi otot uterus
Dengan faktor-faktor diatas dimana antara 3 faktor itu saling mempengaruhi satu dengan
yang lain, sehingga memberikan akibat besar terhadap jaringan otot-otot uterus, yaitu
hancurnya jaringan otot yang baru, dan mengecilnya jaringan otot yang membesar. Dengan
demikian proses involusi terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula.
Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual artinya, tidak sekaligus tetapi
setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan
25
oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah dalam
meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan
turun sedikit demi sedikit. (Christian, 1996)
Involusi tidak dipengaruhi oleh absorbsi insitu, namun oleh suatu proses eksfoliasi
yang sebagian besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi plasenta karena
pertumbuhan jaringan endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh perluasan dan
pertumbuhan kebawah endometrium dari tepi-tepi tempat plasenta dan sebagian oleh
perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar dan stoma yang tersisa di bagian dalam
desidua basalis setelah pelepasan plasenta.
Proses semacam itu akan dianggap sebagai konservatif, dan sebagai suatu ketetapan
yang bijaksana sebagai bagian dari alam. Sebaiknya kesulitan besar akan dialami dalam
pembuangan arteri yang mengalami obliterasi dan trombin yang mengalami organisasi,
kalau mereka tetap insitu, akan segera mengubah banyak bagian dari mukosa uterus dan
endometrium dibawah menjadi suatu masa jaringan parut dengan akibat bahwa setelah
beberapa kehamilan tidak akan mungkin lagi untuk melaksanakan siklus perubahan yang
biasa, dan karier reproduksi berakhir.
1. 1. Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. (Sarwono, 2002). Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri
kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak
antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis.
(Prawirohardjo, 2002). tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari. (Reader, 1997). Secara
berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri dengan diameter 7,5 cm.
Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Mochtar,
1998)
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan
diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu
diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Sarwono, 2002)
26
1. 3. Servik
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada berbatasan antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam
cincin. Warna servik sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah,
konsistensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan. Tangan pemeriksa masih dapat
dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum
uteri. (Sarwono, 2002)
1. 4. Ligamen-ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang mereggang sewaktu kehamilan dan
persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur mengecil kembali seperti sedia kala tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut juga otot-otot
dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada
hari ke 2 post partum sudah dapat diberikan fisioterapi. (Sarwono, 2002)
Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, faktor yang mempengaruhi involusi
uterus antara lain :
1. Mobilisasi dini
Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta
dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya
kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah
dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan,
sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.
2. Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin
dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar
ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping
mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk
menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum dengan status gizi yang baik akan
mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan
mempercepat proses involusi uterus.
27
3. Menyusui
Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang hipofise
posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju
uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.
4. Usia
Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana
proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan
penurunan penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan
dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat involusi
uterus.
5. Parietas
Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri, kontraksi
uterus dan juga dengan pengeluaran lokia. (Manuaba, 1998)
Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua dan pengelupasan
kulit pada situs plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi
uterus, warna dan jumlah lochea. (Varney, 2004: 594)
2 SUBINVOLUSI
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem reproduksi pada masa nifas
yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.
1. 1. Subinvolusi uterus
Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/ proses
involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan uterus
terhambat.
28
Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan kemunduran yang
terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih banyak mengarah secara
spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah keukurannya.
Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang seharusnya atau
penurunan fundus uteri lambat.
Ø Penyebab
Ø Terapi
1. Pemberian antibiotika
2. Pemberian uterotonika
3. Pemberian tablet Fe
Penyebab
1. 3. Subinvolusi ligamen
Yaitu kegagalan ligamen dan diafragma pelvis vasia kembali seperti sedia kala.
Penyebab
1. 4. Subinvolusi serviks
2. Perdarahan
Penyebab
1. Multiparitas
2. Terjadi ruptur saat persalinan
3. Lemahnya elastisitas serviks
1. 5. Subinvolusi lochea
Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya lochea berubah secara normal
sesuai dengan fase dan lamanya postpartum.
30
Ø Tanda dan gejala
Penyebab
Yaitu tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti semula setelah
beberapa hari postpartum.
Ø Tandadan gejala
Ø Penyebab
1. 7. Subinvolusi perineum
1. Perineumterlihat kemerahan
2. Konsistensi lembek
3. Oedeem
31
Penyebab
32
D. ASUHAN KEBIDAN PADA BAYI BARU LAHIR
Definisi
Bayi Baru Lahir Normal adalah Bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram dan harus menyelesaikan diri dari
kehidupan intra uteri ke kehidupan Ekstra Uteri ( Pusdinaskes, 1993 : 69).
e) Bayi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun sampai
120-140 x/menit.
g) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subeutan cukup terbentuk dan diliputi
Venii Caseosa.
h) Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
j) Genetalia, labia minora sudah menutupi labia mayona (perempuan), testis sudah turun
( pada anak laki-laki)
33
l) Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti
memeluk.
m) Gerak reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda diatas telapak tangan , bayi akan
mengenggam/ adanyanya gerakan reflek.
n) Eliminasi Bayi, urin dan Mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama. Mekonium
berwarna hitam kecoklatan (Pusdiknas, 1993 : 69).
Menurut Syahlan (1993) perubahan-perubahan yang terjadi pada BAyi BAru Lahir
yaitu :
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan gula darah untuk menambah Energi
pada jam-jam pertama setelah diambil dari Metabolisme asam lemak.
Ketika bayi lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu yang berada
didalam rahim ibu. Apabila bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 oC, maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, evaporasi sebanyak 200 kal/kg BB/menit.
3. Perubahan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan O2 dari pertukaran gas melalui plasenta setelah Bayi
Lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru Bayi.
Penurunan PaO2 dan kenaikan CO2 merangsang kemareseptor yang terletak di sinus kuratis.
4. Perubahan Sirkulasi
5. Perubahan Alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat lainnya mulai berfungsi.
Bila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut :
· Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
· Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan
kepala tidak menekuk.
· Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus
dengan kassa steril.
· Tepuk kedua kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi denga kain kering dan
kasar.
a) Alat penghisap lendir mulut ( De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung
oksigen dengan selangnya harus telah siap di tempat.
35
d) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.
Sebelum memotong tali pusat, pastikan tali pusat telah di klem dengan baik untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
Bayi baru lahir harus dibungkus hangat, suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan
akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
Untuk mencegah terjadunya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu diberi vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari sedangkan bayi resiko tinggi
di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg secara IM.
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada
mata bayi segera stetelah lahir
6. Identifikasi Bayi
Sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi lahir dan harus tetap di
tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
Alat yan digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yan halus, tidak mudah melukai, tidak
mudah sobek.
b. Tanggal lahir
c. Nomor bayi
d. Jenis kelamin
Pembersihan jalan nafs, perawatan tali pusat, perawatan mata, dan identifikasi adalah
rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan krisis, dan dokter memberi intruksi
khusus.
0 1 2
1. Bayi bernafas atau menangis, warna merah muda, denyut jantung . 100/menit, serahkan
bayi langsung ke abdomen ibu dan keringkan dengan handuk kering. Tindakan ini
meningkatkan bounding dan mempertahankan suhu karena kontak langsung kulit dengan
kulit.
2. Bayi apneu atau terengah-engah, warna kulit biru dan denyut jantung . 100 stimulasi
dengan menggosok punggung menggunakan sebuah handuk atau tepuk-tepuk kaki dengan
37
lembut. Buka dan bersihakn jalan nafasdengan melakukan penghisapan pada mulut kemudian
hidung dengan lembut. Berikan oksigen fasial. Jika tidak ada respon pada usia satu menit
denyut jantung menurun atau tetap biru, maka ventilasi ambu bag dan masker harus dimulai,
jika tidak ada peningkatan dalam 2 menit denyut jantung tidak meningkat pertimbangkan
untuk mempertimbangkan intubasi pada bayi.
3. Bayi apnea atau biru pucat denyut jantung , 100/ menit, ventilasi ambu bag dan masker
harus segera dimulai. Jika tidak ada respon dalam 2 menit maka intubasi bayi.
4. Bayi apnea warna kulit putih, denyut jantun , 60 x/menit, resusitasi jantung paru penuh
perlu dilakukan, l;akukan intubasi segera dan mulai berikan ventilasi tekanan positif
intermiten.(Varney, 2003: 891).
Suhu badan dan lingkungan, tanda-tanda vital, berat bdan, mandi dan perawatan kulit,
pakaian, perawatan tali pusat (Varney, 2003: 892).
3. Warna – kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat memar.
5. Tali pusat – merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernapasan sulit.
6. Tinja / kemih – tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, ada lender
atau darah dalam tinja.
38
7. Aktifitas – menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu
mengantuk, lunglai, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus. (Syaifuddin,
2002 : N-36).
2. Mulut diperiksa untuk melihat kemungkinan infeksi dengan Candida (Oral Thrush).
3. Kulit, terutama pada lipatan-lipatan (paha, leher, belakang telinga, ketiak) harus selalu
bersih dan kering.
4. Tali pusat, ada infeksi atau tidak dan puput apa belum.
5. Kain popok harus segera diganti setiap kali basah karena air kencing atau tinja.
6. Sebelum tali pusat lepas, sebaiknya bayi diseka saja dengan air steril atau air matang.
39