Anda di halaman 1dari 5

MENYIMAK PERKEMBANGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA RI

ERA REFORMASI
Drs. Mudjiharto, MM

Abstrak: Banyak perubahan signifikan di Negara kita paska orde baru, khusunya dalam tatanan
kehidupan bernegara. Batang Tubuh (pasal-pasal) UUD-1945 sudah 4 kali diubah, diikuti
dengan perubahan Undang-Undang dan peraturan lain dibawahnya.. Di tingkat Undang-Undang
antara lain kebijakan Otonomi Daerah melalui U.U. nomor 22 tahun 1999 yang kemudian diganti
dengan U.U nomor 32 tahun 2004. Namun, perubahan yang tujuannya indah itu belum banyak
mengubah keadaan di lapangan. Hilangnya GBHN sejak tahun 2004 juga banyak yang
menyayangkan, mengingat peranan pentingnya sebagai paradigma pembangunan nasional.
Untuk mengawal perubahan tersebut perlu keikut-sertaan seluruh komponen bangsa Indonesia
untuk mencermati perkembangannya, kemudian berpartisipasi realisasinya sesuai
kedudukandan kapasitas yang dimiliki.

Pendahuluan yang dapat kami sajikan tentang perubahan


Sebagaimana kita ketahui bahwa signifikan dan perkembangannya yang
reformasi yang bertujuan menata kembali menyangkut system manajemen
sistem pemerintahan negara , ditandai pemerintahan negara untuk kita cermati
antara lain demokratisasi di segala bidang. bersama, sebagai bukti kepedulian kita
Pancasila dan UUD-1945 yang terhadap bagsa dan negara RI yang kita
dikeramatkan pada masa Orde Baru, cintai.
sekarang tidak lagi. UUD-1945 sudah 4 kali
diadakan perubahan meskipun Sistem Manajemen
Pembukaannya tidak. Walaupun Manajemen (dalam arti proses) secara
amandemen UUD-1945 tersebut masih popular dan singkat adalah “POAC” yaitu
menyisakan pertanyaan di beberapa ”Planning, Organizing, Actuating,
kalangan. Di tingkat Undang-Undang, juga Controlling” (G. R.Trry). Ada juga yang
ada perubahan antara lain dikeluarkan mengganti “actuating”nya dengan
Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 yang “Commanding” dan “Coordinating” (Hanry
kemudian diperbaiki dengan Undang- Fayol), atau “planning”nya diganti “Leading”
Undang nomor 32 tahun 2004 tentang (L. A. Allen). Bahkan kalau mau bisa
Pemerintah Daerah (dikenal sebagai dipecah-pecah lagi menjadi 10 fungsi (Drs.
kebijakan Otonomi Daerah).Dengan ini M. Manulang, 1996).
diharapkan pembangunan lebih berorientasi Manajemen dapat dipandang sebagai
pada percepatan dan pemerataan di setiap Sistem. Bisa juga dianggap Subsistem dari
Daerah Otonom, dalam hal ini Kabupaten Sistem diatasnya, atau sebagai Sistem dari
dan Kota. Banyak bidang kewenangan Suprasistem yang lebih besar. Jadi
dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah. tergantung konteksnya, mau dikaitkan
Dengan demikian para Pejabat dan dengan masalah apa. Patokannya, kalau
masyarakat di daerah tidak perlu menunggu elemen tidak bisa dibagi-bagi lagi, itu buan
dan tergantung Pusat, dengan konsekwensi sistem. Ibaratnya, mobil itu mempunyai
mereka harus lebih bernisiatif dan kreatif subsistem berupa mesin, rangka, dan roda.
untuk mengembangkan daerahnya sesuai Tetapi, mobil itu hanyalah salah satu sistem
prakarsa dan potensi masing-masing. dari suprasistem bernama Sarana
Namun demikian, kenyataannya belum Transportasi.
terlaksana dengan semestinya, sehingga Manajemen berlangsung dalam wadah
banyak yang kecewa terhadap kebijakan organisasi dan inti manajemen adalah
tesebut. Bahkan ada yang mempertanyakan Kepemimpinan.(Prof. DR. Sumarlan
“otonomi daerah itu madu atau racun”. Margono, MEk). Kesemuanya itu
Dengan tidak adanya GBHN sejak tahun memerlukan dukungan Admiistrasi (dalam
2004 juga dikeluhkan beberapa pihak, arti sempit), yaitu kegiatan tata-usaha seperti
termasuk format demokrasi seperti apa yng tata-naskah, surat-menurat, kearsipan, dan
cocok bagi negara kita yang banyak dan sebagainya. Penjelasan ”dalam arti sempit ”
majemuk Berikut ini gambaran sederhana itu perlu untuk membedakan Administrasi

7
dalam arti luas yang disetarakan dengan manjadi kabur (karena DPR terlalu dominan)
Manajemen (Drs. Dann Suganda, MPA, Lan, bahkan menjadi semi-parlementer.
1992). Tentang hubungan seperti itu bisa Hilangnya GBHN dari Undang-Undang
timbul pertanyaan, ”organisasi dulu atau Dasar juga disayangkan oleh banyak pihak.
manajemen dulu?”. Alasannya, kalau Muatan yang terlalu rinci (detail) juga
organisasi ada lebih dulu baru didalamnya dianggap tidak sesuai dengan prinsip
berlangsung manajemen, mengapa salah Undang-Undang Dasar yang seharusnya
satu fungsi manajemen adalah ”organizing” mengatur pokok-pokoknya saja (singkat)
(pengorganisasian). Hal ini tidak perlu agar bisa luwes(fleksibel).
dirisaukan, karena ”organizing” disitu berupa
pengorganisasian kegiatan mikro yang Demokrasi
merupakan bagian dari kegiatan organisasi Demokrasi kita termasuk demokrasi non-
makro yang telah terbentuk lebih dulu. liberal, kalau keberatan dengan sebutan
Pemerintahan negara, singkatnya, adalah demokrasi Pancasila (akibat stigma warisan
bagaimana Pemerintah menjalankan Orde Baru). Tiap negara memunyai akar
fungsinya sebagai pemegang kekuasaan demokrasi yang berbeda dan khas,
untuk mengelola negara. Memang, dipengaruhi sejarah perkembangan dan
Pemeritah hanya salah satu unsur dari budayanya masing-masing, jadi tidak
Negara, selain wilayah dan rakyat, tetapi harus sama diseluruh dunia. Dalam Bali
kedudukannya dominan karena pemegang Democracy Forum V awal Nopember 2012
mandat dari rakyat, sang pemilik negara. Di lalu juga memperkuat kesimpulan itu. Ada
Indonesia, Negara dipimpin oleh Presiden, demokrasi Timur, Barat, dan Timur-tengah
Pemerintah juga dipimpin Presiden, karena (Islam), dan sebagainya. Walaupun, prinsip
kita menganut sistem presidensiil. Dengan umum demokrasi ada kesamaannya.
sistem ini diharapkan pemerintahan negara Pelaksanaan Demokrasi juga menuntut
lebih stabil, meskipun ada kelemahannya kedewasaan dalam mencerna makna
yaitu kerancuan kebijakan presiden, karena demokras itu sendiri. Seperti dikatakan Jean
du kedudukan itu. Jaquez Rouseau (filsuf Prancis tahun
1770an waktu mengevaluasi jatuhnya
Amandemen UUD-1945 kejayaan Romawi) yang maknanya:
Agenda pertama reformasi adalah ”demokrasi itu ibarat sayur dan buah,
mengadakan perubahan (amandemen) baik untuk pencernaan, tetapi hanya
UUD-1945, yang pada era orde-baru perut yang sehat yang mampu mencerna,
dikeramatkan. Amandemen sudah kalau tidak malah menjadi penyakit”.
berlangsung 4 kali sejak 1999 sampai Penulis menyitir pendapat tersebut bukan
dengan 2002. Perubahan hanya untuk menakut-nakuti manggunakan sistem
menyangkut pasal-pasalnya (batang- demokrasi, tetapi memperingatkan
tubuhnya) saja. Pembukaan UUD-1945 konsekwaensi memilihsistem ini harus
disepakati tidak diubah karena bersifat mempunyai ”perut” yang sehat. Artinya kita
fundamental dan eksistensional bagi harus mencerna makna demokrasi yang
keberadaan NKRI. Kalau Pembukaan UUD- benar. Antara lain, demokrasi itu sarana,
1945 diubah, sama saja dengan bukan tujuan. Tujuan nya adalah keamanan
membubarkan NKRI. Banyak sekali pasal- dan kesejahteraan. Untuk apa kita memilih
pasal yang berubah, ada yang sama sekali pemimpin hanya ”yang penting dipilih secara
baru, ada yang diperbaiki, dan ada yang demokratis” kalau hasilnya tidak
dihilangkan. Tetapi secara singkat: manghasilkan yang terbaik? Atau yan kepilih
kekuasaan MPR dan Presiden dikurangi, orang tenar tetapi ketenarannya dalam hal
sebaliknya kekuasaan DPR ditingkatkan. lain, bukan dalam memimpin rakyat. Maka
Sistem rekrutmen pejabat negara diperbaiki kita harus mengkaji kembali demokrasi di
dengan Pemilihan Umum yang lebih negara kita yang ”kebablasan” sehingga
berkualitas dan ”fit and proper test” oleh menghasilkan bentrokan, anarkhis dan
DPR. Pemberhentian Presiden sebelum liberalisitik itu.
waktunya, dipersulit, persyaratannya
maupun prosedurnya. Hak Azasi Manusia Kebijakan Otonomi Daerah
dipertegas dan rinci. Namun, amandemen itu Sejalan dengan era Reformasi yang
masih menyisakan pendapat yang beragam, bercirikan demokratisasi disegala bidang,
antara lain mengatakan sistem Presidensiil maka pembagian kekuasaan pemerintah

8
Pusat dan Daerah juga diperbaiki. Yang negara harus mewaspadai gejala etno-
semula sentralistik, konsentratif, dan nasionalisme ini, yaitu semangat
otoriterian, menjadi desentralistik, kebangsaan yang dipersempit kearah suku
dekonsentratif, dan demokratis.. Acuannya bangsa atau semangat kedaerahan yang
adalah UndangUndang nomor 22 tahun berlebihan. Paham yang membahayakan
1999 tentang Pemerintah Daerah, atau yang persatuan dan kesatuan, mencederai
biasa disebut kebijakan Otonomi Daerah. semboyan Bhineka Tunggal Ika”
Kepada Pemerintah Daerah Otonom Memang, kebijakan Otonomi Daerah
(Kabupaten dan Kota) diberi limpahan sudah tepat, mengingat geografi kita yang
kewajban, tangung-jawab dan wewenang bentangan barat-timurnya hampir sama
yang luas untuk memberdayakan potensi dengan jarak pantai barat ke pantai timur
daerah masing-masing. Harapannya, Amerika Serikat dengan ebih dari 17.000
Daerah dapat berkembang lebih cepat dan pulau. Jadi kebebasan Daerah memang
berdaya-saing, karena dibangun atas perlu. Tetapi kalau terlalu bebas akan sulit
prakarsa sendiri sesuai ciri khas daerah dan dikontrol. Jadi harus hati-hati.
tidak tergantung Pemerintah Pusat. .
Konsekwensinya, Pejabat di daerah (juga Sebenarnya Pemerintah sudah
masyarakatnya) tertantang untuk lebih mewaspadai hal-hal tersebut dengan
kreatif, banyak inisiatif, dan bertanggung- mengeluarkan Undang-Undang yang baru
jawab. yaitu U.U nomor 32 tahun 2004 yang intinya
Memang tidak semua bidang antara lain bahwa:
pemerintahan negara yang dilimpahkan  Otonomi Daerah tidak untuk
kepada Pemda, tetapi sebagian besar (31 membesarkan daerah satu dengan
bidang). Tepatnya, pelimpahan tersebut mengecilkan derah lain.
meliputi semua bidang pemerintahan  Otonomi Daerah tidak
kecuali: Agama, Peradilan, Hubungan memisahkan daerah satu dengan
Luar Negeri, Moneter dan fiskal, daerah lain.
Pertahanan dan Keamanan, serta Bidang  Tidak membenarkan adanya
Khusus (industri strategis, standarisasi, ”negara” di dalam negara.
konservasi, pembangunan skala  Negara Kesatuan Republik
besar/makro, dan beberapa lagi). Indonesia (NKRI) harus tetap
Namun, karena kurangnya sosialisasi dan menjadi acuan dan kepentingan
tingkat pendidikan sebagian masyarakat bersama.
yang relatif kurang, maka terjadilah
pemahaman yang keliru. Ekses negatifnya Bagaimana dengan daerah yang miskin
terlihat misalnya: (penghasilan asli daerahnya sedikit))
- Pemda/masyarakat bekasi pernah Pemerinta sudah mengatur dengan U.U.
menolak sampah dari Jakarta dibuang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan
diBantar keuangan pemerintah Pusat dan Daerah,
Gebang, Bekasi. termasuk dana alokasi umum (DAU) yang
- Laut Jawa di sekitar Cirebon dipisah bernuansa subsidi silang. Namun kenyataan
dengan garis imajiner, nelayan Jawa di lapangan belum berjalan efektif sebagai
Tengah tidak boleh mengambil ikan di akibat adanya bermacam-macam
laut Jawa Barat, dan sebaliknya. kepentingan para oknum pejabat. Jelasnya,
- Adanya sikap arogan beberapa Bupati KKNpun menjalar dari Pusat ke daerah.
dan Walikota terhadap Gubernur selaku
Stratifikasi Kebijakan
wakil pemerintah Pusat di daerah. Menurut Sistem Manajemen Nasional
Bahkan, meskipun bukan akibat langsung, (Sismenas), stratifikasi kebijakan secara
tetapi nuansanya terasa dengan adanya nasional adalah sebagai berikut:
pengusiran etnis tertentu oleh penduduk asli a. Kebijakan Tinggi/Puncak: yaitu
daerah seperti suku Madura oleh kebijakan yang dikeluarkan oeh MPR
masyarakat Dayak, suku Bugis oleh atau Presiden sebagai Kepala
masyarakat Ambon, dan baru saja bentrok di Negara.
Lampung Selatan antara penduduk asli b. Kebijakan Umum: dikeluarkan oleh
dengan etnis Bali. Pemerintah sebagai Presiden sebagai Kepala Pemerinah.
pemegang kekuasaan untuk mengelola

9
c. Kebijakan Khusus: oleh para Menteri jalannya pembangunan nasional?
sesuai bidang masingmasing. Walaupun ada Menteri BPPN/Ketua
d. Kebijakan Tehnis: oleh Pejabat Bappenas, tetapi menteri toh hanya
setingkat dibawah Menteri, yaitu para pembantu Presiden. Oleh karena itulah
Dirjen dan Kepala Lembaga Non- timbul gagasan beberapa politisi dan tokoh
Departemen (Kepala LIPI, LAN, masyarakat yang menginginkan GBHN di
BKKBN, BKN, Wankamnas, dsb) hidupkan kembali.
e. Kebijakan Pemerintah Daerah:
Tingkat Satu oleh Gubernur dan Bagaimana Kenyataannya?
Tingkat Dua oleh Bupati/ Walikota. Kenyataan di lapangan, demokrasi kita
”kebablasan” (berlebihan) yang ditandai
Stratifikasi Paradigma Nasional bentrokan dan perilaku anarkhis. Cenderung
Paradigma adalah acuan atau pedoman formalistis, isinya dianggap tidak penting.
berfikir. Dalam hal ini acuan berfikir bagi Seakan-akan demokrasi dianggap tujuan,
segenap unsur negara dan warganegara padahal cara untuk mencapai tujuan, yaitu
Indonesia, juga mengalami perubahan yang keamanan dan kesejaheraan.Yang lebih
signifikan. Dengan adanya amandemen merisaukan adalah implementasi Otonomi
UUD-1945 yang sudah berlangsung 4 kali, Daerah. Seperti halnya perundang-
maka MPR yang dulu pemegang kedaulatan undangan yang lain, sebagus apapun
rakyat, sekarang tidak. UUD-1945 yang asli tujuannya, belum tentu mulus
menyatakan ”Kedaulatan di tangan rakyat implementasinya. Jiwa Otonomi Daerah
dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR” sebenarnya mengamanatkan agar
telah diamandemen menjadi ”Kedaulatan kewajiban dan tanggung-jawab
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut memberdayakan dan melayani
Undang-Undang Dasar”. Maka oleh karena masyarakat setempatlah yang
itu yang memilih Pesiden dan Wakil seharusnya didahulukan. Baru kemudian,
Presidenpun bukan MPR lagi. MPR hanya agar bisa melaksanakan kewajibannya
mengesahkan/melantik Presiden dan Pemda diberi limpahan wewenang. Dalam
Wakilnya hasil pemilihan langsung oleh kenyataannya, wewenangnya yang
rakyat selaku pemilik/pemegang kedaulatan ditonjolkan, antara lain wewenang untuk
negara. Organisasi MPRpun hanya tampil menggali penghasilan asli daerah dengan
secara nyata pada saat DPR dan DPD membebani rakyat membayar ini dan itu.
bersidang, yang dalam situasi normal hanya Sedangkan tanggung-jawab mendidik,
5 tahun sekali. melatih, melayani dan memberdayakan
Perubahan yang lain, kita sekarang masyarakat terabaikan, atau masih berjalan
(sejak tahun 2004) tidak lagi mempunyai seperti dulu. Masih birokratis dan kaku, yang
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), seharusnya lebih demokratis, cepat dan
yang semula merupakan salah satu tugas fleksibel.
MPR. Maka, patut dipertanyakan apa yang Disisi lain pemerintah Pusat tampaknya
menggantikan GBHN? Sebagaimana belum ikhlas betul melimpahkan
diketahui, semula (sebelum UUD-145 kewenanganya, seperti Menteri yang sok
diamandemen) urutannya sebagai berikut: kuasa, yang seharusnya sebagai motivator,
a. Pancasila (landasan idiil) fasilitator, dan regulator saja. Sebaliknya
b. UUD-1945 (landasan konstitusional) pemerintah Daerah juga belum siap memikul
c. Wawasan Nusantara (landasan tanggung-jawab mengatur rumah-
visional) tangganya. Sikap para pejabat Daerah
d. Ketahanan Nasional (landasan masih kurang mandiri, dan ingin dilayani,
konsepsional) bukan melayani. Mereka belum mampu
e. GBHN.(landasan operasional) melepaskan diri dari kepentingan pribadi
Sekarang, pertanyaannya adalah ”apakah atau kelmpok.. Hal ini terlihat dari kekayaan
posisi GBHN diisi oleh Visi dan Misi dan jumlah pejabat daerah yang terkena
Presiden-Wakil Presiden terpilih” Kalau iya, perkara hukum. Mereka ”moncer”
bagaimana kalau Presiden dan Wapres kesejahteraannya berkat fasilitas dan ”debu”
terpilih berikutnya dari Partai Politik yang dari kebebasannya mengatur rumah-tangga
lain, yang sudah barang tentu mempunyai daerahnya masing-masing. Walaupun jiwa
kecenderungan dan selera yang berbeda? Otonomi Daerah memang begitu, tetap
Apakah tidak mengganggu konsistensi jangan begitu. Artinya, meskipun bebas,

10
tetapi dalam menggunakan kebebasannya Daftar Pustaka
harus disertai tanggung-jawab secara 1. Billy Tunas, DR, MSc, ”Pedekatan
hukum, etika dan moral.demi kesejahteraan Sistem”, Nimas Multima, 2007
rakyat. Prinsip ”Good Governance” dan 2. M. Manulang, Drs, ”Dasar-Dasar
”Clean Government” harus diupayakan Manajemen”, Ghalia Indonesia, 1996.
dengan perbuatan nyata, bukan hanya 3. Dann Sugandha, MPA, Intermedia,
pemanis pidato dan pelengkap naskah. Jakarta.
Jangan sampai ada lagi yang 4. Mudjiharto, Drs, MM, ”presi Teori
mempertanyakan “otonomi daerah itu Organisasi untuk Program Magister
madu atau racun”. Itulah harapan penulis Manajemen”, STIE-WJ, Jakarta,
yang mungkin sama dengan harapan 2005.
masyarakat pada umumnya.

11

Anda mungkin juga menyukai